PENYIDIKAN
OLEH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
DAFTARISI
JUDUL. .i
KATA PENGANTAR i
BAB I PENDAHULUAN .1
I. Permasalahan .1
2. Landasan Tioritis .
1. Tujuan Umum 19
2. Tujuan Khusus 19
4. Metode Penelitian , 20
a. lenis Penelitian 20
b. Sumber Data 21
I. Pengertian Penahanan 24
Penahanan ·.76
BAB V PENUTUP
1. SimpuIan 79
2. Saran 80
DAFTAR BACAAN
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
bahwa Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukwn (Rechtstaat) dan
tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat). Hal ini dapat diartikan
secara hukwn..
dalam kasus tindak kriminal harus diperlakukan sebagai "subjek" tidak boleh
dipaksa untuk menerangkan suatu hal baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan
oIeh pihak kepolisian atau penyidik maupun pada tahap pra penuntutan oleh pihak
seseorang. Disini ada dua asas yang bertentangan, yaitu hak bergerak seseorang
yang merupakan hak asasi manusia yang hams dihormati disatu pihak dan
kepentingan ketertiban umwn di lain pihak yang hams dipertahankan untuk orang
banyak atau masyarakat dari perbuatan jahat tersangka.2 Dalam KUHAP diatur
yang namanya penahanan dengan sendirinya menyangkut nilai dan makna antara
penuntut umum atau hakim dengan penempatannya, dalam hal serta menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini".5 Dalam KUHAP sudah diragarnkan
atau tahanan sementara. Juga tidak lagi ada kekacauan masalah wewenang
meIakukan penahanan.
penahanan lanjutan.
di tempat tertentu oIeh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan
penetapannya dalam hal serta menurut cara yang diatur undang-undang. Untuk
a. Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara 5 taIlun atau lebih.
syarat subjektif kedua sarnpai keempat terdapat dalam Pasal 20 ayat l, 2 dan 3
asa si manusia, hal ini dapat kita lihat dari sejak dimulainya pemeriksaan
oleh Polisi. Sesuai dengan asas yang dianut dalam KUHAP dalam proses
KUHAP huruf a, asas praduga tak bersalah (Presumtion of Innocent), asas ini
dapat dijumpai dalam pepjelasan umum butir huruf c, bahwa seseorang wajib
oleh hakim yang menyatakan tentang kesalahan yang telah dilakukannya dan
putusan tersebnt telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Hal tersebut
bertujuan agar kepentingan orang yang disangka atau didakwa jangan sampai
dirugikan, karena belum tentu bersalah maka KUHAP memberikan hak bagi
penyidik penuntut umum dan hakim sesuai pada tingkat pemeriksaannya, asas
keseimbangan asas ini terdapat pada konsideran huruf c, asas ganti rugi dan
rehabilitasi. Dan asas unifikasi yaitu asas yang dianut KUHAP yang ditegaskan
dan menernukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
melakukan penyelidikan, hal iui diatur pada Pasal 1 butir 4. Se1anjutnya sesuai
Negara Republik Indonesia. Sedangkan Jaksa atau pejabat lain tidak berwenang
penye1idikan sehingga tidak terdapat tumpang tindih jika ditangani oleh beberapa
instasi.
Di dalam sistem penegakan hukum di Indonesia, jika teIjadi pelanggaran
didasarkan dengan bukti permulaan yang cukup, maka oleh penyidik akan
hukmnnya lebih dari 5 tahun penjara, maka kepada tersangka akan dikenakan
tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau oleh hakim dengan
penetapannya, dalam hal menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini "
Dengan melihat ketentuan pasal I butir 21 ini jika seorang tersangka yang
melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman lebih dari 5 tahun penjara,
oleh undang-undang dia hams ditahan. Penahanan ini sangat penting untuk
Berdasarkan pada latar belakang masalah seperti diatas, penuls tertarik untk
di Tingkat penyidikan.
, Anson Sabuan dkk, 1990, Hukum Acara Pidana, Angkasa, Bandung, h.87
b. Rumusan Masalah
penyidikan
2. Landasan Tioritis
digunakan dalam tulisan ini, sebagaimana secara explisit tampak dalam judul
fungsi dan peran (function and role) penegakan hukum (law enforcement) yang
bahwa Polri menduduki posisi sebagai aparat "penegak hukum" sesuai dengan
tanggung jawabnya terletak pada POLRI sendiri. Oleh karena itu, POLRI
Sedangkan istilah " Penahanan" adalah hal, cara, hasil, atau proses keIja
penuntut umum atau hakim dengan penetapannya dalam hal serta menurut cara
baik oleh fungsi Reserse maupun fungsi operasional POLRI lain dan PPNS
kemudian pada ayat (9) menyatakan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang dapat
disingkat PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri SipiI tertentu yang berdasarkan
pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang
undang ini untuk melakukan penyelidikan. Jadi perbedaannya yaitu penyidik itu
terdiri dari polisi negara dan Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi
dari polisi negara (POLRI). Berkaitan dengan kewajiban POLRI tersebut di alas,
a) Unsur Stjbyektif:.
b. Dalam hal adanya alasan yang patut dan tidak dapat dihindarkan karena
dengan surat keterangan dokter atau tersangka diperiksa dalam perkara dalam
lagi paling lama 2 x 30 hari oleh Pengadilan Negeri atas permintaan dan
• Penahanan rumah
• Penahanan kota
9 Ansori Sabuan dkk, 1990, Hukum Acarn Pidana, Angkasa, Bandung, h.98.
Mengenai penangguhan penahanan dapat dilihat dalam pasal 31 ayat I dan 2
(1) Atas pennintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum
l atau hakim, sesuai dengan kewenangan' masing-masing, dapat
mengadakan penangguhan penahanan dengan atau tanPil jaminan uang
atau jaminan oran~" berd~ar syarat yang ditentukan.
\
(2) Karena jabatannya penyidik atau penuntut umum atau hakim sewaktu
waktu dapat mencabut penllngguhan penahanan dalam hal tersangka atau
terdakwa melanggar syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (I)."
Supaya penangguhan penahanan dikabulkan, hal ini telah ditentukan dalam PP
(I) Uang jaminan penangguhan penahanan yang ditetapkan oleh pejabat yang
pengadilan negeri.
(2) Apabila tersangka atau terdakwa melarikan diri dan setelah lewat waktu 3
(tiga) bulan tidak diketemukan, uang jaminan tersebut menjadi milik Negara
(I) Dalam hal jaminan itu adalah orang dan tetsangka' atau terdakwa melarikan
(2) Uang yang dimaksud dalam ayat (1) harus disetor ke kas Negara melalui
(3) Apabila penjamin tidak dapat membayar sejumlah uang dimaksud ayat (I,),
jurusita rnenyita hak miliknya untuk dijual Ielang dan hasilnya disetor ke kas
Mengenai uang jaminan ini di Indonesia ditentukan besarnya dan ditetapk~ oleh
jaminan. 1O
memeriksanya. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 3I ayat 2 KUHAP yang
menentukan " Karena jabatannya penyidik atau penuntut umum atau hakim
5. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Berkenaan dengan ruang lingkup bidang kajian ini, maka metode penelitian
yang digunakan untuk karya tulis ini adalah metode Penelitian Hukum Yuridis
b. Sumber Data
Data yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan dua sumber datal
I) Sumber Data Primer, yaitu data yang bersumber dari hasil penelitian
Undang-undang , yakni :
Pidana
Kekuasaan Kehakiman
Republik Indonesia .
UM.01.06/83
c. Pengumpulan Data
bobot dari data yang ada. Kesimpulan yang diambil dengan logika deduktif
yaitu menarik kesimpulan dari yang bersifat umum ke arah kesimpulan yang
khusus.
1) Analisis Kualitatif
bahan-bahan hukum.
2) Analisis DeskI1ptif
cara penafsiran hukum dan konstruksi hukum yang lazim dalam ilmu
1. Pengertian Penabanan
Sebelum dilakukan penahanan sudah barang tentu hal ini didahului dengan
adanya suatu proses penangkapan, kecuali tersangkanya dengan rasa yang penuh
penyidik.
penuntutan dan atau peradilan dalarn hal serta menurut earn yang diatur dalam
Dengan demikian terdapat unsur pengekangan hak individu seseorang, maka hal.
ini berarti penyidik merarnpas hak asasi manusia seseorang derni kepentingan
dugaan yang keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang
eukup artinya adalah bukti permulaan ini untuk menduga adanya atau telah
Hal ini merupakan hal prinsip dalam hukwn acara pidana, karena jika
dikemudian hari terpy!1ta polisi salah atau keliru menangkap seseorang, sudah
barang tentu akan berakibat yakni tersangka berhak menuntut ganti rugi karena
teJjadi salah tangkap lewat lembaga pra peradilan . Dalam asall butir 21
tertentu oleh penyidik atau rnuntut wnwn atau oleh hakim dengan
penetapannya,dalam hal serta menurut eara yang diatur dalam undang - undang .
agar pemeriksaan lebih mudah dan lanear jika dibandingkan apabila tersangka
atau terdakwa dilepas atau tidak ditahan, ada kemungkinan tersangka atau
terdakwa dapat rnelarikan diri dari proses perneriksaan. Disamping itu penahanan
~ Wayan Tangun Susila, I Ketut Sudjana, 2008, Sari Kuliah Hukum Acara Pidana, , Khuss
1DIem" h . 42.
12 Martiman Prodjohamidjojo, 1984, Penangkapan dan Penahanan, Ghalia Indonesia,
Jatana, h.21.
mempengaruhi saksi-saksi, kemungkinan sebagai faktor yang paling penting
melarikan diri. Sebab tidak jarang terjadi pemeriksaan menjadi terhambat atau
Menurut M Yahya Harahap pada dasarnya ~da 3- ( tiga) landasan yang perlu
melakukan penahanan.
dapat berdiri di tempat mana dan pergi kemana saja yang orang kehendaki. Hal
ini adalah merupakan salah satu hak asasi yang paling didambakan oleh setiap
tanggung jawab, baik sari segi yuridis maupun dari segi moral. Dalam hubungan
tindakannya yang bengis ini dapat dikenaka.' kepada orang-orang yang belum
tidak bersalah. 14
penahanan. Hal ini diatur dalam Pasal 20 ayat (1) KUHAP. Ketentuan
perintah penahanan yang diberikan oleh penyidik dapat dilihat dalam Pasal
berlaku paling lama dna puluh hari. Apabila diperlukan guna kepentingan
dan berwenang untuk paling lama empat puluh hari, Penyidik berhak
dilakukan oleh penyidik pembantu, hal ini sesnai dengan Pasal II KUHAP
Pasal 7 ayat (I), kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan
perintah dari penyidik tidak dimungkinkan karena hal dan keadaan yang
terpencil atau di tempat yang belum ada petugas penyidik dan atau dalam hal
2) Penuntut Umum
penahanan yang diberikan oleh penuntut umum ditentukan dalam Pasal 25 ayat
dimaksud dalam pasal 20, hanya berIaku paling lama dua puluh hari.
(2) Jangka waktu sebagaimana tersebut pada ayat (I) apabila diperIukan
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud tersebut pada ayat (I) dan ayat (2)
(4) Setelah waktu lima puluh hari tersebut, penuntut umum harus sudah
penahan .
3). Hakim
melakukan penahanan :
mengeluarkan surat perintah penahanan, sesuai dengan pasal26 ayat (1), (2), (3), (4)
KUHAP yaitu :
----~.
3) Ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menutup
kemungkinan dikeluarkannya terdakwa dari tahanan sebelurn berakhir waktu
penahanan tersebut, jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi.
4) Setelah waktu sembilan puluh hari walaupun perkara tersebut belum diputus,
terdakwa hams sudah dikeluarkan dari tahanan demi hukum.
mengeluarkan surat perintah penahanan, sesuai dengan pasal 28 ayat (1),(2),(3) dan
(4) yaitu:
Tinggi dan Mahkamah Agung, semua jelas dan tegas diatur, dimana pengaturan
batas wewenang itu sederhana dan tidak berbelit-belit namun memenuhi kepentingan
perlindungan harkat dan martabat dan hak asasi manusia. Dan dalam pelaksanaan
dapat diterapkan secara praktis, jika dibanding dengan sistem penahanan yang diatur
dalam HIR. 16
Prosedur diatr dalam Pasal 21 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP yaitu :
2) Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum
atau penetapan hakim yang mencanturnkan identitas tersangka atau terdakwa dan
hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harns diberikan kepada keluarganya.
Pasal21 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP tersebut diatas menegaskan bahwa prosedur
penahanan adalah :
Penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum
terhadap tersangka atau terdakwa dengan memberikan surat perintah penahanan
atau penetapan hakim yang mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa
seperti nama, amur, pekeIjaan, jenis kelamin dan tempat tinggal, menyebutkan
alasan penahanan umpamanya untuk kepentingan penyidikan atau pemeriksaan
sidang pengadilan, menyebutkan uraian singkat perkara kejahatan yang
disangkakan atau didakwakan dimana maksudnya agar yang bersangkutan
mempersiapkan diri melakukan pembelaan dan juga untuk kepastian hukum serta
menyebutkan dengan jelas di lempat mana ia ditahan yang berfungsi untuk
memberikan kepastian hukum bagi yang ditahan dan keluarganya. Dalam
ketentuan ini terdapat perbedaan sebutan, " kalau penyidik atau penuntut umum
yang melakukan penahanan dilakukan dengan mengeluarkan alau memberikan
surat perintah penahanan apabila yang melakukan penhanan ilu adalah hakim,
maka perintah penahanan berbentuk surat penetapan". 17
2. Tembusan wajib diberikan kepada keluarga
Perbedaannyaakan terlihat baik dari segi hukum maupun dari segi alasan dan
I. Pada penangguhan penahanan masih sah dan resmi serta masih berada
dalam batas waktu pcnahanan yang dibenarkan undang-undang. Namun
pelaksanaan penahanan dihentikan dengan jalan mengeluarkan tahanan
setelah instansi yang menahan menetapkan syarat-syarat penangguhan
yang hams dipenuhi oleh tahanan atau orang lain yang bertindak
menjamin penangguhan.
2. Sedangkan pOOa pembebasan dari tahanan harus berdasarkan ketentuan
undang-undang, tanpa dipenuhinya unsur-unsur yang ditetapkan undang
undang, pembebasan dari tahanan tidak dapat dilakukan. Umpamanya,
oleh brena pemeriksaan telah selesai tidak lagi diperlukan penahanan.
Atau oleh karena penahanan yang dilakukan tidak sab dan bertentangan
dengan undang-undang maupun karena batas waktu penahanan yang
dikenakan sudah habis, sehingga tahanan harus dibebaskan derni hukum.
Dan bisa juga oIeh karena lamanya penahanan yang dijalani sudah sesuai
dengan hukuman pidana yang dijatuhkan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Disamping itu, dari segi pelaksanaan
pernbebasan tahanan dilakukan tanpa syarat jaminan. 20
M. Taufik Marl<ao dan Suhasril, 2004, Hukum Acara Pidan. DaJam Teori dan Praktell,
2ll.
Ghalia Indonesia, Jakarta, h.46.
Penangguhan penahanan diatur dalam Pasal 31 KUHAP tentunya bisa
menjadi suatu ketentuan yang baku dan tidak lengkap, yang dapat menimbulkan
yang diatur dalam Pasal 8 Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman, sebagai berikut :" setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,
dituntut dan atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah
Dalam rangka penegakan hak-hak tersangka atau terdakwa yang telah ditahan,
maka penangguhan penahanan merupakan suatu hak yang dimiliki oleh setiap
melanggar hak asasi manusia. Penahanan merupakan suatu proses sebelum tersangka
atau terdakwa mendapat suatu putusan dan yang bersifat tetap dari pengadilan. Hal
ini senantiasa bersentuhan dengan masalah hak asasi manusia yang mana pada
perlindungan dan jaminan terhadap hak asasi manusia sudah merupakan hal yang
bersifat universal dalam setiap negara hukum. Untuk melindungi hak-hak tersangka
atau terdakwa dalam proses penahanan maka tersangka atau terdakwa berhak
Menurut Van Bemmelen :" Penahanan adalah sebagai satu pedang yang memenggal
kedua belah pihak karena tindakan yang bengis itu, dapat dikenakan kepada orang
orang yang belum menerima keputusail dari hakim, jadi mungkin juga kepada orang-
Proses atau tata cara penangguhan penahanan diatur dalam Pasal 31 ayat (1) dan
(2) KUHAP, dalam pasal ini disebutkan suatu penangguhan penahanan diawali
dengan adanya permohonan tersangka atau terdakwa. Ketentuan Pasal 31 ayat (I)
KUHAP, bila ditinjau dari pejabat yang dapat memberi penangguhan penahanan
maka hanya dapat diadakan atas permohonan tersangka atau terdakwa. Mengenai
I. Schorsing "
Dalam hal ini terdakwa sedang ditahan. Kemudian atas permintaan terdakwa,
hakim mernerintahkan agar penahanannya ditangguhkan.
Dimana pengangguhan itu mempunyai 2 syarat yaitu :
Syarat Mutlak ialah :
1. Terdakwa harus bersedia ditahanRalau perintah penundaannya dicabut.
2. Terdakwa harus beJsedia ditahan kalau ia dalam waktu penangguhan
waktu, jika ada petunjUk-petunjuk terdakwa akan melarikan diri atau terdakwa
2. Up Schorsing
", Sudibyo Triatmojo, 1982. Perlaksanaan Penahanan dan Kemungkinan yang ada dalam
KlJHAP, Alumni, Handung, h. 3.
....
~.<-
Dalarn hal ini terdakwa belum ditahan. Kemudian hakim memandang perlu
menaban terdakwa itu, sehingga dikeluarkan penetapan untuk menahan terdakwa
Tetapi terhadap penetapan itu, terdakwa memohon kepada hakim supaya
penahanan terhadap dirinya ditangguhkan dengan alasan yang Iayak. Dan syarat
~arat yang harns dipenuhi sarna dengan syarat yang ditentukan dalarn schorsing.
dalarn tanggung jawab yuridisnya, yakni hanya pada tingkat penyidikan saja.
'Sedangkan jika penahanan beralih sarnpai ditingkat penuntutan atau di tingkat proses
.
persidangan, maka wewenang penangguhan penahanan bukan Iagi haklwewenang
",i .
jan}ina,n.te~sel>ul;.\~!Iflllt,9i~~piIJ~~,j\gar
,sY-ara!,·I?F~ggp.j:taI1Jlepa)}anan
t1",ng~nlli"dlr;mg. ,~mgl'i_tl.:·~~'i\~~,§l1~b;p'enjarnin
-' . . .. '
adalah orang yang
hJ.!kurnnya"ternan atau orang yang bersedia rnenjadi penjarnin" dan disini penjarnin
,citCil:C :~imiUlgguhM; pe'ffamnllli ' lrii" li6'c1tr'a' 'turdU diiltill' 'OIiifl" lIJiiifipiflin': ~tuSiln
:jlj~!}mkan.,!?~pgertiansyarnt
I ;
yang ditentukan dapat dilihat pada penje1asan Pasal 31
a1enia (1) KUHAP :"yang dimaksud dengan syarat yang ditentukan ialah wajib
K'¢'l'eHtilifu wajib lapor dilakukan tersangka atau terdakwa pada hari yang telah
:;" ,J!t;nf:~jnF;ICjiJ'::.):~'; ... ';:u, l;~ >-', (;'r:. lnrUi:I1 r;H~R' j..< !'!j r"~IJ.j'l·:·'~ ;wL. ,," 'f~',' -j'
j/.:.~'F,i;t; ,·.~n!;: 'T~r(W~iL; i;:'L1. '~~~ I.', :~.;..::.,'1 ;n:FJV HJC.!lhiT.!J"-~:tr~;> W;i; .1:!~1;J;··,·:U,(;51'···)
pa~ kete~tuan tidak 'keluar rumah berarti tersangka' atau terdakwa dilarang untuk
F ;"j'<." •• ~.{;·r :C" ...... ;~'. ". -:j": :):Y·;:!\!';(>'!'i\ ':;1~::_:~ b~'i' '" '''- ": '3r;T:i.~\J ':Of" .
rumah sakit dan dalam keadaan memaksa di tempat lain yang dinilai lebih
:,·~uf.:Hi (:;.~_%(·ni::"!:l:.J =H::Jfi ;.-'-:.br;un'r,j:rprwH ~!:;Jj~fL'fH: TIll ~H~id br;"!~JVi: i nf';lj'
;, ,
Rutan dikelola oleh Departemen Kehakiman. Tanggung jawab yuridis
atas tahanan ada pada pejabat yang menahan sesuai dengan tingkat
pemeriksaan dan tanggung jawab secara fisik atas tahanan ada pada
UV~iJlii);':j;!""il 1'!,-''I ,,~~.;:~ ,::"''1 LI'.l.il·y.t~pnu i,tllir. )(f-:~i!' p:ti!~ ::T/tL:"~:: ~;r~~;i;;r:l.!
i «(:l
'i'~'
, ' ",., 'll·',·li·'if~;
'" ' ..... " .~ ii1'"I.F;':
. ' ' ' : (''TI~'II)
: .";,,, ',rnfl"'?
: ':'," ;'fH'fP"
'V,;' .; '-J..·{)~1')HJ" toni.
',' ' . ' " I " '>J 'j""
.I-.J,J
:;'(-;2' l '
-' -!"i
i''' "dalaII!,!?::I~s.an~y~nyi;di~~."
,
,'i; 1;0''-,
, ,
:,;;1\H,/' )",'" i!
.. j :'~f' ·__f;!ff~: /;'.'q i':"~~j !IT];:iU ,r.~y.:;-;if;i"<; i ';"; "; !h:' :~"'f("-(:r! I,·;;: J )J~lrf/~'! ~i'::;','
penahanan sesuai dengan tingkat pemeriksaan. Dalam hal tersangka
'jl~iJr~~f!~~~:Wl;I~!~~~~qf!~~X},W~,~~~~!,'~~~!~, g~!}J~m~'ik;,:,~~~~;lolri
'i M; yang iierd~lqtt!"dengan;,:r.u.mM 'lIlIf!i}djjry>~pm!J JPengoo,,@mikian jika
proses pengobatan.
III
mengatakan :
a. Syarat mutlak
I) Si tertuduh harus menyatakan kesanggupannya bila dikemudian hari surat
perintah penangguhan penahanan itu dicabut sewaktu-waktu, si tertuduh
bersedia ditahan kembali.
2) Si tertuduh selama dalam kurun waktu penangguhan, kemudian ia
dipersalahkan lagi terhadap tindak pidana lain, ia harns bersedia ditahan bila
terhadap tindak pidana lain tersebut ia perlu ditahan.
b. Syarat Altematif
Si tertuduh harns menyediakan sejumlah uang sebagai uang tanggungan
(coutie) yang dimintakan sebagai syarat oleh hakim. 26
Akan tetapi harus diingat, pencabutan kembali penagguhan tidaklah dapat dilakukan
sewenang-wenang. Harus ada dasar atau a1asan yang layak untuk mencabut
r-7U? 1(}1 (!i!j:I/::.,. q; Lj:'lt',1 ~fr,V;i~!~;;~H ,«,'. ·.~r ;i\":; (rf(.':"'~}> ·-·w:;; !i'~:-'/"~)!jj:,
kembali penimggUhan.· ...
! "( v~,~ r:,: .::,', r.n~!.;: i F'l ; nu ·'t"nr.~ ~:'.tU
akan memberikan penangguhan adalah merupakan faktor yang menjadi dasar dalam
,,~~~c~~~~a:~e8~~,~~t,5e,r~e~~~:~~~~~t:1i:~e~p'~d~~se_ti~~;R:~,Ilf,~rian
penagguhan" :IIIIIJlun, dppat.juga,~li,b. ,sq.!ap.,$lItt! a~u ,<lIIa;dari ketiga :syarat yang
dilakuk~iC~''yilng tbii~ 'adaliili p{b~ilit,ruhitiA ~yifrlif ~j'~ ~fu' yang p~itilirti1 adalah
? '/;.- ..~ >'f}lj Kqi: .". '"~;-,,,.
syarat wajib lapor dan selanjutnya dapat memilih salah satu antara syarat tidak keluar
"
I
,
i
permintaan yang diajukan, penyidik atupun penuntut umum demikian halnya dengan
i "":;' '::Yi!;~H qq:IY11r'ln ;/;rH.o ;~!f1~;; ;. i "H;:', j'f"'1 ;;';:- 'f Il:Jlfrf ;IIJ;d;-r
dilakukim,
Dari uraian diatas dapat diketOOui dengan jelas bOOwa faktor pennintaan
merupakaii' faktor penentu bagi sOO atau tidaknya suatu penangguhan penOOanan.
"tanpa dl!jTIi~f,P~f!ller~w;iMtlJ~1!i\!lgllPbt!nv.pryni!kRf~lJ~\llP,~~!\PdA~nurut
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan, pada
bersyarat yang dibarengi dengan prestasi dan tegen prestasi, yaitu suatu bentuk
• I' ! ' : \ :
.1 • '
I
.,-':'
penangguhan penahanan dicabut kembali dan adanya putusan pengadilan yang te1ah
kepastian kepada instansi yang menahan bahwa dia bersedia dan bertanggungjawab
memikul segala resiko dan akibat yang timbul apabila tahanan melarikan diri, " dan
yang dapat dikatakan sebagai penjamin adalah keluarga dan kuasa hukum tersangka
atau terdakwa atau orang lain yang tidak mempunyai huboogan apapun dengan
tahanan".31
yang menahan menetapkan besarnya nang tanggoogan secara jelas disebutkan dalam
(I) Dalam hal jarninan itu adalah orang dan tersangka atau terdakwa melarikan diri,
maka sete1ah lewat 3 bulan tidak diketemukan, penjarnin wajib membayar uang
tingkat pemeriksaan.
(2) Uang yang dimaksud dalarn ayat (I) hams disetor ke kas Negara melalui
(3) Apabila penjarnin tidak dapat membayar sejumlah uang dimaksud ayat (I,), juru
sita menyita hak miliknya untuk dijual lelang dan hasilnya disetor ke kas
yang bersangkutan masih berada dalarn lingkungan tanggung jawab yuridis mereka.
Sesuai dengan pasal I angka (I) KUHAP penyidik adalah Pejabat Polisi
Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi
7 ayat (I) huruf di KUHAP. Selain itu polisi sebagai penyidik juga diberikan
melakukan penahanan.
sendiri, tetapi ada kalanya diperlukan konsultasi antar instansi dalarn pemberian
penangguhan. Misalnya sebelurn penyidik mengeluarkan perintah penghentian
penuntutan. Dari konsultasi inilah diambil sikap dan keputusan tentang status
penangguhan penahanan selanjutnya. Dengan melihat contoh ini sudah barang tentu
kita melihat hubungan koordinasi antara pe~yidik dan penuntut umurn dalam hal
hukum, Polisi masuk dalam jajaran sistem peradilan pidana, sebagai salah satu
subsistem.
Dalam sistem peradilan pidana, Polisi merupakan "pintu gerbang" bagi para
pencari keadilan. Dari sinilah segala sesuatunya dimulai. Posisi awal ini
menempatkan Polisi pada posisi yang tidak menguntungkan. Sebagai penyidik Polisi
harns melakukan penangkapan dan (bila perlu) penahanan, yang berarti Polisi harns
memiliki dugaan yang kuat bahwa orang tersebut adalah pelaku kejahatan. Dari
rangkaian tugas penegakan hukum dapat diketahui bahwa tugas Kepolisian bukan
bahwa tugas yang dilakukan oleh Kepolisian dalam rangka penegakan hukum,
oleh penyidik, masih menjadi faktor penentu dalam melakukan penegakan hukum,
ini tentunya sangat merugikan pihak Kepolisian serta proses peradilan pidana secara
keseluruhan.
Selain apa yang tercantum dalam KUHAP, tugas Kepolisian dalam rangka
penegakan hukum juga harns mengacu pada UU No.2 Tahun 2002 .Tugas dan
kewenangan yang dimiliki Polri dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum,
yang perlu mendapatkan perhatian adalah pasal 19 UU No.2 Tahun 2002, yang
agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia". Dari
penekanan khusus dalam rangka pelaksanaan tugas Polri. Penghormatan hak asasi
manusia dalam peradilan pidana telah dimulai dengan memberikan serangkaian hak
kepada tersangkalterdakwa. Dalam pelaksanaan upaya paksa Hukwn Acara Pidana
diciptakan untuk memudahkan aparat untuk melakukan penegakan hukum, dalam hal
ini adalah hukum pidana. Salah satu dari kewenangan yang diberikan dalam KUHAP
adalah melakukan upaya paksa salah satunya meliputi penahanan. Sifat dari
pelaksanaan upaya paksa disatu sisi adalah sebagai upaya untuk menciptakan
dilaksanakan telah teJjadi apa yang dinamakan dengan pelanggaran terhadap hak
dengan kewajiban dari aparat penegak hukum, sehingga serangkaian hak tersebut
hanyalah sebagai ketentuan nonnatif yang tidak memiliki kekuatan hukum. Selain
itu pelanggaran terhadap ketentuan hukum yang berkaitan dengan hak-hak tersangka
yang telah diberikan KUHAP masih tetap berlangsung. Pennasalahan yang berkaitan
pidana. Semuanya berawal dari suatu proses penyelidikan atau penyidikan, yang
merupakan tuga~ dan wewenang aparat. Kepolisian. Dalam lingkup tugas dan
wewenang ini, pihak Kepolisian dihadapkan pada beberapa hak tersangka antara lain
penahanan.
2. Hak agar diberutahukan secara jelas dengan bahasa yang dimengerti olehnya
tentang apa yang disangkakan kepadanya dan didakwa pada waktu pemeriksaan
3. Hak untuk memberi keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim pada
6. Hak untuk memilih penasehat hukum sendiri dan mendapat bantuan hukum secara
cuma-cuma
. 9. Hak agar diberitahu kepada keluarga atau orang lain yang serumah dengan
tersangka atau terdakwa apabila ditahan untuk memperoleh bantuan hukum atau
10. Hak untuk menerima kunjungan sanak saudaranya guna kepentingan pekeJjaan
atau kekeluargaan
12.
. Hak untuk mendapat
. kunjungan rohaniawan
,
16. Hak untuk mengajukan keberatan tentang tidak berwenang mengadili perkaranya
atau dakwaan itu tidak dapat diterima atau dakwaan hams dibatalkan
atau kepada orang yang menjamin. Pasal ini hanya menyinggung mengenai
"jaminan uang" atau "jaminan orang", tetapi tidak secara lebih jauh mengatur
IV
PENUTUP
1. Simpulan
jaminan yang telah ditetapkan dan adanya persetujuan dari tahanan untuk
ditentukan.
2. Saran
pemohon.
~di Hamzah, 2008, Hukum Acora Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Bambang Poemomo, 1982, Seri Hukum Acora Pidana Pandangan Terhadap Asas
Asar Umum HWmm Acora Pidana. Liberty,
,
Yogyakarta.
HMA Kuffal, 2002, Penerapan KUHAP Dalam Praktek Hukllm, Press Universitas
Mubammadiyah, ~g.
J$ Badudu dan Sutan Mohammad Zain, 1996, Kamus Umum Bahasa lndonesia.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Utik Mulyadi, 2002, Hukum Acora Pidana SlIIau finjauan Khusus Terhadap Surat
Dakwmm. Ebepsi dan Putusan Pengadilan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
, 2007, Hukum Acara Pir/ana Normatif. Teoritetis. Praktik dan
---=-
r
PermasaJahamrya, Alumni, Bandling.
~. W vtr fl {~~ f~
f-~~'~.2:;:~
~ ~, fA{ ~ t~
Pustaka, Jakarta.
O.C. Kaligis, 2006, Perlindungan Hukum atas Hak Asasi Tersangaka, Terdakwa
Dan Terpidana, Alwnni, Bandung.
Oemar Senoadji, 1973, Hukum Acara Pidana Dalam Prospeksi, Erlangga, Jakarta.
Prinst, Darwan, 2002, Hukum Acara Pidana Dalam Praktek. Djambatan Yayasan
Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta.
Redaksi Sinar Grafika, 2002, KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta.
Rusli Muhammad, 2007, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Sidik Sunaryo, 2005, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, UMM Press,
MaIang.
Sutan Remi Sjahdeini et AI. 2006, Kapita Selekta Penegakan Hukum di Indonesia,
Prestasi Pustaka,Jakarta.
Tanu Subroto, 1984, Peranan dan Pra Peradilan Dalam Hukum Acara Pidana,
Alumni, Bandung.
Trisno Raharjo, MakaJah Peradi/an Umum Bagi Polisi Sipi/o
UNDANG - UNDANG
'f