Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN III

"MENGANALISA JURNAL"

DOSEN PENGAJAR :

LENA SRI DINIYATI Sri S,ST,M.KES

DI SUSUN OLEH :

NAWAL JUBAEDAH

YAYASAN RAUDHATUL MUTA'ALLIMIN

AKADEMI KEBIDANAN AL-IKHLAS


Jl.HANKAM DS,JOGJOGAN KEC,CISARUA-BOGOR

Pengaruh Kombinasi ekstrak daun katuk dan domperidon terhadap


involusi uterus mencit menyusui.

Daun katuk atau Sauropus androgynus merupakan tanaman yang mudah


tumbuh di Indonesia. Katuk biasanya digunakan daunnya untuk memperbanyak
produksi ASI oleh masyarakat Indonesia. Katuk atau Sauropus androgynus
mermiliki banyak kandungan kimia yang memiliki efek farmakologis. Tujuan
pembuatan review ini adalah untuk mengulas mengenai efek farmakologi yang
yang dapat dihasilkan oleh katuk. Efek farmakologi daun katuk yang telah diteliti
meliputi antibakteri, antianemia, antiinflam.

Pendarahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kontraksi


uterus/ involusi uterus. Pemberian ekstrak daun katuk meningkatkan ekspresi gen
yang mengkode prolaktin dan oksitosin. Papaverin dalam ekstrak daun katuk
sebagai vasodilator dapat membantu meningkatkan aliran darah sehingga
sirkulasi oksitosin meningkat. Oksitosin menstimulasi aktivitas elektrikal dan
kontraktilitas myometrium uterus menyebabkan sel myoepitelial berkontraksi
dan berinvolusi. Tujuan penelitian ini adalah mengukur berat uterus mencit
menyusui yang diberi ekstrak daun katuk dan domperidon.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik sungguhan dengan


Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap 60 ekor mencit menyusui betina Swiss
webster dan mempercepat involusi uterus mencit menyusui.Postpartum Primer
yaitu perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran.
Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri. Etiologi
atonia uteri dapat karena faktor intrinsik yaitu kegagalan dari kontraksi
myometrium atau karena faktor ekstrinsik. 2 Obat yang digunakan untuk
mengontrol perdarahan postpartum/postpartum haemmoragic (PPH) berada
dalam kategori obat-obatan uterotonika. Obat ini merangsang kontraksi otot
rahim, membantu mengendalikan PPH, contohnya oksitosin, methylergonovine,
carboprost, misoprostol. 3 Involusi uterus adalah mengecilnya kembali rahim
setelah persalinan kembali ke bentuk asal. 4 Ada 3 proses yang menyebabkan
involusi uterus; pertama kontraksi uterus, kedua autolisis, ketiga proliferasi dan
regenerasi epitel. Oksitosin menstimulasi aktivitas elektrikal dan kontraktilitas
myometrium uterus dengan menyebabkan sel myoepithelial berkontraksi dan
berinvolusi dengan cara berikatan pada reseptor oksitosin di myometrium. 6
Prolaktin dan oksitosin adalah hormon yang berperan penting dalam laktasi.
Prolaktin merupakan hormon utama

dalam produksi ASI. Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian anterior.
Oksitosin berasal dari kelenjar hipofisis. Saat bayi menghisap susu, oksitosin
dilepaskan sebagai respon stimulasi puting susu. Oksitosin berpengaruh pada
pengeluaran susu milk ejection/ milk let down. Selain itu, oksitosin juga
menyebabkan kontraksi uterus. 5 Beberapa jenis tanaman yang dikonsumsi oleh
ibu menyusui dipercaya oleh masyarakat dapat digunakan untuk meningkatkan
produksi ASI. Salah satu tanaman tersebut adalah Sauropus androgynus (L.) Merr.,
yang juga dikenal sebagai sayur katuk di Indonesia. 8 Pemberian ekstrak daun
katuk meningkatkan ekspresi gen yang mengkode prolaktin serta oksitosin secara
signifikan dalam otak tikus BALB/C. 11 Pemberian ekstrak dan fraksi daun katuk
dapat mempengaruhi involusi uterus tikus. 7 Proses ini terkait dengan konsentrasi
papaverin dalam ekstrak S. androgynus, di mana papaverin yang bekerja sebagai
vasodilator dapat membantu meningkatkan aliran darah sehingga sirkulasi
oksitosin meningkat. 11 Selain tanaman herbal, sebuah penelitian menjelaskan
bahwa obat-obatan yang dapat digunakan untuk menambah produksi ASI adalah
domperidon dan metoklorpramid. Kedua obat golongan anti emetik tersebut
merupakan antagonis dopamin dan diketahui berperan dalam meningkatkan
kadar prolaktin melalui mekanisme tersebut. Domperidon merupakan satu-
satunya galaktogogum yang telah teruji melalui uji klinis dengan randomisasi,
double-blinded dengan kontrol placebo. Meskipun demikian, penggunaannya
sebagai galaktogogum atau untuk indikasi apapun belum diizinkan oleh FDA,
sekalipun telah direkomendasikan oleh the American Academy of Pediatrics (AAP)
sebagai galaktogogum.

Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI, menyebutkan daun katuk sebagai


salah satu tanaman yang paling sering ditemukan dalam jamu pelancar ASI. Hal ini
bukan tanpa alasan. Di samping kaya akan kandungan protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, dan Vitamin C, daun dengan nama latin
Sauropus androgynus ini juga dipenuhi oleh zat polifenol dan steroid. Kandungan
polifenol dan steroid dapat meningkatkan jumlah hormon prolaktin di dalam tubuh.
Tingginya kadar prolaktin berperan dalam peningkatan jumlah ASI pada payudara,
sekaligus mempercepat dan melancarkan produksinya. Berbagai kandungan zat
gizi dalam daun katuk tersebutlah yang nantinya dapat membantu mencukupi
kebutuhan zat gizi harian pada ibu menyusui dan bayinya.

Manfaat daun katuk

Melancarkan ASI

Manfaat daun katuk yang paling terkenal adalah dapat melancarkan ASI. Daun
katuk juga dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui. Ini karena daun
katuk mengandung banyak nutrisi seperti asam folat, vitamin A, B, dan C yang
mampu meningkatkan hormon prolaktin.

Selain itu, kandungan polifenol dalam daun katuk juga meningkatkan kadar
prolaktin. Namun, daun katuk bukan satu-satunya kunci meningkatkan produksi
ASI. Ibu menyusui juga perlu mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang untuk
membantu meningkatkan produksi ASI.

Anti peradangan

Kandungan daun katuk juga dipercaya memiliki khasiat untuk mengatasi


peradangan. Ekstrak daun katuk dalam bentuk patch memiliki efek yang relatif
sama dengan natrium diklofenak dalam penyembuhan radang.

Natrium diklofenak adalah obat jenis nonsteroidal anti-inflammatory drug


(NSAID) yang digunakan untuk mengurangi zat dalam tubuh yang menyebabkan
sakit dan peradangan.

Menghambat pertumbuhan bakteri

Kandungan etanol pada daun katuk dianggap dapat melawan mikroorganisme yang
dapat merugikan tubuh. Kemampuan ini telah melalui uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanol pada daun katuk.

Setidaknya kandungan etanol dapat menghambat pertumbuhan dua jenis bakteri


yaitu staphylococcus aureus dan escherichia coli, dengan penggunaan jumlah
konsentrasi tertentu. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit kulit dan
endokarditis atau infeksi lapisan bagian dalam jantung.

Sementara escherichia coli adalah bakteri yang umum ditemukan di dalam usus.
Namun, beberapa diantaranya dapat menimbulkan infeksi yang cukup serius serta
menyebabkan keracunan pada seseorang.

Mengatasi anemia

Kandungan klorofil pada daun katuk dianggap memiliki potensi sebagai alternatif
pengobatan anemia hemolitik. Ini dimungkinkan karena klorofil diyakini
meningkatkan sel darah merah dalam tubuh dan membantu regenerasi sel darah
dengan membantu sel membawa lebih banyak oksigen.

Antioksidan
Kandungan flavonoid pada daun katuk menjadikannya antioksidan yang baik bagi
tubuh. Sebab, antioksidan dapat menangkal efek buruk radikal bebas. Radikal
bebas dalam jumlah tinggi di dalam tubuh dapat merusak sel dan mengakibatkan
berbagai penyakit, salah satunya adalah kanker.

Membantu mengatasi penyakit jantung

Kandungan daun katuk dipercaya dapat menjadi salah satu obat alternatif untuk
penyakit jantung koroner atau yang biasa disebut antitrombotik. Penelitian masih
perlu dikembangkan karena saat ini baru dilakukan pada tikus, terbukti bahwa
daun katuk dapat digunakan sebagai antitrombotik.

Sebagai afrodisiak herbal

Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada manusia, tetapi daun katuk
dipercaya berpotensi menjadi salah satu afrodisiak herbal. Afrodisiak adalah zat
yang digunakan untuk merangsang daya seksual.

Daun katuk memiliki kandungan saponin, flavonoid dan alkaloid yang


mendukungnya menjadi afrodisiak. Saponin dan flavonoid berperan meningkatkan
kadar hormon testosteron. Sementara alkaloid berperan dalam pelebaran pembuluh
darah yang berkaitan dengan daya seksual.

mekanisme kerja katuk dalam terhadap involusio uteri.

Ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk dengan dosis 2x dan 3x
sehari memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kadar hormon prolaktin dalam
darah (Nurjanah et al,2017). Pada ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun
katuk, sebanyak 70% dari ibubmenyusui terjadi peningkatan produksi ASI hingga
melebihi kebutuhan bayinya .Sedangkan pada ibu yang tidak mengkonsumsi
ekstrak daun katuk,hanya 6,7% yang mengalaimi kenaikan produksi ASI hingga
melebihi kebutuhan bayinya (Suwanti,E dan Kuswati,2016). Produksi ASI
meningkat karena dalam daun katuk mengandung alkaloid dan sterol
(Rahmanisa,S dan Tara, 2016).Mengkonsumsi ekstrak daun katuk dan daun
kelorsaat hamil akan mempercepat keluarnya kolostrum (Setiawandari dan
Istiqomah,2017). Kualitas ASI tidak dipengaruhi dengan adanya pemberian
ekstrak katuk pada ibu. Kadar protein dan lemak dalam ASI tetap terjaga
walaupun dengan ibu mengonsumsi dan menyusui yang akan mempercepat
keluarnya kolostrum dan akan memperbanyak produksi ASI sehingga bayi akan
mendapatkan ASI eksklusif yang mencukupi kebutuhan bayi tanpa harus
mengkonsumsi susu sapi.Untuk mempermudah penggunaan ekstrak daun katuk,
lebih baik jika ekstrak tersebut dibuat sediaan oral. Dalam bentuk oral akan
mempermudah penggunaan dan dosis yang dikonsumsi akan lebih tepat jika
dalam bentuk sediaan oral. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai
formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan oral tersebut.

Reference :
-PKHT IPB diakses 8 Juni 2020 Katuk

-Jurnal UNPAD diakses 8 Juni 2020 Aktivitas Farmakologi Daun Katuk 

- Uji Aktivitas Antibakteri pada Daun Katuk

-Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014, April 28). DiunduhMei 7, 2014, dari
http://www.depkes.go.id/article/print/201404300001/jadilah-kartiniindonesia-yang-tidak-mati-
muda-pencanangan-kampanye-peduli-kesehatan-ibu-2014.html (Depkes RI, 2008).

-Datta, S. (Ed.). (2004). Anesthetic and Obstetric Management of High Risk Pregnancy (3 ed.). New
York, USA: Springer-Verlag.

- Yiadom, M. Y. (2012, May 2). Emedicine. (P. L. Dyne, Editor) Diunduh 21 Januari, 2014, dari
Medscape :http://emedicine.medscape.com/article/796785.

-Suparyanto. (2010). Diunduh 28 Desember, 2013, dari http://dr-


suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-involusi-uteri.html.

Anda mungkin juga menyukai