Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TERAPI BERMAIN ORIGAMI PADA ANAK USIA TODDLER

YANG MENGALAMI KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI DIRUANG


ASTER RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Nur Anggun Puspita, Atun Raudotul Ma’rifah, Susio Maryati


STIKes Harapan Bangsa Purwokerto
Email: atunraudotulmarifah@gmail.com

Abstract

Backgriund: Playing is a voluntary activity to obtain pleasure / satisfaction. Origami


can be used to teach skills in preschool children because the movement of folding paper
can develop both creativity and motor neuron system.
Objective : The purpose of this study was to reveal The effect of origami playing
therapy on toddlers experiencing childhood anxiety due to hospitalization in aster ward
Prof. Dr. Margono Soekarjo hospital Purwokerto 2015.
Method : This research method is pre-experimental with pretest-posttest design. The
population of this study were all children toddler (1-3 years old) in Aster Ward Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. The sampling method used Nonprobability
sampling with Accidental sampling. There were 17 respondents taken as the sample.
Result : Statistical test results obtained with the Wilcoxon test were significant value p
0.003 (p value <α) and the value of z count -2.972, which means there is the effect of
origami origami playing therapy anxiety due to hospitalization.
Conclusion : In conclusion , there is The effect of origami playing therapy on toddlers
experiencing childhood anxiety due to hospitalization in aster ward Prof. Dr. Margono
Soekarjo hospital Purwokerto.

Keywords: Origami, Child toddler, Anxiety, Hospitalization.

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 12


PENDAHULUAN menggunakan kemampuan motorik
Dunia anak adalah dunia bermain. (skill play) banyak dipilih anak usia pra
Melalui kegiatan bermain, semua aspek sekolah. Jenis alat permainan yang
perkembangan anak ditumbuhkan tepat diberikan pada anak, misalnya
sehingga anak-anak menjadi lebih sehat sepeda, mobil-mobilan, alat olahraga,
sekaligus cerdas. Saat bermain, anak- berenang, permainan balok-balok besar,
anak akan lebih terasah rasa empatinya, dan permaianan melipat kertas. Reaksi
mereka juga bisa mengatasi penolakan anak pra sekolah ketika mengalami
dan dominasi, serta bisa mengelola perawatan di rumah sakit adalah dengan
emosi (Adriana, 2011). menunjukkan reaksi perilaku seperti
Bermain sangat penting dalam protes, putus asa dan regresi. Hal ini
kehidupan seorang anak yang sakit. bisa dibuktikan dengan anak tampak
Bermain di rumah sakit bertujuan untuk tidak aktif, sedih, tidak tertarik pada
memberi tahu anak tentang situasi tidak lingkungan, tidak komunikatif, mundur
umum yang mereka alami sehingga rasa ke perilaku sebelumnya (misalnya:
takut dapat berkurang dan kepercayaan menghisap ibu jari, mengompol dan
diri anak meningkat (Brooker, 2008). lain-lain) dan juga perilaku regresi
seperti: ketergantungan, menarik diri
dan ansietas (Supartini, 2004).
Sejalan dengan pertumbuhan dan Toddler berusaha mendapatkan
perkembangannya, anak usia prasekolah autonomi dan tujuan ini sudah terlihat
mempunyai kemampuan motorik kasar dalam sebagian besar perilaku mereka
dan halus yang lebih matang daripada (ketrampilan motorik, bermain,
anak usia todler. Anak sudah lebih aktif, hubungan interpersonal, aktivitas harian
kreatif, dan imajinatif. Jenis permainan dan komunikasi). Pada saat kesenangan
yang sesuai adalah associative play, egosentrik mereka mengalami
dramatic play, dan skill play. Anak hambatan, maka toddler akan bereaksi
melakukan permaianan bersama-sama secara negativisme, terutama
dengan temannya dengan komunikasi tempertatrum. Adanya restriksi atau
yang sesuai dengan kemampuan pembatasan gerak, seperti tindakan
bahasanya. Permainan yang sederhana membuat toddler berbaring,

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 13


dapat menyebabkan resistensi yang kuat untuk sembuh, dan tidak kooperatif
dan ketidak patuhan. Kehilangan terhadap perawatan (Alpers, 2006).
kendali juga terjadi akibat perubahan Berdasarkan studi pendahuluan
rutinitas dan ritual (Wong, 2009). yang dilakukan oleh peneliti pada
Hospitalisasi pada anak merupakan tanggal 18 Desember 2014 dari Catatan
proses karena suatu alasan yang Administrasi Ruangan Aster RSUD
berencana atau darurat mengharuskan Prof. Dr. Margono, terdapat 502 pasien
anak untuk tinggal di rumah sakit anak yang dirawat pada periode
menjalani terapi dan perawatan sampai September-November tahun 2014. Pada
pemulangan kembali kerumah (Dian, bulan September tahun 2014 jumlah
2011). Menurut Bernstein dan Garfinkel anak yang dirawat 175, terdiri dari:
dalam Supartini (2005), telah jumlah anak usia toddler 49, anak usia
menunjukkan bahwa 70% anak pra sekolah 25, sisanya 101 anak usia 1-
menderita depresi dan 60% anak 12 bulan dan anak usia sekolah. Pada
menderita kecemasan terutama bulan Oktober tahun 2014 jumlah anak
gangguan kecemasan karena perpisahan yang dirawat 166, terdiri dari: jumlah
atau separation anxiety disorder. anak usia toddler 59, jumlah anak pra
Berbagai perasaaan yang muncul pada sekolah 18, sisanya 89 anak usia 1-12
anak yaitu cemas, dan rasa bersalah. bulan dan anak usia sekolah. Pada bulan
Prevalensi kecemasan anak saat November tahun 2014 jumlah anak
hospitalisasi mencapai 75%. yang dirawat 161, terdiri dari: jumlah
Kecemasan merupakan kejadian yang anak usia toddler 69, jumlah anak usia
mudah terjadi atau menyebar, namun pra sekolah 22, sisanya 70 anak usia 1-
tidak mudah diatasi karena faktor 12 bulan dan anak usia sekolah.
penyebabnya yang tidak spesifik. Anak Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang cemas akan mengalami kelelahan mengetahui pengaruh terapi bermain
karena menangis terus, tidak mau origami terhadap anak usia toodler yang
berinteraksi dengan perawat, rewel, mengalami kecemasan akibat
merengek minta pulang terus, menolak hospitalisasi di Ruang Aster RSUD
makan sehingga memperlambat proses Margono Soekarjo, Purwokerto.
penyembuhan, menurunnya semangat

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 14


METODE PENELITIAN responden yang kebetulan ada yang
Desain yang digunakan dalam sesuai dengan konteks penelitian
penelitian ini adalah pra-eksperimental, (Notoatmodjo, 2012), diperkirakan
dengan pendekatan one group pre an jumlah anak yang mengalami
post test design. merupakan penelitian hospitalisasi dalam satu bulan adalah 17
yang dilakukan dengan cara anak.
memberikan pretest (pengamatan awal) Pengumpulan data pada penelitian
terlebih dahulu sebelum diberikan ini menggunakan alat ukur berupa
intervensi, setelah itu diberikan kuesioner. Dan untuk mengetahui
intervensi, kemudian dilakukan posttest kecemasan anak usia toddler yang
(pengamatan akhir) (Hidayat, 2011). mengalami kecemasan akibat
Populasi dalam penelitian ini hospitalisasi, kuesioner yang digunakan
adalah seluruh anak toddler (1-3 tahun) adalah kuesioner SCAS (Spence
di ruang Aster RSUD Prof. Dr. Children’s Anxiety Scale) yang terdiri
Margono Soekarjo Purwokerto. Sampel dari 24 pertanyaan dengan alternative
dari penelitian ini adalah 17 anak usia pilihan jawaban 4 (sangat sering, cukup
toddler yang mengalami kecemasan sering, kadang-kadang, jarang dan tidak
akibat hospitalisasi diobservasi dan sama sekali). Skala pengukuran
dinilai terlebih dahulu bagaimana kecemasan adalah 4 jika sangat sering,
kecemasan sebelum diberikan terapi 3 jika cukup sering, 2 jika kadang-
bermain origami, kemudian setelah kadang, 1 jika jarang, dan 0 jika tidak
diberikan perlakuan sampel diobservasi sama sekali.
dan dinilai kembali bagaimana Untuk uji hipesis penelitian
kecemasanny, apakah menunjukkan “pengaruh terapi bermain origami pada
perbedaan dengan sebelum diberikan anak usia toddler yang mengalami
terapi bermain origami. kecemasan akibat hospitalisasi”
Teknik yang digunakan dalam digunakan uji Penelitian ini
penelitian ini menggunakan menggunakan uji statistik Wilcoxon
nonprobality sampling dengan Match Pairs test.
accidental sampling. Ini dilakukan
HASIL PENELITIAN DAN
dengan mengambil kasus atau
PEMBAHASAN

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 15


perawatan sangat mempengaruhi
1. Distribusi Tingkat Kecemasan
tingkat kognitif dan kenyamanan
Sebelum Diberikan Terapi Bermain
Origami anak selama berada dirumah sakit.
Tabel. 1
Perawatan yang diberikan
Tingkat Kecemasan Sebelum Diberikan
Terapi Bermain Origami Pada Anak tenaga kesehatan di rumah sakit
Usia Toddler di Ruang Aster RSUD
mempengaruhi kecemasan yang
Prof. Margono Sokarjo(n= 17)
termasuk pada tingkat kecemasan
No Nilai Tingkat N %
berat sekali yaitu merupakan suatu
Kecemasa
n keadaan menggoncang karena
1 < 24 Ringan 1 5,9 %
ancaman terhadap kesehatan
2 25-52 Sedang 7 41,2
% (Sundari, 2005).
3 53-80 Berat 8 47,1
Terdapatnya fasilitas dan
%
4 >80 Sangat 1 5,9 % perlengkapan terapi bermain yang
Berat/Pani
fungsinya dapat menghibur atau
k
mengalihkan kegelisahan dan
Berdasarkan tabel di atas dapat ketakutan anak tetapi belum
diuraikan bahwa tingkat kecemasan dimanfaatkan secara maksimal.
sebelum diberikan terapi bermain Sehingga kecemasan itu dapat mudah
origami, terdapat anak yang timbul pada anak yang berada di
mengalami kecemasan ringan ruang perawatan.
sebanyak 1 responden (5,9 %), pada Sesuai dengan penelitian
cemas sedang sebanyak 7 responden sebelumnya yang dilakukan oleh
(41,2 %), kemudian cemas berat Suryanti tahun 2014 yang
sebanyak 8 responden (47,1 %), menyatakan bahwa, hasil uji statistik
sedangkan pada cemas sangat berat didapatkan responden terbanyak
sebanyak 1 responden (5,9 %).. pada kelompok usia 3 tahun yaitu
Hal ini sesuai dengan teori yang sebanyak 11 anak (36,7%), kemudian
dikemukakan oleh Nursalam (2005), responden paling sedikit adalah
bahwa ruang perawatan anak yang responden dengan usia 5 tahun
dimodifikasi dengan gambar-gambar sebanyak 5 anak (16,7%). Pada usia
yang menghiasi dinding ruangan 3 tahun anak mulai belajar meloncat,

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 16


memanjat, melompat dengan satu dikarenakan anak mempunyai tipe
kaki, mampu menyusun kalimat, karakter yang aktif, sehingga ketika
menggambar lingkaran, bermain petugas kesehatan dan orang asing
bersama dengan anak lain dan menghadapi anak seperti itu harus
menyadari adanya lingkungan lain di ekstra sabar dan lebih peka.
luar keluarganya.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya
2. Distribusi Tingkat Kecemasan
Sesudah Diberikan Terapi Bermain. yang dilakukan oleh Suryanti (2014)
dengan pemberian terapi bermain
Tabel 2
Tingkat Kecemasan Sesudah Diberikan origami pada anak dapat menurunkan
Terapi Bermain Origami pada anak usia tingkat kecemasan selama diberikan
toodler di ruang Aster RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo (n=17) perawatan di rumah sakit, dari hasil
penelitian terdapat perubahan pada anak
No Nilai Tingkat N %
Kecemasan yang sudah diberikan terapi bermain,
1 < 24 Ringan 3 17,6% maka anak menjadi lebih terhibur dan
2 25- Sedang 14 82,4%
52 lebih tenang sifat regresi pun cenderung
3 53- Berat 0 0% berkurang karena dapat teralihkan oleh
80
4 >80 Sangat 0 0% terapi yang diberikan pada responden.
Berat/Panik
Menurut Aziz (2005), perubahan

Berdasarkan tabel di atas dapat citra tubuh dapat menyebabkan

diuraikan bahwa tingkat kecemasan perubahan peran, ideal diri, harga diri

sesudah diberikan terapi bermain dan identitasnya sehingga menimbulkan

origami, terdapat anak yang mengalami kecemasan yang membayang-bayangi

kecemasan ringan sebanyak 3 anak selama berada di rumah sakit.

responden (17,6 %), pada cemas sedang Sehingga jika menurut penelitian yang

sebanyak 14 responden (82,4 %), peneliti lakukan dengan penelitian

kemudian cemas berat sebanyak 0 sebelumnya terdapat kecemasan hal

responden (0%), sedangkan pada cemas yang dapat mempengaruhi tingkat

sangat berat sebanyak 0 responden (0 kecemasan anak sebelum diberikan

%). Adapun faktor yang menyebabkan terapi bermain.

anak tidak mengalami penurunan

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 17


terhadap tingkat kecemasan akibat
3. Pengaruh Terapi Bermain Origami
hospitalisasi.
Pada Anak Usia Toddler Yang
Mengalami Kecemasan Akibat Suryanti (2014) yaitu terdapat
Hospitalisasi.
pengaruh yang signifikan terdapat
Tabel 3 pemberian terapi bermain dengan
Pengaruh Terapi Bermain Origami
menggunakan origami, dengan hasil
Pada Anak Usia Toddler Yang
Mengalami Kecemasan Akibat sebagian besar anak telah diberikan
Hospitalisasi di ruang Aster RSUD
terapi bermain mengalami penurunan
Prof. Dr. Margono Soekarjo (n=17)
tingkat kecemasan. Sehingga pemberian
Variabel N Mean SR z p
terapi bermain sangat berpengaruh
Sebelum Neg.Ran 5,5 55 - 0,0
pemberian k 10 0 0 2,972 dengan
03 tingkat kecemasan anak yang
terapi
sedang diberi perawatan di rumah sakit.
bermain
origami- Anak yang sedang dirawat tetap
dapat melakukan atau mempraktikan
sesudah Pos.Rank
pemberian 0 keterampilan, memberikan ekspresi
terapi Ties
terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan
bermain 7
lebih terhibur dengan melakukan
aktivitas terapi bermain selama berada
Berdasarkan tabel analisa di atas
di rumah sakit. Keaktifan dan kerjasama
dapat memperlihatkan adanya
anak yang baik terhadap perlakuan
perbedaan tingkat kecemasan terdapat
pemberian terapi bermain dengan
10 anak yang mengalami penurunan
membaca buku cerita, juga dapat
tingkat kecemasan akibat hospitalisasi
disebabkan oleh faktor yang dimiliki
lalu terdapat 7 anak yang tetap
anak itu sendiri dan orientasi yang
mengalami kecemasan akibat
didapat selama di rumah sakit
hospitalisasi, dan tidak ada anak yang
(Nursalam, 2005).
mengalami kenaikan tingkat kecemasan
KESIMPULAN
setelah dilakukan terapi bermain
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
origami. Berdasarkan hasil analisa
sebelum terapi bermain sebagian besar
datanya, maka p dari z hitung wilcoxon
responden mengalami kecemasan
adalah 0,003, p < 0,05, maka ada
kategori berat sebesar 8 responden (47,1
pengaruh terapi bermain origami

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 18


%). Sedangkan kecemasan sesudah bermain semaksimal mungkin yang
diberikan terapi bermain menurun yaitu telah disediakan oleh rumah sakit,
cemas ringan 3 responden (17,6 %), agar dampak hospitalisasi pada anak
dan cemas sedang 14 responden (82,4 yang dirawat di rumah sakit dapat
%). Ada pengaruh yang signifikan diminimalkan. Dengan
pemberian terapi bermain origami meningkatkan pelayanan yang
dengan penurunan kecemasan pada optimal pada pasien anak, juga
anak usia toddler yang mengalami dapat membantu tumbuh-kembang
kecemasan akibat hospitalisasi di Ruang anak meskipun anak berada di
Aster RSUD Margono Soekarjo rumah sakit.
Purwokerto, berdasarkan uji Wilcoxon 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Match Pairs test diperoleh nilai p Penelitian ini dapat
sebesar 0,003 (p < 0,05) mengembangkan lebih lanjut
dengan meneliti faktor lain yang
dapat berpengaruh terhadap tingkat
SARAN
kecemasan anak selama berada di
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah
rumah sakit, mungkin dengan
Margono Soekarjo Purwokerto
mengaplikasikan terapi bermain
RSUD Margono Soekarjo
lainnya seperti dengan bermain
Purwokerto dapat memfasilitasi dan
peran, membaca buku cerita, dan
mengaplikasikan terapi bermain
sebagainya agar mendapatkan hasil
khususnya pada ruang perawatan
penelitian yang lebih optimal.
anak, sehingga meskipun anak
berada di rumah sakit, anak tetap
DAFTAR PUSTAKA
dapat melanjutkan tumbuh- Adriana, D. 2011. Tumbuh Kembang
dan Terapi Bermain Pada Anak.
kembangnya secara optimal.
Jakarta: Salemba Medika

Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri


2. Bagi Perawat Rudolph, Edisi 20 Vol 1. Jakarta:
Perawat dapat mengaplikasikan EGC
terapi bermain secara optimal di Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia
ruang keperawatan anak, dan dapat Keperawatan. Jakarta: EGC
memanfaatkan fasilitas terapi

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 19


Hidayat, A. AA. 2005. Pengantar
Keperawatan Anak 1. Surabaya:
Salemba Medika

. 2011. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan


Bayi dan Anak (untuk perawat
dan bidan). Jakarta: Salemba
Medika.

Supartini, Y. 2004. Konsep Dasar


Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Suryanti, dkk. 2012. Pengaruh Terapi


Bermain Dan Origami Terhadap
Tingkat Kecemasan Sebagai Efek
Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng
Tarunadibrata, Purbalingga.
Purwokerto: Program Studi
Keperawatan, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.

Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar


Keperawatan Pediatrik, Edisi 6
Volume 2. Jakarta: EGC.

Rumini, Sundari . 2005.


Perkembangan Anak dan Remaj
a: Buku Pegangan Kuliah.
Jakarta: Rineka Cipta

Viva Medika | VOLUME 09/NOMOR 16/FEBRUARI/2016 20

Anda mungkin juga menyukai