Anda di halaman 1dari 19

GEOLOGI BATUAN SEDIMEN

TUGAS PENELITIAN
Oleh :
Nama : Shinji Prudent Zhang
Kelas : X MIPA I
No. Absen : 28
Tahun Ajaran : 2021 - 2022
Guru Pengampu : Kiki Nababan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan adalah semua materi yang menyusun kerak bumi dan merupakan kumpulan
(akumulasi) dari mineral-mineral yang telah mencair. Tanah dan material lepas lainnya yang
merupakan hasil pelapukan kimia dan mekanis serta proses erosi tidak termasuk batuan,
tetapi dikenal sebagai "endapan aluvial". Salah satu jenis batuan yang kita kenal adalah
batuan sedimen. Yang pemanfaatannya sangat bergantung pada kekhususannya. Tekstur
batuan mengacu pada kenampakan butiran mineral yang dikandungnya, meliputi derajat
kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan rasio butir (jaringan). Warna batuan
berkaitan erat dengan komposisi kimia dan mineraloginya, sedangkan tekstur berkaitan
dengan sejarah pembentukan dan keberadaannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian
proses sebelum dan sesudah kristalisasi, maka dari itu saya membuat karya ini sebagai
langkah atau solusi bagi diri saya dan orang lain untuk mengetahui apa itu batuan sedimen,
bagaimana batuan beku terbentuk, klasifikasi batuan beku dan jenis dasar batuan sedimen.
batu.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
 Apa itu batuan sedimen?
 Apa saja faktor terjadinya batuan sedimen?
 Apa saja jenis-jenis batuan sedimen?
 Apa saja kegunaan batuan sedimen?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut :
 Untuk mengetahui pengertian dari batuan sedimen.
 Untuk mengetahui apa saja faktor terjadinya batuan sedimen.
 Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis batuan sedimen.
 Untuk mengetahui apa saja kegunaan batuan sedimen.
1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian dilakukan disekitar area DKI Jakarta pada tanggal 25 Oktober
hingga waktu penelitian ini dipuplikasikan ke masyarakat.

Gambar 1.1 Peta lokasi daerah penelitian

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian dari batuan sedimen ini sebagai berikut :
 Menjadikan sebuah pengetahuan umum bagi masyarakat.
 Menambah ilmu pengetahuan ataupun wawasan terhadap batuan sedimen.
 Sebagai salah satu media informasi dalam mengidentifikasi batuan sedimen
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Telaah Pustaka


2.11 Definisi Sedimen
Sedimen adalah partikel organik dan anorganik yang terakumulasi secara bebas (Duxbury et al,
1991). Sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar suatu cairan
(air dan udara), atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air, angin, atau
gletser / es. (Wahyuancol, 2008). Sedangkan endapan sedimen adalah akumulasi mineral dan
fragmen batuan dari daratan yang bercampur dengan tulang-tulang organisme laut dan beberapa
partikel yang terbentuk melalui proses kimiawi yang terjadi di dalam laut (Gross, 1993).

Friedman (1978) memberikan pengertian sedimen adalah kerak bumi yang ditranspormasikan
dari suatu tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun secara horizontal. Selanjutnya
Ongkosongo (1992) menambahkan proses hidrologi tersebut akan terhenti pada suatu tempat
dimana air tidak sanggup lagi membawa kerak bumi yang tersuspensi tersebut. Biasanya suatu
kawasan perairan tidak ada sedimen dasar yang hanya terdiri dari satu tipe substrat saja,
melainkan terdiri dari kombinasi tiga fraksi yaitu pasir, lumpur dan tanah Hat. Menurut Rifardi
(2008a) ukuran butir sedimen . * • •-.....--'*» * dapat menjelaskan hal-nal berikut : 1)
menggambarkan daerah asal sedimen, 2) perbedaan jenis partikel sedimen, 3) ketahanan partikel
dari bermacam-macam komposisi terhadap proses weathering, erosi, abrasi dan transportasi serta
4) jenis proses yang berperan dalam transportasi dan deposisi sedimen.

Menurut asalnya sedimen dibagi menjadi tiga macam yaitu; 1) sedimen lithogenous ialah
sedimen yang berasal dari sisa pengikisan batu-batuan didarat, 2) sedimen biogenous ialah
sedimen yang berasal dari sisa rangka organoisme hidup juga akan membentuk endapan-endapan
halus yang dinamakan ooze yang mengendap jauh dari pantai kearah laut dan 3) sedimen
hydrogenous yakni sedimen yang dibentuk dari hasil reaksi Idmia dari air laut (Hutabarat dan
Evans, 1985).
Berdasarkan diameter butiran, Wentworth dalam Rifardi (2008a) membagi sedimen sebagai
berikut ini: boulders (batuan) dengan diameter butiran lebih besar dari 256 mm, gravel (kerikil)
diameter 2 sampai 256 mm, very coarse sand (pasir sangat kasar) diameter 1 sampai 2 mm,
coarse sand (pasir kasar) 0,5 sampai 1 mm, fine sand (pasir halus) diameter 0,125 sampai 0,5
mm, very fine sand (pasir sangat halus) diameter 0,0625 sampai 0,125 mm, silt (lumpur)
diameter 0,002 sampai 0,0625 mm dan dissolved material (bahan-bahan terlarut) diameter lebih
kecil dari 0,0005 mm.

Pengendapan sedimen tergantung kepada medium angkut, dimana bila kecepatan berkurang
medium tersebut tidak mampu mengangkut sedimen ini sehingga terjadi penumpukan. Adanya
sedimen kerikil menunjukan bahwa arus dan gelombang pada daerah itu relatif kuat sehingga
sedimen kerikil umumnya ditemukan pada daerah terbuka, sedangkan sedimen lumpur terjadi
akibat arus dan gelombang benar-benar tenang dan dijumpai pada daerah dimana arus dan
gelombang terhalang oleh pulau (Ompietal, 1990).

Austin (1988) menyatakan bahwa sedimen pasir umumnya terdeposit pada perairan paparan
benua dan di sepanjang garis pantai di daearah intertidal. Sedangkan laut dalam, pasir hanya
terdapat sebagian kecil dari 10% dari jumlah komponen yang terdapat disana dan pada daerah ini
didominasi oleh sedimen lumpur.

Penyebaran sedimen pada tiap-tiap tempat tidak sama dan tidak merata tergantung pada
kondisi yang mempengaruhinya seperti arus, gelombang, pasut serta jenis dan komposisi
sedimen (Komar, 1982). Salah satu parameter fisika perairan yang sangat berpengaruh terhadap
sebaran biologi dan kimia adalah partikel sedimen dan arus pasang surut. Menurut Uktoselya
(1992), sedimentasi sangat erat hubungannya dengan pendangkalan. Sedimentasi ini merupakan
proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Postma (1976) menyatakan bahwa kecepatan pengendapan partikel yang berdiameter 5 mm


dengan densitas yang sama mengendap dengan kecepatan 20 cm/det. Sementara Wotton (1992)
mengemukakan bahwa partikel-partikel pasir memerlukan waktu 1,8 hari agar bisa mengendap
pada kedalaman 4.000 m. sedangkan jenis partikel lumpur yang berukuran lebih kecil
membutuhkan waktu untuk tenggelam kira-kira 185 hari pada kedalam 4.000 m dan jenis
partikel tanah Hat membutuhkan waktu tenggelam kira-kira 51 tahun pada kedalaman yang
sama.

Menurut Streeter dan Wylie (1990), kecepatan pengendapan butiran sedimen didalam air
dimana benda tersebut digerakan secara horizontal ke dalam air sebagai kombinasi dari gaya
angkat, gaya hambat dan gaya-gaya lainnya yang bekerja.

Menurut Trask (1982, dalam Selley, 1976) menamakan sebaran sedimen terdiri dari baik,
sendang dan buruk. Sebaran baik adalah seluruh besar butir sedimen relatif seragam. Sebaran
sedang adalah antara butiran kecil dan besar jumlahnya hampir sama, dan sebaran buruk adalah
ukuran butir seragam. Sebaran sedimen ini ditetapkan dengan jalan menentukan derajat sortasi
(pemilahan yang dinyatakan dengan menentukan derajat sortasi "Sorting coofisien" besarnyan
dapat ditentukan dengan So = V Q25/Q75.

Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai. Berdasarkan ukuran
butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen berukuran butir lempung sampai gravel.
Kemudian, berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi: (1) Pantai
gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel (diameter butir > 2 mm); (2)
Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir (0,5 - 2 mm); dan (3)
Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material berukuran lempung sampai
lanau, diameter < 0,5 mm). Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya
itu juga mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di lingkungan pantai
tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi tinggi, sedang pantai lumpur
mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan
kondisi energi menengah (Wahyuancol, 2008). Nybakken (1992) menyatakan bahwa
kebanyakan estuari didominasi oleh substrat lumpur. Selanjutnya dijelaskan bahwa lumpur yang
terdapat di dalam muara merupakan penjebak bahan organik yang baik

Nybakken (1992) menyatakan bahwa keberadaan lumpur di dasar perairan sangat dipengaruhi
oleh banyaknya partikel tersuspensi yang dibawa oleh air tawar dan air laut serta faktor-faktor
yang mempengaruhi penggumpalan, pengendapan bahan tersuspensi terse-but, seperti arus dari
laut. Knox (1986) menyatakan bahwa sedimen estuaria merupakan lingkungan yang sangat
kompleks, karena sedi-men yang berada di muara berasal dari beberapa sumber, meliputi dari
daratan yang dibawa air sungai (fluvial sediment), dan sedimen dari laut (marine sediment).
Nybakken (1992) menyatakan bahwa jenis substrat dan ukurannya salah satu faktor ekologi
yang mempengaruhi kandungan bahan organik dan distribusi bentos. Semakin halus tekstur
substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organik. Selain itu Lopez-Jamar (1981)
menyatakan bahwa daerah yang kandungan bahan organiknya sangat tinggi berhubungan dengan
daerah dimana banyak pemeliharaan kerang-kerangan (mussel), karena berhubungan erat dengan
jumlah feses yang banyak dari mussel yang dipelihara.

Rhoads (1974) menyatakan bahwa redoks potensial berhubungan erat dengan kandungan
oksigen yang terdapat dalam sedimen. Odum (1971) menyatakan bahwa kecepatan arus secara
tidak langsung mempengaruhi substrat dasar perairan. Nybakken (1992) menyatakan bahwa
perairan yang arusnya kuat akan banyak ditemukan substrat berpasir.

2.12 Sedimen Tersuspensi

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak larut dan tidak
mengendapkan langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel •* yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah Hat, bahanbahan organic tertentu, sel-
sel mikroorganisme dan sebagainya (Fardiaz, 1992)

Di laut, materi dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu terlarut dan partikulat. Materi
terlarut dapat berada dalam kolom air dimana larutan ini tercampur karena adanya/ proses-proses
transportasi yang berbeda atau dalam sedimen di dalam perairan intertidal dimana pencampuran
terbatas dan kestabilan komposisi air laut tidak lagi mendukung. Begitu pula bahan partikulat
dapat tersuspensi dalam kolom ah* sering disebut total suspended matter atau TSM (Tokarczyk,
1994).

Nybakken (1992) menyatakan bahwa keberadaan lumpur di dasar perairan sangat dipengaruhi
oleh banyaknya partikel tersuspensi yang dibawa oleh air tawar dan air laut serta faktor-faktor
yang mempengaruhi penggumpalan, pengendapan bahan tersuspensi tersebut, seperti arus dari
laut. Knox (1986) menyatakan bahwa sedimen estuaria merupakan lingkungan yang sangat
kompleks, karena sedimen yang berada di muara berasal dari beberapa sumber, meliputi dari
daratan yang dibawa air sungai (fluvial sediment), dan sedimen dari laut (marine sediment).

Parson, Takahashi dan Hargrave (1984) menambahkan bahwa partikel tersuspensi dapat
meningkat dengan adanya curah hujan yang tinggi dan arus yang cukup kuat. Hal ini disebabkan
karena curah hujan yang tinggi dan arus yang kuat tersebut dapat menyebabkan erosi pada hulu
sungai dan selanjutnya terbawa sampai ke muara sehingga menyebabkan tingginya kadar partikel
tersuspensi di muara.

Padatan tersuspensi (suspended solid) adalah padatan yang berada dalam kolom air dan
memiliki ukuran partikel £ 0,45 - 2,0 mm, dikenal pula dengan sebutan seston. Padatan
tersuspensi di perairan laut berasal dari daratan (allocthonous) yang di transpor melalui sungai
dan udara, dan yang berasal dari material inorganik (Particle Inorganic Matter - PIN) dan organik
(Particle Organic Matter - POM) termasuk organisme mikro flora dan fauna yang hidup dan mati
atau detritus. Menurut Libes (1992). POM yang bersumber dari laut (4 x 1016 gC/tahun) yang
merupakan produksi primer adalah jauh lebih besar dibandingkan dengan yang berasal dari
daratan yang ditranspor melalui sungai (4,2 x 109 gC/tahun).

Partikel-partikel anorganik tersuspensi yang berukuran besar akan lebih cepat mengendap ke
dasar perairan, sedangkan partikel-partikel yang lebih halus banyak yang melayang-layang di
perairan dan lebih lambat mengendap (Yodfiarfinda, 1991). Partikel yang tersuspensi kecepatan
pengendapannya dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan densitas partikel tersuspensi. Konsentrasi
yang besar dari partikel yang tersuspensi didalam air mengurangi kecepatan jatuh partikel,
karena frekuensi tumbukan partikel dan viskositas (kekentalan) bertambah (Mihardja dan Hadi,
1998).

2.13 Geomorfologi Wilayah Pesisir

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentang alam yang meliputi sifat dan
karakteristik dari bentuk morfologi, klasifikasi dan perbedaannya serta proses yang berhubungan
terhadap pembentukan morfologi tersebut. Secara garis besar bentuk morfologi permukaan bumi
sekarang ini terbentuk oleh beberapa proses alamiah, antara lain:

1. Proses yang berlangsung dari dalam bumi, yang membentuk morfologi gunungapi,
pegunungan lipatan, pegunungan patahan, dan undak pantai.

2. Proses disintegrasi/degradasi yang mengubah bentuk permukaan muka bumi karena proses
pelapukan dan erosi menuju proses perataan daratan.

3. Proses agradasi yang membentuk permukaan bumi baru dengan akumulasi hasil erosi batuan
pada daerah rendah, pantai dan dasar laut.

4. Proses biologi yang membentuk daratan biogenik seperti terumbu karang dan rawa gambut
(Dahuri, 1996).

Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah
tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan.
Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga sangat cepat, tergantung pada
imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan
angin. Perubahan pantai terjadi apabila proses geomorfologi yang terjadi pada suatu segmen
pantai melebihi proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai akibat
dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut,
gelombang, arus laut dan salinitas (Sutikno, 1993).

Menurut Dahuri (1996), ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan besar dalam
pembentukan pantai. Ombak yang terjadi di laut dalam pada umumnya tidak berpengaruh
terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya. Sebaliknya ombak yang terdapat di
dekat pantai, terutama di daerah pecahan ombak mempunyai energi besar dan sangat berperan
dalam pembentukan morfologi pantai, seperti menyeret sedimen (umumnya pasir dan kerikil)
yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut
sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut). Daya
penghancur ombak terhadap daratan/batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
keterjalan garis pantai, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di depan pantai,
bentuk pantai, terdapat atau tidaknya penghalang di muka pantai dan sebagainya.

Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pantai, arus laut, terutama yang mengalir
sepanjang pantai merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi pantai.
Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula terjadi
karena ombak yang membentur pantai secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang
mengangkut sedimen tegaklurus terhadap arah ombak, arus laut mampu membawa sedimen yang
mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan sedimen searah dengan arah
pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pantai. Bentuk morfologi spit, tombolo,
beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitaryetfy dan tanggul pantai menunjukkan hasil kerja
arus laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi sebagai penyebab terjadinya abrasi
pantai.

Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di
muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran • *i'*-.» pantai. Apabila jumlah sedimen
yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan dalam
keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus laut
dalam pengangkutannya, maka dataran pantai akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia yang
memanfaatkan pantai untuk berbagai kepentingan juga dapat merubah morfologi pantai menjadi
rusak apabila pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan

2.14 Pasang Surut

Pasang surut adalah proses naik-turunya permukaan laut secara hampir periodik karena gaya tank
benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari (Dahuri et al, 1996). Pasang surut adalah
fenomena naik turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval tertentu (Birowo,
1993). Gerakan Pasang surut ini juga mempengaruhi oleh rotasi bumi sendiri serta letak pulau
dan benua. Tinggi rendahnya gerakan pasang surut dipermukaan bumi terutama ditentukan kedua
benda angkasa (bulan dan matahari) terhadap bumi (Sidjabat, 1976).

Naik turunnya permukaan laut dapat terjadi sekali sehari (pasang surut tunggal) dan dua kali
sehari (pasang surut ganda). Sedangkan pasang surut yang berperilaku diantara kedua tipe
tersebut yaitu pasang surut campuran (Dahuri et al, 1996). Ongkosongo dan Sunarso (dalam
Burhan, 1991) menambahkan bahwa pasang surut ganda beraturan (semidiurnal tide) terjadi
apabila dalam selang waktu 24 jam terjadi dua kali air tinggi dan dua kali air rendah.

Menurut Anwar et al, (1984) di laut terbuka ketinggian air pasang tidak lebih dari 0,5 m, tetapi di
laut yang lebih dangkal di sekeliling sumatera pada umumnya mencapai 3 m. Selain itu pada
kepulauan yang rumit atau garis pantai pesisir yang tidak teratur, biasanya air pasang yang
mengalir agak berubah dari pola umumnya.

Pasang surut suatu perairan mempunyai kekuatan untuk membangkitkan arus pasang surut,
terutama sekali pada perairan dangkal atau yang berbatasan dengan daratan. Pada daerah
perairan pantai akan menimbulkan arus vertikel dan resultante pengadukan akan menyebabkan
percampuran massa air secara vertical pada lapisan permukaan yang dagkal (Brown et al, 1989)

Menurut Kennish (dalam Maznuraini, 1998) bahwa pasang surut merupakan factor lingkungan
yang sangat penting yang mempengaruhi zona intertidal. Tenaga pasang surut dan arus
merupakan sumber energi utama terjadinya proses turbulensi dan percampuran air di perairan
pantai dan muara. Sumber ini memegang peranan penting dalam membawa benda-benda terlarut
dan tersuspensi yang menyebabkan perubahan fisika, kimia dan biologi.

2.2 Landasan Teori

2.21 Pengertian

Ketika batuan yang telah terbentuk di bumi (batuan beku atau metamorf) naik ke permukaan,
mereka dipengaruhi oleh kekuatan eksogen seperti pelapukan oleh angin atau air. Bagian-bagian
ini dipengaruhi oleh kontak dengan lingkungan, misalnya, tumbukan dengan batuan yang lebih
kecil di sekitarnya. Proses ini dikenal sebagai proses pelapukan. Semakin banyak batu bergerak,
semakin kecil ukurannya. Hingga mengendap di ujung dan membentuk batuan baru. Batuan ini
dikenal sebagai batuan sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk melalui
pelapukan, pengangkutan, pengendapan, membatu, dan diagenesis.
Gambar 2.1 Batu-batuan sedimen

2.22 Faktor Terbentuknya Batuan Sedimen


Asal mula batuan sedimen melibatkan empat proses utama: Pelapukan, Transportasi,
Pengendapan (Deposition) dan Pemadatan.

1. Pelapukan
Pelapukan adalah pemecahan batu, tanah, dan mineral serta bahan kayu dan buatan melalui
kontak dengan atmosfer bumi, perairan, dan organisme biologis. Pelapukan terjadi, yaitu di
tempat yang sama, dengan sedikit atau tanpa gerakan, dan karenanya tidak boleh disalahartikan
dengan erosi. Pelapukan melibatkan pergerakan batuan dan mineral oleh agen seperti air, es,
salju, angin, ombak dan gravitasi lalu diangkut dan disimpan di lokasi lain.
Tiga klasifikasi penting dari proses pelapukan adalah Pelapukan Fisika, Kimia dan Biologi.

Pelapukan Fisika
Pelapukan mekanis atau fisika melibatkan pemecahan batuan dan tanah melalui kontak langsung
dengan kondisi atmosfir, seperti panas, air, es dan tekanan. Sementara pelapukan fisika
ditekankan di lingkungan yang sangat dingin atau sangat kering, reaksi kimia paling kuat dimana
iklimnya basah dan panas. Namun, kedua jenis pelapukan terjadi bersamaan, dan masing-masing
cenderung mempercepat yang lain. Misalnya, abrasi fisik batuan yang mengurangi ukuran
partikel dan karena itu meningkatkan luas permukaan batuan tersebut. Berbagai agen seperti air
dan angina bertindak dalam mengubah mineral utama (feldspars dan mica) menjadi mineral
sekunder (lempung dan karbonat) dan melepaskan unsur hara tanaman dalam bentuk larut.

Pelapukan Kimia
Klasifikasi kedua, pelapukan kimia, melibatkan efek langsung dari bahan kimia atmosfir atau
bahan kimia yang diproduksi secara biologis yang juga dikenal sebagai pelapukan biologis dalam
pemecahan batuan, tanah dan mineral. Batu bereaksi dengan air, gas dan larutan dapat
menyebabkan penambahan atau penghilangan unsur dari mineral. Ada beberapa peristiwa yang
berkaitan dengan pelapukan kimia. Pembubaran (Dissolution) Beberapa mineral umum larut
dalam air seperti halit dan kalsit. Batu kapur dan marmer mengandung kalsit yang larut dalam
air, sehingga ketika batuan ini sering terkena air akan mengalami dissolution. Oksidasi Oksigen
jika kontak langsung dengan mineral silikat akan menyebabkan "berkarat" Hidrolisis Mineral
silikat akan mengalami pelapukan dengan cara hidrolisis dan membentuk clay. Feldspar berubah
menjadi tanah liat (kaolinit) dan ditambah bahan dengan terlarut (ion).

Pelapukan Biologi
Pelapukan Biologi atau Pelapukan Organik adalah pelapukan yang disebabkan oleh makhluk
hidup. Penyebabnya adalah proses organisme yaitu hewan, tumbuhan dan manusia, yaitu :
1. Hewan yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
2. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh
sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak
tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar-akar
serat makanan menghisap garam makanan dapat merusak batuan.
3. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan
maupun penambangan. Dengan demikian pelapukan biologi dapat di hubungkan secara langsung
dengan pelapukan kimia dan pelapukan fisika.
Gambar 2.2 Pelapukan Fisika (Atas), Pelapukan Kimia (Tengah), Pelapukan Biologi
(Bawah)
2. Transportasi
Agen proses transportasi dapat berupa Gravitasi (jarak pendek dan lereng curam), Angin
(partikel kecil saja), Glesier, dan Air

Gravitasi
Sejumlah besar sedimen, mulai dari lumpur sampai batu-batu besar, bisa bergerak turun karena
gravitasi, sebuah proses yang disebut pergerakan massa. Batu jatuh, tanah longsor, dan lumpur
adalah jenis pergerakan tanah yang umum terjadi. Batu besar di jalan raya sering terlihat
berjatuhan dari bukit. Batu jatuh terjadi saat batuan di tebing dilonggarkan oleh pelapukan, lepas
landas, dan berguling jatuh kebawah. Tanah longsor terdiri dari gerakan yang cepat dari massa
batuan atau tanah, dan membutuhkan sedikit atau tidak ada air untuk peristiwa tersebut. Lumpur
mengalir terjadi saat lereng bukit yang tersusun dari bahan berbutir halus menjadi hampir jenuh
oleh hujan deras. Air membantu melumasi sedimen, dan lobus lumpur dengan cepat bergerak
menurun. Semua pergerakan tersebut disebabkan oleh Gravitasi.

Angin
Angin mengangkut sedimen yang didekat permukaan dengan mengangkat dan memindahkannya
ke tempat arah pergerakannya. Sama seperti lonjakan pendek partikel kecil seperti debu yang
terlepas dari permukaan dan melompat pada jarak pendek. Saat partikel tersebut jatuh kembali ke
permukaan, maka akan bertabrakan dengan tanah dan menumpuk disitu. Partikel yang lebih kecil
dapat tersuspensi dalam angin dan dapat berjalan lebih jauh. Riak Pasir (Ripples), terjadi akibat
butiran yang lebih besar terakumulasi saat butiran kecil diangkut pergi. Bentuk riak membentuk
garis tegak lurus terhadap arah angin. Partikel berukuran pasir umumnya tidak bergerak jauh,
namun fragmen berukuran lebih kecil dapat berpindah untuk jarak yang lebih jauh. Angin yang
cukup kuat juga bisa jadi agen erosi yang efektif. Angin bisa mengikis membentuk deflasi dan
abrasi. Deflasi adalah penurunan permukaan tanah akibat pemindahan partikel halus oleh angin.
Deflasi meninggalkan partikel berbutir kasar di permukaan, yang akhirnya menghasilkan
permukaan yang hanya terdiri dari fragmen kasar yang tidak dapat diangkut oleh angin.
Glesier
Glesier (Glacier) adalah tumpukan es / salju yang mencair dengan cepat, pada saat mencair
tersebut air yang mengalir tersebut mampu mentransportasikan sediment ke tempat lain.. Glesier
ini jika dengan volume yang cukup besar mampu membawa butiran sedimen yang cukup besar
bahkan seukuran batuan kerikil. Transportasi jenis ini hanya terjadi di daerah yang memiliki
musim dingin yang bersalju.

Air
Air merupakan agen paling utama dalam proses transportasi sedimen dari sumbernya ke tempat
yang lebih rendah. Air membawa partikel dengan berbagai bentuk pergerakan, tergantung bentuk
dari dari butiran partikel tersebut.
Gambar 2.3 Agen transportasi sedimen, angin (dua atas), glesier (tengah) dan air (bawah)
3. Pengendapan (Deposition)
Deposisi/Pengendapan adalah proses geologi di mana sedimen yang dihasilkan oleh proses
pelapukan, ataupun tanah dan batuan ditambahkan ke suatu lahan yang dataran lebih rendah yang
di tansportasikan oleh angin, es, air, dan gravitasi.
Deposisi terjadi ketika kekuatan yang bertanggung jawab untuk transportasi sedimen tidak lagi
cukup untuk mengatasi gaya gravitasi dan gesekan, menciptakan ketahanan terhadap gerak.
Deposisi juga bisa mengacu pada penumpukan sedimen dari bahan turunan organik atau proses
kimia. Sebagai contoh, kapur dibuat sebagian dari kerangka kalsium karbonat mikroskopik
plankton laut, pengendapan yang telah menginduksi proses kimia (diagenesis) untuk
mendepositkan kalsium karbonat lebih lanjut. Demikian pula, pembentukan batubara dimulai
dengan pengendapan bahan organik, terutama dari tanaman, dalam kondisi anaerobic.

4. Pemadatan (Compaction) dan Penyemenan (Cementation)


Pemadatan: terjadi ketika sedimen terkubur dalam-dalam, menempatkan mereka di bawah
tekanan karena berat lapisan di atasnya. Penyemenan: adalah mineral baru menempel pada
butiran sedimen bersama sama seperti semen mengikat butiran pasir pada bahan bangunan. Jika
dilihat dengan seksama foto mikroskop, itu bisa dilihat kristal mineral yang tumbuh di sekitar
butiran sedimen dan mengikatnya bersama-sama. memperlihatkan proses butiran sedimen yang
telah menumpuk dan lama kelamaan akan semakin padat karena tekanan dari sedimen diatasnya,
dan akhirnya tersemsasi (terkompaksi).

2.23 Jenis-Jenis Batuan Sedimen

 Berlandaskan ronde pengendapannya


batuan sedimen klastik (dari pecahan pecahan batuan sebelumnya)
batuan sedimen kimiawi (dari ronde kimia)
batuan sedimen organik (pengedapan dari bahan organik)
 Berlandaskan tenaga alam yang mengangkut
batuan sedimen aerik (udara)
batuan sedimen aquatik (air sungai)
batuan sedimen marin (laut)
batuan sedimen glastik (gletser)
 Berlandaskan tempat endapannya
batuan sedimen limnik (rawa)
batuan sedimen fluvial (sungai)
batuan sedimen marine (laut)
batuan sedimen teistrik (darat)

Gambar 2.4 Jenis-jenis batuan sedimen

2.24 Kegunaan-Kegunaan Batuan Sedimen

A. Konglomerat , sebagai bahan bangunan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan


penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai
penghasil hidrokarbon (source rock).
B. Breksi, sebagai hiasan misalnya diukir hingga halus membentuk vas bunga, meja kecil
atau asbak, dan untuk bahan campuran bangunan.
C. Kapur (Gamping) , sebagai bahan campuran bangunan, industri karet & ban (dengan cara
dilelehkan), kertas, baja, gelas, industri semen.
D. Pasir,  batu pasir mempunyai banyak kegunaan dalam industri konstruksi , dapat
digunakan sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca.  
E. Serpih, sebagai bahan perabotan rumah (cobek, dll.)
F. Gipsum , sebagai bahan perekat, penyaring, pupuk tanah, penambah kekerasan bahan
bangunan, bahan kapur tulis.
G. Batu bara, dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
2.3 Hipotesis

Berdasarkan data diatas yang didapatkan dari hasil penelitian, maka hipotesis yang bisa
didapatkan adalah :

 Tidak adanya batuan sedimen sejak zaman dahulu kala.


 Batuan sedimen pada zaman sekarang, memiliki banyak kegunaan.

 Batuan sedimen terbentuk dari endapan dan sementasi yang bisa terjadi di permukaan
bumi dan di bawah tanah atau di dalam air (Sedimentasi).
 Batuan sedimen memiliki banyak sekali jenis dan memiliki keunggulannya masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai