PENGERTIAN Usaha memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen pada otak dan jantung. TUJUAN Memberikan oksigen dan curah jantung yang cukup FASE ORIENTASI a. Salam terapetiuk b. Evaluasi/ validasi kondisi pasien c. Kontrak : topik, waktu/tempat FASE KERJA Persiapan Alat • Ambubag • Handscoon Persiapan pasien 1. Mengkaji pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan 2. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan Cara Kerja Airway/Jalan Nafas 1. Periksa tanda cedera kepala, leher, kesulitan pernapasan & kesadaran. Bila ada cedera kepala jjangan mengguncang anak karena dapat merusak medula spinalis 2. Anak tidak sadar tapi bernafas baik, letakkan pada posisi pulih (recovery position) Atur Posisi 1. Letakkan dengan posisi terlentang diatas dasar yg rata dan keras 2. Bila ada cedera kepala/leher pertahankan posis tubuh-leher- kepala dalam satu garis. Hindari ekstensi, fleksi dan rotasi kepala karena dapat mencederai medula spinalis. 3. Memindahkan ke tempat lain, posisi tubuh-leher-kepala, harus dalam satu garis kesatuan Membuka Jalan Napas 1. Bila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt atau chin lift Letakkan satu tangan pada dahi tekan perlahan ke posterior, sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit ekstensi (hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas) Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang bawah tepat di ujung dagu dan dorong 2. Bila tidak sadar dan ada cedera kepala dengan cara jaw thrust Posisi penolong di sisi atau di arah kepala Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing- masing sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong keluar. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong diletakkan pada lantai atau alas dimana korban diletakkan. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi dengan head tilt dan membuka mulut (metode gerak triple) Untuk cedera kepala/ leher lakukan jaw thrust dengan immobilisasi leher. Pernapasan (Breathing) 1. Nilai usaha nafas dengan melihat gerak nafas, dengar desah nafas, dan rasakan aliran udara pernafasan 2. Caranya a. Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga menutup mulut dan hidung, lalu rapatkan b. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukan tiupan nafas buatan dengan mulut atau balon (bag) resusitasi. c. Bila dengan mulut, tarik nafas dalam, tiup dan liat pengembangan dada. Bila tetap tdk mengambang kemungkinan obstruksi jalan nafas. Rangsangan Taktil 1. Menepuk atau menyentil telapak kaki 2. Menggosok punggung/perut/dada/ekstremitas Evaluasi Kondisi Bayi 1. Nilai pernapasan bayi dengan menilai pengembangan dada dan warna kulit. Dengan suara napas di seluruh lapangan paru dengan stetoskop 2. Nilai denyut jantung dengan mendengar irama jantung dengan stetoskop. Hitung frekuensi denyut jantung a. Bayi baru lahir : Arteri Umbilikus b. Bayi : Arteri Brakhialis c. Anak : Arteri Karotis 3. Nilai warna kulit apakah kemerahan/sianosis perifer atau sianosis sentral Pemberian Napas Bantu 1. Jika pernapasan tetap tersengal atau apu setelah ragsangan singkat, segera beri napas buatan atau ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100% 2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau ganjal bahu
3. Pastikan jalan napas bersih
4. Pasang pipa orofaring 5. Letakkan sungkup diwajah bayi dengan rapat agar tidak bocor melalui sisi sungkup 6. Berikan tekanan positif melalui bag-valve-mask (ambubag) dengan lembut sambil melihat pengembangan dada bayi 7. Selanjutnya evaluasi lagi pernapasan dan denyut jantung secara simultan 8. Bila ventilasi tekanan positif tidak efektif dapat dilakukan intubasi endotrakeal Resusitasi (Pijat Jantung) 1. Bila setelah 30 detik dilakukan Ventlasi Tekanan Positif (VTP) dengan 100% O2, Frekuensi jantung tetap <60x/menit maka dilakukan resusitasi. 2. Dengan 1 penolong : melakukan pijat jantung dan ventilasi mouth to mouth secara bergantian Dengan 2 penolong : 1 orang melakukan pijat jantung dan 1 orang terus melanjutkan ventilasi a. Pelaksana kompresi : menilai dada dan menempatkan posisi tangan dengan benar b. Pelaksana ventilasi : menempatkan ambubag secara efektif dan memantau gerakan dada 3. Resusitasi dilakukan pada seperiga bagian tengah sternum, dibawah garis imajiner yang menghubungkan papila mamae 4. Teknik ibu jari : a. Kedua jari menekan tulang dada b. Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menopang bagian belakang bayi
5. Teknik dua jari :
a. Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu tangan digunakan untuk menekan tulang dada b. Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang bayi
6. Tekanan daat kompresi dada :
a. Kedalaman ±1/3 diameter antero-posterior dada b. Lama penekanan lebih singkat dari pada lama pelepasan c. Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari dada antara penekanan 7. Frekuensi : “satu-dua-tiga-pompa-…” a. Satu siklus terdiri atas 3 kompresi dan 1 ventilasi b. Satu siklus dilakukan selama 1 detik c. Sehingga dalam 1 menit dilakukan 90 kompresi dan 30 ventilasi 8. Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi, periksa frekuensi jantung. Jika frekuensi jantung : a. >60x/menit, berikan kompresi dan lanjutkan ventilasi dengan kecepatan 40-60x pompa/menit b. >100x/menit, hentikan kompresi dada dan hentikan ventilasi secara bertahap jika bayi bernapas spontan c. <60x/menit, lakukan intubasi pada bayi jika belum dilakukan, dan berikan epinefrin dengan cara intravena. FASE TERMINASI 1. Evaluasi respon klien : a. Evaluasi subjektif b.Evaluai subjektif 2. Tindak lanjut klienKontrak : topik/ waktu/ tempat SIKAP 1. Bekerja dengan Hati-hati 2. Sabar dan tidak tergesa-gesa 3. Bersikap sopan dan ramah STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RESUSITASI JANTUNG PARU DEWASA PENGERTIAN 1. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak terabanya denyut jantung, denyut nadi dan/ atau, denyut arteri karotis 2. Henti napas adalah berhentinya gerakan pernapasan dan ditandai tak terasanya hembusan napas dari kedua hidung 3. Resusitasi jantung paru suatu sistem/ metode untuk mengatasi henti jantung dan/atau henti nafas TUJUAN Mengembalikan fungsi jantung dan paru agar nyawa penderita henti jantung dan/ atau henti paru segera bisa diselamatkan dan tidak memberikan gejala sisa PERSIAPAN 1. Alat pelindung (masker, handscoon) ALAT 2. Trolly emergency yang berisi: 3. Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai 4. Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai 5. EKG record 6. EKG monitor bila memungkinkan DC shock lengkap 7. Ambulans PELAKSANAAN 1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen) 2. Mengecek kesadaran pasien dengan cara : Memanggil nama Menanyakan keadaannya Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien 3. Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, aktifkan SPGDT 4. Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan 5. Menilai pernafasan dengan cara : Melihat pergerakan dada/perut Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan 6. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara perlahan 7. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali 8. Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong 9. Kompresi jantung dilakukan dengan cara : Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas proses xyphoideus Kedalaman tekanan 3-5 cm Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit 10. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernafasan 11. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung luar. HAL YANG 1. Evaluasi pernafasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC HARUS kombinasi DIPERHATIKAN 2. Lakukan RJP BC sampai : Timbul nafas spontan Diambil alih alat/petugas lain Dinyatakan meninggal Penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon