DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK V
DEVI MAHARANI
YENI ROZANA
RINA HARYATI
LISMAWARNI
SUZANTI
AYU LESTARI
LUKMAN HAKIM
YUSRIL
dengan rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menulis makalah ini sesuai dg
waktu yang telah ditentukan tanpa ada hambatan yang berarti. Shalawat serta
keluarganya dan para sahabatnya. Dan juga kepada kita semua selaku umatnya
Makalah ini merupakan hasil observasi penulis dan merupakan salah satu
ini,dan jauh dari sempurna itu dikarenakan keterbatasan yang penulis miliki. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah lah penulis
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca
sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................1
B. Tujuan penulisan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar dan
mungkin juga salah, dan sering dilakukan untuk pembuatan keputusan/pemecahan persoalan ataupun
data.
Sesuai dengan namanya, uji beda, maka uji ini dipergunakan untuk mencari perbedaan, baik
antara dua sampel data atau antara beberapa sampel data. Dalamkasus tertentu, juga bisa mencari
perbedaan antara suatu sampel dengan nilai tertentu.
B. Tujuan Penulisan
Pada makalah ini penulis akan menjabarkan atau memaparkan tentang uji beda proporsi.
Adapun yang akan dibahas pada makalah ini adalah ;
1. Pengertian uji beda proporsi.
2. Tahap uji beda proporsi.
3. Jenis uji beda proporsi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Apabila kita mengamati dua populasi binominal dan dari kedua populasi ini kemudian
diambil contoh yang masing-masing berukuran n1 dan n2,maka diperoleh statistik proporsi:
Beda proporsi P1 –P2 = ծp yang berdistribusi normal akan mempunyai rerata ծp dan ragam
σdp2:
Apabila contoh berukuran n> 30,maka nilai beda proporsi ծp dapat diuji menurut distribusi Z
dengan statistik uji Z ծpe:
Catata
n: apabila ծp0 tidak diketahui maka, fromula ծp1 diganti = P1 VS P2 ,misalnya:
3
H0 :P1 ≤ P2versus H1:P1 > P2
Catatan: : apabila ծp0 tidak diketahui maka, fromula ծp1 diganti = P1 VS P2 ,misalnya:
H0:P1 ≤ P2versus H1:P1 > P2
Dimana
Maka H1 diterima sehingga diperoleh tesis: proporsi gabah hampa pada lumbung desa A lebih
besar secara nyata ketimbang pada lumbung desa B, sehingga dapat direkomendasikan untuk
memperbaiki budi daya padi didesa A.
4
B. Tahap uji proporsi
1. Menentuan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H 0 : p = p0 H 0 : p = p0 H 0 : p = p0
H a : p < p0 H a : p > p0 H a : p ≠ p0
2. Menentukan tingkat signifikansi ()
3. Menentukan statistik uji
4. Menentukan daerah kritis
H0 ditolak jika berada pada daerah zhit < -z atau zhit > z (untuk satu arah)
H0 ditolak jika berada pada daerah zhit < -z dan zhit > z/2 (untuk dua arah)
5. Menghitung statistik uji dengan data sampel
6. Mengambil kesimpulan
Menolak H0 jika zhit berada dalam daerah kritis
Gagal menolak H0 jika zhit berada di luar daerah kritis
5
b. Uji proporsi dua arah
Dengan nilai q0 = 1 – p0
b. Rumus uji proporsi dua sampel
6
a. Jika H0 : p = P0 dan Ha : p < P0, maka
x x−1
n !❑ k n−k n !❑
P = P (X ≥ x) = ∑ p q ¿ 1−∑ p k q n−k
k=0 n ! ( n−k ) ! k =0 n ! ( n−k ) !
2. Dua sisi
a. Jika nilai p ≤ P0, maka
P = 2P (X ≤ x) = 2
x
n !❑
∑ n ! ( n−k ) ! p k q n−k
k=0
x x−1
P = 2P (X ≤ x) = 2∑
k=0
n !❑
n ! ( n−k ) ! [
p k q n−k ¿ 2 1−∑
k=0 n ! (
n! ❑
n−k ) !
p k q n−k ]
E. Contoh soal
1. Hasil penelitian yang sudah dilakukan pada SD X dinyatakan bahwa 40% murid SD
tersebut menderita cacingan. Pernyataan tersebut akan diuji dengan derajat kemaknaan
5%. Untuk itu diambil sampel sebanyak 250 murid SD dan dilakukan pemeriksaan tinja
dan diperoleh 39% diantaranya terinfeksi cacing. Apakah pernyataan tersebut benar?
Jawab :
a. H0 : p = 0,4 Ha : p ≠ 0,4
b. Derajat kebebasan = 0,05 = 5% (uji 2 sisi), titik kritis z/2 = 1,96
c. Uji statistik :
7
d. Daerah kritis : H0 ditolak pada z < -1,96 atau z > 1,96
e. Statistik hitung :
f. Kesimpulan : nilai z = -0,33 > -1,96 sehingga gagal ditolak H0 pada tingkat
signifikansi 0,05.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Uji beda proporsi digunakan pada data kategorital (nominal, ordinal) yang mengukur
frekuensi suatu kejadian (event). Meskipun menguji perbedaan proporsi, perhitungan didasarkan
pada distribusi frekuensi dalam suatu tabulasi silang.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kepada pembaca bisa memahami tentang uji
proporsi dan memberikan saran serta pendapat terhadap makalah yang penulis buat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Hanafiyah, Kemas Ali. 2006. Dasar-dasar Statistika. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
10