Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEKNIK DAN NSTRUMEN EVALUASI PAI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ”Pengt.Sistem Evaluasi PAI”
Dosen Pembimbing: Dea. Hj Popon Sahara, M.M.Pd

Disusun oleh :
Ahma Fairuz
Ana Mardiana
Gitri Nuraeni
Indiyani
Rini Nuraisyah 19122238
Siti Saidah 19122252
Extention 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AT–TAQWA CIPARAY BANDUNG
2020 – 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadlirat Alloh SWT, atas limpahan
rahmat hidayah dan taufik-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat,
tabi’in dan kepada kita semua hingga akhir jaman. Aamiiin...
Alhamdulillah atas qudrat iradat Alloh SWT, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Teknik Dan Nstrumen Evaluasi Pai” yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengt.Sistem Evaluasi PAI . Dengan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dosen yang telah memberikan
pengalamannya.
Kami berharap dengan adanya makalah ini akan bermanfaat bagi kita semua
dan kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan, maka
kami berharap adanya saran dan krtik yang membangun untuk kebaikan kedepannya.
Akhir kata, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena kami masih
dalam proses belajar.

Bandung, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2
A. Teknik dan Instrumen Evalusi PAI {Test}.................................................. 2
a. Definisi Tes.............................................................................................. 2
b. Langkah-langkah Penyusunan Tes dan Pengembangan
Instrumen Evaluasi.................................................................................. 3
c. Fungsi Tes................................................................................................ 4
d. Bentuk-Bentuk Tes.................................................................................. 4
e. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes.......................................... 8
B. Teknik dan Instrumen Evalusi PAI {Non Test}..........................................12
b. Wawancara...............................................................................................12
b. Angket......................................................................................................13
b. Daftar Cek................................................................................................14
b. Skala Penilaian.........................................................................................15
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16
A. Simpulan.................................................................................................... 17
B. Saran.......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia ini tidak ada dua individu yang sama persis, baik dari segi fisik
maupun psikisnya. Hal ini merupakan salah satu bukti keagungan Allah SWT atas
segala ciptaan-Nya dan agar kita semua berbakti kepada-Nya. Adanya perbedaan
individual, tentu akan turut serta menentukan berhasil atau tidaknya individu tersebut
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, sehingga akan berakibat pula adanya
perbedaan prestasi kerja maupun prestasi belajarnya. Maka perlu diciptakannya alat
untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, agar dapat mengetahui adanya
perbedaan antar individu tersebut.
Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi.
Salah satunya adalah tes. Tes banyak digunakan untuk mengukur prestasi belajar
peserta didik dalam bidang kognitif, seperti: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kita akan mencoba untuk mengulas sedikit
tentang konstruksi instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tes?
2. Bagaimana langkah-langkah pengembangan instrument evaluasi dan menyusun
tes?
3. Apa sajakah fungsi tes itu?
4. Apa sajakah bentuk-bentuk tes?
5. Sebutkan pengembangan instrumen evaluasi jenis tes!

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik dan Instrumen Evalusi PAI {Test}


a. Definisi Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno, yaitu “testum”
dengan arti: “piring yang digunakan untuk menyisihkan atau memilih logam-logam
mulia dari benda-benda lain”, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya.
Dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan (
‫)إمتحان‬. Secara istilah test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka
pengukuran dan penilaian. Menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul
Psychological Testing (tes) adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang
obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan
untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological
Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan
tingkah laku dua orang atau lebih. Sedang menurut Goodenough, tes adalah suatu
tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan
yang lain.
Sax (1980: 13) mendefinisikan tes sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas
yang digunakan untuk mendapatkan umpan balik sistematis yang dianggap
mencerminkan trait atau atribut pendidikan atau psikologi. Selanjutnya bahwa Sax
juga menekankan bahwa tes, berisi tugas-tugas yang disusun untuk menghasilkan
pengamatan sistematis mengenai suat sifat (trait).
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan,

2
pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta
didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.

b. Langkah-langkah Penyusunan Tes dan Pengembangan Instrumen Evaluasi


Dalam penyusunan tes diperlukan langkah-langkah yang harus diikuti secara
sistematis, sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Langkah-langkah tersebut,
sebagai berikut:
1. Menentukan atau merumuskan tujuan tes.
2. Mengidentifikasi hasil-hasil belajar yang akan diukur dengan tes.
3. Menentukan atau menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang merupakan
tingkah laku yang dapat diamati dan sesuai dengan Tujuan Instruksional
Khusus (TIK).
4. Merinci bahan atau mata pelajaran yang akan diukur dengan tes.
5. Menyiapkan tabel spesifikasi.
6. Menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan tes.
Dalam mengembangkan instrumen, Tuckman (1978:210-116) telah
menunjukan langkah-langkah yang dapat diikuti yaitu dengan menunjukan tujuan dan
variabel yang akan diukur, menentukan indikator, menulis butir-butir instrumen, serta
menguji coba dan mengevaluasi instrumen.
Menurut Suryabrata, pengembangan spesifikasi instrumen tes, dilakukan
dengan menentukan tujuan-tujuan umum serta persyaratan tes, menyusun kisi-kisi tes,
memilih tipe-tipe soal, menentukan taraf kesukaran soal, menentukan cara
mengkompilasikan soal-soal dalam bentuk akhirnya, dan menyiapkan penulisan soal
dan penelaah soal. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa langkah-
langkah pengembangan instrumen pada dasarnya meliputi: perencanaan, persiapan,
uji coba, dan penilaian hasil ukuran.
Disamping itu baik buruknya evaluasi ada ditangan evaluator, yaitu guru yang
melaksanakan proses pembelajaran dalam suatu bidang studi atau tim khusus yang

3
dibentuk untuk melakukan evaluasi. Artinya guru harus bertanggungjawab juga
dalam pelaksanaan evaluasi.

c. Fungsi Tes
Kita mengenal bermacam-macam fungsi tes sesuai dengan tujuannya masing-masing,
yaitu:
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta
didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang
telah ditentukan, telah dapat dicapai.[10][10]
3. Sebagai alat untuk menentukan penempatan siswa dalam suatu jenjang atau
jenis program pendidikan tertentu (placement test).
4. Sebagai alat untuk mencari umpan balik (feed-back) guna memperbaiki proses
belajar-mengajar bagi guru maupun siswa (test formatif).
5. Sebagai alat untuk mencari sebab-sebab kesulitan belajar siswa, seperti latar
belakang psikologis, fisik, dan lingkungan sosial-ekonomi siswa.[11][11]

d. Bentuk-Bentuk Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan,
tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
1. Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan
atau kemajuan belajar peserta didik, dibedakan menjadi enam golongan, yaitu:
 Tes seleksi (al-Imtihan al-Intikhabiy = ‫)اإلمتحان اإلنتخابى‬, sering dikenal dengan
istilah “Ujian Saringan” atau “Ujian Masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam
rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak

4
calon yang mengikuti tes. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara lisan, secara
tertulis, dengan tes perbuatan, dan dapat pula dilaksanakan dengan
mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut secara serempak.
 Tes awal (al-Imtihan al-Mabda’iy = ‫)اإلمتحان البدئى‬, sering dikenal dengan
istilah pre-test. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai
oleh para peserta didik. Isi atau materi tes awal pada umumnya ditekankan pada
bahan-bahan penting yang seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh
peserta didik sebelum pelajaran diberikan kepada mereka.
 Tes akhir (al-Imtihan al-Niha’iy = ‫)اإلمتحان النهائى‬, sering dikenal dengan
istilah post-test. Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh para peserta didik. Isi atau materi tes akhir adalah bahan-
bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada para
peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes
awal.
 Tes diagnostik (al-Imtihan al-Fahshiy = ‫)اإلمتحان الفحصى‬. Tes ini dilaksanakan
untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta
didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Materi yang ditanyakan dalam tes
diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya
sulit dipahami siswa. Tes ini dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis,
perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
 Tes formatif (al-Imtihan al-Yaumiy = ‫)اإلمتحان اليوم‬, sering dikenal dengan
istilah “Ulangan Harian”. Tes ini adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk
mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai
dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Tes formatif ini biasa
dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu

5
dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir
atau dapat diselesaikan. Materi tes ini pada umumnya ditekankan pada bahan-
bahan pelajaran yang telah diajarkan, baik termasuk kategori mudah maupun
yang termasuk kategori sukar.
 Tes sumatif (Imtihan al-Nisf al-Sanawiy = ‫)اإلمتحان النصف‬, sering dikenal
dengan istilah “Ulangan Umum” atau “Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA)”.
Tes ini adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan
program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis,
agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Tujuan tes ini adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah
mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2. Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap, dibedakan
menjadi lima golongan, yaitu:
 Tes intelegensi (intellegency test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengungkapkan atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
 Tes kemampuan (aptitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengungkapkan kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
 Tes sikap (attitude test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon
tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun
obyek-obyek tertentu.
 Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang dilaksanakan untuk
mengungkapciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat
lahiriah.
 Tes hasil belajar atau tes pencapaian (achievement test), yaitu tes yang
dilaksanakan untuk mengungkap tingkat pencapaian prestasi belajar.

3. Penggolongan tes berdasarkan obyek yang dites:

6
 Tes individual (individual test), yaitu suatu tes yang dalam pelaksanaannya
memerlukan waktu yang cukup panjang (untuk waktu yang sama penguji hanya
dapat mengetes seorang calon).
 Tes kelompok (group test), yaitu tes yang dilakukan terhadap beberapa murid
dalam waktu yang sama.
4. Penggolongan tes berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk
menyelesaikan tes.
 Power test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat teste untuk
menyelesaikan tes tersebut tidak di batasi.
 Speed test, yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk
menyelesaikan tes tersebut di batasi.
5. Penggolongan tes berdasarkan bentuk responnya (sifatnya).
 Tes Verbal (Verbal test), yaitu tes yang menggunakan bahasa (ungkapan kata
atau kalimat) sebagai alat untuk melaksanakan tes. Tes verbal terdiri dari: tes
lisan (oral test) dan tes tulisan (written test).
 Tes Non Verbal (Nonverbal test), yaitu tes yang tidak menggunakan bahasa
(ungkapan kata atau kalimat) sebagai alat untuk melaksanakan tes, tetapi
menggunakan tindakan tertentu berupa gambar, memberikan tugas dan
sebagainya.
6. Penggolongan tes berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan
jawabannya.
 Tes tertulis (pencil and paper test), yaitu tes di mana tester dalam mengajukan
pertanyaan dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban juga
secara tertulis.
 Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes di mana tester dalam mengajukan
pertanyaan dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan
juga.

7
e. Pengembangan Instrumen Evaluasi Jenis Tes
Pada umumnya, tes yang digunakan di sekolah-sekolah adalah achievement
test yang dibagi menjadi empat golongan, yaitu:
1. Pengembangan Tes Bentuk Uraian
Pengembangan tes bentuk uraian dapat digunakan untuk mengukur kegiatan
belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Tes bentuk uraian disebut juga
penilaian subjektif karena sering juga dipengaruhi oleh subjektivitas guru. Dilihat
dari bentuk luas-sempitnya materi yang ditanyakan dapat dibagi menjadi:
1) Uraian Terbatas
Dalam menjawab, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai
batasannya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka macam,
tetapi tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sisitematika
jawaban sesuai dengan batas-batas yang ditentukan dan dikehendaki dalam
soalnya.
Contoh: Jelaskan bagaimana prosedur dan prinsip-prinsip tes hasil belajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam![17][17]
2) Uraian Bebas
Dalam hal ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sistematis sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuanya. Namun demikian, guru harus mempunyai patokan dalam
mengoreksi.
Contoh: Bagaimana perkembangan sistem pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada masa ini, jelaskan dengan singkat!
2. Pengembangan Tes Bentuk Objektif
Tes objektif sering disebut dengan tes dikotomi, karena jawabanya antara benar
dan salah dan skornya antara satu dan nol. Disebut tes objektif karena penilainya
yang objektif. Siapapun yang mengoreksi tes objektif hasilnya akan sama karena
kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk
memilih jawaban benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
8
memberikan jawaban singkat dan melengkapi pertanyaan dan pernyataan yang
belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang
menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi. Tes jenis ini ada beberapa bentuk:
1) Benar atau salah (true false, or yes-No)
Bentuk tes benar atau salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta menjawab
pertanyaan sesuai dengan petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi tes ini
adalah untuk mengukur kemampuan siswa untuk membedakan antara mana
yang fakta dan mana yang pendapat. supaya soal dapat berfungsi dengan baik
materi yang hendak ditanyakan hendaknya bersifat homogen. Contoh: bentuk
soal yang hanya memberi tanda silang (X).
Kelebihannya adalah: dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran
yang lebih luas, mudah penyusunannya dan dilaksanakan, mudah diskor, dapat
dinilai secara cepat dan objektif dan merupakan instrumen yang baik untuk
mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang berkaitan dengan
ingatan. Adapun kelemahannya adalah: ada kecenderungan peserta didik
menjawab coba-coba (menebak jawaban), pada umumnya mempunyai derajat
validitas dan reabilitas yang rendah, dalam penyusunan tes memerlukan
ketelitian dan waktu yang agak lama, sering terjadi kekaburan, terbatas
mengukur aspek pengetahuan saja.[19][19]
2) Pilihan Ganda (Multiple-Choice).
Soal tes pilihan ganda dapat digunakan mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri dari pembawa pokok
persoalan dan pilihan jawaban. Ada beberapa jenis bentuk tes pilihan ganda,
yaitu:

9
o Distracters, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa
pilihan jawaban yang salah, tetapi disediakan satu pilihan jawaban yang
benar.
o Analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk soal yyang digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan antara
pernyataan dan alasan (sebab-akibat).
o Variasi negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai
beberapa pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakn satu kemungkinan
jawaban yang salah.
o Variasi berganda, yaitu memilih beberapa kemungkinan jawaban yang
kesemuanya benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar.
o Variasi yang tidak lengkap, yaitu yang memiliki beberapa kemungkinan
jawaban yang belum lengkap.
Kelebihanya antara lain: cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat,
efektif. Kemungkinan peserta didik menjawab terkaan dapat dikurangi, dapat
digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai aspek
kognitif, dapat digunakan berulang-ulang. Adapun kelemahanya adalah: tidak
dapat mengukur kemampuan verbal dan pemecahan masalah, penyusunan soal
membutuhkan waktu yang sangat lama, sukar menentukan alternatif jawaban
yang benar-benar homogen, logis, dan berfungsi.
3) Menjodohkan
Bentuk tes menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban
yang keduanya dikumpulkan dalam dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunjukkan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan jawaban. Jumlah pillihan jawaban dibuat lebih banyak dari pada
persoalan. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi informasi.

10
Kelebihannya adalah: soal bentuk menjodohkan antara lain, relatif mudah
disusun, penskoranya mudah, dapat digunakan untuk menilai teori dan
penemuanya, zsebab-akibat, istilah dan definisi. Adapun kelemahannya adalah:
ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja, kurang baik digunakan
untuk menilai pengertian.
4) Jawaban Singkat (Short Answer) dan Melengkapi (Completion).
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan
kalimat dan atau dengan angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
Soal tes bentuk ini biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan, dengan
kata lain soal tersebut berupa kalimat tanya yang dapat dijawab dengan singkat,
berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang, dll.
Contoh: Apa rukun Islam yang pertama?
Kebaikanya antara lain, relatif mudah disusun, sangat baik untuk menilai
kemampuan peserta didik dalam hal fakta, prinsip dan terminologi. Menuntut
peserta didik mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas,
pemerikasaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan objektif. Kelemahanya
antara lain, hanya berkenaan pada hal mengingat saja, jika titik jawaban terlalu
banyak pada soal melengkapi peserta didik sering terkecoh, dalam memeriksa
lembar jawaban dibutuhkan waktu yang sangat lama.
3. Pengembangan Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan.
Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai
dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan. Tes lisan dapat berbentuk sebagai
berikut:
1) Seorang guru menilai seorang peserta didik.
2) Seorang guru menilai sekelompok peserta didik.
3) Sekelompok guru menilai seorang peserta didik.
4) Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik.

11
Kebaikan tes lisan antara lain, dapat mengetahui langsung kemampuan peserta
didik, tidak perlu menyusun soal-soal, kemungkinan peserta didik menerka-nerka
dan berspekulasi dapat dihindari. Kelemahanya adalah memakan waktu yang cukup
banyak, sering muncul penilaian subjektivitas.
4. Pengembangan Tes Perbuatan (Perfomance Test)
Tes perbuatan atau tes praktek adalah tes yang menuntut peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan lebih jauh. Stigins (1994) mengemukakan “tes
tindakan adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk melakukan
kegiatan khusus dibawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
didemonstrasikan.” Misalnya, coba praktekan bagaimana cara berwudlu yang baik
dan benar.
Tes bentuk ini banyak digunakan hampir setiap mata pelajaran, seperti pendidikan
agama Islam, olahraga, kesenian, dan sebagianya. Adapun kelebihan tes tindakan
diantaranya, satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil
belajar dalam bidang ketrampilan, sangat baik digunakan dalam pencocokan antara
pengetahuan dan teori, dalam prosesnya tidak mungkin peserta didik dapat
menyontek, guru dapat mengenal karakteristik peserta didik. Adapun kelemahanya
adalah, memakan waktu yang lama, dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang
besar, cepat membosankan, mempunyai syarat-syarat pendukung waktu, biaya, alat
dan tempat.

B. Teknik dan Instrumen Evalusi PAI {Non Test}


a. Wawancara
Merupakan Instrumen Non-tes yanng dilakukan dengan melakukan percakapan
dan tanya jawab lisan secara sepihak dan berhadapan (tatap muka), yang dilakukan
dengan tujuan tertentu. Djaali dan Muljono (2008) menyatakan bahwa ada dua jenis
wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi yaitu:

12
Wawancara Terpimpin/wawancara berstruktur/wawancara sistematis,
merupakan wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang sudah
disusun terlebih dahulu.
Wawancara Tidak Terpimpin/wawancara bebas, wawancara sederhana dan tidak
sistematis yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tanpa mengacu pada
panduan wawancara.
Langkah-langkah menyusun instrumen non-tes wawancara :
1. Menentukan tujuan wawancara.
2. Menentukan aspek yang akan di ungkapkan.
3. Menentukan bentuk pertanyaan (berstruktur atau bebas)
4. Membuat pertanyaan.
5. Menyusun pedoman wawancara
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yaitu: Tahap awal
yang bertujuan mengondisikan situasi wawancara, Penggunaan pertanyaan,
Pencatatan hasil wawancara.

b. Angket
Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 92) berpendapat angket atau kuesioner
adalah merupakan suatu tehnik atau cara memahami siswa dengan mengadakan
komunikasi tertulis, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus dijawab
atau dikerjakan oleh resonden secara tertulis juga.
Dapat diartikan bahwa angket merupakan alat untuk mengumpulkan informasi,
data, dan pendapat, yang harus diisi oleh reponden. Angket dapat di kelompokan
menjadi beberapa kelompok, yakni :
1. Berdasarkan bentuknya :
Angket berstruktur, angket yang menyediakan kemungkinan jawaban.
1) Bentuk jawaban tertutup, angket yang telah menyediakan alternatif jawaban.

13
2) Bentuk jawaban tertutup tetapi alternatif terakhir merupakan jawaban terbuka
yang dapat memberikan kesempatan kepada responden untuk memberikan
jawaban bebas.
3) Bentuk jawaban bergambar, yang memberikan alternatif jawaban berupa
gambar.
Angket tidak berstruktur, angket yag memberikan jawaban secara terbuka (bebas).
Angket ini memberikan gambaran lebih tentang situasi, namun lebih bersifat
subjektif dan tidak dapat di ukur secara statistik sehingga data yang di peroleh
bersifat umum.
2. Ditinjau dari responden yang menjawab
 Angket langsung, diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang
dirinya.
 Angket tidak langsung, diisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan tentang
dirinya.
Langkah-langkah menyusun angket :
1) Menyusun kisi-kisi angket.
2) Menyusun pertanyaan-pertanyaan dan bentuk yang diinginkan.
3) Membuat pedoman cara menjawab.
4) Melakukan uji coba angket untuk mengetahui kelemahan angket tersebut.
5) Merevisi angket berdasarkan hasil uji coba.
6) Menggandakan angket sesuai jumlah responden.
Hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan instrumen non-tes menggunakan
angket, yaitu : pertanyaan hendaklah pendek dan jelas, mengandung satu jawaban,
pertanyaan tidak menyinggung perasaan responden.

c. Daftar cek
Merupakan daftar yang memuat sejumlah pernyataan singkat mengenai subjek
dan aspek-aspek yang akan diamati. Penilaian dengan memberikan tanda centang (Ö)
pada tiap-tiap pernyataan sesuai dengan hasil pengamatan.

14
d. Skala penilaian
Merupakan alat untuk mengkur nilai,sikap, minat, perhatian, dan lain-lain
dengan tingkatan-tingkatan yang telah disusun.

Contoh skala penilaian :


Keterangan : Keterangan :
1 = Sangat suka A = sangat baik
2 = suka B = baik
3 = biasa C = cukup baik
4 = tidak suka D = kurang baik
5 = sangat tidak suka E = buruk

15
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam tahap evaluasi pembelajaran dibutuhkan instrumen-instrumen untuk
melakukan evaluasi yang bukan hanya dalam degi kognitif, dan psikomotor, tetapi
juga afektif. Untuk mengevaluasi ranah kognitif dapat digunakan instrumen tes,
sementara untuk mengevaluasi afektif digunakan instrumen non-tes, dan untuk
mengevaluasi psikomotorik dapat menggunakan instrumen tes maupun non-tes.
Masing-masing instrumen memiliki tujuan, langkah, dan karakteristik masing-masing
yang tentunya akan memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing yang
tentunya menjadi pertimbangan evaluator dalam memilih instrumen apa yang tepat
dan sesuai untuk melakukan evaluasi yang diinginkan.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, tes adalah cara pengukuran dan penilaian di
bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas baik berupa pertanyaan atau
perintah, sehingga menghasilkan nilai yang melambangkan prestasi peserta didik.
Langkah-langkah pengembangan instrumen evaluasi, meliputi: perencanaan,
persiapan, uji coba, dan penilaian hasil ukuran. Sedanglan langkah-langkah
menyusun tes, terdapat beberapa tahapan, antara lain: merumuskan tujuan tes,
mengidentifikasi hasil belajar yang akan diukur dengan tes itu, menandai hasil belajar
yang spesifik, merinci mata pelajaran yang akan diukur dengan tes itu, menyiakan
tabel spesfikasi dan menggunakan tabel spesifikasi tersebut sebagai dasar penyusunan
tes.
Fungsi tes, antara lain: sebagai alat pengukur terhadap peserta didik, sebagai
alat pengukur keberhasilan program pengajaran, untuk penentuan penempatan siswa
dalam suatu jenjang, untuk mencari umpan balik, untuk mencari sebab-sebab
kesulitan belajar siswa
Bentuk-bentuk tes, antara lain:
1. berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan: tes seleksi, tes
awal, tes akhir, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.
16
2. berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap: tes intelegensi, tes kemampuan,
tes sikap, tes kepribadian, dan tes hasil belajar
3. berdasarkan obyek yang dites: tes individual, dan tes kelompok
4. berdasarkan waktu yang disediakan bagi teste untuk menyelesaikan tes: power
test, dan speed test
5. berdasarkan bentuk sifatnya: tes verbal, dan tes non verbal
6. berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya: tes
tertulis, dan tes lisan.
Pengembangan instrumen evaluasi jenis tes, terbagi dalam empat golongan, yaitu: tes
bentuk uraian, tes bentuk objektif, pengembangan tes lisan dan pengembangan tes
perbuatan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan tentang instrumen evaluasi yang meliputi tes dan bentuk-bentuknya.
Kami sarankan agar pembaca mencari referensi lain untuk menambah wawasan
Anda. Kami mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan baik dalam
segi tulisan, tanda baca, maupun kesalahan lainnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Lubis, Mawardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Malang: UIN-Maliki Pers.
Purwanto, Ngalim. 1988. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Widoyoko, S.Eko Putro. 2009. Evaluasi program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
[1][1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 65.
[2][2] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 117.
[3][3] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 117.
[4][4] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),
hlm. 66-67.
[5][5] Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 40.
[6][6] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 118.
[7][7]Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1988), hlm. 41-42.
[8][8] Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 41.
[9][9] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 88.
18
[10][10] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 67.
[11][11] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988), hlm. 33.
[12][12] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 68-73.
[13][13] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Pers, 2010), hlm. 60.
[14][14] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 74.
[15][15] Mulyadi, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UIN-Maliki Pers, 2010), hlm. 57-
58.
[16][16] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 75.
[17][17] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 70.
[18][18] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 135-137.
[19][19] S.Eko Putro Widoyoko, Evaluasi program Pembelajaran, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 51-53.
[20][20] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 138-151.

19

Anda mungkin juga menyukai