Anda di halaman 1dari 10

Marine Fisheries ISSN 2087-4235

Vol. 2, No. 1, Mei 2011


Hal: 29-38

ANALISIS INDRA PENGLIHATAN IKAN KERAPU MACAN (EPINEPHELUS


FUSCOGUTTATUS) DAN HUBUNGANNYA DALAM MERESPONS UMPAN
(Visual Analysis of grouper (Epinephelus fuscoguttatus) and its relation to bait
response)
Oleh:
Mochammad Riyanto1*, Ari Purbayanto1, Debby. S. S. Natsir2

1Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, FPIK, IPB


2 Alumni Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, FPIK, IPB
* Korespondensi: mh_ryn@yahoo.com

Diterima: 20 Januari 2011; Disetujui: 12 April 2011

ABSTRACT
The visual organ in fish has an important role in ensuring its survival. Fish can respond to
bait or food with its visual organ. The objectives of this research are to analyse the visual
performance of grouper (cone cell morphology, the visual axis, and visual acuity) and to analyse
the relation between visual senses with fish behavior response to the bait. This research was
conducted in the laboratory by means of the determination of fish retina histology method and
behavior of fish. The morphology retina of grouper consists of a single cone and double cone which
form a mosaic structure, the visual axis was identified at upper-fore with the angle of 26.8o.The
visual acuity of grouper was low in index values with ranged from 0.06 to 0.07 for fish with a total
length of 200 to 300 mm, the maximum sighting distance to the bait with the diameter of 20 mm
size ranged from 3.93 to 4.74 m, the bait with 25 mm diameter size range from 4.91 to 5.92 and
bait with a diameter of 30 mm size ranged from 5.89 to 7.11 m. The frequency of fish closed the
bait distance of 30 cm was 45.83%, 25 cm was 33.33% and 20 cm was 20.83%, respectively.
Key words: bait, Epinephelus fuscoguttatus, visual acuity

ABSTRAK
Organ penglihatan ikan mempunyai peranan penting dalam menjamin kelangsungan
hidupnya. Ikan dapat merespon umpan atau makanan dengan penglihatannya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk analisis penglihatan ikan kerapu; termasuk morfologi sel kon, sumbu
penglihatan, dan ketajaman penglihatan dan menganalisis hubungan indera penglihatan dengan
respons tingkah laku ikan kerapu macan terhadap umpan. Penelitian ini dilakukan dengan metode
histologi retina ikan dan eksperimen tingkah laku ikan di laboratorium. Morfologi retina ikan kerapu
terdiri dari satu kon dan sel kon ganda yang membentuk suatu struktur mosaik, sumbu penglihatan
diidentifikasi upper-fore dengan sudut 26,8o, ketajaman penglihatan ikan kerapu ini rendah dengan
nilai indeks berkisar antara 0,06-0,07 untuk ikan dengan total panjang 200-300 mm, jarak pandang
maksimum untuk umpan dengan diameter 20 mm berkisar antara 3,93-4,74 m, umpan dengan
ukuran diameter 25 mm berkisar dari 4,91-5,92 dan umpan dengan diameter 30 mm berkisar
antara 5,89-7,11 m. Frekuensi ikan mendekati umpan berturut-turut adalah 30 cm sebesar 45,83%,
25 cm sebesar 33,33% dan 20 cm sebesar 20,83%.
Kata kunci: umpan, Epinephelus fuscoguttatus, ketajaman penglihatan
30 Marine Fisheries 2 (1): 29-38, Mei 2011

PENDAHULUAN Tujuan penelitian ini adalah menganalisis


indera penglihatan ikan kerapu macan, meliputi
Ikan kerapu macan (Ephinephelus fusco- morfologi sel kon, sumbu penglihatan, dan ke-
guttatus) merupakan salah satu jenis ikan eko- tajaman penglihatan dan menganalisis hubung-
nomis tinggi yang hidupnya di perairan terumbu an indera penglihatan dengan respons tingkah
karang, serta penyebarannya hampir di seluruh laku ikan kerapu macan terhadap umpan.
perairan Indonesia. Kerapu dapat ditemukan
hampir diseluruh perairan Indonesia, mulai per-
METODE PENELITIAN
airan barat Sumatera sampai perairan Maluku
dan Papua. Sebagian besar produksi ikan kera- Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 ta-
pu di Indonesia berasal dari hasil tangkapan di hap. Tahap pertama adalah pengambilan sam-
alam menggunakan bahan peledak atau racun pel mata ikan kerapu macan (Epinephelus fus-
(potasium sianida) sehingga merusak lingku- coguttatus) Januari 2008. Tahap kedua adalah
ngan hidupnya dan dalam jangka panjang da- melakukan analisis histologi sampel pada bulan
pat menyebabkan kepunahan (Saparudin Januari 2008 di Laboratorium Kesehatan Ikan,
2005). Oleh sebab itu dibutuhkan suatu cara Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Peri-
penangkapan yang efektif, salah satu caranya kanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bo-
adalah dengan mengetahui tingkah laku ikan itu gor. Tahap ketiga adalah observasi respons
sendiri. penglihatan ikan terhadap umpan dalam akuari-
um percobaan pada bulan Pebruari 2008 ber-
Pengetahuan mengenai tingkah laku ikan
tempat di Laboratorium Biologi dan Keanekara-
memiliki peran penting dalam suatu operasi pe-
gaman Hayati Laut, Departemen Ilmu dan Tek-
nangkapan ikan. Pengetahuan mengenai ting-
nologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
kah laku ikan ini merupakan dasar dan kunci
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
bagi pengembangan metode dan teknik pe-
nangkapan ikan yang efisien dan efektif. Ting- Ikan kerapu yang digunakan dalam pene-
kah laku ikan tersebut diantaranya adalah ting- litian ini adalah tujuh ekor ikan kerapu macan
kah laku ikan pada saat bermigrasi, berkelom- dengan ukuran panjang total 200-300 mm yang
pok, tingkah laku agresif, beristirahat, berepro- didapatkan dari keramba jaring apung (KJA) di
duksi, dan tingkah laku ikan pada saat menda- Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu. Peng-
patkan makanannya (Moyle dan Cech 1988). ambilan sampel retina mata ikan dilakukan se-
Bagi kegiatan operasi penangkapan ikan ting- gera dan dimasukkan kedalam larutan bouin,
kah laku ikan dalam mendapatkan makanannya sementara itu diameter lensa diukur sebesar
merupakan hal yang sangat penting utuk diteliti, 4,2-5,9 mm. Dengan menggunakan prosedur
karena dengan adanya makanan merupakan histologi, retina mata ikan disiapkan untuk
daya tarik bagi ikan untuk datang. pengamatan di bawah mikroskop melalui pemo-
tongan secara tangensial dengan mikrotom
Pada umumnya dalam upaya mendapat-
ketebalan 0,4 µm.
kan makanannya ikan menggunakan indera
penglihatan dibantu oleh indera penciuman. In- Pengambilan sampel retina mata ikan
dera penglihatan pada ikan berperan sama dilakukan dengan memotong mata ikan ke da-
pentingnya dengan indera penglihatan pada he- lam 25 bagian. Masing-masing bagian tersebut
wan vertebrata lainnya. Dengan menggunakan dihitung jumlah sel kon untuk mengetahui ba-
indera penglihatan ikan dapat merespons ada- gian retina mata ikan dengan kepadatan sel
nya makanan untuk menjamin keberlangsung- kon terpadat. Dari bagian retina mata ikan
an hidupnya. Indera penglihatan pada ikan dengan kepadatan sel kon terpadat ditarik garis
akan memberikan respons apabila ikan terse- lurus melewati pusat lensa mata ikan sehingga
but tertarik terhadap suatu obyek dan selanjut- dapat ditentukan sumbu penglihatan (visual
nya akan mendekati obyek tersebut. Dengan axis). Untuk menghitung ketajaman penglihatan
menggunakan umpan dalam operasi penang- (visual acuity) terlebih dahulu dihitung nilai
kapan ikan, diharapkan dapat meningkatkan sudut pembeda terkecil (minimum separable
operasi penangkapan ikan yang lebih efektif angle, MSA) dengan rumus (Tamura 1957):
dan efisien.
….............(1)
Umpan yang dipakaipun harus disesuai-
kan dengan kemampuan penglihatan ikan. O-
leh sebab itu diperlukan suatu penelitian me-
ngenai analisis indera penglihatan ikan kaitan- dimana:
nya dengan respons terhadap umpan. Infor- rad : sudut pembeda terkecil (menit)
masi yang didapat diharapkan nantinya dapat F : jarak fokus (berdasarkan formula Mat-
berguna bagi pengembangan metode penang- thiensson’s F = 2,55 × r);
kapan ikan agar lebih efektif dan efisien. 0,25 : nilai penyusunan spesimen mata akibat
proses histologi; dan
Riyanto et al. – Analisis Indra Penglihatan Ikan Kerapu Macan 31

Keterangan:
T : Temporal VT : Vento-temporal N : Nasal B : Bottom
DT : Dorso-temporal D : Dorsal V : Ventral L : Lensa

Gambar 1 Skema pembagian retina dab penentuan sumbu penglihatan ikan (sumber: Tamura
1957).

Keterangan : D = jarak pandang maksimum (meter)


d = diameter obyek (mm)
 = sudut pembeda terkecil (menit)
F = jarak titik fokus (2,55 x r)
Gambar 2 Skema perhitungan jarak pandang maksimum.

n : kepadatan sel kon tertinggi per luasan ikan dalam melihat makanan atau obyek lain.
0,01 mm2 yang merupakan hasil penga- Sumbu penglihatan diperoleh setelah nilai ke-
matan di bawah mikroskop padatan sel kon tiap bagian dari retina mata
ikan diketahui dengan cara menarik garis lurus
Setelah didapat nilai sudut pembeda ter-
dari bagian retina yang memiliki sel kon terpa-
kecil (minimum separable angle, MSA), ketaja-
dat menuju titik pusat lensa mata (Tamura
man penglihatan (visual acuity) dapat dihitung
1957).
dengan rumus sebagai berikut (Shiobara et al.
1998): Jarak pandang maksimum adalah ke-
mampuan mata ikan untuk melihat obyek pada
............................(2) jarak terjauh berdasarkan nilai ketajaman peng-
lihatan yang dimilikinya (Zhang dan Arimoto
Sumbu penglihatan (visual axis) (Gam- 1993). Perhitungan ini dilakukan dengan asum-
bar 1) diperlukan untuk mengetahui kebiasaan si (Gambar 2): (1) Kondisi perairan dalam ke-
32 Marine Fisheries 2 (1): 29-38, Mei 2011

adaan jernih (clear water); dan (2) Obyek yang ratorium mewakili kondisi fisik ikan di perairan
menjadi sasaran penglihatan dalam bentuk titik terbuka; (3) Panjang total tubuh dan bukaan
(point acuity) yang diukur diameternya. mulut ikan dianggap sama; (4) Keadaan ikan
dianggap sama untuk setiap perlakuan; dan (5)
Adapun jarak pandang maksimum dapat
Kondisi umpan dianggap sama untuk setiap
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
perlakuan.
berikut ( Zhang dan Arimoto 1993):
Persentase frekuensi ikan menghampiri
………….............................(3) umpan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
.................................................(4)
..................................................(5
dimana: )
D : jarak pandang maksimum (m) dimana:
d : diameter objek pandang (mm)
 : sudut pembeda terkecil (menit) Iu = persentase frekuensi ikan menghampiri
ikan
Pengamatan respons penglihatan terha- fu = frekuensi ikan menghampiri umpan
dap perbedaan ukuran umpan ∑ n = jumlah pengamatan.

Pengamatan dilakukan pada pagi dan


sore hari, umpan yang digunakan adalah ikan HASIL DAN PEMBAHASAN
rucah dengan ukuran 20 mm, 25 mm, dan 30
mm. Ukuran tersebut disesuaikan dengan uku- Morfologi retina mata ikan kerapu macan
ran bukaan mulut ikan kerapu macan yang (Epinephelus fuscoguttatus)
digunakan. Umpan tersebut dibungkus dengan
Dilihat dari hasil histologi mata ikan kera-
plastik transparan. Tujuannya adalah agar pada
pu macan (Epinephelus fuscoguttatus) diketa-
saat perlakuan ikan hanya menggunakan inde-
hui bahwa retina mata ikan ini tersusun dari sel
ra penglihatannya dalam merespons umpan.
kon tunggal dan sel kon ganda yang memben-
Pengamatan dilakukan sebanyak 24 kali sela-
tuk susunan mosaik (satu sel kon tunggal dikeli-
ma lebih kurang 30 hari terhadap 6 ekor ikan
lingi empat buah sel kon ganda) (Gambar 4),
kerapu macan berukuran 230-290 mm.
dengan rasio antara sel kon ganda terhadap sel
Pengamatan dilakukan dalam bak per- kon tunggal adalah 2,1:1. Nilai rasio perban-
lakuan (Gambar 3), umpan digantung pada pi- dingan ini disebabkan adanya sel kon ganda
pa dengan jarak 2 meter dari posisi start awal yang sama juga merupakan susunan mosaik
ikan dan 0,2 m dari dasar bak pengamatan. Pe- dari yang lainya (satu sel kon ganda dapat me-
masangan umpan pada jarak 2 meter dimak- ngelilingi lebih dari satu sel kon tunggal). Hal
sudkan untuk melihat respons ikan mendekati ini sesuai dengan yang dikatakan Sale (1991)
umpan, yaitu frekuensi ikan yang mendekati bahwa pada ikan karang memiliki sel kon ber-
umpan. Selama pengamatan aerator dibiarkan pola mosaik. Pada umumnya ikan yang memili-
beroperasi agar kondisi bak sama seperti kon- ki sel kon dalam bentuk mosaik adalah jenis
disi biasanya. Parameter yang diamati adalah ikan yang aktif memburu mangsa (predator fish)
ukuran umpan berapa yang akan dihampiri ter- (Zhang dan Arimoto 1993).
lebih dahulu oleh ikan. Setelah pengamatan se-
lesai dilakukan, umpan kemudian diangkat dan Ketajaman penglihatan ikan kerapu macan
ikan diberi makan seperti biasa. Untuk melaku-
kan pengamatan berikutnya ikan harus diakli- Ketajaman penglihatan pada ikan tergan-
matisasi kembali selama dua hari, karena apa- tung pada 2 faktor, yaitu diameter lensa mata
bila pengamatan dilakukan secara terus mene- dan kepadatan sel kon. Ukuran diameter lensa
rus dapat menyebabkan ikan mengalami stres. akan meningkat sejalan dengan bertam-bahnya
ukuran tubuh ikan. Ikan dengan ukuran pan-
Respons penglihatan ikan terhadap per- jang total 200 mm memiliki diameter lensa se-
bedaan ukuran umpan dianalisis secara des- besar 4,2 mm dan untuk panjang total 300 mm
kriptif. Analisis dilakukan dengan cara menga- diameter lensanya sebesar 5,9 mm. Gambar 5
mati ukuran umpan mana dari ketiga umpan menjelaskan bahwa pertambahan panjang tu-
yang diberikan yang selanjutnya paling sering buh sebesar satu satuan maka ukuran diameter
disentuh atau dihampiri oleh ikan. Untuk unit lensa akan bertambah sebesar 0,02 satuan.
percobaan diasumsikan sebagai berikut: (1) Nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0,93,
Kondisi air dalam bak mendekati kondisi se- yang berarti bahwa panjang total dengan dia-
benarnya di alam; (2) Kondisi fisik ikan di labo-
Riyanto et al. – Analisis Indra Penglihatan Ikan Kerapu Macan 33

meter lensa memiliki hubungan yang sangat erat. Hubungan linier antara panjang total tubuh

Gambar 3 Bak perlakuan pada observasi tingkah laku ikan kerapu macan.

Gambar 4 Bentuk sel kon tunggal (single cone) dan sel kon ganda (double cone) ikan kerapu
macan.

10.0
Diameter lensa (mm)

8.0

6.0

4.0
y = 0.0179x + 0.3567
2.0 r = 0.9259

0.0
150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
Panjang total (mm)
Panjang total (mm)
Gambar 5 Hubungan antara panjang total dan diameter lensa ikan kerapu macan.
34 Marine Fisheries 2 (1): 29-38, Mei 2011

120
Kepadatan sel kon
(per 0.1 mm2) 100
80
60
40 y = -0.2407x + 132.13
20 r = 0.9688
0
150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
Panjang total (mm)
Panjang total (mm)
Gambar 6 Hubungan antara panjang total dan kepadatan sel kon ikan kerapu macan.

25
Sudut pembeda terkecil

20

15
(menit)

10
y = -0.0313x + 24.445
5 r = 0.8666
0
150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
Panjang total (mm)
Panjang total (mm)
Gambar 7 Hubungan antara panjang total dengan sudut pembeda terkecil ikan kerapu macan.

0.100
Ketajaman penglihatan

0.080

0.060

0.040
y = 0.0001x + 0.0301
0.020
r = 0.8533
0.000
150 170 190 210 230 250 270 290 310
Panjang total (mm)
Panjang total (mm)
Gambar 8 Hubungan antara panjang total dengan ketajaman penglihatan ikan kerapu macan.

dan diameter lensa mata mata ikan kerapu ma- menurun. Untuk ukuran panjang total 200 mm
can dapat dilihat pada Gambar 5. memiliki kepadatan sel kon sebanyak 84 sel/
0,01 mm2, sedangkan untuk ukuran panjang to-
Hubungan antara panjang total dan ke-
tal 300 mm memiliki kepadatan sel kon seba-
padatan sel kon adalah berbanding terbalik, di-
nyak 62 sel/0,01 mm 2 (Gambar 6). Kedua hal
mana semakin besar ukuran panjang tubuh
ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh
ikan maka kepadatan sel konnya akan semakin
Purbayanto et al. (2001) bahwa diameter lensa
Riyanto et al. – Analisis Indra Penglihatan Ikan Kerapu Macan 35

mata ikan akan meningkat dengan bertambah- ikan sehingga diperoleh arah sumbu penglihat-
nya ukuran tubuh, sementara itu kepadatan sel an ikan kerapu macan. Selain itu telah dibukti-
kon cenderung menurun dengan meningkatnya kan pula melalui pengamatan di laboratorium
pertambahan penjang tubuh ikan. bahwa sumbu penglihatan ikan kerapu macan
adalah benar menghadap ke arah depan-naik
Gambar 6 menjelaskan bahwa setiap
(upper-fore). Kepadatan sel kon ikan kerapu
pertambahan panjang total sebesar satu satuan
macan yang terpusat pada bagian ventro tem-
maka akan mengurangi kepadatan sel kon
poral ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
sebesar 0,24 satuan. Nilai korelasi regresi di-
Tamura (1957) dan Blaxter 1980 bahwa jenis
peroleh sebesar 0,97, yang berarti bahwa per-
ikan yang memperoleh makanannya dengan
tambahan panjang total memiliki hubungan
terlebih dahulu memburu mangsanya, maka pa-
yang sangat erat dengan kepadatan sel kon.
da umumnya mereka mempunyai pengkonsen-
Nilai sudut pembeda terkecil untuk ikan trasian sel kon pada bagian temporal ataupun
dengan ukuran panjang total 200 mm adalah ventro-temporal retina matanya. Kepadatan sel
sebesar 17,52 menit, dan untuk ukuran panjang kon pada bagian ventro-temporal retina mata
total 300 mm adalah sebesar 14,52 menit ikan kerapu macan ini sama halnya dengan ke-
(Gambar 7). Dapat disimpulkan bahwa semakin padatan sel kon pada ikan kakap merah (Lut-
besar ukuran panjang total maka nilai sudut janus malabaricus) (Geonita 2004) dan ikan
pembeda terkecil semakin berkurang, kesimpul- gulamah (Argyrosomus emoyensisi) (Agustini,
an ini berarti ketajaman penglihatan akan se- 2005) yang juga merupakan jenis ikan pemang-
makin meningkat dengan berkurangnya nilai sa (predator).
sudut pembeda terkecil. Hal ini sesuai dengan
Dari sumbu penglihatan ikan kerapu ma-
yang dilaporkan oleh He (1989) bahwa pertam-
can maka dapat diketahui cara makan ikan ter-
bahan panjang tubuh ikan menyebabkan sema-
sebut. Ikan kerapu macan memiliki kebiasaan
kin tingginya ketajaman penglihatan dengan ni-
menyergap mangsanya dengan tiba-tiba ke
lai sudut pembeda terkecil yang semakin kecil.
arah depan dan kearah depan-naik, hal ini se-
Dari grafik Gambar 7 dapat diketahui nilai kore-
suai dengan hasil analisis sumbu penglihatan
lasi sebesar 0,87 yang berarti bahwa hubungan
bahwa ikan kerapu macan memilki sumbu
antara panjang total dengan sudut pembeda
penglihatan depan naik (upper-fore). Menurut
terkecil sangat erat. Berdasarkan regresi terse-
Gufran dan Kordi (2005), bahwa ikan kerapu
but setiap pertambahan panjang total ikan satu
yang dipelihara pada kolam pemeliharaan akan
satuan maka akan menurunkan nilai sudut
memiliki kebiasaan menyergap satu persatu
pembeda terkecil sebesar 0,03 satuan.
umpan yang diberikan sebelum pakan tersebut
Ikan dengan ukuran panjang total sebe- sampai ke dasar. Kerapu dalam keadaan lapar
sar 200 mm memiliki nilai ketajaman penglihat- di keramba terlihat siaga dan selalu mengha-
an sebesar 0,06 dan untuk ukuran panjang total dap ke permukaan air dengan mata bergerak-
300 mm adalah sebesar 0,07 (Gambar 8). Hal gerak siap memangsa pakan. Kerapu tidak
ini sesuai dengan yang dikatakan He (1989) pernah mau mengambil atau mencaplok pakan
bahwa pertambahan panjang tubuh ikan me- yang diberikan apabila sudah jatuh ke dasar,
nyebabkan semakin tingginya ketajaman peng- meskipun kerapu dalam keadaan lapar.
lihatan dengan nilai sudut pembeda terkecil
yang semakin kecil. Jarak pandang maksimum (maximum
Nilai korelasi regresi yang diperoleh se-
sighting distance)
besar 0,85, yang berarti bahwa panjang total Jarak pandang maksimum ikan kerapu
dan ketajaman penglihatan memiliki hubungan macan dengan kisaran panjang total 200-300
yang sangat erat dan saling mempengaruhi. mm relatif sama pada saat melihat obyek. Nilai
Berdasarkan regresi tersebut, pertambahan jarak pandang maksimum ini dihitung berdasar-
panjang total ikan satu satuan akan meningkat- kan nilai sudut pembeda terkecil. Obyek peng-
kan ketajaman penglihatan sebesar 0,0001 sa- lihatan yang digunakan adalah umpan dengan
tuan. ukuran 20 mm, 25 mm, dan 30 mm (Gambar
10).
Sumbu penglihatan (visual axis)
Ikan kerapu macan dengan ukuran pan-
Dari hasil analisis histologi, diperoleh ke- jang total 200-300 mm dapat melihat obyek ber-
simpulan bahwa ikan kerapu macan memiliki ukuran 20 mm dengan nilai jarak pandang mak-
sumbu penglihatan ke arah depan-naik (upper- simum berkisar 3,93-4,74 m, untuk obyek beru-
fore) dengan sudut sekitar 26,8o. Hal ini dapat kuran 25 mm jarak pandang maksimum berki-
dilihat dari kepadatan sel kon tertinggi pada ba- sar 4,91-5,92 m, dan untuk obyek berukuran 30
gian ventro temporal (Gambar 9), yaitu dengan mm jarak pandang maksimum berkisar 5,89-
menarik garis lurus melalui pusat lensa mata 7,11 m.
36 Marine Fisheries 2 (1): 29-38, Mei 2011

Sumbu penglihatan

Gambar 9 Peta kontur kepadatan sel kon retina mata ikan kerapu macan dan sumbu penglihat-
annya.

8.00
7.00
Jarak pandang
maksimum (m)

6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
200 250 255 260 270 280 300
Panjang total (mm)
Panjang total (mm)
Umpan ukuran2020mm
Umpan ukuran mm Umpan ukuran2525mm
Umpan ukuran mm Umpan
Umpanukuran
ukuran 30 mm
30 mm

Gambar 10 Hubungan antara panjang total ikan kerapu macan dengan jarak pandang maksimum.

Nilai jarak pandang ikan kerapu macan hampiri ikan lebih banyak dibandingkan ukuran
untuk ukuran panjang total 200-300 mm adalah umpan yang lebih kecil (20 dan 25 mm), hal ini
relatif sama. Hal ini disebabkan oleh nilai keta- karena ukuran umpan yang lebih besar akan
jaman penglihatan dan perbedaan panjang total mudah terlihat dibandingkan dengan ukuran
ikan sampel yang diteliti relatif rendah. Nilai ja- umpan yang lebih kecil. Ukuran umpan sebe-
rak pandang maksimum ikan kerapu macan ini sar 20 mm memiliki nilai frekuensi dihampiri
tergolong rendah, mengingat ikan ini hidup di ikan sebesar 20,83%, umpan ukuran 25 mm
habitat terumbu karang yang cenderung pasif sebesar 33,33%, dan umpan ukuran 30 mm
bergerak dan menunggu datangnya mangsa. memiliki nilai frekuensi sebesar 45,83%. (Gam-
Pertambahan panjang ikan kerapu menyebab- bar 11).
kan pertambahan jarak pandang maksimum,
Ikan dapat merespons adanya umpan
Pertambahan ukuran objek umpan juga me-
dengan baik ada jarak ikan terhadap umpan
nyebabkan peningkatan jarak pandang mak-
sejauh 2 m dengan ukuran umpan sebesar 20-
simum ikan kerapu.
30 mm, Hal ini disebabkan karena ikan kerapu
macan memiliki nilai jarak pandang maksimum
Respons penglihatan terhadap perbedaan (maximum sighting distance) berkisar 3,93-7,11
ukuran umpan m untuk ukuran umpan sebesar 20-30 mm,
Berdasarkan observasi di laboratorium sehingga observasi di laboratorium yang hanya
maka dapat disimpulkan bahwa ukuran umpan dengan jarak sejauh 2 m saja tentu akan dires-
yang lebih besar (30 mm) memiliki frekuensi di- pons ikan dengan baik (Gambar 12).
Riyanto et al. – Analisis Indra Penglihatan Ikan Kerapu Macan 37

50 45.83%

frekuensi umpan 40
33.33%
didatangi ikan
30
20.83%
20

10

0
20 mm 25 mm 30 mm
Panjangumpan
Ukuran umpan

Gambar 11 Hubungan antara ukuran umpan dengan frekuensi umpan didatangi ikan.

Gambar 12 Jarak pandang maksimum dan jarak ikan kerapu macan merespons umpan di
laboratorium.

Terdapat kecenderungan pertambahan le cone) dan sel kon ganda (double cone) yang
panjang total meningkatkan angka jarak membentuk susunan mozaik (satu sel kon tung-
pandang mak-simum (MSD). Menurut Zhang gal di kelilingi empat buah sel kon ganda), sum-
dan Arimoto (1993), dan He 1989 bahwa ke- bu penglihatan ke arah depan naik (upper-fore)
mampuan jarak pandang maksimum ikan akan dengan sudut 26,8o, ketajaman penglihatan
berbeda seiring dengan perbedaan ukuran ikan kerapu macan tergolong rendah dengan
panjang tubuhnya. Penambahan ukuran pan- nilai indeks penglihatan (visual acuity) berkisar
jang ikan menyebabkan peningkatan jarak 0,06-0,07 untuk ikan dengan panjang total 200-
pandang ikan. 300 mm, jarak pandang maksimum untuk um-
pan dengan diameter 20 mm berkisar 3,93-4,74
m, umpan dengan ukuran diameter 25 mm ber-
KESIMPULAN kisar 4,91-5,92, dan umpan dengan diameter
30 mm berkisar 5,89-7,11 m. (2) Frekuensi ikan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di- menghampiri umpan dengan ukuran 30 cm se-
simpulkan bahwa (1) morfologi retina mata ikan besar 45,83%, ukuran 25 cm sebesar 33,33%
kerapu macan terdiri dari sel kon tunggal (sing- dan umpan berukuran 20 cm sebesar 20,83%.
38 Marine Fisheries 2 (1): 29-38, Mei 2011

UCAPAN TERIMA KASIH Prentize Hall, Engle Wood Cliffs, New


Jersey.
Ucapan terima kasih disampaikan kepa-
da Kementerian Riset dan Teknologi yang telah Purbayanto A., S. Akiyama, & T. Arimoto. 2001.
membiayai penelitian ini, LPPM IPB yang telah Visual and Swimming Physiology of
memfasilitasi bagi terlaksananya penelitian ini Japanese Whiting in Relation to The
dan seluruh pihak yang telah memberikan ban- Capture Process of Sweeping Trammel
tuannya. Ucapan terima kasih juga penulis Net. Proceeding of the 4th JSPS Interna-
sampaikan kepada Dr. Aristi Dian PF, Deka B tional Seminar on Fisheries Science in
Sejati, S.Pi, dan Angga Nugraha, S.Pi yang Tropical Area (O. Carman et al., Eds)
telah membantu dalam melakukan pengumpul- Tokyo University of Fisheries, Tokyo,
an data. International JSPS Project. Vol 10 : 151 –
155.
Sale P.F. 1991. The Ecology of Fishes on Coral
DAFTAR PUSTAKA Reefs. Academic Press, Inc.. San Diego.
Agustini W. 2005. Ketajaman Penglihatan Ikan New York. Boston. London. Sydney. To-
Gulamah (Argyrosomus amoyensis) Ka- kyo, Toronto.
itannya Dengan Respons Penglihatan Saparudin. 2005. Alternatif Solusi Budidaya
Terhadap Objek Jaring Arad [Skripsi]. Kerapu di Kabupaten Natuna. http://lc.bp-
Bogor: Departemen Pemanfaatan Sum- pt.go.id/iptek/index.php. 18 Maret 2008.
ber Daya Perikanan. Fakultas Perikanan 09. 08 WIB.
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bo-
gor. 52 hlm. Shiobara Y., Akiyama S., & Arimoto T. 1998.
Developmental Changes in The Visual
Blaxter J.H.S. 1980. Vision and Feeding of Acuity of Red Seam Beam (Pagus major).
Fish-es. In: Fish Behavior and Its Use in Journal Fisheries Science and Technolo-
Cap-ture and Culture of Fish. ICLARM gy, Tokyo Uneversity of Fisheries. Tokyo.
Conf. Proc (5): 32-56. Jepang. p : 944 – 947.
Geonita G. 2004. Ketajaman Penglihatan Ka- Tampubolon G.H. dan Mulyadi E. 1989.
kap Merah Dalam Kaitannya Dengan Synopsis Ikan Kerapu di Perairan
Proses Penangkapan Menggunakan Indonesia. Balitbangkan, Semarang.
Pancing Ulur [Skripsi]. Bogor: Departe-
men Pemanfaatan Sumber Daya Perikan- Tamura T. 1957. A Study of Visual Perception
an. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelaut- in Fish, Especially on Resolving Power
an. Institut Pertanian Bogor. 41 hlm. and Accomodation. Bulletin of Japanese
Society of Scientific Fisheries. Vol 22, No.
Gufran M.H. dan Kordi K. 2005. Budidaya Ikan 9. Fisheries Institute, Faculty of Agricul-
Laut di Keramba Jaring Apung. Rineka ture, Japan. p : 536 – 557.
Cipta, Jakarta.
Zhang X.M. and Arimoto T. 1993. Visual Phy-
He P. 1989. Fish Behaviour and Its Aplication in siology of Walleye Pollock (Theragra
Fisheries. Newfoundland and Labrador chalcogramma) in Relation to Capture by
Institut of Fisheries and Marine Technolo- Trawl Nets. ICES Marine Science Sympo-
gy, Canada. p 157. sium. 196 : 113-116.
Moye P.B. dan Cech J.J.C. 1988. Fisheries an
Introduction to Ichthyology. 2nd ed.

Anda mungkin juga menyukai