com
SainsLangsung
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui distribusi temperatur pada reaktor proses pirolisis plastik dari limbah botol minuman untuk
menghasilkan bahan bakar. Proses ini dianggap sebagai teknologi alternatif untuk menggantikan bahan bakar fosil. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan reaktor silinder yang memiliki dimensi diameter 0,31 m dan tinggi 1 m. Untuk mengetahui distribusi
suhu di dalam reaktor, dipasang lima buah termokopel untuk mengukur suhu di bagian bawah dan atas reaktor serta di bagian tengah,
dengan perbedaan posisi masing-masing termokopel masing-masing 0,19 m. Suhu di luar reaktor dan di luar kondensor juga diukur.
Akuisisi Data mencatat semua data suhu. Reaktor tersebut digunakan untuk mengolah 1.500 gram plastik. Computational Fluid Dynamic
(CFD) juga digunakan untuk mengetahui kontur temperatur di dalam reaktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menaikkan suhu
dari suhu lingkungan menjadi 450HaiC, diperlukan waktu 72 menit. Suhu terendah 310 ° C diukur di bagian atas reaktor, sedangkan suhu
yang berbeda di tengah reaktor ditemukan masing-masing 46 ° C. Proses pirolisis 1.500 g plastik diselesaikan dalam waktu 110 menit
untuk menghasilkan 21 g bahan bakar. Fakta ini menunjukkan bahwa proses pirolisis plastik dapat menghasilkan bahan bakar pada suhu
450HaiC dalam reaktor dan 75HaiC di luar reaktor.
©
©22001155Tdia
kamu
ut
T diaAA
thho si.adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC-ND
rsHai.RPSkamu. BPakukamuadalahBHakueSayaDNSBekamuDEBlskamusetiapESayaakueSReBv.SayaV
ehTBH.SayaV
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/). Tinjauan
Peer-review di bawah tanggung jawab Sustain Society.
sejawat di bawah tanggung jawab Sustain Society
* Penulis yang sesuai. Tel.: +62 251 8622642; faks: +62 251 8622708.
Alamat email: edyhartulistiyoso@gmail.com
1878-0296 © 2015 Penulis. Diterbitkan oleh Elsevier BV Ini adalah artikel akses terbuka di bawah lisensi CC BY-NC-ND (
http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Tinjauan sejawat di bawah tanggung jawab Sustain
Society doi:10.1016/j.proenv.2015.07.030
Edy Hartulistiyoso dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 28 (2015) 234 – 241 235
1. Perkenalan
Konsumsi air minum dalam kemasan meningkat dan hampir semua kemasannya berbahan plastik. Ada enam
kategori plastik di dunia: High Density Polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP),
Polyvinyl Chloride (PVC), Polystyrene (PS) dan Polyethylene Terephthalate (PET). Kemasan air minum termasuk
dalam Polyethylene Terephthalate (PET). Plastik terbuat dari turunan minyak bumi dan dianggap sulit diurai dan
menjadi pencemar (udara, tanah dan air)1. Fenomena ini akan menjadi masalah potensial di masa depan. Di sisi
lain, jumlah bahan bakar berkurang dan diperlukan solusi untuk mengatasi kondisi ini. Plastik merupakan bahan
yang potensial untuk diubah menjadi bahan bakar melalui proses pirolisis.
Pirolisis adalah proses termal dengan sedikit atau tidak adanya oksigen. Dalam proses pirolisis (pemanasan dalam
suasana bebas oksigen), komponen organik dari bahan yang terurai menghasilkan produk cair dan gas, yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar dan/atau sumber bahan kimia.2. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa parameter
penting seperti suhu dan waktu. Beberapa makalah melaporkan bahwa proses pirolisis terjadi pada suhu 350HaiC, 460Hai
C, 500HaiC, 520HaiC, 600HaiC, 650HaiC, 685HaiC, 730HaiC, 780HaiC, 850HaiC, 900HaiC dan dalam durasi 15 menit, 30 menit, 60
menit, atau 120 menit2,3,4,5,6. Namun, diskusi tentang distribusi temperatur di dalam reaktor tidak disertakan. Distribusi
temperatur penting untuk dicatat karena dapat memperkirakan daerah terjadinya thermal cracking. Perengkahan termal
adalah langkah terpenting dalam pirolisis plastik untuk menghasilkan bahan bakar.
Beberapa peneliti telah mempelajari proses pirolisis untuk menghasilkan bahan bakar dari limbah plastik. Toshiro dkk
7 telah meneliti perengkahan termal sampah plastik rumah tangga dengan variasi suhu 700HaiC, 750HaiC, 800HaiC dan 850
HaiC. Kyong dkk mempelajari tentang perbandingan hasil degradasi katalitik dan non-katalitik limbah plastik polimer8. N.
Miskolczi dkk melaporkan tentang proses pirolisis dua jenis plastik (HDPE dan PP) dari sektor pertanian dan pengemasan
3 di 520HaiCE Butler dkk membahas review limbah plastik poliolefin9. Penelitian tentang pemanfaatan limbah botol plastik
berbahan PET untuk pembuatan bahan bakar dengan proses pirolisis masih jarang dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi temperatur pada proses pirolisis limbah botol plastik kemasan
air minum (PET) yang banyak terdapat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan eksperimen reaktor skala lab untuk
menganalisis distribusi temperatur di dalam reaktor. Simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD) juga digunakan dalam
penelitian ini untuk mengetahui kontur temperatur di dalam reaktor.
2.1. Bahan:
Plastik yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah botol plastik air minum. Pertama, botol dikeringkan dan dipotong
kecil-kecil. Untuk proses pirolisis, 1.500 g potongan plastik kemudian dimasukkan ke dalam reaktor.
2.2. metode
Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1. Percobaan dilakukan dalam reaktor silinder
berbahan baja dengan dimensi diameter 0,31 m dan tinggi 1 m. Termokopel tipe lima K ditempatkan dalam
reaktor dari bawah ke atas, sedangkan jarak masing-masing termokopel adalah 0,19 m. Kondensor dibuat
dari tabung tembaga dengan diameter 3/8 inci dan panjang 2,5 m. Suhu direkam menggunakan Data
Acquisition setiap 2 detik. Daya pemanas listrik adalah 2700 Watt. Reaktor ditutup dengan serat keramik
setebal 2 cm. Kondisi batas pada simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD) dapat dilihat pada Tabel 1.
3 Bahan Udara -
Kepadatan 1.225 kg/m3
Cp 100.643 x 101 J/kg.K
Konduktivitas termal 0,242 x 10-1 W/mK
Viskositas 1.789 x 10-5
4 Masuk Inlet Kecepatan 0,749 x 10-3 m/s
5 Pemanas Suhu 733 K
Ketebalan dinding 0,002 m
Gambar 2. menunjukkan profil suhu di dalam reaktor selama proses pemanasan pada suhu kamar hingga
suhu pirolisis 450HaiC. Gambar ini menunjukkan adanya gradien temperatur di dalam reaktor selama proses
pirolisis akibat perpindahan panas. Selama beberapa menit pertama setelah percobaan dimulai, suhu di dalam
reaktor stabil atau tidak berubah karena tungku baru saja memanas dan panas rendah mencapai reaktor.
Perpindahan panas terjadi setelah 10 menit dari awal, di mana Temp 1 mencapai 79HaiC. Suhu gradien maksimum
tercapai pada 100HaiC. Fenomena ini mirip dengan apa yang dijelaskan oleh Low et at 10, tetapi perbedaannya
adalah pada percobaan ini perpindahan panas terjadi pada suhu 30th – 40th menit dari awal dan suhu yang dicapai
adalah 120HaiC – 140HaiC. Dalam kondisi ini, perpindahan panas ke reaktor dimulai dan suhu bagian fase cair dan
gas atau uap diterima. Profil suhu menunjukkan bahwa perubahan mendadak di dalam reaktor terjadi pada suhu
30th-40th menit dan pada 60th -70th menit, menunjukkan bahwa suhu gas di dalam reaktor berubah selama periode
ini. Fenomena ini juga terjadi dalam penelitian yang dilakukan oleh Feng .11, di mana perubahan suhu gas secara
tiba-tiba di dalam reaktor terjadi pada suhu 16th menit ke 20th menit tanpa efek pada dinding reaktor.
Edy Hartulistiyoso dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 28 (2015) 234 – 241 237
Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan kontur dan nilai temperatur di dalam reaktor berdasarkan simulasi CFD.
Gambar 4 menunjukkan kontur aliran udara di dalam reaktor. Sedangkan Gambar 5 menunjukkan perpindahan panas
dalam arah radial dari panjang 0 m (dinding dalam reaktor), 0,065 m, 0,12 m, 0,18 m, 0,24 m dan 0,3 m dari masing-
masing posisi termokopel. Suhu maksimum dinding di dalam reaktor yang mencapai 450HaiC (723 K) ditampilkan di
wilayah merah. Namun, suhu di dalam reaktor pada jarak radial 0,12 m pada tinggi 0,19 m adalah 440HaiC (713K). Pada
posisi radial 0,065 m, suhu tercatat 450HaiC (723 K). Fenomena ini terjadi karena panas konveksi
238 Edy Hartulistiyoso dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 28 (2015) 234 – 241
transfer dari dinding di dalam reaktor ke aliran gas. Suhu maksimum menurun dalam arah radial pada ketinggian
0,38 m. Suhu berkurang dari 408HaiC ke 348HaiC, yang berpotensi terjadinya proses thermal cracking.
Gambar 6. menunjukkan profil suhu percobaan dan simulasi CFD pada arah aksial. Suhu pada Temp 1 (0,19 m dari
bawah) adalah 451HaiC tetapi simulasi menghasilkan 449HaiC sebagai sumber panas oleh pemanas listrik di dalam reaktor
dinding adalah 460HaiC. Suhu pada Temp 5 (0,95 m dari bawah) percobaan adalah 293HaiC, sedangkan simulasi CFD
adalah 292HaiC. Perbedaan suhu antara eksperimen dan simulasi CFD relatif kecil. Meskipun simulasi ini berdasarkan
aliran gas menggunakan sifat udara sama dengan Chuanwei12, itu memiliki hasil yang sama dalam distribusi suhu di
dalam reaktor. Kelemahan model ini adalah ketidakmampuannya untuk memprediksi jumlah fraksi massa seperti yang
dimodelkan oleh Bagher et al .13. Seperti yang dijelaskan pada Gambar 7, Tabel 2 dan 3, R square dari eksperimen dan
simulasi CFD adalah 0,999, menunjukkan bahwa model memiliki korelasi yang baik. Signifikansi (F) dari Anova diperoleh
sebesar 3,528 x 10-6, yaitu kurang dari 0,05, dan ini membuktikan bahwa model tersebut valid untuk digunakan untuk
memprediksi suhu di dalam reaktor.
Edy Hartulistiyoso dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 28 (2015) 234 – 241 239
243
Statistik Regresi
Beberapa R 0,999
R Square 0,999
Disesuaikan R Square 0,749
Kesalahan Standar 9,628
Pengamatan 5
240 Edy Hartulistiyoso dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 28 (2015) 234 – 241
Tabel 3. Anova
Tabel 2 menunjukkan hasil akhir 1.500 g plastik pada proses pirolisis pada suhu 450HaiC. Percobaan tersebut menghasilkan
bahwa dari 1.500 g sampah plastik menghasilkan 21 g cairan/bahan bakar, 450 g arang dan 1.029 g gas. Ini
termasuk dalam kategori pirolisis lambat yang hasilnya berbeda dengan Achyut et al .14 tetapi mirip dengan hasil
Saha et al15. Hasil ini kecil karena penggunaan plastik dari PET, kondensor yang hanya berupa tabung, dan jenis
konveksi bebas ke udara dalam percobaan ini.
Gambar 8 menunjukkan profil temperatur di luar reaktor dan di luar kondensor. Suhu rata-rata di luar reaktor adalah
80Haic dan di luar kondensor adalah 37HaiC. Hasil ini menunjukkan kondisi yang baik untuk menghasilkan cairan/bahan
bakar dari plastik. Fluktuasi temperatur baik pada reaktor keluaran maupun kondensor terjadi karena reaktor dan
kondensor berbatasan langsung dengan temperatur lingkungan.
4. Kesimpulan
Dari percobaan ini telah dipelajari distribusi temperatur di dalam reaktor untuk proses pirolisis plastik.
Suhu dari bawah ke atas (Arah Aksial) (Temp 1, Temp 2, Temp 3, Temp 4, Temp5) adalah: 451HaiC, 404HaiC,
374HaiC, 354HaiC, 293HaiC. Nilai ini memiliki perbedaan yang kecil dengan nilai simulasi CFD; karena itu,
Edy Hartulistiyoso dkk. / Procedia Ilmu Lingkungan 28 (2015) 234 – 241 241
model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi distribusi temperatur di dalam reaktor. Kontur simulasi dapat digunakan dengan
baik. Untuk meningkatkan hasil tersebut, diperlukan simulasi menggunakan sifat-sifat plastik dalam bentuk gas untuk memprediksi fraksi
massa plastik. Namun, produk akhir berupa cairan/bahan bakar dari limbah botol minum dinilai sangat kecil, hanya 21 g.
Pengakuan
Terima kasih kepada Dr. Ir. Yogi Sirodz Gaos, Dekan Fakultas Teknik Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, Jawa Barat,
Indonesia yang telah memberikan National Instrument Data Acquisition untuk digunakan dalam percobaan.
Referensi
1. Nasrollah Hamidi, Fariba Tebyanian, Ruhullah Massoudi, Louis Whiteised. Pirolisis Sampah Plastik Rumah Tangga.British J. of Applied
Science & Technology 2013; 3: 417 – 439.
2. A. Lopez, I. de Marco, BM Caballero, MF Laresgoiti, A. Adrados. Pengaruh Waktu dan Suhu Terhadap Pirolisis Sampah Plastik Dalam
Reaktor Semi Batch.Jurnal Teknik Kimia 2011 ; 173 : 62 – 71
3. N. Miskolczi, A. Angyal, L. Bartha, I. Valkai. Bahan Bakar dengan Pyrolisys Limbah Plastik dari Sektor Pertanian dan Pengemasan dalam Reaktor Skala
Percontohan.Teknologi Pemrosesan Bahan Bakar 2009 ; 90 : 1032 – 1040.
4. Sang Shin Park, Dong Kyun Seo, Sang Hoon Lee, Tae-U. Yu, Jungho Hwang. Kajian Karakteristik Pirolisis Bahan Bakar Plastik Refuse Menggunakan
Tungku Tabung Skala Lab dan Reaktor Analisis Termogravimetri.J. Pirolisis Analitik dan Terapan 2012 ; 97 : 29 – 38
5. Motoyuki Sugano, Akihiro Komatsu, Masanori Yamamoto, Mika Kumagai, Takayuki Shimizu, Katsumi Hirano, Kiyoshi Mashimo. Proses Pencairan
untuk Campuran Limbah yang Diolah Secara Hidrotermal Mengandung Plastik.J. Pengelolaan Sampah Siklus Mater 2009 ; 11: 27 – 31.
6. FJ Mastral, E. Esperanza, P. Garcia, M. Juste. Pirolisis High-Density Polyethylene dalam Reaktor Fluidised Bed. Pengaruh Suhu
dan Waktu Tinggal.Jurnal Pirolisis Analitik dan Terapan 2002 ; 63 : 1 – 15
7. Toshiro Tsuji, Koji Hasegawa, Takao Masuda. Perengkahan Termal Minyak dari Limbah Plastik.J. Pengelolaan Sampah Siklus Mater 2003 ; 5 : 102 – 106
8. Kyong-Hwan Lee dan Dae-Hyun Shin. Studi Banding Produk Cair pada Degradasi Non Katalitik dan Katalitik Sampah Plastik Menggunakan Katalis
FCC Bekas.Bahasa Korea J. Chem Eng 2006 ; 23 : 209 – 215.
9. E. Butler, G. Devlin, K. McDonnell. Limbah Poliolefin Menjadi Bahan Bakar Cair Vie Pirolisis: Tinjauan Komersial State-of-the-art dan Penelitian
Laboratorium Terbaru.Limbah Biomassa Valor 2011 ; 2: 227 – 255
10. SL Rendah, MA Connor, GH Covey. Mengubah Sampah Plastik Campuran Menjadi Bahan Bakar Cair yang Dapat Digunakan.Lanjutan 6th Kongres Dunia Teknik
Kimia Melbourne Australia 2001 : 23-27 September
11. Feng Gao. Pirolisis Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar.Disertasi Teknik Kimia dan Proses Universitas Canterbury 2010
12. Chuanwei Zhuo. Sintesis Carbon Nanoubes dari Limbah Plastik Polyethylene.Skripsi Teknik Mesin Universitas Northeastern2009
13. Bagher Anvaripur, Mohammad Shah Bin, Zahra Maghareh. Pemodelan Dinamika Fluida Komputasi Reaktor Perengkahan Katalitik
Polietilen Densitas Tinggi. American J. Of Oil and Chemical Technologies 2013;1:1-6
14. Achyut K. Panda, RK Singh, DK Mishra. Metode yang Cocok untuk Pengelolaan Sampah Plastik dan Pembuatan Produk Bernilai Tambah-
Prospektif Dunia.Ulasan Energi Terbarukan dan Berkelanjutan 2010; 14 : 233 – 248
15. B. Saha, AK Ghoshal. Kinetika Degradasi Termal Polietilen Tereftalat dari Limbah Botol Minuman Ringan.Jurnal Teknik Kimia
2005;111:39-43