Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS PADA

LANSIA BERHUBUNGAN DENGAN VAKSINASI


DI GAMPONG DAYAH BIE

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

AMAR SUBKI
NIM: 18010005

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
TAHUN 2021
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS PADA LANSIA
BERHUBUNGAN DENGAN VAKSINASI
DI GAMPONG DAYAH BIE

A. Latar Belakang

Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya

angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari sisi ini, pembangunan kesehatan di

Indonesia sudah cukup berhasil karena angkaharapan hidup bangsa kita telah

meningkat secara bermakna. Namun disisi lain dengan meningkatnya angka harapan

hidup ini membawa beban bagi masyarakat karena populasi penduduk lanjut usia

(lansia) meningkat. Hal ini berarti kelompok resiko dalam masyarakat kita menjadi

lebih tinggi. Meningkatnya populasi lansia ini bukan hanya fenomena di Indonesia saja,

tetapi juga secara global (Notoatmodjo, 2007).

Masalah lanjut usia (lansia) perlu mendapatkan perhatian karena jumlahnya

yang terus bertambah setiap tahunnya. Pertambahan penduduk lansia ini mungkin

disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan dan meningkatnya usia

harapan hidup orang Aceh. Lansia pedesaan perlu mendapatkan perhatian karena

diperkirkan 60% lansia tinggal di pedesaan. Lansia di pedesaan sangat minim aksesnya

terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan prilaku hidup sehat. Cakupan pelayanan

kesehatan Usila di Aceh tahun 2016 sebanyak 135.761(41 %). (Profil Kesehatan Aceh,

2016).

Peningkatan harapan hidup tersebut di satu pihak menjadi indikator kemajuan

suatu bangsa, tetapi di pihak lain akan banyak menimbulkan masalah terutama masalah

kesehatan dan kerawanan sosial akibat banyaknya lansia yang terlantar. Penanganan

yang tidak bijaksana akan menimbulkan masalah baru terutama secara psikologis
lansia tidak mendapat tempat secara sosial di masyarakat (Hawari, 2007). Kelompok

lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang beresiko mengalami gangguan

kesehatan, termasuk masalah kesehatan jiwa, termasuk adalah gangguan stress

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Sejauh ini, prevalensi stress pada lansia di dunia berkisar 8%-15% dan hasil

meta analisis dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata

stress pada lansia adalah 13,5% dengan perbandingan wanita-pria 14,1: 8,6. Adapun

prevalensi stress pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan

sebesar 30-45 persen (Kompas, 2008). Menurut hasil survey World Health

Organization (WHO) 1990 setiap tahunnya terdapat 100 juta kasus stress (Handajani,

2003). Diperkirakan dimasa mendatang (2020) pola penyakit negara berkembang akan

berubah, yaitu stress berat unipolar akan menggantikan penyakit-penyakit saluran

pernafasan bawah sebagai urutan teratas (Amir,2005).

Stress adalah gangguan afek yang sering terjadi pada lansia dan merupakan

salah satu gangguan emosi. Gejala stress pada lansia dapat terlihat seperti lansia mejadi

kurang bersemangat dalam menjalani hidupnya, mudah putus asa, aktivitas menurun,

kurang nafsu makan, cepat lelah dan susah tidur di malam hari (Nugroho, 1999). Lansia

yang mengalami stress akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

aktivitas sehari-harinya (Palestin, 2006).

Influenza masih terus menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas terutama pada lansia. Hingga saat ini, vaksinasi influenza merupakan

satusatunya modalitas promosi kesehatan yang tersedia untuk mencegah infeksi dan

komplikasi influenza. Sebuah systematic review memperkirakan efikasi secara


keseluruhan vaksin influenza terhadap influenza (yang dikonfirmasi secara

laboratorium) pada orang dewasa yang sehat berusia <65 tahun adalah 70-90%.

Meskipun demikian, keberhasilan bervariasi tergantung musim influenza. Sementara

itu, efikasi vaksin influenza terhadap influenza pada orang berumur >65 tahun

diperkirakan sebesar 17-53% (ketika sirkulasi virus tinggi). Respon imun yang lebih

rendah pada lansia ini dipikirkan karena terjadinya proses penuaan pada sistem imun,

yang dikenal dengan istilah imunosenesens. Imunosenesens yang terjadi pada respon

imun humoral menyebabkan menurunnya jumlah antibodi spesifik yang dihasilkan

oleh pertemuan dengan antigen melalui infeksi atau vaksinasi.

Selain itu, banyak faktor lain yang telah diteliti memengaruhi respon imun

pasca-vaksinasi. Gangguan fungsional, defisiensi zat nutrisi, penyakit kardiovaskuler

dan paru merupakan kemungkinan beberapa penyebab kegagalan mencapai antibodi

protektif di antara lansia yang mendapat vaksinasi influenza. Hal ini kemudian

mendorong banyak penelitian tentang bagaimana cara meningkatkan efektivitas

vaksinasi influenza pada lansia. Beberapa penelitian yang ada di antaranya

menyebutkan bahwa peningkatan dosis vaksinasi, mempercepat jadwal vaksin,

pemberian vaksin secara intradermal, vaksin-vaksin baru untuk infeksi kronis, adjuvan

vaksin, probiotik, suplementasi diet dapat meningkatkan respons imun pada lansia.

Sampai saat ini, masih banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari cara

meningkatkan respon imun terhadap pemberian vaksinasi influenza pada lansia.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi Faktor Faktor Yang Mempengaruhi

Stress Pada Lansia Berhubungan Dengan Vaksinasi Di Gampong Dayah Bie.


B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah : apa

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Stress Pada Lansia Berhubungan Dengan

Vaksinasi Di Gampong Dayah Bie ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Stress Pada Lansia

Berhubungan Dengan Vaksinasi Di Gampong Dayah Bie

D. Kerangka Konsep
Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Lansia
Stress pada Lansia Berhubungan Dengan
Vaksinasi

Gambar Kerangka Konsep Penelitian

E. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi cross sectional. Studi cross sectional

ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko

dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat yaitu point time approach (Notoatmodjo, 2010).

F. Daftar Pustaka

Amir, N. (2005). Stress: neurobiologi, diagnosis, tata laksana. Jakarta: balai penerbit
FK UI..

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Pedoman kesehatan jiwa usia


lanjut (psikogeriatrik). Jakarta: Puskesmas Direktorat Jendral Pelayanan
Medik.
Departemen Sosial RI, 2004, Undang-undang Repebublik Indonesia No. 13, tahun
1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

Hawari, D. (2007). Ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa. Jakarta: Dana Bakti
Prima Yasa.

https://dinkes.acehprov.go.id/# diakses 29 Oktober 2021

Notoatmodjo. (2007). Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: FK UI.

Palestina. 2006. Ranah Penelitian Keperawatan Gerontik, (Online)


http://repository.unand.ac.id. (diakses 29 Oktober 2021).

WHO.(2006).http://www.WHO.int/feature/factifiles/breastfeedeeding/en/index.html.
diperoleh pada 29 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai