Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

DESAIN PERKUATAN LERENG MENGGUNAKAN


KLASIFIKASI SLOPE MASS RATING (SMR)
(Studi Kasus : Domain 5 dan Domain 9 Pit Batu Hijau PT Amman Mineral Nusa Tenggara)

Disusun dan diajukan oleh

REZA DENNI

D62114020

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021

1
DESAIN PERKUATAN LERENG MENGGUNAKAN KLASIFIKASI
SLOPE MASS RATING (SMR) DI DOMAIN 5 DAN DOMAIN 9 PIT
BATU HIJAU PT AMMAN MINERAL NUSA TENGGARA

Reza Denni1*, Purwanto1


1Departemen Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
JL. Poros Malino Km. 6 Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan, 92171
*E-mail: rezadenni@gmail.com

SARI: Desain perkuatan lereng dapat ditentukan melalui perhitungan tingkat kestabilan lereng
dengan beberapa metode salah satunya klasifikasi Slope Mass Rating (SMR). Nilai SMR dapat
menjadi acuan dalam pemilihan jenis perkuatan yang digunakan. Penelitian dilakukan di Domain
5 dan Domain 9 pit Batu Hijau PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Domain 5 tersusun oleh
batuan andesit dengan penggalian lereng menggunakan metode line drilling sedangkan Domain
9 tersusun oleh batuan diorit dengan penggalian lereng menggunakan metode pre-splitting.
Daerah penelitian dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 dan 2 berada pada domain 5 dengan
geometri lereng 450/3290NE dan 450/140NE, sektor 3 dan 4 berada pada Domain 9 dengan
geometri lereng 470/310NE dan 470/630NE. Nilai SMR daerah penelitian sebesar 7-60 pada sektor
1, 23-50 pada sektor 2, 43-53 pada sektor 3 dan 43-60 pada sektor 4. Hasil nilai SMR menunjukan
tingkat kestabilan lereng daerah penelitian berada pada kelas V-III (sangat tidak stabil-kritis).
Jenis perkuatan yang diberikan berdasarkan klasifikasi SMR yaitu menggunakan systematic
bolting pada nilai SMR 20-40 dan spot bolting pada nilai SMR 41-60. Spot bolting diberikan pada
sektor 1, sektor 3, dan sektor 4 sehingga faktor keamanan lereng masing-masing menjadi 1,212,
1,262, dan 1,260. Systematic bolting diberikan pada sektor 2 sehingga nilai faktor kemanan lereng
menjadi 1,267.

Kata kunci: kestabilan lereng, kinematika, SMR, jenis longsoran, perkuatan lereng.

ABSTRACT: Slope reinforcement design can be determined by calculating the level of slope
stability with several methods, one of which is the Slope Mass Rating (SMR) classification. The
SMR value can be a reference in the selection of the type of reinforcement used. The research was
conducted in Domain 5 and Domain 9 of the Batu Hijau pit PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
Domain 5 is composed of andesite rock with slope excavation using the line drilling method while
Domain 9 is composed of diorite rock with slope excavation using the pre-splitting method. The
research area is divided into 4 sectors, namely sectors 1 and 2 are in domain 5 with a slope
geometry of 450/3290NE and 450/140NE, sectors 3 and 4 are in Domain 9 with a slope geometry
of 470/310NE and 470/630NE. The SMR value of the research area is 7-60 in sector 1, 23-50 in
sector 2, 43-53 in sector 3 and 43-60 in sector 4. The results of the SMR value indicate the level of
slope stability of the study area is in class V-III (very unstable-critical). The type of reinforcement
given is based on the SMR classification using systematic bolting at SMR values of 20-40 and spot
bolting at SMR values of 41-60. Spot bolting is assigned to sector 1, sector 3, and sector 4 so that
the slope safety factors are 1,212, 1,262, and 1,260, respectively. Systematic bolting is given to
sector 2 so that the value of the slope safety factor becomes 1.267.

Keywords: slope stability, kinematics, SMR, failure types, slope reinforcement.

1. PENDAHULUAN kegiatan penggalian pada suatu lereng dapat


menyebabkan perubahan gaya-gaya pada
lereng yang mengakibatkan terganggunya
Pada sistem penambangan surface mining
kestabilan sehingga dapat terjadi longsor.
kondisi lereng yang stabil akan menjamin
Kestabilan lereng pada batuan lebih
kemenerusan kegiatan penambangan. Adanya
ditentukan oleh adanya bidang-bidang lemah
1
yang disebut dengan bidang diskontinuitas, dilakukan sebagai data penunjang dalam
geometri lereng dan sifat fisik maupun penelitian.
mekanis batuan. Beberapa metode didapat
digunakan untuk analisis kestabilan lereng 1. Line Mapping
diantaranya dengan menggunakan klasifikasi
Line mapping merupakan metode pengukuran
Slope Mass Rating (SMR) dan analisis
bidang diskontinuitas pada lereng dengan cara
kinematika.
membentangkan meteran sepanjang 50m
Klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) horizontal searah lereng tambang. Line
merupakan modifikasi dari klasifikasi Rock mapping dilakukan untuk mengetahui kondisi
Mass Rating (RMR) bieniawski 1979, yang bidang diskontinuitas dan memperoleh
penerapannya dikhususkan pada lereng. Pada orientasi bidang diskontinuitas. Dalam
klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) Romana melakukan line mapping alat dan bahan yang
1985, dapat diketahui kondisi massa batuan, dibutuhkan yaitu APD lengkap, kompas
tingkat kestabilan lereng, kemungkinan geologi, palu geologi, papan komputer, sarung
terjadi longsoran, dan rekomendasi metode tangan, alat tulis, pylox, dan form line
penanganan pada lereng. Selain klasifikasi mapping. Parameter line mapping mengacu
SMR salah satu analisis kestabilan lereng pada standar yang dilakukan PT Amman
yang menekan pada pengaruh orientasi bidang Mineral Nusa Tenggara.
diskontinuitas yaitu analisis kinematika.
Analisis kinematika bertujuan untuk 2. Data Historikal Perusahaan
mengetahui jenis, arah longsoran.
Data historikal perusahaan merupakan data
PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang diperoleh dari perusahaan sebagai data
pendukung dalam penelitian. Data yang
merupakan salah satu perusahaan tambang
diperlukan yaitu peta topografi, data
logam terbesar di Indonesia dengan
pengeboran geoteknik, dan Nilai RMR daerah
menggunakan metode penambangan open pit penelitian.
mining. Beberapa kasus longsoran yang terjadi
pada PT Amman Mineral Nusa Tenggara lebih
dikontrol oleh pengaruh orientasi bidang 2.2 Pengelompokkan dan Analisis Data
diskontinuitas (PT AMNT, 2016). Domain 5
Data yang dikumpulkan kemudian
dan domain 9 dipilih menjadi lokasi penelitian
dikelompokan untuk memudahkan dalam
karena pada daerah tersebut terdapat analisis. Analisis data yang dilakukan
dominasi bidang diskontinuitas yang dapat menggunakan klasifikasi Slope Mass Rating
mempengaruhi tingkat kestabilan lereng. (SMR) dan Analisis Kinematika menggunakan
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan data RMR, orientasi bidang diskontinuitas,
penelitian analisis tingkat kestabilan lereng metode penggalian lereng dan geometri lereng.
menggunakan metode Slope Mass Rating Skala lereng yang digunakan yaitu inter-ramp
(SMR), karena metode tersebut lebih menekan angle (IRA).
pada pengaruh orientasi struktur terhadap
tingkat kestabilan lereng. Sehingga dapat 1. Klasifikasi Slope Mass Rating (SMR)
dilakukan rekomendasi penanganan lereng di
PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Slope Mass Rating (SMR) merupakan
modifikasi dari klasifikasi Rock Mass Rating
(RMR) yang penerapanya dikhususkan pada
2. METODE PENELITIAN lereng. Parameter yang dibutuhkan untuk
klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) antara
lain arah (dip direction) lereng (αs), arah (dip
direction) bidang diskontinuitas (αj), sudut
2.1 Pengambilan Data
kemiringan lereng (βs) dan sudut kemiringan
Pengambilan data yang dilakuan dalam bidang diskontinuitas (βj). Secara matematis
analisis tingkat kestabilan lereng yaitu dengan persamaan SMR berikut:
melakukan pengukuran langsung kondisi SMR = RMRbasic + (F1 x F2 x F3) + F4
bidang diskontinuitas dan geometri lereng.
Pengambilan data historikal perusahaan juga Nilai RMR daerah penelitian diperoleh melalui
data RMR pit Batu Hijau. F4 adalah metode
2
penggalian dalam pembentukan lereng, nilai kecil dari 1,2 yang terhitung lereng dalam
F1, F2, dan F3 berdasarkan pada: keadaan kritis atau tidak stabil.

a. F1, tergantung antara perbedaan sudut


dari joint dip direction (αj) terhadap slope 3. HASIL
dip direction (αs).
b. F2, mengacu pada sudut joint dip (βj).
c. F3, menggambarkan hubungan antara
kemiringan lereng dengan kemiringan Lokasi penelitian berada pada domain 5 dan
bidang diskontinuitas (βj-βs). domain 9 pit Batu Hijau PT Amman Mineral
Nusa Tenggara (PT AMNT). Daerah penelitian
2. Analisis Kinematika dibagi menjadi 4 sektor, yaitu 2 sektor pada
domain 5 dan 2 sektor pada domain 9 dengan
Analisis kinematika dilakukan menggunakan mempertimbangkan geometri lereng, litologi
software dips dengan data geometri lereng, batuan, dan metode penggalian.
joint friction angle dan orientasi bidang
diskontinuitas hasil line mapping. Skala
lereng yang digunakan dalam analisis yaitu
inter ramp. Sudut geser dalam bidang lemah
(joint friction angle) yang digunakan sebesar
30°, diperoleh dari nilai rata-rata back analysis
longsoran yang pernah terjadi pada PT
Amman Mineral Nusa Tenggara. Batas lateral
(lateral limit) sebesar 30° bertujuan untuk
membatasi zona kritis dalam analisis. Batas
lateral 30° yang dimaksud adalah perbedaan
Gambar 1. Pembagian sektor lokasi penelitian
sudut antara arah bidang lemah terhadap arah
pada pit Batu Hijau
lereng yang dianalisis maksimal 30°.

3. Analisis Kestabilan Lereng 3.1 Daerah Penelitian

Analisis kestabilan lereng yang dilakukan Daerah penelitian berada pada domain 5 dan
yaitu menentukan nilai faktor keamanan (FK) domain 9 penambangan fase 7 pit Batu Hijau
lereng menggunakan software Rocscience PT Amman Mineral Nusa Tenggara.
Dips. Nilai faktor keamanan yang diperoleh
akan menjadi acuan dalam tahapan tindak 1. Kondisi Domain 5
lanjut terhadap lereng.
Domain 5 berada pada elevasi -180 mRL.
4. Rekomendasi Penanganan Lereng Metode ekskavasi yang diterapkan pada lereng
domain 5 menggunakan metode pre-split
Rekomendasi penanganan lereng yang blasting. Nilai RMR pada sayatan 1 domain 5
dilakukan yaitu rekomendasi sistem berkisar pada 40-50 dan sayatan 2 domain 5
perkuatan berdasarkan pada klasifikasi Slope berkisar pada 20-40, menunjukan bahwa
Mass Rating (SMR). Rekomendasi dilakukan kekuatan massa batuan (RMR) Domain 5
apabila faktor keamanan (FK) dari lereng lebih berada pada kelas IV (bad) dan III (normal).

Tabel 1. Geometri domain 5


Slope Bench Bench Bench
Domain Location IRA
Aspect Face Angle Height (m) Configuration
Above ramp -180 mRl 45° 70° 15 Single
5 210-090
Below ramp -180 mRL 45° 70° 15 Single

2. Kondisi Domain 5 metode pre-split blasting. Nilai RMR pada


sayatan 1 dan sayatan 2 domain 9 berkisar
Domain 9 berada pada elevasi -75 mRL sampai pada 40-50, menunjukan bahwa kekuatan
-105 mRL. Metode ekskavasi yang diterapkan massa batuan (RMR) domain 9 berada pada
pada lereng domain 9 juga menggunakan kelas IV (bad).

3
Tabel 2. Geometri domain 9
Slope Bench Bench Bench
Domain Location IRA
Aspect Face Angle Height (m) Configuration
Above ramp -180 mRl 47° 75° 15 Single
9 105-075
Below ramp -180 mRL 47° 75° 15 Single

3.2 Klasifikasi Slope Mass Rating (SMR) 1. Klasifikasi SMR sektor 1


Orientasi umum dari bidang diskontinuitas
Sektor 1 berada pada domain 5 pit Batu Hijau
(dip/dip direction) diperoleh dari hasil plot data
dengan elevasi -90 mRL. Geometri lereng
mapping menggunakan software rocscience
sektor 1 (dip/dip direction) 450/3290NE, arah
dips. Hasil klasifikasi Slope Mass Rating
umum bidang lemah yang dominan berada
(SMR) dapat diketahui tingkat kestabilan
pada arah (dip/dip direction) 700/2610NE.
lereng, kemungkinan terjadi longsoran, dan
metode perkuatan lereng yang dapat
diterapkan pada lokasi penelitian.

Tabel 3. Nilai Slope Mass Rating (SMR) pada sektor 1 domain 5


Lokasi Sektor 1 αJ βJ αS βS F1 F2 F3 F4 RMR(40) RMR(50)
Longsoran Bidang (Plane Failure) SMR
Joint Set 1 2610 700 3290 450 1 1 0 10 50 60
Joint Set 2 550 520 3290 450 1 1 -6 10 44 54
Joint Set 3 3270 430 3290 450 1 0,85 -50 10 7,5 17,5
Longsoran Baji (Wedge Failure) SMR
JS 1 vs JS 2 1620 680 3290 450 1 1 0 10 50 60
JS 1 vs JS 3 1510 470 3290 450 1 1 -6 10 44 54
JS 2 vs JS 3 1810 520 3290 450 1 1 -6 10 44 54

Gambar 2. Arah umum bidang lemah sektor 1 Gambar 3. Arah umum bidang lemah sektor 1
domain 5, tipe longsoran bidang domain 5, tipe longsoran baji

2. Klasifikasi SMR sektor 2

Gambar 4. Arah umum bidang lemah sektor 2 Gambar 5. Arah umum bidang lemah sektor 2
domain 5, tipe longsoran bidang domain 5, tipe longsoran baji

4
Sektor 2 berada pada domain 5 pit Batu Hijau umum bidang lemah yang dominan berada
dengan elevasi -90 mRL. Geometri lereng pada arah (dip/dip direction) 740/2750NE.
sektor 2 (dip/dip direction) 450/140NE, arah

Tabel 4. Nilai Slope Mass Rating (SMR) pada sektor 2 domain 5


Lokasi Sektor 2 αJ βJ αS βS F1 F2 F3 F4 RMR(20) RMR(30) RMR(40)
Longsoran Bidang (Plane Failure) SMR
Joint Set 1 2750 740 140 450 0,15 1 0 10 30 40 50
Joint Set 2 740 810 140 450 0,15 1 0 10 30 40 50
Joint Set 3 700 330 140 450 0,15 0,7 -60 10 23,7 33,7 43,7
Joint Set 4 240 360 140 450 0,15 0,85 -50 10 23,625 33,625 43,625
Longsoran Baji (Wedge Failure) SMR
JS 1 vs JS 2 1710 500 140 450 0,15 1 -6 10 29,1 39,1 49,1
JS 1 vs JS 3 1810 760 140 450 0,15 1 0 10 30 40 50
JS 1 vs JS 4 1740 570 140 450 0,15 1 0 10 30 40 50
JS 2 vs JS 3 1640 870 140 450 0,15 1 0 10 30 40 50
JS 2 vs JS 4 1690 590 140 450 0,15 1 0 10 30 40 50
JS 3 vs JS 4 2340 570 140 450 0,15 1 0 10 30 40 50

3. Klasifikasi SMR sektor 3

Sektor 3 berada pada domain 9 dengan elevasi


-185 mRL sampai -240 mRL. Geometri lereng
sektor 3 berada pada arah (dip/dip direction)
440/2350NE. Nilai RMR pada sektor 3 yaitu 30,
40, dan 50. Arah umum bidang lemah yang
dominan di sektor 3 hanya satu dengan arah
(dip/dip direction) 470/3190NE.

Gambar 6. Arah umum bidang lemah sektor 3


domain 9, tipe longsoran bidang

Tabel 5. Nilai Slope Mass Rating (SMR) pada sektor 3 domain 9

Lokasi Sektor 3 αJ βJ αS βS F1 F2 F3 F4 RMR(40) RMR(50)


Longsoran Bidang (Plane Failure) SMR
Joint Set 1 500 330 310 470 0,15 0,7 -60 10 43.7 53.7

4. Klasifikasi SMR sektor 4

Gambar 8. Arah umum bidang lemah sektor 4


Gambar 7. Arah umum bidang lemah sektor 4 domain 9, tipe longsoran baji
domain 9, tipe longsoran bidang

5
Sektor 4 berada pada domain 9 dengan elevasi dan 50. Arah umum bidang lemah yang
-185 mRL sampai -240 mRL. Geometri lereng dominan di sektor 4 hanya 1 (satu) dengan
sektor 4 berada pada arah (dip/dip direction) arah (dip/dip direction) 340/700NE.
470/630NE. Nilai RMR pada sektor 4 yaitu 40

Tabel 6. Nilai Slope Mass Rating (SMR) pada sektor 4 domain 9


Lokasi Sektor 4 αJ βJ αS βS F1 F2 F3 F4 RMR(40) RMR(50)
Longsoran Bidang (Plane Failure) SMR
Joint Set 1 700 340 630 470 0,15 0,7 -60 10 43,7 53,7
Joint Set 2 1430 710 630 470 0,15 1 0 10 50 60
Longsoran Baji (Wedge Failure) SMR
JS 1 vs JS 2 2460 560 630 470 0,15 1 -6 10 49,1 59,1

3.3 Desain Perkuatan Lereng daerah penelitian. Nilai hasil klasifikasi Slope
Mass Rating (SMR) daerah penelitian berkisar
Hasil dari analisis tingkat kestabilan lereng antara 7,5-60, menunjukan tingkat kestabilan
menggunakan metode SMR dan Kinematika lereng daerah berada pada level sangat tidak
dapat diketahui kondisi massa batuan, tingkat stabil sampai kritis. Jenis bolt yang digunakan
kestabilan, jenis longsoran, dan persentase adalah End Anchored dengan kapasitas anchor
longsoran yang mugkin terjadi, sehingga dapat sebesar 1000 kN dan panjang anchor yang
diberikan rekomendasi penangan lereng pada digunakan 20–60 meter.

Tabel 7. Deskripsi nilai SMR daerah penelitian


Kondisi Tingkat Perkuatan
Sektor Kasus RMR SMR Kelas
Massa Batuan Kestabilan (Reinforcement)
Sangat
40 7,5 Va Sangat Buruk Achored Wall
Tidak Stabil
P
Sangat
1 50 17,5 Va Sangat Buruk Anchored Wall
Tidak Stabil
40 44-50 IIIb Normal Kritis Spot Bolting
W
50 54-60 IIIa Normal Kritis Spot Bolting
20 23,625 IVb Buruk Tidak Stabil Systematic Bolting
P 30 33,625 IVa Buruk Tidak Stabil Systematic Bolting
40 43,625 IIIb Normal Kritis Spot Bolting
2
20 30 IVb Buruk Tidak Stabil Systematic Bolting
W 30 40 IVa Buruk Tidak Stabil Systematic Bolting
40 50 IIIb Normal Kritis Spot Bolting
40 43,7 IIIb Normal Kritis Spot Bolting
3 P
50 53,7 IIIa Normal Kritis Spot Bolting
40 43,7 IIIb Normal Kritis Spot Bolting
P
50 53,7 IIIa Normal Kritis Spot Bolting
4
40 50 IIIb Normal Kritis Spot Bolting
W
50 60 IIIa Normal Kritis Spot Bolting

Tabel 8. Deskripsi nilai SMR daerah penelitian

Kondisi Massa Perkuatan


Sektor Kasus SMR Tingkat Kestabilan FK0 FK1
Batuan (Reinforcement)
P 7,5–17,5 Sangat Buruk Sangat Tidak Stabil Anchored Wall or
1 0,641 1,212
W 44–60 Normal Kritis Spot Bolting
P 23,6–43,6 Buruk-Normal Tidak Stabil-Kritis Systematic
2 0,646 Bolting or Spot 1,267
W 30–50 Buruk-Normal Tidak Stabil-Kritis
Bolting
P 43,7–53,7 Normal Kritis
3 1,013 Spot Bolting 1,262
W 50–60 Normal Kritis
P 43,7–53,7 Normal Kritis
4 0,877 Spot Bolting 1,260
W 50–60 Normal Kritis

6
1. Desain Perkuatan Lereng Sektor 1 Rekomendasi disesuaikan dengan acuan pada
tabel 7 mengenai klasifikasi nilai SMR.
Sektor 1 pada domain 5 pit Batu Hijau dengan
geometri lereng (dip/dip direction) 450/3290NE. 2. Desain Perkuatan Lereng Sektor 2
Pada sektor 1 tersusun dari perlapisan batuan
andesit dan diorit dengan RMR 40–50. Sektor 2 pada domain 5 pit Batu Hijau dengan
geometri lereng (dip/dip direction) 450/3290NE.
Pada sektor 2 tersusun dari perlapisan batuan
andesit dan diorit dengan RMR 40–50. Hasil
perhitungan nilai SMR pada sektor 2 diperoleh
sebesar 23,6–43,6 untuk tipe longsoran bidang
dan 30–50 untuk tipe longsoran baji.
Klasifikasi SMR sektor 2 masuk dalam kelas
IV dan III, sehingga kondisi massa batuan
sektor 2 dikategorikan buruk-normal dan
tingkat kestabilan sangat tidak stabil-kritis.

Gambar 9. Faktor keamanan lereng sektor 1

Hasil perhitungan nilai SMR pada sektor 1


diperoleh sebesar 7,5–17,5 untuk tipe
longsoran bidang dan 44–60 untuk tipe
longsoran baji. Klasifikasi SMR sektor 1
masuk dalam kelas V dan III, sehingga kondisi
massa batuan sektor 1 dikategorikan sangat
buruk-normal dan tingkat kestabilan sangat
tidak stabil-kritis. Faktor keamanan lereng
pada sektor 1 diperoleh sebesar 0,641 yang
menunjukkan bahwa kondisi lereng tidak Gambar 11. Faktor keamnan lereng sektor 2
stabil sehingga diperlukan perkuatan agar Faktor keamanan lereng pada sektor 1
dapat membuat lereng tersebut stabil. diperoleh sebesar 0,646 yang menunjukkan
Berdasarkan hasil perhitungan nilai SMR bahwa kondisi lereng tidak stabil sehingga
pada sektor 1, dapat diterapkan jenis diperlukan perkuatan agar dapat membuat
perkuatan lereng berupa spot bolting pada lereng tersebut stabil. Berdasarkan hasil
lereng. perhitungan nilai SMR pada sektor 2, dapat
diterapkan jenis perkuatan lereng berupa
systematic bolting pada lereng.

Gambar 10. Faktor keamanan lereng sektor 1


setelah diberi perkuatan

Setelah dilakukan pemasangan perkuatan Gambar 12. Faktor keamanan lereng sektor 2
pada lereng di sektor 1, hasilnya menunjukkan setelah diberi perkuatan
bahwa lereng dalam kondisi aman dengan nilai
faktor keamanan sebesar 1,212. Terkhusus Setelah dilakukan pemasangan perkuatan
untuk longsoran baji, dapat dilihat dari nilai pada lereng di sektor 2, hasilnya menunjukkan
SMR yang dihasilkan pada sektor 1 berkisar bahwa lereng dalam kondisi aman dengan nilai
antara 44–60 yang menunjukkan tingkat faktor keamanan sebesar 1,267. Terkhusus
kestabilan lereng dalam kondisi kritis, untuk longsoran baji pada sektor 2, dapat
sehingga perlu diberikan rekomendasi dilihat dari nilai SMR yang dihasilkan pada
perkuatan berupa pemasangan spot bolting. sektor 2 berkisar antara 30–50 yang
7
menunjukkan tingkat kestabilan lereng dalam berkisar antara 50–60 yang menunjukkan
kondisi kritis, sehingga perlu diberikan tangka kestabilan lereng dalam kondisi kritis,
rekomendasi perkuatan berupa pemasangan sehingga perlu diberikan rekomendasi
systematic bolting. Rekomendasi ini perkuatan berupa pemasangan spot bolting.
disesuaikan dengan acuan pada tabel 7 Rekomendasi disesuaikan dengan acuan pada
mengenai klasifikasi nilai SMR. tabel 7 mengenai Klasifikasi nilai SMR.

3. Desain Perkuatan Lereng Sektor 3 4. Desain Perkuatan Lereng Sektor 4

Sektor 3 berada pada domain 9 dengan elevasi Sektor 4 berada pada domain 9 dengan elevasi
-185 mRL sampai -240 mRL. Geometri lereng -185 mRL sampai -240 mRL. Geometri lereng
sektor 3 berada pada arah (dip/dip direction) sektor 4 berada pada arah (dip/dip direction)
440/2350NE. Nilai RMR pada sektor 3 yaitu 30, 470/630NE. Nilai RMR pada sektor 4 yaitu 40
40, dan 50. Arah umum bidang lemah yang dan 50. Arah umum bidang lemah yang
dominan pada sektor 3 hanya satu (dip/dip dominan di sektor 4 hanya 1 dengan arah
direction) 470/3190NE. hasil perhitungan nilai (dip/dip direction) 340/700NE. Hasil
SMR pada sektor 3 diperoleh sebesar 43,7–53,7 perhitungan nilai SMR pada sektor 4 diperoleh
untuk tipe longsoran bidang dan 50 – 60 untuk sebesar 43,7–53,7 untuk tipe longsoran bidang
tipe longsoran baji. Klasifikasi SMR sektor 3 dan 50–60 untuk tipe longsoran baji.
masuk dalam kelas III. Sehingga kondisi Klasifikasi SMR sektor 4 masuk dalam kelas
massa batuan sektor 3 dikategorikan normal III, sehingga kondisi massa batuan sektor 4
dengan tingkat kestabilan kritis. dikategorikan normal dengan tingkat
kestabilan Kritis.

Gambar 13. Faktor keamanan lereng sektor 3

Faktor keamanan lereng pada sektor 3 yang


diperoleh sebesar 1,013 yang menunjukkan Gambar 15. Faktor keamanan lereng sektor 4
bahwa kondisi lereng kritis sehingga
Faktor keamanan lereng pada sektor 4 yang
diperlukan perkuatan agar dapat membuat
diperoleh sebesar 0,877 yang menunjukkan
lereng menjadi lebih stabil. Berdasarkan hasil
bahwa kondisi lereng kritis, sehingga
perhitungan nilai SMR pada sektor 3, dapat
diperlukan perkuatan agar dapat membuat
diterapkan jenis perkuatan lereng berupa spot
lereng tersebut menjadi stabil. Berdasarkan
bolting ada lereng.
hasil perhitungan nilai SMR pada sektor 4,
dapat diterapkan jenis perkuatan berupa spot
bolting pada lereng.

Gambar 14. Faktor kemanan lereng sektor 3


setelah diberi perkuatan

Setelah dilakukan perkuatan pada lereng di


sektor 3, hasilnya menunjukkan bahwa lereng Gambar 16. Faktor keamanan lereng sektor 4
dalam kondisi aman dengan nilai faktor setelah diberi perkuatan
keamanan sebesar 1,262. Terkhusus untuk
longsoran baji pada sektor 3, dapat dilihat dani Setelah dilakukan perkuatan pada lereng di
nilai SMR yang dihasilkan pada sektor 3 sektor 4, hasilnya menunjukkan bahwa lereng
8
dalam kondisi aman dengan nilai faktor 5. UCAPAN TERIMA KASIH
keamanan sebesar 1,260. Terkhusus untuk
longsoran baji ada sektor 4, dapat dilihat dari
nilai SMR yang dihasilkan pada sektor 4 Penulis mengucapkan terima kasih kepada
berkisar antar 50–60 yang menunjukkan keluarga besar Departemen Teknik
tngkat kestabilan lereng dalam kondisi Kritis, Pertambangan Universitas Hasanuddin yang
sehingga perlu diberikan rekomendasi telah membantu dalam penulisan dan
perkuatan berupa pemasangan spot bolting. penyusunan tugas akhir.
Rekomendasi disesuaikan dengan acuan pada
tabel 7 mengenai klasifikasi nilai SMR.
6. DAFTAR PUSTAKA
4. KESIMPULAN
Bieniawski, Z.T. 1989. Engineering Rock Mass
Classifications. Jhon Wiley and Sons, Inc:
Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat Canada. p.60-63.
ditarik kesimpulan sebagai berikut: PT AMNT. 2016. Geotechnical and
1. Nilai SMR daerah penelitian berkisar Hydrogeological Department. PT. AMNT:
antara 7,5–60 menunjukkan tingkat Sumbawa Barat.
kestabilan lereng berada pada kelas V-III Riquelme, J. A., Tomas, T., & Abellan, A. 2016.
(sangat tidak stabil-kritis). Characterization of Rock Slopes Through
2. Hasil analisis kinematika menggunakan Slope Mass 1 Rating Using 3D Point
software Rocscience Dips, diketahui jenis Clouds. International Journal of Rock
dan arah longsoran (dip/dip direction) yang Mechanics and Mining Science. Elsavier
kemungkinan terjadi pada daerah Vol 84. p.10.
penelitian. Pada sektor 1 kemungkinan Read, John and Stacey, Peter. 2009. Guidelines
terjadi longsoran bidang dan longsoran baji for Open Pit Slope Design. CSIRO:
dengan arah 39°/324°NE. Pada sektor 2 Australia. p.9, 226-227, 285, 289, 292-293.
kemungkinan terjadi longosran bidang dan Riquelme, J. A., Tomas, T., & Abellan, A. 2016.
longsoran baji dengan arah 42°/39°NE. Characterization of Rock Slopes Through
Pada sektor 3 kemungkinan terjadi Slope Mass 1 Rating Using 3D Point
longsoran bidang dengan arah 33°/18°NE. Clouds. International Journal of Rock
Pada sektor 4 kemungkinan terjadi Mechanics and Mining Science. Elsavier
longsoran bidang dan longsoran baji Vol 84. p.10.
dengan arah 37°/76°NE. Romana, M. 1985. New Adjustment Ratings for
3. Hasil analisis menggunakan software Application of Bieniawski Classification to
Rocscience Slide, dapat diketahui jenis Slopes into John A. Hudson. 1993.
perkuatan yang dapat diterapkan pada Comprehensive Rock Engineering A
lereng sehingga lereng menjadi stabil. Geomechanical Classification for Slopes:
Pada sektor 1 diberi perkuatan lereng Slope Mass Rating M. R. Romana. p.9-11,
berupa spot bolting, sehingga diperoleh 24, 32-33.
nilai faktor keamanan lereng sebesar 1,212 Sddique, T., Masroor M.A., Mondal, M.E.A., &
yang menunjukkan bahwa lereng dalam Vishal, V. 2015. Slope Mass Rating and
kondisi stabil. Pada sektor 2 diberi Kinematic Analysis of Slopes Along the
perkuatan lereng berupa systematic National Highway-58 Near Jonk
bolting, sehingga diperoleh nilai faktor Rishikesh, India. Journal of Rock
keamanan sebesar 1,267 yang Mechanics and Geotechnical Engineering.
menunjukkan bahwa lereng dalam kondisi CSRME Vol 7. p.601
stabil. Pada sektor 3 diberi perkuatan Zhang, Yahua and Xiaohui Liang. 2015.
lereng berupa spot bolting, sehingga Application of SMR and Stereographic
diperoleh nilai faktor keamanan sebesar Projection Method in the Highway Slope
1,262 yang menunjukkan bahwa lereng Stability. International Journal of Science
dalam kondisi stabil. Pada sektor 4 diberi Vol.2 No.5. p.27
perkuatan lereng berupa spot bolting,
sehingga diperoleh nilai faktor kemanan
sebesar 1,260 yang menunjukkan bahwa
lereng dalam kondisi stabil.

Anda mungkin juga menyukai