Anda di halaman 1dari 6

Nama Kelompok:

1. Natasya Amalia (07020620050)


2. Muchammad Agung Kurniawan (E977218081)
PERSOALAN BAIK (AL-KAHYR) DAN BURUK (AL-SYARR)
1. Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik ialah terjemahan dari kata ‘khair’ dalam bahasa arab, atau good
dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut
baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Selanjutnya yang baik itu juga
adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang
memberikan kepuasan. Yang baik itu dapat juga berarti sesuatu yang sesuai dengan
keinginan. Dan yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkan rahmat,
memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
secara umum bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang
diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku
tersebut menuju kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu
bagi seseorang menjadi kebaikan yang kongkret.

Dalam bahasa Arab, buruk itu dikenal dengan istilah ‘syarr’, dan diartikan sebagai
sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti yang seharusnya, yang tak sempurna dalam
kualitas, di bawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral,
tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan
dari baik, dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang
baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.

Pengertian baik dan buruk juga ada yang subyektif dan relatif, baik bagi seseorang
belum tentu baik bagi orang lain. Sesuatu itu baik bagi seseorang apabila hal ini sesuai dan
berguna untuk tujuannya. Hal yang sama adalah mungkin buruk bagi orang lain, karena hal
tersebut tidak akan berguna bagi tujuannya. Masing-Masing orang mempunyai tujuannya
yang berbeda-beda, bahkan ada yang bertentangan, sehingga yang berharga untuk seseorang
atau untuk suatu golongan yang berbeda dengan yang berharga untuk orang atau golongan
lainnya.
Akan tetapi secara objektif, walaupun tujuan orang atau golongan didunia berbeda-
beda. sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama, sebagai tujuan
akhir tiap-tiap sesuatu. Bukan hanya manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan. Dan
tujuan akhir dari semuanya itu sama, yaitu semuanya ingin baik. Dengan kata lain semuannya
ingin bahagia. Tak ada seorang pun dan sesuatu pun yang tidak ingin bahagia. Tujuan dari
masing-masing sesuatu, walapun berbeda-beda, semuannya akan bermuara kepada satu
tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan agar mendapatkan yang baik dan
bahagia, tujuan akhirnya sama.

2. Kriteria Baik dan Buruk

1. Aliran Tradisionalisme

Aliran ini berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah tradisi atau adat kebiasaan. Tiap
suku atau bangsa memiliki adat-istiadat yang diwariskan dari nenek moyangnya, adat-istiadat
atau tradisi itu merupakan hukum yang harus diikuti bagi suatu suku atau bangsa. Dipandang
baik bagi orang yang mengikutinya dan dipandang buruk bagi orang yang melanggarnya.
Contoh: cara berbicara dengan orang Jawa.

2. Aliran Hedonisme

Aliran ini berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan norma baik dan buruk. Sesuatu itu
dipandang baik jika mendatangkan kebahagiaan dan perbuatan itu buruk jika mendatangkan
penderitaan. Dalam aliran ini baik dan buruk dipandang dari sudut materi. Contoh : film-film
dan sinetron.

3. Aliran Intuitionisme

Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan baik dan buruk adalah intuisi, (intuisi=bisikan
kalbu) intuisi adalah kekuatan batin yang dapat mengenal sesuaitu yang baik dan buruk
dengan sekilas pandang tanpa melihat manfaat dan akibat yang ditimbulkan.

4. Aliran Evolusionisme

Aliran ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini akan mengalami evolusi.
Yaitu berkembang dari apa adanya menjadi sempurna termasuk juga akhlak manusia.
5. Aliran Utilitarianisme

Maksud dan paham ini adalah untuk sesama manusia / semua makhluk yang memiliki
perasaan. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan
kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang
baik adalah orang yang memberi manfaat pada yang lainnya

4. Aliran Vitalisme

Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Dan
terjadi disintegrasi antara yang pandai dengan yang bodoh. Aliran ini terjadi pada masa
feodalisme.

5. Aliran Religiosme

Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,
sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

6. Aliran Idealisme

Aliran idealisme merupakan factor terpenting dari wujudnya tindakantindakan yang nyata.
Aliran naturalism Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran
ini adalah perbuatan yang sesuai dengan ftrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai
fitrah lahir maupun fitrah batin.

7. Aliran Theologis

Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia,
adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan / dilarang oleh-Nya.

3. Sumber Perbuatan Baik dan Buruk

Perilaku, tindakan atau perbuatan manusia dalam berbagai situasi dan pilihan dapat
bernilai baik dan buruk. Penetapan nilai baik atau buruknya perbuatan manusia itu dilakukan
menurut berbagai pendapat seperti yang telah di jelaskan di atas. Apa yang telah
dikemukakan dalam pandangan-pandangan tersebut tentang tolok ukur atau indikator untuk
menentukan nilai baik dan buruk hanya bersifat subyektif, lokal, dan temporal. Oleh
karenanya kriteria nilai-nilainya bersifat relatif. Dalam ajaran Islam, tolok ukur untuk
menentukan nilai dan buruknya suatu perbuatan bersumber kepada dua, yakni al-Qur’an
(wahyu Allah) dan hadist Nabi Muhammad Saw.
Dalam al-Qur’an dan al-Hadist istilah yang berkaitan dengan kebaikan dan
keburukan banyak dijumpai. Beberapa istilah yang berkaitan dengan baik, misalnya: al-
hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah, dan al-birr. Al-hasanah
menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik, dari segi akal, hawa nafsu, maupun
panca indera (al-Raghib Asfahani, t.t.: 117).

Allah Swt. berfirman:

“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih
baik daripada kebaikannya itu “(QS. al Qashash: 84).

Kata al-khair digunakan untuk menggambarkan kebaikan-kebaikan oleh seluruh umat


manusia atau segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. Allah berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya
Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui” (QS. al-Baqarah: 158).

Al-mahmudah menunjukkan pada perbuatan yang utama sebagai akibat dari melakukan
sesuatu yang disukai oleh Allah Swt. (al-Raghib Asfahani, t.t.: 117). Kebaikan-kebaikan di
dalamnya bersifat batin dan spiritual.

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”
(QS. al-Isra: 79).

Berbagai istilah kebaikan yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan hadist menunjukkan
bahwa tolok ukur kebaikan dalam ajaran Islam lebih lengkap dan mendalam. Kebaikan dalam
Islam itu meliputi aspek fisik, akal, mental, jiwa, kesejahteraan baik di dunia maupun di
akhirat. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa tolok ukur kebaikan dan keburukan
menurut ajaran Islam bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dalam aspek lain, Islam
memberikan ukuran kebaikan dan keburukan dari suatu perbuatan itu didasarkan pada adanya
kesadaran penuh, kehendak dan niat untuk melakukan perbuatan itu.
Sejalan dengan teori umum akhlak yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa suatu
perbuatan yang tergolong akhlak itu adalah perbuatan yang disengaja atau dikehendaki.
Setiap kehendak selalu mengarah kepada suatu tujuan. Jadi dalam memberi nilai perbuatan
terletak pada kehendak dan tujuan. Dalam Islam kehendak dan tujuan itu dimaksudkan agar
di dalam berbuat memperoleh keridhaan Allah Swt. Kehendak dalam berbuat adalah niat.
Niat yang diridahi adalah ihklas dalam berbuat (semata-mata hanya karena Allah). Perbuatan
akhlak dalam Islam baru dikatakan baik apabila perbuatan itu dilakukan sesuai dengan
tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang disertai niat yang ikhlas karena Allah.

4. Bisakah manusia membedakan mana yang Baik dan Buruk: Sejauh Mana Peran
Allah Sebagai Penentu Mana yang Baik dan Buruk

Buya Hamka berkata, Pendidikan adalah untuk membentuk watak pribadi. Manusia
yang lahir ke dunia ini supaya menjadi orang yang berguna dalam masyarakatnya. Supaya dia
tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Menurut Buya Hamka bahwa dengan pendidikan
manusia mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Sebagaimana yang dikatakan Buya
Hamka bahwa, inti pendidikan ialah membukakan mata orang agar penglihatannya itu luas
dan jauh. Dan juga, tidak hanya sekedar membuat manusia itu mengetahui mana baik dan
buruk. Namun juga watak manusia haruslah dibentuk kepada kebaikan itu dan dijauhkan dari
keburukan. Sehingga akhlak terbentuk dalam diri manusia.

Manusia merupakan makhluk terbaik ciptaan Allah sepanjang dunia ini ada. Allah
sebagai Pencipta semua makhluk menyatakan secara tegas dalam surat at-Tîn:4 “bahwa Dia
telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk”. Dilihat dari tujuan penciptaan,
kesempurnaan bentuk fisik maka manusia merupakan makhluk terindah yang pernah ada di
muka bumi ini. Keindahan ini makin sempurna ketika Allah menganugerahi manusia
seperangkat alat pendeteksi kebenaran yang dapat digunakan dalam kehidupannya yaitu
akal .Dengan akal manusia mampu mendesain kehidupan sesuai dengan tuntunan Ilahi.
Kekuatan akal menyebabkan manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk,
benar dan salah, gelap dan terang, menangkap dan meganalisis berbagai peristiwa alam dan
lingkungannya. Dalam lintasan sejarah para rasul ditemukan adanya sebagian mereka yang
mencari Tuhan dengan menggunakan akal dan nabi Ibrahim pernah melakukan hal tersebut.
Akallah yang membuat manusia berbeda dari hewan, manusialah satu-satunya makhluk yang
diberikan kekuatan akal dan karena itulah ia menjadi mulia. Akal adalah suatu daya yang
hanya dimiliki manusia dan akallah yang memperbedakan manusia dari makhluk lain. Akal
adalah tonggak kehidupan manusia dan dasar kelanjutan wujudnya. Peningkatan daya akal
merupakan salah satu dasar pembinaan budi pekerti mulia yang menjadi dasar dan sumber
kehidupan dan kebahagiaan bangsa-bangsa. Jika dari manusia dicabut akalnya manusia akan
menjadi makhluk lain, mungkin seperti hewan.

Anda mungkin juga menyukai