Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

KEMATIAN
Nama : Nn. RM RS : Wahidin Sudirohusodo
Tanggal lahir : 16/4/1997(24 thn) Ruangan : Lontara 1 AB kamar 5/II/2
Alamat : Makassar No.Register : 56.18.71
Pekerjaan : Mahasiswa Tgl MRS : 26/04/2021 (15.10 WITA)
Agama : Kristen Tgl Meninggal : 28/04/2021 (10.50 WITA)
Suku : Toraja Dokter Ruangan : dr. Luthfi A/dr.Ine Erliana
Status Pernikahan : belum menikah Chief Ruangan : dr. I Nyoman Yogi W

Pulmonologi : dr. Joko Hendarto


Divisi Rheuma : dr. Achwana Sri Arundany

KJS : Kardiologi

ANAMNESIS
(Heteroanamnesis)

Keluhan Utama : Sesak napas

Riwayat Penyakit Sekarang :

• Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas yang dialami sejak tiga hari
sebelum masuk rumah sakit dan memberat sejak satu hari terakhir, sesak napas dirasakan
terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Riwayat sesak bila berjalan jauh ada.
Pasien lebih nyaman tidur dengan posisi setengah duduk, riwayat bangun tengah malam
karena sesak tidak ada. Sesak tidak dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Riwayat sesak
napas sebelumnya ada satu bulan yang lalu.

• Batuk ada sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk disertai dahak berwarna
putih, dirasakan terus menerus dan kadang-kadang disertai bercak darah. Riwayat batuk
lama sebelumnya ada satu setengah bulan yang lalu. Riwayat batuk keluar darah
sebelumnya ada. Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak ada. Riwayat
berpergian keluar kota dalam 2 minggu terakhir tidak ada. Nyeri dada saat ini tidak ada,
Riwayat nyeri dada sebelumnya tidak ada.
1
• Demam saat ini tidak ada. Riwayat demam sebelumnya ada, saat dua minggu yang
lalu,dirasakan tidak terus menerus. Nyeri kepala tidak ada.

• Sariawan saat ini tidak ada, riwayat sering sariawan dan tidak disertai rasa nyeri ada
dalam 1 tahun terakhir. Rambut rontok ada. Plak kemerahan di kedua pipi saat ini tidak
ada. Riwayat plak kemerahan di kedua pipi pasien yang muncul saat terkena sinar
matahari ada.

• Lemas ada dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, memberat dalam 3 minggu terakhir.
Lemas dirasakan terus menerus, bertambah berat dengan aktivitas.

• Mual tidak ada, muntah tidak ada, Riwayat muntah sebelumnya tidak ada, nafsu makan
dirasakan berkurang sejak 1 minggu yang lalu, pasien hanya mampu makan 3-4 sendok
sekali makan. Berat badan dirasakan berkurang tetapi pasien tidak tau pasti jumlahnya.

• Buang air kecil lancar, volume kesan cukup, warna kuning. Nyeri saat buang air kecil
tidak ada. Riwayat buang air kecil berpasir tidak ada. Riwayat buang air kecil campur
darah tidak ada.

• Buang air besar terakhir satu hari yang lalu, konsistensi lunak warna kuning, buang air
besar bercampur darah tidak ada, Riwayat buang air besar hitam encer tidak ada.

• Riwayat didiagnosis sistemik lupus erimatosus sejak 8 tahun yang lalu. Saat itu pasien
sering mengalami nyeri pada persendian, bengkak pada wajah, luka pada mulut dan
hidung, sering mengalami kerontokan rambut, demam yang hilang timbul, dan
kemerahan pada kulit jika terpapar sinar matahari. Pasien rutin konsumsi
hidroksikloroquin 200mg/12jam/oral, metilprednisolon 16mg/8jam/oral kemudian dosis
diturunkan menjadi 8 mg/8 jam/oral
• Riwayat penyakit katup jantung diketahui sejak 2 tahun lalu rutin kontrol di poli
Jantung RS Wahidin Sudirohusodo. Pasien konsumsi obat valsartan 80 mg per 24 jam
dan concor 2,5 mg per 24 jam.

• Riwayat dirawat di RSWS 2 minggu yang lalu dengan keluhan batuk darah dan sesak
nafas. Hasil pemeriksaan Mikrobiologi ditemukan adanya Jamur (hypha), sputum BTA
negatif. Pemeriksaan TCM negatif. Pemeriksaan Bronkoskopi kesan peradangan kronis.
Pemeriksaan Foto Thorax didapatkan gambaran Edema Paru dd/ Pneumonia bilateral,
Efusi Pleura Bilateral terutama dextra dan Skoliosis thorakalis sinistrokonveks. Pasien
dirawat dengan diagnosa Mikosis Paru, Systemic lupus eritematosa, Heart Failure
preserved ejection Fraction, Efusi Pleura, Hemoptisis dan Hipoalbuminemia. Pasien saat
2
ini mendapatkan terapi furosemide 40 mg/24jam/oral, ramipril 2,5 mg/24jam/oral,
concor 2,5 mg/24jam/oral, fluconazole 100 mg/24jam/oral, codein 10 mg/8jam/oral,
hidroksikloroquin 200mg/12jam/oral, dan methylprednisolon 4mg/12 jam/oral.

Riwayat Penyakit dahulu :


• Riwayat TB Paru pada bulan Maret-September 2020, konsumsi Obat Anti Tuberculosis
Kategori I. Selesai pengobatan OAT selama 6 bulan.
• Riwayat asma tidak ada.
• Riwayat penyakit hipertensi tidak ada
• Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada
• Riwayat penyakit ginjal tidak ada
• Riwayat hepatitis tidak ada
• Riwayat penyakit keganasan tidak ada

Riwayat Keluarga dan Psikososial :

• Pasien adalah seorang mahasiswa, tinggal bersama orang tua yang dalam keadaan sehat

• Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada

• Riwayat penyakit Lupus dalam keluarga tidak ada

• Riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal dan
penyakit liver tidak ada

• Riwayat keluarga dengan penyakit keganasan tidak ada.

• Riwayat konsumsi alkohol tidak ada.

• Riwayat merokok tidak ada.

• Riwayat konsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan/herbal tidak ada.

• Riwayat alergi tidak ada.

Pemeriksaan Fisik
Deskripsi Umum

• Kesan sakit : Sakit Berat

• Status gizi : Gizi cukup

3
• Kesadaran : Composmentis ( E4M6V5 )

• TB : 155 cm

• BB : 52 kg

• IMT : 21.6 kg/m2

Tanda Vital

• Tekanan Darah : 80/60 mmHg

• Nadi : 108 x/menit, reguler, kuat angkat

• Pernapasan : 30x/menit

• Suhu : 36,6oC , axilla

• SpO2 : 98% dengan simple mask 5 LPM

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : Normocephal, rambut hitam lurus, mudah tercabut.

Wajah : Malar rash tidak ada.

Mata : Konjungtiva tampak pucat, sklera tidak ikterik, Pupil isokor 2.5mm/
2.5 mm, refleks cahaya langsung dan tak langsung ada, edema palpebra tidak ada
Telinga : Tidak tampak adanya sekret

Hidung : Bentuk normal, tidak ada sekret, epistaksis tidak ada

Mulut : Luka dan crusta tidak ada. Oral ulcer tidak ada, lidah kotor tidak ada,
faring tidak hiperemis.
Leher : JVP R+3 cmH2O, pembesaran kelenjar limfe tidak ada, pembesaran
kelenjar tiroid tidak ada, deviasi trakea tidak ada.
Thoraks :

Inspeksi : Simetris kiri sama dengan kanan. Sela iga tidak melebar.

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa tumor maupun krepitasi

Perkusi : Redup setinggi intercostalis VI hemithorax dextra

Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, suara nafas menurun pada

hemithorax dextra, ronkhi kasar hemithorax bilateral,wheezing


4
tidak ada.
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Pekak, batas jantung kanan di ICS IV linea parasternalis dextra; batas
jantung kiri di ICS V linea medioclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, systolic murmur 3/6 di apex
Abdomen:

Inspeksi : datar, ikut gerak napas

Auskultasi : Peristaltik usus ada kesan normal.

Palpasi : Hepar dan lien tak teraba, tidak ada nyeri tekan pada regio abdomen.

Perkusi : timpani, ascites tidak ada


Ekstremitas :
Superior : Edema tidak ada, akral teraba dingin, CRT < 2 detik
Inferior : Edema tidak ada, akral teraba dingin, CRT < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang

Tabel 1. Laboratorium 26/04/2020


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 17.100 4.00 – 10.0 103/ul
RBC 4,63 4-6 106/ul
HGB 10,7 12 – 16 gr/dl
HCT 36 37,0-48,0 %
MCV 78 80 – 97 Fl
MCH 23 26,5 – 33,5 Pg
MCHC 30 31,5-35 gr/dl
PLT 142.000 150 – 450 103/ul
Neut 88,9 52 – 75 %
Lymph 2,3 20 – 40 %
Monosit 8,5 2–8 %
Eosinofil 0,1 1-3 %
Basofil 0,2 0-0,1 %

5
PT 11,3 10 – 14 Detik
INR 1,09 -
APTT 26,1 22,0-30,0 Detik
Ureum 27 10-50 mmol/dl
Creatinin 0,45 L<1.3; P<1,1 mmol/dl
GDS 101 <140 mg/dl
SGOT 26 <38 U/L
SGPT 27 <41 U/L
Protein total 4,0 6,6-8,7 gr/dl
Albumin 2,5 3,5-5,0 gr/dl
Natrium 136 136-145 mmol/l
Kalium 3,3 3,5-5,1 mmol/l
Klorida 102 97-111 mmol/l
Prokalsitonin 0,76 < 0,05 ng/ml
< 0,13
HbsAg Non reactive COI
(Non reactive)
<1,00
Anti HCV Non reactive COI
(Non reactive)

Tabel 2. Analisis Gas Darah (26/04/2021)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
PH 7,414 7,35-7,45
SO2 95,1 95-98 %
PO2 78,1 80,0-100,0 mmHg
ctO2 17,2 15,8-22,3 ml/dl
PCO2 54,7 35,0-45,0 mmHg
ctCO2 37,0 23-27 mmol/l
HCO3 35,3 22-26 mmol/l
BE 10,5 -2 s/d +2 mmol/l
[H+] = PCO2 x 24 / [HCO3]
= 54,7 x 24 / 35,3 = 37,2
Konversi PH ke ion H+ = 100 x (0,8)4 = 40,96
AGD layak baca
Kesan : Alkalosis metabolik terkompensasi penuh
6
Kebutuhan oksigen :
𝑃𝐴𝑂2 = (713 ×𝐹𝑖𝑂2)−(𝑃𝑎𝐶𝑂2 ×1,25)
= (713 x 0.25) – (54,7 x 1,25)
= 178,25– 68,375
= 109,875
𝑃𝐴𝑂2 𝑛𝑒𝑤 = ((𝑃𝐴𝑂2×𝑃𝑎𝑂2 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡))/𝑃𝑎𝑂2
= (109,875 x 98) / 78,1
= 137,87
𝐹𝑖𝑂2 = (𝑃𝐴𝑂2 𝑛𝑒𝑤 + (𝑃𝑎𝐶𝑂2×1,25))/713
= 137,87 + 68,375 / 713
= 0.29 → (Setara dengan nasal kanul 3 liter permenit)

Elektrokardiogram (26/04/2021)

Irama : sinus PR interval : 0,16second


Heart rate : 115 bpm, reguler Komplex QRS : 0,04second
Axis : normoaxis ST segment : isoelektrik
Gelombang P : Bifid P wave (P mitral) QT interval : 0,2 second
0,12second Gelombang T : T inverted V1-V4

Kesan :
Sinus takikardi, HR 115 bpm, reguler , normoaxis , LAE, Iskemi anteroseptal

7
MSCT Scan Thorax (27/04/21)

- Bentuk thorax yang asimetris disertai cavum hemithorax kanan mengecil


- Tampak patchy infiltrat yang tersebar pada lobus superior paru kanan dan segmen
anterobasal dan laterobasal lobus inferior paru kiri
- Tampak ground glass opacity pada segmen lingual superior lobus superior paru kiri
- Tampak garis fibrosis pada segmen apikoposterior dan segmen lingual inferior lobus
superior paru kiri, segmen antero basal dan laterobasal lobus inferior paru kiri disertai
kalsifikasi (126 HU) pada segmen posterior lobus superior paru kanan.
- Trachea di midline
- Main bronchus dalam batas normal
- Tidak tampak pembesaran KGB paratrachea, subcarina, peribronchial bilateral
- Cor : ukuran dalam batas normal, aorta dan pembuluh darah besar lainnya dalam batas
normal
- Tampak densitas cairan bebas pada cavum pleura bilateral terutama kanan
disertai kolaps paru pada lobus media dan inferior paru kanan
- Hepar, gaster , dan lien yang terscan dalam batas normal
- Tampak scoliosis thoracalis dextroconvex. Tulang-tulang yang terscan lainnya intak
Kesan :
• TB paru lama aktif lesi luas
• Efusi pleura bilateral terutama dextra disertai ateletaksis dextra

Echocardiografi ( 17/12/2020)
1. Cardiac valves
- Mitral : moderate MR prolapse AML, scallop A2 (MR ERO 0.27 cm2, MR Vol 33 ml,
MR Rad 0.7 cm) Peak E Velocity 99.9 cm/s
8
- Aorta : 3 cm cuspis, calcification (-), normal function dan movement
- Tricuspid : Normal function and movement
- Pulmonal : Normal function and movement, Pv AccT 130 ms

2. Dimension of cardiac chamber :

- LA : Dilatation, LA mayor 6.3 cm, LA minor 3.2 cm, LAVI 36.4 ml/m2

- LV : Normal, LVEDd 3.4 cm, LVEDs 2.0 cm

- RA : Normal, RA mayor 5.3 cm, RA minor 3.9 cm

- RV : Normal, RVDB 2.3 cm

- Aorta : Ao 2.0 cm,LA 2.8 cm, LA/Ao 1.4

3. Normal LV systolic function, EF 73.2% (TEICH), EF 69.3 % (Biplane)

Normal RV systolic function, TAPSE 1.8 cm,SaETM Lat 11.2 cm/s

4. Left Ventricular hypertrophy : (-) negative (LVMI 38.2 g/m2, RWT 0.39)

5. Regional wall motion : Global Normokinetic

6. eRAP : 3 mmHg (IVC exp : 1.5 cm, IVC insp : 0.4 cm)

7. E/A >1, EaETM Med 12 cm/s, EaETM Lat 16.2 cm/s, E/EaETM 7.2
Conclusion :
• Moderate Mitral Regurgitation due to prolaps AML
• Normal LV function EF 69,3% (biplane)
• Normal RV function TAPSE 1,8
• Dilatation of LA
• Global normokinetic

Jawaban konsul Kardiologi ( 26/4/2021 pukul 18.00)


S : sesak nafas ada, lemas ada
O:
Keadaan Umum : Sakit berat/composmentis/gizi cukup
Tanda Vital : TD : 90/60 mmHg
Nadi : 104 kali per menit, reguler, kuat angkat
RR : 26 kali per menit
Suhu : 36,7 derajat Celcius
Sp.O2 : 98% via simple mask 5 liter per menit
9
Pemeriksaan fisik :

Kepala : rambut mudah tercabut.


Mata : Konjungtiva tampak pucat.
Leher : JVP R+3 cmH2O
Thoraks : Redup setinggi intercostalis VI hemithorax dextra
suara nafas menurun pada hemithorax dextra, ronkhi kasar hemithorax bilateral.
Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur systolic 3/6 di apex.
Abdomen : organomegali tidak ada
Extremitas : edema tidak ada
Echo bedside :

- Fungsi sistolik LV kesan baik, EF 60%


- Fungsi sistolik RV kesan baik, TAPSE 1,7
- Global normokinetik
- Kesan MR moderate
- eRAP 8 mmHg
Echo 17/12/2020

- Moderate Mitral Regurgitation due to prolaps AML

- Normal LV function EF 69,3% (biplane)

- Normal RV function TAPSE 1,8

- Dilatation of LA

- Global normokinetic
A:

- Heart Failure Preserved Ejection Fraction


- Moderate Mitral Regurgitation
Terapi :

- Furosemide 40 mg/24jam/oral (Bila TDS>100)


- Ramipril 2,5 mg/24 jam/oral (Bila TDS>100)
- Concor 1,25 mg/24 jam/oral (Bila TDS>100)
Plan :
Echocardiography full study

10
Jawaban Konsul Rheumatology (26/4/2021 Pukul 21.00)
S : sesak nafas ada, pasien tampak lemas, demam tidak ada
O:
Keadaan Umum : Sakit berat/composmentis/gizi cukup
Tanda Vital : TD : 90/60 mmHg
Nadi : 108 kali per menit
RR : 28 kali per menit
Suhu : 36,7 derajat celcius
Sp O2 : 98 % via simple mask 5 liter per menit
Pemeriksaan fisik :

Kepala : rambut mudah tercabut.


Mata : Konjungtiva tampak pucat.
Leher : JVP R+3 cmH2O
Thoraks : Redup setinggi intercostalis VI hemithorax dextra
suara nafas menurun pada hemithorax dextra, ronkhi kasar hemithorax bilateral.
Jantung : Bunyi jantung I/II reguler, murmur ada 3/6 di apex.
Abdomen : organomegali tidak ada
Extremitas : edema tidak ada
A:
- SLE mex sledai 5 (aktivitas ringan)
- Hipoalbuminemia
Terapi :

- Methyl prednisolon 4 mg/12jam/oral


- Hidroxycloroquin 200 mg /12 jam/oral
- Lansoprazole 30 mg/24 jam/oral
- Vit D3 1 tab/24jam/oral
- Vipalbumin 2 cap/8jam/oral

Daftar Masalah
1. Syok Sepsis qSofa Score 2
2. Community Acquired Pneumonia Curb 65 Score 2
3. Suspek TB Paru Kambuh
4. Sistemik Lupus Eritematosus Mex Sledai 5 (aktivitas ringan)
5. Heart Failure Preserved Ejection Fraction
11
6. Moderate Mitral Regurgitation
7. Efusi Pleura bilateral

8. Anemia Mikrositik Hipokrom et causa Suspek Defisiensi Fe dd/Anemia Penyakit


Kronis
9. Hipoalbuminemia
10. Mild Hipokalemia (3,3)

Daftar Masalah dan Pengkajian

1. Syok Sepsis qSofa Score 2


Dipikirkan atas dasar adanya keluhan sesak nafas, batuk dan adanya riwayat demam 2
minggu yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 80/60
mmHg, nadi 108x/menit, dan pernafasan 30x/menit . Pada pemeriksaan fisik didapatkan
akral dingin. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (17.100/ul), dan
prokalsitonin 0,76 mg/l. Berdasarkan qsofa score didapatkan score 2 dimana tekanan
darah sistolik <100 mmHg dan pernafasan > 22 kali per menit. Sepsis pada pasien ini
dipikirkan kausa pneumonia.
Plan Diagnostik : Kultur darah
Plan Terapi :
• Oksigen 5 liter per menit simple mask
• Loading NaCl 0,9 % 30cc/kgBB
• Meropenem 1 gram/8 jam/intravena
Plan Monitoring : Awasi tanda vital dan klinis pasien
Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi dan perjalanan penyakit yang diderita dan
rencana penatalaksanaan.
2. Community Acquired Pneumonia Curb 65 Score 2

Dipikirkan atas dasar adanya keluhan sesak napas dan batuk. Riwayat batuk lama
sebelumnya ada. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 80/60 mmHg,
pernafasan 30x/menit dan saturasi 98%. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rhonki kasar
pada hemithorax bilateral. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC 17.100 / ul
dengan Neutrofil 88,9 %, Lymfosit 2,3 %. Pada pemeriksaan MSCT thorax didapatkan
gambaran patchy infiltrat. Berdasarkan American Thoracic Society kondisi pneumonia
pada pasien ini merupakan kondisi yang berat dimana didapatkan tiga kriteria yang
menunjukkan kondisi severe pneumonia yaitu adanya hipotensi, respiratory rate 30x per
12
menit dan adanya gambaran infiltrat pada MSCT thorax. Untuk memastikan diagnosis
pasien maka diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.

Plan Diagnostik :
• Swab nasofaring
• kultur sputum, jamur dan sensitivitas antibiotik

Plan Terapi :
• Meropenem 1 gram/8 jam/intravena
• Levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena
• Codein 10 mg/8jam/oral

Plan Monitoring :
• Awasi tanda vital dan klinis pasien
• Foto thorax kontrol

Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi penyakit, penyakit yang diderita,


pemeriksaan yang akan dilakukan dan rencana penatalaksanaan.
3. Suspek TB Paru Kambuh.

Dipikirkan atas dasar adanya keluhan batuk berdahak bercampur bercak darah, terdapat
riwayat pengobatan TB sebelumnya pada bulan Maret-September 2020. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan rhonki kasar pada hemithorax bilateral. Pada pemeriksaan
MSCT Thorax didapatkan gambaran TB paru lama aktif lesi luas.

Plan Diagnostik :
• Tes TCM
• Kultur M.Tb

Plan Terapi : Codein 10mg/8jam/oral

Plan Monitoring : Awasi tanda vital dan klinis pasien

Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi penyakit yang diderita, pemeriksaan yang
akan dilakukan dan rencana penatalaksanaan.
4. Sistemik Lupus Erimatosus Mex Sledai 5 ( Aktivitas ringan )
Dipikirkan atas dasar pasien memiliki riwayat didiagnosis dengan SLE sejak 8 tahun
yang lalu, pasien rutin kontrol dan saat ini konsumsi hydroxycloroquin
200mg/12jam/oral dan metilprednisolon 4mg/12jam/oral.
Berdasarkan penilaian aktivitas penyakit didapatkan MEX SLEDAI 5 (aktivitas

13
ringan) meliputi : alopesia (2), limfopenia (1), dan efusi pleura (2).
Plan Diagnostik : Urinalisis
Plan Terapi :
• Hidroxycloroquin 200mg/12jam/oral
• Methylprednisolone 4 mg/12 jam/oral
• Vitamin D3 1 tab/24jam/oral
• Lansoprazole 30 mg/24jam/oral

Plan Monitoring :
• Awasi tanda vital dan klinis pasien

Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi dan perjalanan penyakit yang diderita,
pemeriksaan yang akan dilakukan dan rencana penatalaksanaan.

5. Heart Failure Preserved Ejection Fraction


Dipikirkan atas dasar keluhan sesak pada pasien, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas,
ortopneu ada, PND tidak ada. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan JVP meningkat R+3
cm H2O. Pada pemeriksaan EKG didapatkan kesan Sinus takikardi, HR 115 bpm,
reguler , normoaxis , dan Left Atrial Enlargement. Pada pemeriksaan Echocardiografi
didapatkan ejection fraction 69,3 %.
Plan Diagnostik : -
Plan Terapi :
• Furosemide 40mg/24jam/oral
• Ramipril 2,5mg/24jam/oral
• Concor 2,5mg/24jam/oral

Plan Monitoring :
• Awasi tanda vital dan klinis pasien
• Echocardiography full study (control)

Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi dan perjalanan penyakit yang diderita,
pemeriksaan yang akan dilakukan dan rencana penatalaksanaan.

6. Moderate Mitral Regurgitation.


Dipikirkan atas dasar adanya keluhan sesak yang dirasakan terus menerus dan terdapat
ortopneu. Pada pemeriksaan fisik didapatakan nadi 108x/menit, pernafasan 30x/menit,
Pada auskultasi jantung didapatkan suara murmur systolic 3/6 di apex. Pada
pemeriksaan EKG didapatkan kesan Sinus takikardi, HR 115 bpm, reguler , normoaxis ,

14
dan Left Atrial Enlargement. Pada pemeriksaan Echocardiografi didapatkan gambaran
moderate Mitral regurgitation due to prolaps AML. Pasien juga diketahui memiliki
riwayat didiagnosa gangguan katup sejak 2 tahun lalu.
Plan Diagnostik : -
Plan Terapi :

• Ramipril 2,5mg/24jam/oral
• Concor 2,5mg/24jam/oral

Plan Monitoring : Awasi tanda vital dan klinis pasien

Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi penyakit, penyakit yang diderita,


pemeriksaan yang akan dilakukan dan rencana penatalaksanaan.

7. Efusi Pleura Bilateral


Dipikirkan atas dasar adanya keluhan sesak yang dirasakan terus menerus sejak tiga hari
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pernafasan 30x/menit, suara nafas
menurun pada hemithorax dextra dan perkusi redup setinggi ICS VI. Pada pemeriksaan
MSCT thorax ditemukan gambaran Efusi pleura bilateral terutama dextra disertai
ateletaksis dextra.
Plan Diagnostik : Analisa dan sitologi cairan pleura
Plan Terapi : Thorakosintesis

Plan Monitoring : Awasi tanda vital dan klinis pasien

Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan
dan rencana penatalaksanaan.

8. Anemia Mikrositik Hipokrom et causa Suspek Defisiensi Fe dd/ Anemia Penyakit


Kronis

Dipikirkan atas dasar adanya keluhan lemas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,7 gr/dl, MCV 78
Fl, MCH 23 pg. Pasien ini dipikirkan mengalami anemia sebagai manifestasi dari
penyakit LES yang dialami.
Plan Diagnostik : Fe,TIBC, Ferritin, ADT
Plan Terapi :-

Plan Monitoring : Awasi tanda vital dan klinis pasien, Cek darah rutin kontrol

Plan Edukasi : Edukasi mengenai kondisi penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan

15
dan rencana penatalaksanaan.

9. Hipoalbuminemia
Dipikirkan atas dasar pasien keluhan nafsu makan yang dirasakan berkurang sejak 1
minggu yang lalu, pada pemeriksaan laboratorium didapatakan albumin 2,5 gr/dl.
Dipikirkan kondisi ini terjadi karena intake oral yang kurang.
Plan diagnostik : -
Plan terapi : koreksi albumin : (4-2,5)x52x0,8 /25 = 2,496
• VIP Albumin 2 caps/8jam/oral
Plan Monitoring :
• Cek albumin post koreksi
Plan edukasi : Edukasi mengenai kondisi penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan
dan rencana penatalaksanaan.
10. Mild Hipokalemia (3,3)
Dipikirkan atas dasar adanya hasil pemeriksaan laboratorium didapatakan kadar kalium
3,3 mmol/l. Dipikirkan kondisi ini terjadi karena intake oral yang kurang.
Plan diagnostik : -
Plan terapi : koreksi Kalium : (4-3,3) x52 / 25 = 1456
• KSR 600 mg/8jam/oral
Plan Monitoring :
• Cek elektrolit post koreksi
Plan edukasi : Edukasi mengenai kondisi penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan
dan rencana penatalaksanaan.

16
FOLLOW UP

TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT TERAPI


27/04/2021 S :sesak napas ada, lemas ada, demam tidak - O2 5 liter permenit
ada. via simple ;mask
Interna O: - Aminofluid
06.00 keadaan umum : Sakit berat/Composmentis/Gizi 1000cc/24jam/
cukup intravena
TD : 110/ 70 mmHg - Meropenem 1 gram /
N : 104 x/ menit 8jam/ intravena
S : 36.2oC - Levofloxacin 750
RR : 26 x/menit mg/24 jam/ intravena
- Codein 10 mg/8jam/
SpO2 : 99% dengan O2 5 lpm simple mask
oral
Pemeriksaan Fisis :
- Methyl prednisolon
Kepala : rambut mudah tercabut.
4 mg/12jam /oral
Mata : Konjungtiva tampak pucat.
- Hidroxycloroquin
Leher : JVP R+3 cmH2O
200 mg / 12 jam/
Thoraks :
oral
I : Simetris kiri sama dengan kanan. Sela iga - Lansoprazole 30
tidak melebar. mg/24 jam/oral

P : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada - Vit D3 1


tab/24jam/oral
P: Redup setinggi intercostalis VI hemithorax
- Vipalbumin 2
dextra
cap/8jam/oral
A : Bunyi pernapasan vesikuler, suara nafas - Furosemide 40
menurun pada hemithorax dextra, ronkhi mg/24jam/oral
kasar hemithorax bilateral. - Ramipril 2,5 mg/24
Jantung : jam/oral
A: Bunyi jantung I/II reguler, murmur ada 3/6 - Concor 1,25 mg/24
di apex. jam/oral
Abdomen : nyeri tekan tidak ada, organomegali - KSR 600 mg/8
tidak ada jam/oral

17
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat
Pemeriksaan penunjang :
Lab 26/04/2021 Plan :
Wbc : 17.100 /ul
- AGD kontrol
Hb : 10,7 gr/dl
- Awasi tanda vital
MCV 78 fl
dan klinis pasien
MCH 23 pg
- Swab nasofaring
MCHC 30 dg/dl
- Kultur sputum,jamur
PLT 142.000/ul
dan sensitivitas
Neut/ Lym : 88,9% / 2,3 %
antibiotik
Protein total 4,0 gr/dl
- Tes TCM
Albumin 2,5 gr/dl
- Kultur M.Tb
Na/K/Cl 136/3,3/102 mmol/l
- Foto thorax kontrol
Prokalsitonin 0,76 ng/ml
- Urinalisis
AGD 26/04/2021
- Cek Fe,TIBC,
PH : 7,414
Ferritin,
SO2 : 95,1
- ADT
PO2 : 78,1
- Echoocardiografi
PCO2 : 54,7
full study (Jika KU
HCO3 : 35,3
memungkinkan)
BE : 10,5
- Thoracosintesis
+
[H ] = PCO2 x 24 / [HCO3]
- Analisa dan sitologi
= 54,7 x 24 / 35,3 = 37,2
cairan pleura
Konversi PH ke ion H+ = 100 x (0,8)4 = 40,96
- Cek albumin post
AGD layak baca
koreksi
Kesan :
- Cek elektrolit post
Asdosis metabolik terkompensasi penuh
koreksi

A:

- Community Acquired Pneumonia Curb


65 score 2

- Syok sepsis qsofa score 2 (perbaikan)

- Suspek TB paru kambuh

18
- Sistemik Lupus Eritematosus Mex Sledai
5 (aktivitas ringan)

- Heart Failure Preserved ejection fraction

- Moderate Mitral Regurgitation

- Efusi Pleura Bilateral

- Anemia mikrositik hipokrom et causa


suspek defisiensi Fe dd/ Anemia
penyakit kronis

- Hipoalbuminemia

- Mild Hipokalemia (3,3)


27/04/2021 S :sesak napas ada, pasien tampak lemas - O2 5 liter permenit
O: via simple mask
Pulmonology keadaan umum : Sakit berat/Composmentis/ - Meropenem 1 gram
06.30 Gizi cukup /8jam/intravena
TD : 110/ 70 mmHg - Levofloxacin 750
N : 104 x/ menit mg/24 jam/ intravena
S : 36.2oC - Codein 10 mg/8jam/
RR : 26 x/menit oral

SpO2 : 99% dengan O2 5 lpm simple mask


Plan :
Pemeriksaan Fisis :
- Swab nasofaring
Kepala : rambut mudah tercabut.
- AGD
Mata : Konjungtiva tampak pucat.
- Kultur sputum ,
Leher : JVP R+3 cmH2O
jamur, dan
Thoraks :
sensitivitas antibiotik
I : Simetris kiri sama dengan kanan. Sela iga - Tes TCM
tidak melebar. - Kultur M.Tb

P : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada - Thorakosintesis


- Analisa dan sitologi
P: Redup setinggi intercostalis VI hemithorax
cairan pleura
dextra
- Awasi tanda-tanda
A : Bunyi pernapasan vesikuler, suara nafas vital dan saturasi

19
menurun pada hemithorax dextra, ronkhi oksigen
kasar hemithorax bilateral.
Jantung :
A: Bunyi jantung I/II reguler, murmur ada 3/6
di apex.
Abdomen : nyeri tekan tidak ada, organomegali
tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat
Pemeriksaan penunjang :
AGD 27/04/2021
PH : 7,377
SO2 : 99,5
PO2 : 201,6
PCO2 : 61,5
HCO3 : 36,4
BE : 11,0
[H+] = PCO2 x 24 / [HCO3]
= 61,5 x 24 / 36,4 = 40,56
Konversi PH ke ion H+ = 100 x (0,8)4 = 40,96
AGD layak baca
Kesan :
Asidosis Respiratorik Terkompensasi penuh
Swab nasofaring 27/04/2021 : Negatif
A:

- Community Acquired Pneumonia Curb


65 score 2

- Suspek TB paru kambuh

- Efusi Pleura bilateral


27/4/2021 S : sesak ada, pasien tampak lemas - Furosemide 40
Kardio O: mg/24jam/oral
07.00 keadaan umum : Sakit berat/Composmentis/ - Ramipril 2,5 mg/24
Gizi cukup jam/oral
TD : 110/ 70 mmHg - Concor 1,25 mg/24

20
N : 104 x/ menit jam/oral
S : 36.2oC - KSR 600 mg/8
RR : 26 x/menit jam/oral selama 3
hari
SpO2 : 99% dengan O2 5 lpm simple mask
Pemeriksaan Fisis :
Plan :
Kepala : rambut mudah tercabut.
Echocardiography full study
Mata : Konjungtiva tampak pucat.
Leher : JVP R+3 cmH2O
Thoraks :

- Redup setinggi intercostalis VI


hemithorax dextra

- suara nafas menurun pada


hemithorax dextra, ronkhi kasar
hemithorax bilateral.
Jantung :
A: Bunyi jantung I/II reguler, murmur ada 3/6
di apex.
Abdomen : organomegali tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat
Pemeriksaan penunjang :
Lab 26/04/2021
Wbc : 17.100 /ul
Hb : 10,7 gr/dl
PLT 142.000/ul
Neut/ Lym : 88,9% / 2,3 %
Albumin 2,5 gr/dl
Na/K/Cl 136/3,3/102 mmol/l
Echo bedside :

- Fungsi sistolik LV kesan baik, EF 60%


- Fungsi sistolik RV kesan baik, TAPSE
1,7
- Global normokinetik
- Kesan MR moderate
21
- eRAP 8 mmHg
Echo 17/12/2020

- Moderate Mitral Regurgitation due to


prolaps AML

- Normal LV function EF 69,3% (biplane)

- Normal RV function TAPSE 1,8

- Dilatation of LA

- Global normokinetic
A:

- Heart Failure Preserved Ejection


Fraction
- Moderate Mitral Regurgitation
- Mild Hipokalemia (3,3)
27/4/2021 S : lemas, sesak nafas - Methyl prednisolon
O: 4 mg/12jam/oral
Interna keadaan umum : Sakit berat /Composmentis/ - Hidroxycloroquin
Divisi Gizi cukup 200 mg / 12 jam/
Rheuma TD : 110/ 70 mmHg oral
07.30 N : 104 x/ menit - Lansoprazole 30
S : 36.2oC mg/24 jam/oral
RR : 26 x/menit - Vit D3 1
tab/24jam/oral
SpO2 : 99% dengan O2 5 lpm simple mask
- Vipalbumin 2
Pemeriksaan Fisis :
cap/8jam/oral
Kepala : rambut mudah tercabut.
Mata : Konjungtiva tampak pucat.
Leher : JVP R+3 cmH2O
Thoraks :

- Redup setinggi intercostalis VI


hemithorax dextra

- suara nafas menurun pada


hemithorax dextra, ronkhi kasar

22
hemithorax bilateral.
Jantung :
murmur ada 3/6 di apex.
Abdomen : organomegali tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat
A:

- SLE mex sledai 5 (aktivitas ringan)


- Hipoalbuminemia
- Anemia et causa penyakit kronis
28/04/2021 S : Sesak nafas ada , pasien tampak lemas, mual - O2 5 liter permenit
muntah tidak ada. via simple mask
Interna O: - Aminofluid 1000
06.00 keadaan umum : Sakit berat/Composmentis/ cc/24jam/intravena
Gizi cukup - Meropenem 1 gram/
TD : 120/ 60 mmHg 8 jam/ intravena
N : 106 x/ menit - Levofloxacin 750
S : 36.7oC mg/24 jam/ intravena
RR : 26 x/menit - Codein 10 mg/8jam/
oral
SpO2 : 98% dengan O2 5 lpm simple mask
- Methyl prednisolon
Pemeriksaan Fisis :
4 mg/12jam/oral
Kepala : Rambut mudah tercabut.
- Hidroxycloroquin
Mata : Konjungtiva tampak pucat.
200 mg / 12 jam/
Leher : JVP R+3 cmH2O
oral
Thoraks :
- Lansoprazole 30
I : Simetris kiri sama dengan kanan. Sela iga mg/24 jam/oral
tidak melebar. - Vit D3 1

P : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada tab/24jam/oral


- Vipalbumin 2
P: Redup setinggi intercostalis VI hemithorax
cap/8jam/oral
dextra
- Furosemide 40
A : Bunyi pernapasan vesikuler, suara nafas mg/24jam/oral
menurun pada hemithorax dextra, ronkhi - Ramipril 2,5 mg/24
kasar hemithorax bilateral. jam/oral
23
Jantung : - Concor 1,25 mg/24
A: Bunyi jantung I/II reguler, murmur ada 3/6 jam/oral
di apex. - KSR 600 mg/8
Abdomen : nyeri tekan tidak ada, organomegali jam/oral
tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat Plan :
Pemeriksaan penunjang :
- Awasi tanda vital
Lab 26/04/2021
dan klinis pasien
Wbc : 17.100 /ul
- Kultur sputum,jamur
Hb : 10,7 gr/dl
dan sensitivitas
MCV 78 fl
antibiotik
MCH 23 pg
- Tes TCM
MCHC 30 dg/dl
- Kultur M.Tb
PLT 142.000/ul
- Foto thorax kontrol
Neut/ Lym : 88,9% / 2,3 %
- Urinalisis
Protein total 4,0 gr/dl
- Cek Fe,TIBC,
Albumin 2,5 gr/dl
Ferritin,
Na/K/Cl 136/3,3/102 mmol/l
- ADT
Prokalsitonin 0,76 ng/ml
- Echocardiografi full
AGD 27/04/2021 Pukul 20.30
study (Jika KU
PH : 7,347
memungkinkan)
SO2 : 99,4
- Thoracosintesis
PO2 : 179,1
- Analisa dan sitologi
PCO2 : 44,6
cairan pleura
HCO3 : 24,7
- Cek albumin post
BE : -1,2
koreksi
+
[H ] = PCO2 x 24 / [HCO3]
- Cek elektrolit post
= 44,6 x 24 / 24,7 = 43,34
koreksi
Konversi PH ke ion H+ = 100 x (0,8)3 = 51,2
AGD tidak layak baca
A:

- Community Acquired Pneumonia Curb


65 score 2

24
- Syok sepsis qsofa score 2 (perbaikan)

- Suspek TB paru kambuh

- Sistemik Lupus Eritematosus Mex sledai


5 (aktivitas ringan)

- Heart Failure Preserved ejection fraction

- Moderate Mitral Regurgitation

- Efusi Pleura bilateral

- Anemia mikrositik hipokrom et causa


suspek defisiensi Fe dd/Anemia penyakit
kronis

- Hipoalbuminemia

- Mild Hipokalemia (3,3)


28/04/2021 S :sesak napas ada, lemas, mual muntah tidak - O2 5 liter permenit
ada, demam tidak ada via simple mask
Pulmo O: - Meropenem 1 gram
07.00 Keadaan umum : Sakit berat/Composmentis/ /8jam/intravena
Gizi cukup - Levofloxacin 750
TD : 120/ 60 mmHg mg/24 jam/ intravena
N : 106 x/ menit - Codein 10 mg/8jam/
S : 36.7oC oral
RR : 30 x/menit
Plan :
SpO2 : 99% dengan O2 5 lpm simple mask
- Kultur sputum ,
Pemeriksaan Fisis :
jamur, dan
Kepala : Rambut mudah tercabut.
sensitivitas antibiotik
Mata : Konjungtiva tampak pucat.
- Tes TCM
Leher : JVP R+3 cmH20
- Kultur M.Tb
Thoraks :
- Thorakosintesis
I : Simetris kiri sama dengan kanan. Sela iga - Analisa dan sitologi
tidak melebar. cairan pleura

P : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada - Awasi tanda-tanda

25
vital dan saturasi
P :Redup setinggi intercostalis VI hemithorax
oksigen
dextra

A : Bunyi pernapasan vesikuler, suara nafas


menurun pada hemithorax dextra, ronkhi
kasar hemithorax bilateral.
Jantung :
A: Bunyi jantung I/II reguler, murmur ada 3/6
di apex.
Abdomen : Nyeri tekan tidak ada, organomegali
tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat
A:

- Community Acquired Pneumonia Curb


65 score 2

- Suspek TB paru kambuh

- Efusi Pleura bilateral


28/04/2021 S :sesak napas ada, pasien tampak lemas - Methyl prednisolon
O: 4 mg/12jam /oral
Interna keadaan umum : Sakit berat/Composmentis/ - Hidroxycloroquin
Divisi Gizi cukup 200 mg / 12 jam/oral
Rheuma TD : 120/ 60 mmHg - Lansoprazole 30
07.00 N : 106 x/ menit mg/24 jam/oral
S : 36.7oC - Vit D3 1
RR : 30 x/menit tab/24jam/oral
- Vipalbumin 2
SpO2 : 99% dengan O2 5 lpm simple mask
cap/8jam/oral
Pemeriksaan Fisis :

Kepala : Rambut mudah tercabut.


Mata : Konjungtiva tampak pucat.
Leher : JVP R+3 cmH20
Thoraks :

- Redup setinggi intercostalis VI


hemithorax dextra
26
- suara nafas menurun pada
hemithorax dextra, ronkhi kasar
hemithorax bilateral.
Jantung :
murmur ada 3/6 di apex.
Abdomen : organomegali tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat
A:

- SLE mex sledai 5 (aktivitas ringan)


- Hipoalbuminemia
- Anemia et causa penyakit kronis
28/4/2021 S :sesak napas ada, lemas ada - Furosemide 40
Kardio O: mg/24jam/oral
07.00 keadaan umum : Sakit berat/Composmentis/ - Ramipril 2,5 mg/24
Gizi cukup jam/oral
TD : 120/ 60 mmHg - Concor 1,25 mg/24
N : 106 x/ menit jam/oral
S : 36.7oC - KSR 600 mg/8
RR : 30 x/menit jam/oral

SpO2 : 99% dengan O2 5 lpm simple mask


Plan :
Pemeriksaan Fisis :
Echocardiography full study
Kepala : rambut mudah tercabut.
Mata : Konjungtiva tampak pucat.
Leher : JVP R+3 cmH20
Thoraks :

- Redup setinggi intercostalis VI


hemithorax dextra

- Suara nafas menurun pada


hemithorax dextra, ronkhi kasar
hemithorax bilateral.
Jantung :
A: Bunyi jantung I/II reguler, murmur ada 3/6

27
di apex.
Abdomen : organomegali tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral hangat
A:

- Heart Failure Preserved Ejection


Fraction
- Moderate Mitral Regurgitation
- Mild Hipokalemia (3,3)
28/04/2021 S : Pasien semakin sesak - Loading NaCl 30
O : Somnolen (E3M6V4) cc/kgBB/intravena
Interna TD : 80/ 50 mmHg - Vascon 0,05
09.30 N : 114x/menit mcg/kgbb/jam/
S : 36,3 0C syringe pump
RR : 32x/menit Plan :
SpO2 : 87 % dengan O2 5 lpm simple mask
- Cek Darah rutin,
Pemeriksaan Fisis :
GDS, Ur/Cr,
Kepala : Rambut mudah tercabut. SGOT/SGPT,CRP,
Mata : Konjungtiva tampak pucat. Laktat darah, AGD
Leher : JVP R+3 cmH20 (CITO)
Thoraks : - Pasang kateter
- Kultur darah
- Redup setinggi intercostalis VI
- Konsul HCU→ Acc
hemithorax dextra

- Suara nafas menurun pada


hemithorax dextra, ronkhi kasar
hemithorax bilateral.
Jantung :
A: Bunyi jantung I/II irreguler, murmur ada
3/6 di apex.
Abdomen : organomegali tidak ada
Extremitas : edema tidak ada, akral dingin
Pemeriksaan penunjang :
GDS strip 113

28
EKG :

Irama : asinus
Heart rate : 125-187 bpm,
average 150 bpm,irreguler
Axis : normoaxis
Gelombang P : P wave morphology > 3
PR interval : multiple PR interval, range 0,12-
0,20second
Komplex QRS : 0,04second
QT interval : 0,2 second
ST segment : Isoelektrik
Gelombang T : T inverted V2-V5, I, aVL
Kesan :Multi Atrial Takikardi , HR 125-187
bpm, average 150 bpm, irreguler , normoaxis ,
Iskemi anterolateral
AGD 28/04/2021 Pukul 10.30
PH : 7,241
SO2 : 88,7
PO2 : 70,7
PCO2 : 108,0
HCO3 : 46,8
BE : 19,2
[H+] = PCO2 x 24 / [HCO3]
= 108,0 x 24 / 46,8 = 55,38
Konversi PH ke ion H+ = 100 x (0,8)2 = 64
AGD tidak layak baca
Laboratorium 28/04/2021
Wbc : 39.800 /ul
Hb : 13,9 gr/dl
MCV/MCH/MCHC : 79 fl/24 pg/31 gr/dl
PLT : 224.000/ul

29
Neut/Lym : 84,3 %/3,7 %
GDS : 28 mg/dl
Ur : 52 mg/dl
Cr : 0,49 mg/dl
SGOT : 73 U/L
SGPT : 31 U/L
Prokalsitonin : 71,3 ng/ml
Laktat darah : 5,0 mmol/l
A:

- Syok Sepsis qSofa Score 3

- Community Acquired Pneumonia Curb


65 Score 2

- Suspek TB Paru Kambuh

- Sistemik Lupus Eritematosus Mex Sledei


5 (aktivitas ringan)

- Heart Failure Preserved ejection fraction

- Moderate Mitral Regurgitation

- Efusi Pleura bilateral

- Hipoalbuminemia

- Mild Hipokalemia (3,3)


28/4/2021 S : Pasien apneu
- Resusitasi Jantung
Interna O: Nadi tidak teraba
Paru 5 siklus
10.30 Tensi tidak terukur
- Injeksi epinefrin 1
mg/ intravena
28/04/2021 S : Pasien apneu - Pasien dinyatakan
Interna O: Tanda vital tidak terukur meninggal di
10.50 Arteri carotis tidak teraba hadapan keluarga
Pupil midriasis total pasien dan keluarga
Refleks cahaya negatif menerima
Reflex kornea tidak ada
EKG pada monitor: asistol

30
RESUME

Perempuan 24 tahun, masuk Instalasi Gawat Darurat RS Wahidin Sudirohusodo dengan


keluhan utama dipsneu yang dirasakan tiga hari sebelum masuk rumah sakit dan memberat
sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan ini disertai hemoptisis dan malaise. Pasien
memiliki riwayat Lupus Eritematosus Sistemik (LES) sejak 8 tahun lalu, berobat teratur. Dari
hasil pemeriksaan awal didapatkan hipotensi (tekanan darah 80/60 mmHg), Nadi 108x/menit,
takipneu (pernapasan 30 kali per menit), saturasi oksigen 98% dengan modalitas oksigen 5 liter
per menit via simple mask. Dari pemeriksaan fisik didapatkan alopesia, konjungtiva anemis,
JVP R+3 cmH2O. Perkusi redup setinggi intercostalis VI hemithorax dextra. Suara nafas
menurun pada hemithorax dextra, ronkhi kasar hemithorax bilateral. Pada Jantung terdapat
murmur 3/6 di apex. Pada extremitas didapatkan akral teraba dingin. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC 17. 100/ul, Hb 10,7 gr/dl, MCV 78 Fl, MCH 23 pg, Neutrofil
88,9 %, Lymfosit 2,3 %, Albumin 2,5 gr/dl, Kalium 3,3 mmol/l dan Prokalsitonin 0,76 ng/ml.
Pada pemeriksaan EKG didapatkan sinus takikardi, HR 115 bpm, reguler , normoaxis , LAE,
iskemi anteroseptal. Dari pemeriksaan MSCT Thorax didapatkan gambaran TB paru lama aktif
lesi luas dan efusi pleura bilateral terutama dextra disertai ateletaksis dextra. Pada pemeriksaan
Echocardiografi didapatkan gambaran moderate Mitral Regurgitation due to prolaps AML
dengan normal LV function EF 69,3%.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka
pasien ini kami diagnosis syok sepsis qsofa score 2, community acquired pneumonia curb 65
score 2, suspek TB paru kambuh, sistemik lupus eritematosus mex sledai 5 (aktivitas ringan),
heart failure preserved ejection fraction, moderate mitral regurgitation, efusi pleura bilateral,
anemia mikrositik hipokrom et causa suspek defisiensi Fe dd/ anemia penyakit kronis,
hipoalbuminemia, dan mild hipokalemia.
Pada hari perawatan kedua kondisi pasien semakin memburuk, sesak napas bertambah
berat hingga pasien mengalami kondisi penurunan kesadaran. Pasien diduga mengalami sepsis
qsofa score 3 dan kemudian mengalami apneu, telah dilakukan resusitasi jantung paru sebanyak
5 siklus namun pasien tidak mengalami ROSC dan akhirnya dinyatakan meninggal pada pukul
10.50 dengan kausa kematian gagal napas dan sepsis.

31
KERANGKA KONSEP

Dyspneu

cardiac Non cardiac

Lupus
Suspek TB
Eritematosus
paru kasus
Sistemik
Heart kambuh
Failure

Efusi Pleura
Mitral
Regurgitation
Severe CAP

Anemia

Hipoalbuminemia Gagal nafas Syok sepsis

Hipokalemia

Kematian

32
DISKUSI

Pasien masuk Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan utama dyspneu. Penyebab
dari dispneu secara garis besar dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, dispneu akibat
kelainan pada sistem respirasi, dispneu akibat dari kelainan kardiovaskular dan dispneu
akibat kondisi yang lain tanpa adanya keterlibatan dari sistem respirasi dan
kardiovaskular.1

Pasien adalah seorang perempuan 24 tahun dengan keluhan dispneu yang


dirasakan 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan
hipotensi (tekanan darah 80/60 mmHg), takipneu dan takikardi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan akral dingin. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan
peningkatan prokalsitonin sehingga pasien diasses dengan syok sepsis.
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam jiwa akibat disregulasi respons tubuh
terhadap infeksi. Sedangkan syok sepsis adalah bagian dari sepsis dimana terjadi
abnormalitas sirkulasi dan metabolisme seluler yang dapat meningkatkan mortalitas. Syok
sepsis merupakan sepsis dengan hipotensi (tekanan darah sistolik <90 mmHg atau 40
mmHg lebih rendah dari tekanan darah pasien yang biasa) selama kurang lebih satu jam
dengan resusitasi cairan adekuat atau pasien memerlukan vasopressor untuk
mempertahankan tekanan sistolik ≥ 90 mmHg atau MAP ≥ 70 mmHg.
Untuk mengetahui adanya kecurigaan sepsis secara cepat, dapat di lakukan dengan
menggunakan skor QSOFA, pada pasien ini didapatkan QSOFA score 2 berdasarkan laju
pernafasan > 22 kali per menit (1) dan tekanan darah sistolik < 100 mmHg (1).2

Tabel 3. Quick SOFA Criteria

33
Adanya keluhan dispneu, batuk, serta didapatkannya ronkhi pada hemithoraks
bilateral dan. pada MSCT thoraks dengan gambaran patchy infiltrat , sehingga kami
mendiagnosis pasien dengan Community Acquired Pneumonia (CAP). Adanya keluhan
sesak, batuk berdahak yang kadang disertai darah serta didapatkannya ronkhi pada kedua
hemithorax dan pada MSCT terdapat gambaran TB paru lama aktif lesi luas dan efusi
pleura bilateral terutama dextra sehingga kami juga mendiagnosa pasien dengan suspek TB
paru kambuh dan efusi pleura bilateral. Sesuai dengan pengelompokkan dispneu diatas,
CAP pada pasien merupakan penyebab dispneu non-kardiak. 1

Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal dari


bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Adapun
kriteria yang umum digunakan untuk menegakkan diagnosis klinis pneumonia adalah jika
pada foto rontgen dada ditemukan infiltrat baru atau infiltrat yang progresif ditambah
dengan 2 atau lebih gejala dibawah ini: 3, 4
1. Batuk-batuk bertambah berat
2. Perubahan karakteristik dahak / riwayat demam
3. Suhu tubuh ≥ 37,50C atau riwayat demam
4. Pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi dan ronki
5. Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500
Untuk mendiagnosis atau kriteria pneumonia berat berdasarkan American Thoracic
Society, yaitu bila dijumpai salah satu kriteria mayor atau 3 atau lebih kriteria minor di
bawah ini.5
Kriteria minor:
1. Frekuensi napas ≥ 30 kali per menit
2. PaO2/FiO2 ≥ 250
3. Infiltral multilobuler
4. Kesadaran menurun / disorientasi
5. Uremia (kadar BUN, ≥ 20 mg/dL)
6. Leukopenia (jumlah leukosit < 4000 sel/mm3)
7. Thrombositopenia (jumlah platelet < 100.000 sel/mm3)
8. Hipotermi (temperatur < 300C)
9. Hipotensi yang membutuhkan resusitasi cairan yang agresif

34
Kriteria mayor:
1. Membutuhkan ventilator mekanik invasif
2. Shok septik yang membutuhkan vasopressor
Menurut pedoman National Institute of Health and Care Excellence (NICE)
tentang pneumonia pada orang dewasa, mengatakan bahwa ketika diagnosis pneumonia
ditegakkan saat pasien masuk ke rumah sakit maka lakukan pengukuran untuk menilai
risiko kematian dengan menggunakan skor CURB 65.6 Pada pasien ini memiliki skor
CURB 65 skor 2 ( RR 30x/menit, Tekanan darah 80/60 mmHg) dimana diklasifikasikan
ke dalam probably admission dengan risiko kematian 9,2%. Pada pasien pneumonia
komunitas yang dirawat inap non ICU dapat diberikan betalaktam intravena (sefotaxime,
ampi/sulbactam, ceftriaxone) ditambah makrolid intravena atau oral atau azitromicin
intravena atau doksisiklin dan lactam atau fluroquinolone tunggal.7

Tabel 4. Curb 65 Score for Pneumonia Severity

Berdasarkan American Thoracic Society kondisi pneumonia pada pasien ini


merupakan kondisi yang berat dimana didapatkan tiga kriteria yang menunjukkan kondisi
severe pneumonia yaitu adanya hipotensi, respiratory rate 30x per menit, PaO2/FiO2 >
250, dan adanya gambaran infiltrat pada MSCT thorax.
Pada pasien ini kami kemudian memberikan terapi antibiotik Meropenem 1
gram/8jam/intravena dan Levofloxacin 750 gram/24jam/ intravena.
Untuk menyingkirkan kausa dispneu yang disebabkan oleh cardiac maka pasien
dikonsulkan ke bagian Kardiologi. Penyebab dispneu akibat kardiak pada pasien dapat
pula disebabkan oleh gagal jantung akibat dari penyakit katup yang dialami sejak 2 tahun
yang lalu. Gagal jantung merupakan suatu kelainan struktur dan atau fungsi dari jantung
yang menyebabkan kegagalan jantung dalam menghantarkan oksigen dalam jumlah yang

35
sesuai dengan kebutuhan metabolisme jaringan perifer dengan tekanan pengisian yang
normal atau meningkat. Secara klinis, gagal jantung didefinisikan sebagai kumpulan gejala
klinis yang ditandai dengan gejala tipikal berupa sesak napas, pembengkakan pergelangan
kaki dan kelelahan) yang dapat disertai dengan tanda-tanda klinis berupa peningkatan
tekanan vena jugularis, ronkhi paru dan edema perifer yang disebabkan oleh penurunan
curah jantung dan atau peningkatan tekanan intrakardiak saat istirahat / stres akibat
8,9
kelainan struktural dan fungsional jantung. Perlu ditekankan bahwa walaupun definisi
klinis di atas didasari oleh adanya gejala klinis, namun kelainan struktural dan fungsional
jantung tetap dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala (asimtomatik).9

Gagal jantung dapat diakibatkan oleh etiologi primer dari jantung atau etiologi
sekunder dari penyakit sistemik. Penentuan etiologi primer dari jantung merupakan
variabel penting dalam diagnosis dan manajemen gagal jantung. Etiologi gagal jantung
secara garis besar dibagi menjadi tiga, yaitu akibat penyakit pada miokard, gangguan
proses pengisian (Loading Condition) pada miokard, dan aritmia. 9 (Tabel 4)

Tabel 5. Berbagai Etiologi Gagal Jantung


Penyakit Miokard Gangguan Proses Aritmia
Pengisian (Loading
Condition)
Penyakit Jantung Hipertensi Takiaritmia
Iskemik Bradiaritmia
Paparan Agen Gangguan Katup dan
Kardiotoksik Struktur Jantung
Kerusakan Terkait Gangguan Perikard
Inflamasi dan Endomiokard
Kerusakan Terkait Keadaan Curah
Infiltratif Jantung Tinggi
Kelainan Metabolik Volume Overload

Gangguan Genetik

36
Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai konsep, diantaranya
berdasarkan ejeksi fraksi , perjalanan penyakitnya, sisi jantung yang terkena, serta
patofisiologi hemodinamiknya. 9
Pembagian berdasarkan ejeksi fraksi merupakan salah satu bentuk klasifikasi gagal
jantung dari sisi fungsional jantung. Hal ini didapatkan dengan pengukuran ejeksi fraksi
sebagai parameter fungsi sistolik jantung kiri. Menurut European Society of Cardiology ,
berdasarkan ejeksi fraksinya, gagal jantung dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Gagal jantung dengan ejeksi fraksi yang baik (Preserved), yaitu gagal
jantung dengan nilai ejeksi fraksi lebih atau sama dengan 50 persen.
b. Gagal jantung dengan ejeksi fraksi yang menurun (Reduced), yaitu gagal
jantung dengan nilai ejeksi fraksi kurang dari 40 persen.
c. Gagal jantung dengan ejeksi fraksi menengah (Mid-range), yaitu gagal
jantung dengan nilai ejeksi fraksi di antara 40 hingga 49 persen.

Berdasarkan onset atau perjalanan penyakitnya, gagal jantung dapat


diklasifikasikan menjadi:
a. Gagal jantung akut, didefinisikan sebagai penurunan kemampuan jantung
untuk memompa darah yang terjadi secara akut. Gagal jantung akut bersifat
mengancam jiwa, dan ditandai dengan adanya edema paru
b. Gagal jantung kronik, didefinisikan sebagai terjadinya penurunan kemampuan
pompa jantung secara progresif dan semakin lama semakin berat, umumnya
dalam rentang waktu lebih dari 1 bulan.
Berdasarkan tingkat keparahan gejala simtomatik yang dialami oleh penderita,
gagal jantung umumnya diklasifikasikan sesuai dengan acuan dari New York Heart
Association (NYHA), yaitu :
Kelas I : Tidak ada keluhan pada aktivitas sehari-hari.

Kelas II : Bila melakukan aktivitas berat menimbulkan sesak, Berdebar-debar, lelah,


nyeri dada. Nampak sehat bila istirahat.
Kelas III : Aktivitas fisik sangat terbatas, bila melakukan aktivitas ringan
menimbulkan sesak, Berdebar-debar, lelah, nyeri dada. Nampak sehat bila
istirahat.
Kelas IV : Gejala insufisiensi jantung terlihat saat istirahat dan memberat ketika
melakukan aktivitas ringan.

37
Berdasarkan sisi jantung yang terkena, gagal jantung terbagi menjadi gagal
jantung kiri dan gagal jantung kanan.
a. Gagal jantung kiri, yaitu kondisi yang mengakibatkan ventrikel kiri gagal
memompa darah ke aorta.
b. Gagal jantung kanan, yaitu kegagalan ventrikel kanan dalam memompa
volume diastolik total ke arteri pulmonal yang menyebabkan terjadinya
kongesti pada pembuluh vena sistemik.

Berdasarkan gambaran patofisiologi hemodinamiknya, gagal jantung


diklasifikasikan menjadi gagal jantung ke depan (forward failure) dan gagal jantung ke
belakang (backward failure).

a. Forward failure merupakan kondisi dimana terjadi penurunan isi sekuncup


dan curah jantung sehingga terjadi kegagalan perfusi, dan mengakibatkan
penurunan aliran darah ke organ vital dan perifer.
b. Backward failure merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
pengisian ventrikel akibat ketidaksempurnaan ejeksi ventrikel sehingga
menyebabkan kongesti vena dan/atau pulmonal.

Mitral regurgitasi dikategorikan menjadi dua yaitu primer dan sekunder. MR primer
bila disebabkan oleh defek struktural dari setidaknya satu komponen katup. MR sekunder
bila struktur katup normal, tetapi regurgitasi disebabkan oleh pembesaran ventrikel kiri.
Pada MR, sebagian isi curah jantung di pompa ke atrium kiri yang bertekanan rendah saat
sistol. Akibatnya curah jantung yang keluar ke aorta lebih sedikit dari curah jantung total
ventrikel kiri. 10 Oleh karena itu, konsekuensi langsung dari MR meliputi :

1. Peningkatan volume dan tekanan atrium kiri

2. Pengurangan curah jantung ke aorta

3. Stres pada ventrikel kiri yang berkaitan dengan volume karena volume belik ke
ventrikel kiri saat diastol terjadi bersamaan dengan kembalinya aliran vena
pulmonal.
Mitral regurgitasi dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pasien MR akut biasanya
datang dengan gejala edema akut. Pada MR kronis, gejala lebih dikarenakan curah jantung
yang rendah terutama saat beraktivitas yang meliputi gejala lelah dan lemah. Pasien

38
dengan MR berat atau mereka yang mempunyai disfungsi kontraktil ventrikel kiri
seringkali megeluh sesak napas, ortopneu dan atau paroxysmal nocturnal dyspneu.Pasien
dengan MR kronis biasanya didapatkan murmur sistolik di apeks yang seringkali menjalar
ke aksila. Murmur sistolik menandakan gradien tekanan terus menerus antara ventrikel kiri
dan atrium kiri sepanjang sistol.10
Pada MR, regurgitasi pada katup mitral akan menurunkan afterload ventrikel kiri
yang menyebabkan stroke volume bertambah dan volume akhir sistolik lebih kecil dari
normal namun volume akhir sistolik ini akan meningkat jika jantung mengalami gagal
sistolik akibat MR yang kronik. Pada MR kronik adanya volume yang berlebihan
menyebabkan LV mengalami dilatasi. Dilatasi ini akan meningkatkan stress pada dinding
(afterload).11,12
Sebagian besar volume regurgitasi dikeluarkan ke atrium kiri sebelum katup aorta
terbuka dan setelah menutup. Untuk pasien yang anulus mitralnya memiliki fleksibilitas
normal, luas penampang anulus mitral dapat diubah oleh banyak intervensi. Dengan
demikian, peningkatan preload dan afterload dan depresi kontraktilitas meningkatkan
ukuran LV dan memperbesar anulus mitral dan juga lubang regurgitannya. Ketika ukuran
LV dikurangi dengan pengobatan dengan agen inotropik positif, diuretik, dan terutama
vasodilator, ukuran lubang regurgitan menurun, dan volume aliran regurgitasi menurun,
seperti yang tercermin pada ketinggian gelombang v pada denyut nadi tekanan LA dan
intensitasnya. dan durasi murmur sistolik. Sebaliknya, pelebaran ventrikel kiri, apa pun
penyebabnya, dapat meningkatkan MR.11,12
Pada pasien ini terdapat keluhan sesak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan
JVP dan murmur sistolik pada apex. Pada EKG didapatkan sinus takikardi dan LAE. Pada
pemeriksaan echocardiografi didapatkan gambaran moderate mitral regurgitation due to
prolaps AML dan ejection fraction 69,3 %. Oleh bagian Kardiologi pasien didiagnosa
dengan heart failure preserved ejection fraction dan moderate mitral regurgitation.
Pasien juga diketahui memiliki riwayat penyakit Lupus Eritematosus Sistemik sejak
8 tahun lalu rutin kontrol dan minum obat teratur. Penyakit Lupus Eritematosus Sistemik
(LES) merupakan penyakit autoimun yang kompleks ditandai oleh adanya autoantibodi
terhadap inti sel dan melibatkan banyak sistem organ dalam tubuh. Peristiwa imunologi
yang tepat yang memicu timbulnya manifestasi klinis LES belum diketahui secara pasti.
Berbagai sitokin pro inflamasi seperti TGF-β, IL-10, BAFF, IFN α , IFN γ, IL 17 dan IL 23

39
memainkan peran patogenik yang penting.13 Berbagai kriteria digunakan untuk membantu
dalam menegakkan diagnosis LES, mulai dari kriteria LES menurut ACR 1997, SLICC,
hingga yang terbaru EULAR/ACR 2019.14,15

Tabel 6. EULAR/ACR 2019 13.14

Untuk menilai tingkat aktivitas LES digunakan kriteria Mexican Systemic Lupus
Erhytematosus Disease Activity Index (MEX SLEDAI). Pada pasien ini dari skor MEX
SLEDAI didapatkan skor 5 dengan interpretasi LES ringan, meliputi alopesia (skor 2),
limfopenia (skor 1), dan efusi pleura (skor 2).15
Penyakit LES dikatakan berat atau mengancam nyawa apabila ditemukan keadaan
sebagaimana tercantum di bawah ini, yaitu :
a) Jantung : endokarditis Libman-Sacks, vaskulitis arteri koronaria,miokarditis,

40
tamponade jantung, hipertensi maligna.
b) Paru-paru: hipertensi pulmonal, perdarahan paru, pneumonitis, emboli paru,
infark paru, fibrosis interstisial, shrinking lung.
c) Gastrointestinal: pankreatitis, vaskulitis mesenterika.

d) Ginjal : nefritis proliferatif dan atau membranous.

e) Kulit: vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus atau melepuh (blister).

f) Neurologi: kejang, acute confusional state, koma, stroke, mielopati


transversa, mononeuritis, polineuritis, neuritis optik, psikosis, sindroma
demielinasi.
g) Hematologi: anemia hemolitik, neutropenia (leukosit < 20.000/mm3 ,
purpura trombotik trombositopenia, trombosis vena atau arteri.

Tabel 7. Penetapan derajat aktivitas LES 16

Berdasarkan dari skor MEX SLEDAI pada pasien ini didapatkan LES aktivitas
ringan, oleh karena itu sejak awal pasien kami rencanakan pemberian methylprednisolon
oral. Selain itu pada pasien juga kami berikan hidroxycloroquin 200 mg. Penggunaan obat
hidroxycloroquin memiliki efek positif bagi pasien LES, yaitu meningkatkan kesintasan
dan remisi, menurunkan aktivitas penyakit dan infeksi, memberi dampak positif terhadap
profil lipid, mencegah thrombosis dan mencegah kegagalan organ. Kondisi pneumonia
pada pasien bisa disebabkan akibat suatu kondisi immunocompromised yang dicetuskan
akibat riwayat LES yang dialami sejak 8 tahun yang lalu sehingga pasien rentan terhadap

41
infeksi bakteri. 15,16
Pada pasien juga didapatkan adanya kondisi lemas dengan konjungtiva anemis dan
dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,7 gr/dl, MCV 78 fl, MCH 23 pg sehingga
pasien didiagnosa dengan anemia mikrositik hipokrom suspek anemia defisiensi Fe dd/
anemia penyakit kronis. Selain itu pada pasien juga didapatkan penurunan nafsu makan ,
hasil laboratorium albumin 2,5 gr/dl dan kalium 3,3 mmol/l sehingga pasien juga kami
diagnosa dengan hipoalbuminemia dan mild hipokalemia diduga oleh karena intake oral
yang kurang. Kondisi ini merupakan manifestasi yang dapat terjadi pada pasien dengan
LES. 15
Pada hari ke-2 perawatan kondisi pasien mengalami perburukan, sesak napas
bertambah berat disertai ronkhi pada seluruh lapangan paru. Pasien kemudian mengalami
penurunan kesadaran. Pasien akhirnya dinyatakan meninggal dunia dengan penyebab
kematian gagal nafas dan syok sepsis akibat pneumonia yang memberat.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Jameson dkk, Harrison's Manual of Medicine 20th Ed, Copyright © 2013 by The
McGraw-Hill Companies . p 141-142
2. Arifin. Definisi dan kriteria syok septik. In: Frans J, Arif M, editors. Penatalaksanaan
sepsis dan syok septik optimalisasi Fasthugsbid. Jakarta: PERDICI; 2017 .p. 1-3
3. Bartlett JG. Management of Respiratory tract Infectionn edisi 3rd Lippincott Williams &
Wilkins Philadelphia 2001. p1-122
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pneumonia didapat di
Masyarakat. Alwi I, Salim S,Hidayat R,Kurniawan J,Tahapary DL, editor. Panduan
Praktik Klinis, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Edisi keempat, Jakarta
2019, hal.772-781
5. Metlay P. Joshua et al. American Thoracic Society. Diagnosis and Treatment of Adult
with Community Acquired Pneumonia. 2019. P 48
6. NICE. Pneumonia in Adults: Diagnosis and Management. National Institute for Health
and Care Excellence; 2014.
7. Setiati, Siti, dkk. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI. Jakarta Pusat : Interna Publishing;
2014
8. Zipes DP, Libby P, Bonow RO, Mann DL, Tomaselli GF, Braunwald E, editors.
Braunwald’s heart disease: a textbook of cardiovascular medicine. Eleventh edition,
international edition. Philadelphia, PA: Elsevier; 2019.
9. Ponikowski P,et al. European Society of Cardiology Guidelines for The Diagnosis and
Treatment of Acute and Chronic Heart Failure; 2016.
10. Lily S Leonard. Pathophysiology of Heart Disease; 2016.
11. Baumgartner et al. European Society of Cardiology/European Association for Cardio-
Thoracis Surgery Guidelines for the management of Valvular Heart Disease. 2017
12. Klabunde R. Cardiovascular Physiology Concepts. Second edition. Lippincott Williams
& Wilkins, a Wolters Kluwer bussiness; 2012.
13. Suarjane IN. Imunopatogenesis Lupus Eritematosus Sistemik. In: Sudoyo A, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. 6th
ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2014. p. 3331-45.

43
14. Aringer M, Costenbader K et al. 2019 European League Againts Rheumatism/American
College of Rheumatology Classification Criteria for Systemic Lupus Erythematosus.
American College of Rheumatology. 2019 :p 1-13.
15. Sumariyono, Kalim H dkk. Penilaian Pasien LES. Diagnosis dan Pengelolaan Lupus
Eritematosus Sistemik. Jakarta Perhimpunan Rheumatologi Indonesia; 2019. p. 5 -16,
23-42
16. Suntoko Bantar, Setiati S, Alwi I, dkk. Gambaran Klinik Diagnosis Lupus Eritematosus
Sistemik. . In: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam jilid III. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2014: p
3351-59

44
45

Anda mungkin juga menyukai