Anda di halaman 1dari 5

ACARA V

UJI VIGOR

A. Tujuan
1. Mengetahui berbagai jenis uji vigor.
2. Menghitung persentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh
benih.

B. Tinjauan Pustaka
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mendifikasikan
pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang cepat dan
seragam pada cakupan kondisi lapangyang luas. Cakupan vigor
benih memiliki aspek-aspek fisiologis selama proses
perkecambahan dan perkembangan kecambah. Vigor benih bukan
merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan sejumlah
sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang
berhubungan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain:
1. Kecepatan dan keserampakan daya perkecambahan d an
pertumbuhan kecambah.
2. Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi
lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan.
3. Kemampuan benih untuk berkecambah setelah mengalami
penyimpanan. Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi
tentang viabilitas, masing-masing “kekuatan tumbuh dan
daya simpan” benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan
benih pada kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman
normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub
optimum atau sesudah benih melampaui suatu periode
simpan yang lama. Tanaman dengan tingkat vigor yang
tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotip
kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat
berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahanannya
(Sutopo, 2012).
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal.
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologis. Vigor
genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda,
sedangkan vigor fisiologis adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yang sama. Vigor benih yang tinggi dicirikan
antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama
penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan
lingkungan tumbuh yang suboptimal (Sutopo, 2012).
Faktor yang mempengaruhi vigor benih:
a. Faktor genetik
Faktor yang mempengaruhi mutu benih antara lain faktor
genetik, lingkungan status benih (kondisi fisik dan fisiologi
benih). Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan
dengan komposisi genetika benih. Setiap varietas memiliki
identitas genetika yang berbeda.
b. Kondisi lingkungan tumbuh dan ruang simpan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap mutu benih
berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama prapanen,
pascapanen maupun saat pemasaran benih. Lingkungan tumbuh
selama periode pembentukan dan perkembangan benih
berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan.
c. Kematangan benih
Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan
performa benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan
mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan
lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis,
komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi
benih.
d. Kadar air benih
Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi
kemunduran benih. Kemunduran benih sejalan dengan
meningkatnya kadar air benih. Kadar air benih akan
berpengaruh terhadap proses aktivasi enzim (perombakan
cadangan makanan). Bagi benih ortodok kadar air terlalu
rendah menyebabkan cracking (retak) sedangkan benih
rekalsitran kadar air terlalu rendah menyebabkan gangguan
fisiologis. Kadar air optimum setiap jenis benih berbeda-beda.
e. Proses pengolahan benih
Pengolahan yang baik tidak menyebabkan kerusakan pada
benih. Pengolahan benih yang tidak baik menyebabkan benih
memar, pecah, dan pengerasan kulit benih. Perontokan dan
pengeringan merupakan tahap yang paling berpengaruh
terhadap kualitas benih.
f. Jenis kemasan
Jenis kemasakan yang baik dapat mempertahankan kadar air
dan vigor benih, selain itu kemasan yang baik dapat
menghindari benih dari benturan, serangan hama dan penyakit
(Kusumawardana dan Nanda, 2019).
Menurunnya perkecambahan benih pada konsentrasi garam yang
tinggi mengakibatkan benih sukar menyerap air, sehingga
pembelahan dan pembesaran sel terhambat, serta proses
perkecambahan terganggu. Adanya garam dalam media
perkecambahan merupakan suatu kendala untuk dapat
berlangsungnya proses perkecambahan secara normal yang berkaitan
dengan proses imbibisi. Laju imbibisi berkurang disebabkan kurang
tersedianya air bagi benih karena tingkat salinitas naik atau
konsentrasi air turun (Jasmi, 2016)
Uji vigor pada benih akan menunjukkan kemampuan benih
untuk berkecambah secara normal di lingkungan yang
kurangoptimum. Uji vogor dapat dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain paper piercing test, brick gravel test, dan media
pasir. Pada setiap metode, akan menunjukkan hasil yang berbeda
terhadap vigor benih yang di uji. Penggunaan biji yang telah
tersimpan dan masih baru juga akan mempengaruhi hasil dari uji
vigor, dikarenakan berkaitan dengan ketersediaan cadangan
makanan untuk benih tersebut tumbuh berkecambah. Berdasarkan
hasil penelitian ini presentase perkecambahan tertinggi dicapai
pada paper piercing test untuk benih baru maupun lama (Subantoro
dan Prabowo, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Jasmi. 2016. Pengaruh konsentrasi NaCl dan Varietas Terhadap


Viabilitas, Vigor dan Pertumbuhan Vegetatif Benih Kacang
Hijau (Vigna radiata L.). Jurnal Agrotek Lestari 2 (1): 11-22
Kusumawardana, Aditya dan Nanda Hidayati. 2019. Uji Cepat Mutu
Benih. Malang: CV Multimedia Edukasi
Subantoro, R. dan R. Prabowo. 2013. Pengaruh Metode Pengujian
Vigor Terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai. Mediagro, 9(1):
48 –60.
Sutopo, L. 2012. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Rajawali Pers. Jakarta
Sujadsi, Bagod. 2006. Biologi Sains Dalam Kehidupan Manusia.
Surabaya:Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai