Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TESIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODEL PROBLEM BASER LEARNING UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH
PESERTA DIDIK

Oleh:
ERNA AJIZAH
NIM: I2E020008

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompetensi yang dibutuhkan dan ditekankan pada ke-abad 21 (21 st century skills)
yaitu: a) memiliki karakter yang baik, b) memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan
kreatif), serta c) menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-
sumber pengetahuan dalam bentuk visual, digital, auditori, dan cetak. Kurikulum 2013
menekankan pada demensi pedagogic modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah (scientific approach) yang meliputi: mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan menyimpulkan sehingga pengetahuan, keterampilan, maupun sikap peserta
didik menjadi berkembang (Khaliq dkk, 2015; Permendikbud, 2016; Rahayu dkk, 2016).
Model pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut adalah
pembelajaran berbasis masalah atau problem based leraning (Mutia & serevina, 2014).
Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melatih dan menfalitasi
peserta didik untuk mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji
jawaban sememntara atas suatu masalah atau pertanyaan dengan melakukan penyelidikan
(menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), dan dapat menarik kesimpulan serta
menyajikannya secara lisan dan tulisan sehingga berpengaruh bagi pemahaman konsep,
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik (Aji dkk, 2017; Hasanah dkk,
2017; Chiang et al., 2016; Husniati dkk, 2016).
Mode PBL sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA karena materi IPA
berupa konsep, hukum, prinsip, dan teori yang berkaitan erat dengan lingkup permalahan
kehidupan sehari-hari. Penerapannya akan lebih efektif jika didukung dengan bahan ajar
yang tepat, halini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yotiani dkk, (2016)
menyatakan bahwa untuk mentercapainya proses pembelajaran yang melatih
kemmapuanpeserta didik dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis yaitu memlaui
bahan ajar. Hasil penelitian diperkuat oleh Muchsin dkk, (2015) menyatakan bahwa bahan
ajar berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengamati,
menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan temuannya, sehingga berdampak
positif terhadap kemampuan soft-skill nya.

2
Bahan ajar memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh
informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar
sehingga mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran (Toharudin dkk, 2011).
Keuntungan yang diperoleh belajar dengan menggunakan bahan ajar yaitu: a) menumbuhkan
dan meningkatkan motvasi belajar karena memudahkan memperoleh informasi
pembelajaran; b) mengetahui keberhasilan pembelajaran melalui uji kompetensi; c) mencapai
dan menyelesaikan bahan ajar dengan belajar secara individu maupun kelompok; dan d)
mengontrol kemampuan dan intensitas belajarnya (Widyatmoko, 2013).
Sikap ilmiah peserta didik terbina dengan serangkaian kegiatan eksperimen yang
dilakukan mulai dari menyusun rumusan masalah sampai mendiskusikan permasalahan
dengan kelompoknya dan menyimoulkan pendapat yang paling relevan sebagai suatu
kesimpulan (Harjono dkk, 2017). Sikap ilmiah yang ditanamkan melaluipembelajran yang
disinergikan dengan strategi kooperatif akan melatih pembentukan karakter siswa, hal ini
dapat dibiasakan dengan bekerjasama pada saat proses pembelajaran (Khoiriyah dkk, 2017).
Berdasarkan latar belakang diatas maka salah satu sumber belajar yang dapat
dikembangkan adalah bahan ajar IPA bebasis masalah. Bahan ajar IPA diasumsikan dapat
membantu peserta didik secara utuh dan sistematis tentang IPA sehingga dapat dipelajari
seara mandiri. Pendidikan akan lebih mudah dalam meranang atau mempersiapkan dan
melaksanakan pembelajaran, baha, dan kegiatan atau pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan serta penilaian yang diterapkan dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan di atas, maka dapat dirumuskan
permalalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan bahan ajar IPA Berbasis model problem basid learning untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik yang di
kembangkan?
2. Bagaimana kepraktisan pembelajaran menggunakan bahan ajar IPA Berbasis model
problem basid learning yang di kembangkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan sikap ilmiah peserta didik?
3. Bagaimana keefektifan bahan ajar IPA berbasis model problem basid learning untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik?

3
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan
produk berupa bahan ajar dan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang terdiri atas
RPP, dan instrumen tes yang layak, praktis dan efektif untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik.
D. Pentingnya Pengembangan
Produk yang akan dikembangkan berupa bahan ajar yang terdiri dari materi ajar atau
uraian materi panduan investigasi atau LKPD. Manfaat dari pengembangan ini yaitu: 1)
tambahan buku refrensi bagi peserta didik yang mengintegrasikan disetiapsub materi; 2)
mempermudah peserta didik dalam memahami materi; 3) memberikan informasi bagi
penelitian lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
E. Spesifik produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan merupakan produk pengembangan yang berbeda dari produk
sebelumnya. Produk berupa bahan ajar IPA yang berintergrasi pendidikan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik.
F. Definisi Operasional
1. Bahan Ajar IPA Berbasis Masalah adalah bahan ajar berbasis masalah sebagai suplemen
atau pendamping bahan ajar yang sudah ada yang digunakan untuk membantu mendidik
atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang memiliki ciri – ciri
yaitu : 1). Berfokus pada masalah – masalah yang relevan dengan fenomena yang terjadi
disekitar lingkungan peserta didik, 2). Bahan ajar terdiri dri bagian uraian materi dan
investigasi, 3).Nilai - nilai karakter dan sikap ilmiah diintegrasikan secara implisit pada
setiap kegiatan Investigasi.
2. Model Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu pendekatan yang
memfasilitaspeserta didik untuk belajar sendiri mencari solusi suatu masalah dunia nyata
yang dapat diselesaikan secara berkelompok sehingga menimbukan kemampuan berpikir
kritis serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial yang baru dari materi pelajaran.
3. Keterampilan berpikir kritis (KtBK) merupakan proses mental yang terorganisir dengan
baik dan berperan dalam proses mengambil keputusan untuk memecahkan masalah
dengan menganalisis dan menginterprestasi data dalam kegiatan inquiri ilmiah.

4
4. Sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu tentang benda, fenomena alam , makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar . Sikap ilmiah yang diamati dalam penelitian ini meliputi : 1). Rasa
ingin tahu , 2). Jujur, 3). Teliti, 4). Bertanggung jawab, 5). Bekerja sama

5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik
atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Kusumah, 2008). Bahan
dapat dikemas dalam bentuk cetakan, non cetak dan dapat visual auditif, dapat berbentuk
buku teks, modul, handout, LKPD.
Bahan ajar dikembangkan sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan
karateristik dan lingkungan social peserta didik.pengembangan bahan ajarmerupakan
pendekatan sistematik dalam merancang mengevaluasi, memanfaatkan, keterhubungan
fakta, konsep, prinsip, atau teori yang terkandung dalam mata pelajaran atau pokokbahan
dengan mengacu pada tujuan (Mbulu & Suhartono, 2004).
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan (Depdiknas, 2008). Menurut kusumah (2008) prinsip
pengembangan bahan ajar adalah: a) mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit
dari yang konkrit untuk memahami yang abstrak; b) pengulangan akan memperkuat
pemahaman; c) umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman
peserta didik; d) memotivasibelajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar, dan e) mencapai tujuan ibarat tangga, setahap akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu.
Bahan ajar memiliki fungsi baik bagi pendidik maupun peserta didik yaitu: 1)
pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan
kepada peserta didik; 2) mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai: dan
3) alata evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran (Depdiknas, 2008; Kusumah,
2008).
Pemilihan materi pembelajaran ( bahan ajar) hendaknya mempertimbangkan
prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prisip relevansi, artinya materi

6
pembelajaran yang dipilih memiliki relevansi ( keterkaiatan )dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetenasi dasar; Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara
bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa,misalnya , kompetensi
dasar yang direncanakan empat macam, maka bahan ajar yang harus diaiarkan harus
meliputi empat macam; Prisip kecukupan artinya materi yag diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang ditentukan, materi
pembelajaran tidak terlalu sedikit, dan tidak terlalu banyak. Memilih bahan yang akan
diajarkan guru dan dipelajari siswa, sebaiknya berisikan materi yang benarbenar
menunjang tercapainya standart kopetensi dan kempetensi dasar. Seacar garis besar
langkahlangkah memilih bahan ajar meliputi : 1) mengidentifikasi aspek – aspek yang
terdapat dalam standart kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi rujukan atau
acuan pemilihan bahan ajar, 2) 2 mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, 3)
memilih bahan ajar yang relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ter identifikasi, 4) memilih sumber bahan ajar.
2. Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning dikembangkan berdasarkan konsepkonsep yang
dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery
learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model
Problem Based Learning yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi.
Menurut Kemendikbud Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran
yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja bersama kelompok
untuk mencari solusi dari permasalahan nyata siswa Penjelasan diatas diperjelas oleh
Jones dkk, Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang lebih menekanan
pada pemecahanmasalah secara autentik seperti masalah yang terjadi dalam
kehidupansehari-hari.
Menurut Kurniasih Problem Based Learning merupakan sebuah model
pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-
hari siswa bersifat kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dari beberapa
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning merupakan
sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari siswa bersifat kontekstual sehingga merangsang siswa untuk

7
belajar. Proses pembelajaran didalam kelas tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai
sehingga dalam proses pembelajaran siswa memperoleh sesuatu dari apa yang mereka
pelajari. Yamin menyatakan bahwa tujuan model PBL adalah untuk membantu siswa
mengembangkan pengetahuan fleksibel yang dapat diterapkan dalam situasi yang
berlawanan dengan inter knowledge.
Tujuan PBL adalah kemampuan untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan
logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara
empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Sedangkan Menurut Ibrahim dan Nur,
mengemukakan tujuan Problem Based Learning membantu siswa untuk mengembangkan
keterampilan berfikir, keterampilan mendewasakan siswa melalui peniruan, dan membuat
siswa lebih mandiri.
Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan tujuan PBL
adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata, dan menjadi siswa yang otonom atau mandiri.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta yang ada kemudian
membuat beberapa gagasan dan mempertahankan gagasan tersebut kemudian membuat
pertimbangan, berpikir kritis juga sebuah proses yang disengaja dan dilakukan secara
sadar untuk menafsirkan sekaligus mengevaluasi sebuah informasi dari pengalaman,
keyakinan dan kemampuan yang ada,salah satu sisi menjadi orang kritis, pikiran harus
terbuka, jelas dan berdasarkan fakta-fakta tujuan berpikir kritis yaitu untuk membuat
keputusan yang rasional yang diarahkan untukmemutuskan apakah meyakini atau
melakukan sesuatu. Dengan demikian berpikir kritis mempertimbangkan dan
mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan siswa secara aktif membuat
keputusan final seperti berpikir-mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si
pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
strukturstruktur yang melekat dalampemikiran dan menerapkan standar-standar
intelektual padanya. Berpikir kritis juga memaju kemampuan untuk mengatakan
sesuatudengan penuh percaya diri. Dan sebuah proses sistematis yang memungkinkan
siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.

8
Berpikir kritis juga proses terorganisasi yang memungkinkan siswa untuk mengevaluasi
bukti, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Glaser
mengatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu sikap mau berpikir secara mendalam
tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman
seseorang. pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis,
dan semacam suatu ketermapilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. berpikir
kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya .
Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
pemahaman membuat kita mengerti maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita
setiap hari. Pemahamn mengungkapkan makna di balik suatu kejadian. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuan berpikir kritis dalam penelitian
ini adalah proses yang harus dilakukan seseorang untuk mencapai hasil atau keputusan
yang tepat dan masuk akal dengan cara melaksanakan proses berpikir secara matang,
memecahkan masalah, dan mengevaluasi segala hal yang telah dibaca, didengar dan
ditulisnya seperti, fakta dan informasi, pengetahuan yang dimiliki dan dibutuhkan untuk
menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
4. Sikap Ilimiah
Burhanuddin Salam (2005: 38) mengemukakan bahwa sikap ilmiah merupakan
suatu pandangan seseorang terhadap cara berpikir yang sesuai dengan metode keilmuan,
sehingga timbullah kecenderungan untuk menerima ataupun menolak terhadap cara
berpikir yang sesuai dengan keilmuan tersebut. Seorang ilmuwan jelas harus memiliki
sikap yang positif, atau kecenderungan untuk menerima cara berpikir yang sesuai dengan
metode keilmuan, yang dimanifestasikan di dalam kognisinya, emosi atau perasaannya
serta di dalam perilakunya.
The Liang Gie (Devi Ertanti, 2010: 16 ) mengemukakan bahwa sikap ilmiah
adalah suatu kecenderungan pribadi seorang ilmuwan untuk berperilaku atau memberikan
tanggapan dalam hal-hal tertentu sesuai 10 dengan pemikiran ilmiahnya atau tidak
bertentangan dengan citra keilmuwan pada umumnya.

9
B. Kerangka Berfikir
Kegiatan pembelajaran akan berhasil jikapendidik memiliki visi dan misi yang
jelas dan berlandaskan sikap ikhlas dan professional. Professional maksudnya adalah
seseorang yang mampu melaksanakan pekerjaannya secara mandiri dan berkualitas
tinggi.
Pembelajaran yang baik pada abad ini harus mampu menjelaskan bagaimana
seharusnya peserta didik belajar dan berpikir dalam memecahkan suatu
masalah/fenomena/kejadian alam yang terjadi disekitar peserta didik, sehingga
diperlukan bahan ajar yang memuat contoh fenomena/permasalahan yang berkaitan
dengan kejadian/peristiwa yang dihadapi peserta didik di lingkungannya.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor salah
satunya adalah sumber belajar. Bahan ajar/buku merupakan sumber belajar yang paling
banyak digunakan. Selain menyediakan penjelasan terkait suatu konsep buku juga
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar memecahkan masalah secara
bersama dengan kelompok sehingga akan membangkitkan keterampilan berpikir kritis
peserta didik, peserta didik akan terbiasa bekerja sama dan berbagi dengan orang lain
yang akan menumbuhkan sikap social peserta didik, dan sikap toleransi dengan
menghargai pendapat teman sehingga nilai-nilai kemampuan berpikir kritis peserta didik
akan muncul.

10
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development).
Research and Development merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2017).
Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan diantaranya adalah metode
deskriptif, evaluative, dan eksperimental. Metode deskriptif digunakan pada penelitian awal
untuk mengetahui tentang kondisi produk yang sudah ada, pengguna dan faktor pendukung
maupun penghambat. Metode evaluative, digunakan untuk mengevaluasi produk dalam
proses uji coba. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keefektifan produk yang
dihasilkan.
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan ini merujuk pada model desain pengembangan
pembelajaran sains menurut Dick et al. (2009) menyatakan bahwa terdapat sepuluh tahapan
pelaksanaan penelitian dan pengembangan yaitu: a) mengidentifikasi tujuan pembelajaran; b)
melakukan analisis pembelajaran; c) menganalisa karateristik peserta didik dan konteks; d)
merumuskan indikator; e) mengembangkan instrument penilaian; f) mengembangkan strategi
pembelajaran; g) merancang dan mengembangkan bahan pebelajaran (bahan ajar media
pembelajaran); h) merancang dan melaksanakan evaluasi formatif; i) merevisi bahan ajar; j)
merancang dan melaksanakan evaluasi suamtif. Tahapan dalam prosedur penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

11
C. Analisis Data
1. Analisis Kepraktisan Pembelajaran
a) Keterlaksanaan Proses Pembelajaran
Tingkat keterlaksanaan pembelajaran digunakan untukmengetahui apakah
semua kegiatan dapat terlaksana semuanya dan keteruntutan pembelajaran. analisis
ini dilihat dari skor pengisian lembar observasi oleh observer kemudian di analisi
dengan menghitung Interjudge Agreement (IJA) yang dikemukakan oleh Pee et al.,
(2002) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IJA = 100%
+
Keterangan:
Ar = kegiatan yang terlaksana
AN = Kegiatan yang terlaksana
Table 3.1 Kriteria Kepraktisan
Presentase Hasil Penskoran Tingkat Kepraktisan
P≥ 81 % Sangat praktis
61% ≤ P ≥ 60% Praktis
41% ≤ P ≥ 60% Cukup praktis
21% ≤ P ≥ 40% Kurang praktis
P ≥ 20% Tidak praktis

b) Analisis Proses Keterampilan Berpikir Kritis


Penilaian KtBK selama proses pembelajaran berdasarkan hasil kerja peserta didik
dalam LKPD berupa skala penilaian (rating scale). Format penilaian berisi nama
peserta didik dan indikator0indikator KtBK dengan nilai skor 1-3 sesuai dengan
rubric yang telah dibuat peneliti. Penentuan skor tiap indikator menggunakan rumus:

NKtBK = 100%

Keterangan:
NKtBK= nilai setiap indikator berpikir kritis
R = Skor perolehan setiap kelompok
SM = skor maksimal

12
c) Analisis Respon Guru Dan Peserta Didik
Data respon diperlukan untuk mengetahui respon guru dan peserta didik
terhadap proses pembelajaran menggunakan bahan ajar dan perangkat pembelajaran.
penetuan skor menggunakan sakala likert dengan lima skala yang terdiri atas: tidak
praktis (nilai 1), kurang praktis (nilai 2), cukup praktis (nilai 3), praktis (nilai 4), dan
sangat praktis (nilai 5).
Teknik analisi data yang digunakan adalah statistic deskriptif dengan
presentase. Presentase dari setiap peserta didik dihitung mnggunakan persamaan:
£
P= 100%
£
Keterangan:
P = Presentase hasil penskoran
£ = jumlah total skor yang diperoleh
£xi = jumlah total skor maksimal
2. Analisis Keefektivan Pembelajaran
a. Keterampilan Berpikir Kritis
Pemberian kategori bertujuan untuk mengetahui kualifikasi keterampilan
berpikir krits peserta didik. Keterampilan berpikir kritis dibedakan menjadi 5
perhitungan dan ketgori pada table 3.2

Nilai = 100%

Tabel 3.2 kriteria keterampilan berpilan kritis


Skala Perolehan Kategori Kategori
x≥ 85 Sangat Baik
70 ≤ x < 85 Baik
55≤ x < 70 Cukup
40 ≤ x < 55 Kurang
x< 40 Sangat Kurang

b. Analisis Data Sikap Ilmiah


Penskoran untuk menganalisis sikapilmiah peserta didik berupa angket dalam
skala likert dengan ketuntasan sebagai berikut:

13
1) Untuk pernyataan dengan kategori positif: jawaban sangat setuju (SS) = skor 5,
setuju (S) = skor 4, jawaban ragu-ragu (R) = skor 3, jawaban tidak setuju (TS) =
skor 2, dan jawaban sangat tidak setuju (STS) = 1
2) Untuk pernyataan dengan kategori negative: jawaban sangat setuju (SS) = skor 1,
setuju (S) = skor 2, jawaban ragu-ragu (R) = skor 3, jawaban tidak setuju (TS) =
skor 4, dan jawaban sangat tidak setuju (STS) = 5
3) Menghitung skor total dari setiap pernyataan, kemudian menganlisisnya
menggunakan acuan penilaian norma absolute skala lima dengan ketentuan
sebagai berikut:
Table 3.3 kriteria Interpretasi Skor Sikap Ilmiah
Interval Nilai Kategori
81% - 100% A Sangat Baik
61% - 80 % B Baik
41% - 60% C Cukup
21% - 40% D Kurang
0% - 20% E Sangat kurang

c. Analisis Peningkatan KtBK dan Sikap Ilmiah


Metode yang digunakan yaitu statistic deskriptif dan komparatif. Analisis deskriptif
digunakan untuk mengetahui nilai KtBK dan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan
sesudah mendapatkan pmebelajaran dengan model PBL menggunakan bahan ajar IPA
yang dikembangkan. Analisis komparatif digunakan untuk mengetahui peningkatan
KtBK, maka dilaukan analisis nilai gain (N-gain) termonalisasi. Perhitungan
peningkatan antara skor maksimal dengan skor tes awal disebut N-gain, dihitung
dengan rumus dikemukan oleh Hake (1998), yaitu:
N-gain = 100%

Keterangan:
N-gain = skor gain
Spost = skor post test
Spre = skor pre test
Smaks = skor maksimal ideal
14
Nilai N-gain dikelompokkan dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Seperti yang
disajikan dalam table 3.4
Table 3.4 Kriteria Skor gain
Nilai N-gain Kategori Peningkatan Perolehan Skor
N-gain > 70% Tinggi
30% < N-gain ≤ 70% Sedang
N-gain < 30% Rendah

DAFTAR PUSTAKA
Aji, S.D., Hudha, M.N., & Rismawati, A.Y. Munadi, Y. 2012. Media Pembelajaran,
2017. Pengembangan modul Jakarta: Gaung Persada Pers
pembelajaran fisika berbasis problem
based learning untuk meningkatkan Rahayu, D,. Pratikto, H., & Rahayu, W.P.
kemampuan pemecahan masalah 2016. Pengembangan modul
fisikan pembelajaran konsektual bermuatan
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran, karakter pada mata pelajaran
Jakarta: Raja Grafindo Persada kewirausahaan di SMK Cendekia
Gredler, M.E. 2011. Learning And Bangsa Kepanjen. Jurnal pendidikan
Instruction: Teori Aplikasi. Jakarta, bisnis dan manajemen, 2 (3), 225-
Kencana 232
Jufri, W. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sanjaya, W. 2012. Perencanaan dan Desain
SAINS, Mataram: Arga Puji Pers Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Khaliq, S,. Alam, M.T,. Musthaq, M. 2015. Kencana
An Experimental study to investigate Santoso, I. 2007. Biologi Untuk SMA,
the effectiveness of project based Jakarta: Interplus
learning (PBL) for teaching science Suryadi, 2012. Membuat Siswa Aktif
at elementary level. International Belajar, Bandung: CV Mandar Maju
journal of academic research in
progressive education and
development, 4 (1), 43-55
Mutia, B, & Serevina, V. A.S. 2014.
Pengembangan perangkat
pembelajaran fisika SMA berbasis
problem based learning (PBL)
Sebagai implementasi scientific
approach dan penilaian authentic.
Jurnal nasional

15

Anda mungkin juga menyukai