A
y
B
q x
Gambar 7.1
Gambar 7.4
1. 3. Tripple Product
Opersai tripple product adalah operasi perkalian antara 3 buah vektor, sebutlah vektor A ,
B dan C ..Ada dua jenis perkalian ini, yaitu :
iˆ ˆj kˆ
BxC B x By B z iˆ( B y C z B z C y ) ˆj ( B x C z B z C x ) kˆ( B x C y B y C x )
Cx Cy Cz
(7.5)
Jika persamaan (7.5) dioperasikan dengan perkalian titik terhadap A , akan diperoleh
A.( BxC ) ( Ax iˆ Ay ˆj Az kˆ).{iˆ( B y C z B z C y ) ˆj ( B x C z B z C x ) kˆ( B x C y B y C x )}
Ax ( B y C z B z C y ) Ay ( B x C z B z C x ) Az ( B x C y B y C x )
Jadi terlihat bahwa :
Ax Ay Az
A.( BxC ) B x By Bz
Cx Cy Cz
(7.6)
Dengan memakai illustrasi lingkaran (Gambar 7.5), dapat dituliskan bentuk-bentuk seperti di
bawah ini :
C A .( B xC ) B.(C x A) C .( AxB
(7.7)
( A xB ).C ( B xC ). A ( CxA ).B
A B
Gamabar 7.5
b. Tripple Vector Product, yang dituliskan sebagai x( BxC ) . Untuk menentukan bentuk
A
Ax( BxC ) , perhatikanlah bahwa Gambar 7.6 merupakan pernyataan dari BxC .
Gambar 7.6
Maka :
Ax ( BxC) ( Ax iˆ Ay ˆj Az kˆ) x( B x C y kˆ )
A B C (iˆxkˆ) A B C ( ˆjxkˆ)
x x y y x y
Ax B x C y ˆj Ay B x C y iˆ
(7.11)
Ruas kanan dari persamaan (7.11) dapat dimodifikasikan dalam bentuk :
Ax ( BxC) Ax Bx C y ˆj Ax Bx C x iˆ Ax B x C x iˆ Ay B x C y iˆ
Ax B x (C x iˆ C y ˆj ) B x iˆ( Ax C x Ay C y )
(7.12)
Dari persamaan (7.12) dapat ditunjukkan bahwa :
Ax B x A.B
C x iˆ C y ˆj C
Ax C x Ay C y A.C
Sehingga :
Ax ( B xC ) ( A.B )C B ( A.C )
atau :
Ax( BxC ) ( A.C ) B ( A.B ) C (7.13)
dx
vx
dt : komponen kecepatan ke arah sumbu x
dy
vy
dt : komponen kecepatan ke arah sumbu y
dz
vz
dt : komponen kecepatan ke arah sumbu z
Sedangkan percepatan benda adalah :
dv ˆ dv x ˆ dv y ˆ dv z
a i j k
dt dt dt dt
a x iˆ a y ˆj a z kˆ
(7.17)
dimana :
dv x
ax
dt : komponen percepatan ke arah sumbu x
dv y
ay
dt : komponen percepatan ke arah sumbu y
deˆ d ˆ d d
iˆ cos j sin eˆr
dt dt dt dt (7.21)
A Ar eˆr A eˆ
Jika diberikan sebuah vektor , dimana Ar dan A adalah fungsi waktu, maka
:
dA dA deˆ dA deˆ
eˆr r Ar r eˆ A
dt dt dt dt dt (7.22)
(x,y,z)
suˆ
(xo,y o,z
o) Gambar 7.8
( x, y, z ) ( xo , y o , z o ) suˆ (aiˆ bˆj ckˆ) s
(7.24)
ˆ ˆ ˆ
dimana uˆ (ai bj ck ) adalah unit vektor, sedangkan s adalah jarak ataupun panjang
garis. Dari persamaan (7.24) dapat dituliskan bahwa :
( x xo , y y o , z z o ) ( x xo )iˆ ( y y o ) ˆj ( z z o )kˆ asiˆ bsˆj cskˆ
sehingga :
dx
x xo as x xo as a
® ® ds
dy
y y o bs y y o bs b
® ® ds (7.25)
dz
z z o cs c
® z z o cs ® ds
Dari persamaan (7.25) terlihat bahwa x x(s ) , y y (s ) dan z z (s ) . Jika diberikan sebuah
medan skalar : ( x, y, z ) , maka juga adalah merupakan fungsi dari s, dituliskan
sebagai:
( x, y , z ) ( s ) (7.26)
sehingga :
d dx dy dz
ds x ds y ds z ds
a b c
x y z (7.27)
.uˆ a b c
x y z (7.28)
Suku di ruas kanan tanda “=” dalam persamaan (7.27) maupun (7.28) adalah sama, sehingga
dapat dituliskan bahwa :
d
.uˆ
ds (7.29)
d
Dalam persamaan (7.29), ds disebut sebagai turunan berarah. Sebagai contoh, tentukanlah
ˆ ˆ ˆ
di titik (2,-1,1) ke arah 2i 2 j k . Dalam hal
2 2
turunan dari medan skalar xy yz A
ini û adalah :
A 2iˆ 2 ˆj kˆ
uˆ 13 ( 2iˆ 2 ˆj kˆ)
A 2 2 (1)
2 2 2
ˆ ˆ ˆ 2
iˆ j k i ( y ) (2 xy z 2 ) ˆj 2 yzkˆ
x y z
Pada titik (2,-1,1) :
iˆ(1) 2 {2.2(1) 12 ) ˆj 2(1).1kˆ iˆ 3 ˆj 2kˆ
Jadi :
.uˆ (iˆ 3 ˆj 2kˆ). 13 (2iˆ 2 ˆj kˆ) 23 2 23 23
Selanjutnya, persamaan (7.29) dapat dituliskan dalam bentuk :
d
.uˆ uˆ cos uˆ 1
ds ,
d
.uˆ cos
ds (7.30)
2 2 2
. 2 2 2 2
x y z (7.34)
Beberapa bentuk Laplacian adalah :
2 0 : Persamaan laplace (7.35)
1 2
2
v 2 t 2 : Persamaan gelombang (7.36)
1
2
v 2 t : Persamaan diffusi/konduksi (7.37)
Dari persamaan (7.13) dapat juga dituliskan bahwa :
x(xF ) (.F ) (.) F
x(xF ) (.F ) 2 F (7.38)
Juga dapat ditunjukkan bahwa :
.(F ) F . .F (7.39)
y
4 (2,4) Lintasan I : (0,0) ® (2,0) ® (2,4)
III Lintasan II : y = x2
IV
Lintasan III :y=x
II x
I 2 Lintasan IV : (0,0) ® ((0,4) ® (2,4)
Gambar 7.10
W IB 3 y dy
2
= 64 Joule
Jadi :
WI = WIA + WIB
= 0 + 64
= 64 Joule
dy
y x2 2 x dy 2 xdx
Untuk lintasan II : dx , sehingga :
WII 2 xydx 3 y 2 dy
.
Dalam variabel x :
WII 2 x ( x 2 )dx 3( x 2 ) 2 2 xdx
x 2
(6 x 2 x 3 )dx
5
x 0
= 72 Joule
Jika dibuat dalam variabel y :
dy dy
WII 2 xydx 3 y 2 dy x y , dx
2x 2 y
, sehingga :
y4
dy
WII 2
y 0
yy
2 y
3 y 2 dy
y 4
WII ydy 3 y
2
dy
y 0
= 72 Joule
Dapat dilihat bahwa pemakaian variabel x dan varibel y memberi nilai yang sama.
x 0
74 23
Joule
Melalui lintasan IV : seperti pada lintasan I, dalam hal ini lintasan dibagi dua, yakni
Lintasan WIVA : (0,0) ® (0,4) dan lintasan WIVB : (0,4) ® (2,4)
WIVA 2 xydx 3 y 2 dy x 0 dan dx 0
, sehingga :
y4
WIVA 3y dy 64 Joule
2
y o
dan :
WIVB 2 xydx 3 y 2 dy y 4 dan dy 0
, sehingga :
x2
WIVB 8 xdx
x 0
= 16 Joule
Jadi :
WIV = 64 + 16 = 82 Joule.
Perhatikan dari contoh di atas bahwa usaha yang dilakukan gaya tidak sama jika
lintasan berbeda-beda meskipun gayanya tidak berubah serta tititk awal dan titik akhir sama.
Gaya seperti ini disebut sebagai gaya bersifat disivatif, dimana usaha yang dilakukan
bergantung kepada bentuk lintasan yang ditempuh. Jika sebaliknya, usaha yang dilakukan
sama besar, meskipun lintasan berbeda, maka gaya seperti ini disebut sebagai gaya yang
bersifat konservatif. Jika hubungan antafta F dan W dituliskan sebagai :
w ˆ w ˆ w
F W iˆ j k
x y z (7.42)
w F w w
Fx y Fz
x , y , z
w w
2 2
Dari sifat : x y yx , maka dari persamaan (7.41) :
Fx 2 w Fy F Fy
x
y yx x y x (7.43)
Dengan cara yang sama :
b
d
dx f ( x)dx f (b) f (a)
a (7.48)
Dalam bagian ini akan dicoba diterapkan persamaan (7.48) ke dalam sebuah bidang A dalam
koordinat Cartesian (lihat Gambar 7.11). Definisikanlah dua buah fungsi P(x,y) dan Q(x,y).
Dalam bidang A, dari persmaan (7.48) dapat dituliskan bahwa :
x b y d x b
P ( x, y ) P ( x, y )
A y dydx xa yc y dydx xa[ P( x, d ) P( x, c)]dx
(7.49)
P( x, y)dx
C
P( x, y)dx P( x, y)dx P( x, y)dx P( x, y)dx
x a x b x b xa
b a
P ( x, c)dx P( x, d )dx
a b
b
{P ( x, c )dx P ( x, d )}dx
a (7.50)
y
d
c
x
a b
Gambar 7.11
d c
Q(b, y )dy Q(a, y )dy
c d
d
{Q(b, y ) Q( a, y )}dy
c (7.53)
dy
dy
-dx
Gambar 7.12
dr iˆdx ˆjdy, dr dx 2 dy 2
(7.59)
Sedangkan komponen normal adalah :
ds nˆds iˆdy ˆjdx, ds dx 2 dy 2 (7.60)
Dapat juga dituliskan dari persamaan (7.57), (7.59) dan (7.60) :
Pdx Qdy Fy dx Fx dy
(iˆFx ˆjFy ).(iˆdy ˆjdx)
F .nˆ ds (7.61)
Dari persamaan (7.55), (7.59) dan (7.61) diperoleh :
Q P
C Pdx Qdy A { x y }dxdy C F .nˆ dS A (.F )dxdy
atau :
F .nˆ dS (.F )dxdy
C A (7.62)
Persamaan (7.62) dikenal sebagai teorema divergensi untuk dua dimensi (2-D). Untuk tiga
dimensi (3-D), maka persamaan (7.62) dapat diperluas menjadi :
atau :
.E
(7.66)
Dalam persamaan (5.66), E , dan e masingh-masing adalah vektor medan listrik, kerapatan
muatan listrik dan permitivitas dielektrik. Dengan cara yang sama, untuk medan magnet
diperoleh :
.B 0 (7.67)
Dalam persamaan (7.67), B adalah vektor medan magnet. Persamaan (7.66) dan (7.67)
adalah bagian dari persamaan Maxwell.
Gambar 7.14
Dari persamaan (7.72) dan (5.73) :
B.dr (xB).dA J .dA
C
(7.74)
atau :
xB J atau : xH J (7.75)
Dengan B H , dimana B, H , dan masing-masing adalah induksi medan magnet,
intensitas medan magnet dan permeabilitas listrik. Persamaan (7.75) adalah merupakan salah
satu bagian dalam persamaan Maxwell.