Oleh :
Dennizer Sakti Tangdileluk
(NIM : G031211063)
Prodi :
Ilmu dan Teknologi Pangan
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
DAFTAR ISI
BAB 1 ................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
BAB 2 ................................................................................................................... 4
2.1 Hak dan Kewajiban Warga Negara ......................................................... 4
2.2 Bagaimana Mendapatkan Status WNI? ................................................... 6
2.3 Urgensi Harmoni Hak dan Kewajiban dalam kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa, dan Bernegara ................................................................................. 9
2.4 Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Hak dan Kewajiban Warga
Negara ............................................................................................................. 10
BAB 3 ................................................................................................................. 13
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3
BAB 2
PEMBAHASAN
Hak dan kewajiban warga negara termuat dalam konstitusi oleh karena itu
legal standing pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara adalah di konstitusi
kita. Adapun hak dan kewajiban warga negara terkait dengan 2 hal yaitu negara
dan warga negara. Hak dan kewajiban warga negara itu dibatasi ruang-ruang
yang bernama “negara” sehingga setiap negara tentu berbeda hak dan
kewajibannya sesuai dengan konstitusi negara masing-masing.
Hak dan kewajiban adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan ibarat dua sisi
uang logam. Hak adalah sesuatu yang menjadi kewenangan yakni kewenangan
terhadap sesuatu. Namun perlu diingat bahwa kuasa yang dimiliki tidak mutlak.
Misalnya kita beli handphone dan kita bisa menggunakan handphone itu maka
tentu kita harus mengikuti rambu-rambu yang ada yakni Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Jika kita menggunakan handphone tersebut
untuk menyebarkan hoaks, untuk melecehkan dan sebagainya maka kita akan
bermasalah secara hukum. Hal ini berarti kekuasaan terhadap sesuatu itu
diiringi dengan tanggung jawab.
Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus kita lakukan, dalam hal ini bisa
bermakna larangan bisa juga perintah. Berbicara tentang kewajiban berarti
berbicara tentang sesuatu yang disertai dengan insentif. Kewajiban dalam
hukum postitif jika berbicara tentang pajak misalnya pajak bumi dan bangunan
ataupun pajak kendaraan bermotor maka itu ada batas waktu pembayaran pajak
yang harus dibayar. Jika tidak dibayarkan maka kita akan dikenakan sanksi
berupa denda. Hak dan kewajiban dalam konteks teori korelasi menurut
4
pengikut utilitarisme, tidak boleh kita membicarakan hak jika tidak ada
kewajiban yang menyertainya. Ada hubungan timbal balik antara hak dan
kewajiban dan boleh dikatakan bahwa hak itu adalah konsekuensi logis dari
pelaksanaan hak dan kewajiban.
Bangsa dan negara merupakan dua hal yang sangat terkait. Bangsa itu
adalah satuan manusia sementara negara itu adalah organisasi kekuasaan.
Definisi warga negara dapat dilihat di konstitusi kita yakni dalam Pasal 26
dimana dinyatakan bahwa penduduk itu bisa warga negara Indonesia bisa warga
negara asing. Semua orang yang ada di Indonesia adalah penduduk Indonesia
begitu pula dengan warga negara Indonesia yang berada di negara lain adalah
warga negara Indonesia tapi dia merupakan penduduk negara asing tersebut.
Sementara itu, jika kita berbicara tentang warga negara maka ada hubungan
hukum dengan sebuah negara sehingga dimanapun dia berada dia adalah warga
negara dari negara tersebut dan wajib dilindungi. Asas ius soli menyatakan
bahwa orang yang lahir di suatu negara maka orang tersebut adalah warga
negara dari negara tersebut, jadi hubungannya adalah tempat kelahiran.
Sedangkan ius sanguinis didasarkan pada hubungan darah jadi hubungan
kewarganegaraan berdasarkan pada pertalian darah atau keturunan sehingga
dimanapun orang itu lahir jika ia memiliki hubungan darah dengan negara
tersebut maka dia warga negara dari negara tersebut.
5
dalam sebuah negara. Berbeda dengan Indonesia karena adanya amandemen
konstitusi yakni Pasal 28 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
kemudian mendapatkan status kewarganegaraan. Apartide adalah jika seseorang
lahir di negara yang menganut ius sanguinis sementara asal orang tuanya ius
soli maka ia tidak punya kewarganegaraan. Bipartide adalah sebaliknya
(memiliki kewarganegaraan ganda) sedangkan multipatride adalah jika orang
tuanya berasal dari warga negara yang berbeda atau mungkin ia tinggal di
perbatasan negara-negara.
Hal ini mengadopsi asas-asas kewarganegaraan yang ada: ius soli, ius
sanguinis (tercakup di dalamnya).
6
2. Anak yang lahir dalam 300 hari, lalu ayahnya meninggal dari
perkawinan yang sah itu tetap sah sebagai WNI (bukan persoalan hukum
agama namun juga tercatat secara administratif)
3. Anak yang lahir di wilayah NKRI, selama Ayah dan Ibunya tidak
diketahui keberadaannya (ius soli)
4. WNA yang kawin secara sah dengan WNI, dapat memperoleh
kewarganegaraan dengan menyampaikan pernyataan menjadi WNI di
hadapan Pejabat (Kementerian Hukum dan HAM dan banyak syaratnya)
5. Anak yang belum berusia 18 Tahun/belum menikah yang berada di
wilayah NKRI akan memperoleh kewarganegaraan dengan sendirinya.
6. Anak dari WNA yang belum berusia 5 Tahun yang diangkat secara sah
menurut penetapan Pengadilan sebagai anak oleh WNI itu memperoleh
kewarganegaraan Indonesia (diangkat secara sah).
7
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di
wilayah NKRI paling singkat 5 Tahun berturut-turut atau 10 Tahun
berturut-turut
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
UUD NRI 1945
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) Tahun atau lebih
6. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap
8
Berikut ini hal-hal yang menyebabkan kehilangan kewarganegaraan
Indonesia:
1. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing
atau
2. Surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya
2. Perjuangan kemerdekaan
Hal ini dilandasi oleh semangat nasionalisme dan dalam rangka terbebas
dari belenggu penjajahan/melawan ketertindasan (hak-hak). Jika bicara definisi
hak dan kewajiban itu (aliran utilitaliarisme) maka hak dan kewajiban itu
sesuatu yang timbal balik (hak itu adalah konsekuensi logis dari pelaksanaan
kewajiban kita).
9
Teori kontrak sosial mengenai negara yang dibentuk berdasarkan perjanjian-
perjanjian masyarakat:
2. Merumuskan adanya Hak Alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap
diri manusia, yaitu: hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), hak milik
(property)
10
3. Perkembangan selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia
barat, yaitu: Magna, Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Perancis
- Naskah ini dirumuskan oleh sejumlah tokoh dunia seperti Helmut Schmidt,
Malcom Fraser, Jimmy Carter, Lee Kuan Yew, Kiichi Miyazawa, Kenneth
Kaunda, dan Hassan Hanafi yang bekerja selama sepuluh tahun sejak Maret
1987
Deklarasi ini muncul demi tidak ada masyarakat dengan pembebasan tanpa
pembatasan.
11
Adapun sumber sosiologis:
2. Bangsa yang sebelumnya dikenal penyabar, ramah, penuh sopan santun, dan
pandai berbasa-basi sekonyong-konyong menjadi pemarah, suka mencaci,
pendendam, perang antar kampung dan suku dengan tingkat kekejaman yang
sangat biadab
3. Bahkan yang lebih tragis, anak-anak kita yang masih duduk di bangku
sekolah pun sudah dapat saling menyakiti
1. Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan
warga negara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945
yang terjadi pada era reformasi
2. Pasal 28J UUD NRI adalah pasal yang secara khusus yang menyatakan
adanya kewajiban dasar manusia
12
BAB 3
PENUTUP
Hak dan kewajiban warga negara termuat dalam konstitusi oleh karena itu
legal standing pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara adalah di konstitusi
kita. Adapun sebagai warga negara maka ada hubungan hukum terhadap negara
tersebut yakni berdasarkan ius soli dan ius sanguinis. Problem status
kewarganegaraan seperti apatride, bipatride serta multipatride terjadi akibat
diterapkannya asas kewarganegaraan secara tegas di dalam sebuah negara.
Berbeda dengan Indonesia karena adanya amandemen konstitusi yakni Pasal 28
yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk kemudian mendapatkan
status kewarganegaraan. Apartide adalah jika seseorang lahir di negara yang
menganut ius sanguinis sementara asal orang tuanya ius soli maka ia tidak
punya kewarganegaraan. Bipartide adalah sebaliknya (memiliki
kewarganegaraan ganda) sedangkan multipatride adalah jika orang tuanya
berasal dari warga negara yang berbeda atau mungkin ia tinggal di perbatasan
negara-negara. Adapun mengenai urgensi hak dan kewajiban dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, bangsa ini tentunya ingin membentuk negara sebagai
wadah (banyaknya kepentingan) maka harus dilakukan secara terstruktur
sebagai sebuah organisasi kekuasaan akan lebih mudah diwujudkan. Dapat
disimpulkan bahwa dalam hal ini konsep urgensinya tentu adalah bagaimana
proses mencapai tujuan melalui pemerintah sampai kepada cita-cita dan tujuan
negara (pembukaan UUD 1945). Baik bangsa dan negara itu adalah sesuatu hal
yang tidak dapat dipisahkan.
13