Anda di halaman 1dari 19

31

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Epilepsi


Rani Murtiani¹ IGA Dewi Purnamawati²
Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Jl Tanah Merdeka No 16-18 Jakarta Timur
E-mail: Ig4dewi@gmail.com

Abstrak

Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang dikarakteristikkan oleh
kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel. Kejang
merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang
ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan
fenomena sensori. Anak-anak dengan epilepsi biasanya akan mendapatkan gangguan fungsi intelegensi,
pemahaman bahasa dan gangguan fungsi kognitif. Dampak epilepsi pada anak akan membuat perbedaan
yang cukup signifikan pada IQ. Tujuan penulisan diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami epilepsi. Metode Penelitian adalah deskriptif atau gambaran
suatu kasus. Hasil dari karya tulis ilmiah ini adalah mahasiswa memperoleh gambaran tentang asuhan
keperawatan pada anak dengan epilepsi. Masalah keperawatan berupa: Bersihan jalan nafas tidak efektif,
Risiko cedera, Defisit volume cairan, Hipertermi, Defisit nutrisi, Risiko infeksi, Kurang pengetahuan, dan
cemas pada anak dan orang tua.
Kata Kunci: Anak, Epilepsi, Kejang

Abstract

Epilepsy is a complex symptom of many brain dysfunction characterized by recurrent seizures due to
excessive release of brain electrical charge and reversible motivation. Seizures are a result of uncontrolled
electrical release from cerebral cortical nerve cells which are characterized by sudden attacks, mild
disturbance of consciousness, motor activity, or sensory phenomenon disorders. Children with epilepsy
will usually get impaired intelligence, language comprehension and impaired cognitive function. The
impact of epilepsy on children will make a significant difference in IQ. In addition, epilepsy also has
concomitant disease (developmental growth disorders) that will be suffered by the sufferer. This is what is
known in the medical world as comorbidity and must be monitored by parents. The purpose of writing is
that students are expected to be able to provide nursing care for children who have epilepsy. The result of
this scientific paper is that students get an overview of nursing care in children with epilepsy. Emerging
nursing problems in children with epilepsy include ineffective airway clearance, risk of injury, risk of
fluid volume deficit, hypertermia, imbalance of nutrients less than body requirements, risk of infection,
lack of family knowledge, and anxiety for children and parents.
Keywords: Children, Epilepsy, Seizures

Pendahuluan masalah kesehatan anak diprioritaskan


Masalah kesehatan anak merupakan
dalam perencanaan atau penataan
salah satu masalah utama dalam bidang
pembangunan bangsa (Kompas, 2012).
kesehatan yang saat ini terjadi di
Anak-anak dengan epilepsi biasanya
Indonesia. Derajat kesehatan anak
akan mendapatkan gangguan fungsi
mencerminkan derajat kesehatan
intelegensi, pemahaman bahasa dan
bangsa, sebab anak sebagai generasi
gangguan fungsi kognitif. Dampak
penerus bangsa memiliki kemampuan
epilepsi pada anak akan membuat
untuk meneruskan pembangunan
perbedaan yang cukup signifikan pada
bangsa. Berdasarkan alasan tersebut,
IQ. Selain itu, epilepsi juga memiliki
32

penyakit penyerta (gangguan tumbuh kelompok usia lanjut. Berdasarkan data


kembang) yang akan diderita oleh yang diperoleh dari rekam medik RSUD
penderitanya. Ini yang dalam dunia dr.R.Goeteng Taroenadibrata
medis disebut komordibiditas dan mesti Purbalingga khususnya di bangsal anak
diawasi oleh para orang tua. (Cempaka) dari bulan Februari sampai
Komorbiditas akibat epilepsi sangat April 2017 tercatat ada 16 orang anak
beragam, mulai dari lumpuh otak, dengan 6 anak pasien laki- laki dan 10
retadarsi mental serta Attention Deficit anak perempuan yang menderita
Hyperactivity Disorder (ADHD), jika epilepsi dari seluruh jumlah pasien yaitu
terdapat gangguan yang cukup berarti 414 anak dengan kasus yang berbeda-
pada otak maka dapat timbul gangguan beda (Sari Pediatri, 2017). Tidak jauh
mulai dari gangguan tumbuh dan berbeda angka kejadian yang penulis
kembang anak, gangguan perilaku, temukan di RSUD dr. Chasbullah
gangguan belajar, cacat fisik, cacat Abdulmadjid Kota Bekasi terhitung
mental, hingga kematian. sejak bulan Oktober sampai bulan
Desember 2017 tercatat dari 610 anak
Menurut Word Health Organization yang di rawat didapatkan 12 orang
(WHO, 2012), angka kejadian orang (1,96%) yang menderita kasus epilepsy.
dengan epilepsi (ODE) masih tinggi
terutama di negara berkembang. Dari Pengertian
banyak studi menunjukkan bahwa Epilepsi adalah gangguan kejang kronis
diperkirakan prevalensinya berkisar dengan kejang berulang yang terjadi
antara 0,5-4%. Rata-rata prevalensi dengan sendirinya, yang membutuhkan
epilepsi 8,2 per 1000 penduduk, pengobatan jangka panjang (Wong,
sedangkan angka insidensi epilepsi 2008). Epilepsi adalah gejala kompleks
mencapai 50-70 kasus per 100.000 dari banyak gangguan fungsi otak berat
penduduk, bila jumlah penduduk yang dikarakteristikan oleh kejang
Indonesia berkisar 220 juta, maka berulang keadaan ini dapat di
diperkirakan jumlah pasien epilepsi 1,1- hubungkan dengan kehilangan
8,8 juta. Prevalensi epilepsi pada bayi kesadaran, gerakan berlebihan atau
dan anak-anak cukup tinggi, menurun hilangnya tonus otot atau gerakan dan
pada dewasa muda dan pertengahan, gangguan perilaku, alam perasaan,
kemudian meningkat lagi pada sensasi dan persepsi sehingga epilepsi
33

bukan penyakit tetapi suatu gejala kelahiran


(Smeltzer & Bare, 2011). 12. Hydrocephalus atau pembesaran
Etiologi ukuran kepala
Epilepsi disebabkan dari gangguan 13. Gangguan perkembangan otak
listrik disritmia pada sel saraf pada 14. Riwayat bayi dan ibu menggunakan
salah satu bagian otak yang obat antikolvusan yang digunakan
menyebabkan sel ini mengeluarkan sepanjang hamil. Riwayat ibu-ibu yang
muatan listrik abnormal, berulang dan memiliki resiko tinggi (tenaga kerja,
tidak terkontrol (Smeltzer & Bare, wanita dengan latar belakang sukar
2011). melahirkan, pengguna obat-obatan,
Menurut Arif (2008), Tarwoto (2009) diabetes atau hipertensi)
dan Wong (2008) etiologi dari epilepsi
adalah Patofisiologi
Menurut Kleigman (2008) Otak
1. Idiopatik ; sebagian besar epilepsi pada
merupakan pusat penerima pesan
anak adalah epilepsi idiopatik
(impuls sensorik) dan sekaligus
2. Faktor herediter
merupakan pusat pengirim pesan
3. Faktor genetik ; pada kejang demam
(impuls motorik). Otak ialah rangkaian
dan breath holding spell
berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya
4. Kelainan kongenital otak ; atrofi,
tugas neron ialah menyalurkan dan
poresenfali, agenesis korpus kolosum
mengolah aktivitas listrik saraf yang
5. Gangguan metabolik.
berhubungan satu dengan yang lain
6. Infeksi ; radang yang disebabkan
melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat
bakteri atau virus pada otak dan
zat yang dinamakan neurotransmiter.
selaputnya, toksoplasmosi
Acetylcholine dan norepinerprine ialah
7. Trauma ; kontusio serebri, hematoma
neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat
subaraknoid, hematoma subdural
lain yakni GABA (gama-amino-butiric-
8. Neoplasma otak dan selaputnya
acid) bersifat inhibitif terhadap
9. Kelainan pembuluh darah, malformasi,
penyaluran aktivitas listrik saraf dalam
penyakit kolagen
sinaps.
10. Keracunan, demam, luka dikepala dan
pasca cidera kepala
Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh
11. Kekurangan oksigen atau asfiksia
suatu sumber gaya listrik saraf di otak
neonatorum, terutama saat proses
34

yang dinamakan fokus epileptogen. (Aura dapat berupa perasaan tidak


Dari fokus ini aktivitas listrik akan enak, melihat sesuatu, mencium
menyebar melalui sinaps dan dendrit ke bau- bauan tak enak, mendengar
neuron-neuron di sekitarnya dan suara gemuruh, mengecap sesuatu,
demikian sakit kepala dan sebagainya)
seterusnya sehingga seluruh belahan 5. Satu atau kedua mata dan kepala
hemisfer otak dapat mengalami muatan bergerak menjauhi sisa focus
listrik berlebih (depolarisasi). Pada 6. Menyadari gerakan atau hilang
keadaan demikian akan terlihat kejang kesadaran
yang mula-mula setempat selanjutnya 7. Bola mata membalik ke atas, bicara
akan menyebar kebagian tubuh atau tertahan, mati rasa, kesemutan,
anggota gerak yang lain pada satu sisi perasaan ditusuk-tusuk, dan seluruh
tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari otot tubuh menjadi kaku.
belahan hemisfer yang mengalami 8. Kedua lengan dalam keadaan fleksi
depolarisasi, aktivitas listrik dapat tungkai, kepala, dan leher dalam
merangsang substansia retikularis dan keadaan ekstensi, apneu, gerakan
inti pada talamus yang selanjutnya akan tersentak-sentak, mulut tampak
menyebarkan impuls-impuls ke belahan berbusa, reflek menelan hilangdan
otak yang lain dan dengan demikian saliva meningkat.
akan terlihat manifestasi kejang umum
yang disertai penurunan kesadaran. Komplikasi
Menurut Elizabeth (2010) dan Pinzon
Manifestasi Klinis (2007) komplikasi epilepsi dapat terjadi:
Menurut Hidayat (2009) dan Batticaca 1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan
(2008) yaitu : retardasi mental dapat timbul akibat
1. Dapat berupa kejang-kejang, kejang yang berulang
gangguan kesadaran atau gangguan 2. Dapat timbul depresi dan keadaan
penginderaan cemas
2. Kelainan gambaran EEG 3. Cedera kepala
3. Tergantung lokasi dan sifat fokus 4. Cedera mulut
Epileptogen 5. Fraktur
4. Mengalami Aura yaitu suatu sensasi
tanda sebelum kejang epileptik
35

Penatalaksanaan mengenali tanda-tanda awal


Penatalaksanaan medis munculnya epilepsi atau yang biasa
1. Farmakoterapi : Anti kovulsion. disebut “aura”. Jika Penderita mulai
2. Pembedahan : Untuk pasien merasakan aura, maka sebaiknya
epilepsy akibat tumor otak, abses, kista berhenti melakukan aktivitas apapun
atau adanya anomali vaskuler pada saat itu dan anjurkan untuk
b. Penatalaksanaan keperawatan langsung beristirahat atau tidur.
7) Bila serangan berulang-ulang
Cara menanggulangi kejang epilepsi dalam waktu singkat atau penyandang
: terluka berat, bawa ia ke dokter atau
a. Selama Kejang rumah sakit terdekat.
1) Berikan privasi dan b. Setelah Kejang
perlindungan pada pasien dari 1) Penderita akan bingung atau
penonton yang ingin tahu mengantuk setelah kejang terjadi.
2) Mengamankan pasien di lantai 2) Pertahankan pasien pada salah
jika memungkinkan. satu sisi untuk mencegah aspirasi.
3) Hindarkan benturan kepala atau Yakinkan bahwa jalan napas tidak
bagian tubuh lainnya dari bendar keras, mengalami gangguan.
tajam atau panas. Jauhkan ia dari 3) Biasanya terdapat periode
tempat / benda berbahaya. ekonfusi setelah kejang grand mal.
4) Longgarkan bajunya. Bila 4) Periode apnea pendek dapat
mungkin, miringkan kepalanya terjadi selama atau secara tiba- tiba
kesamping untuk mencegah lidahnya setelah kejang.
menutupi jalan pernapasan 5) Pasien pada saat bangun, harus
5) Biarkan kejang berlangsung. diorientasikan terhadap lingkungan
Jangan memasukkan benda keras 6) Beri penderita minum untuk
diantara giginya, karena dapat mengembalikan energi yang hilang
mengakibatkan gigi patah. Untuk selama kejang dan biarkan penderita
mencegah gigi klien melukai lidah, beristirahat.
dapat diselipkan kain lunak disela 7) Jika pasien mengalami serangan
mulut penderita tapi jangan sampai berat setelah kejang (postiktal), coba
menutupi jalan pernapasannya. untuk menangani situasi dengan
6) Ajarkan penderita untuk pendekatan yang lembut dan member
36

restrein yang lembut. 6. Riwayat Alergi


8) Laporkan adanya serangan pada Bila pasien sebelumnya sudah minum
kerabat terdekatnya. Ini penting untuk obat-obatan seperti antiepilepsi, perlu
pemberian pengobatan oleh dokter. dibedakan apakah ini suatu efek
samping dari gastrointestinal atau efek
Asuhan Keperawatan reaksi hipersensitif. Bila terdapat
semacam “rash” perlu dibedakan
A. Pengkajian Keperawatan apakah ini terbatas karena efek
Pengkajian keperawatan pada anak fotosensitif yang disebabkan eksposur
dengan Epilepsi berdasarkan Mansjoer dari sinar matahari atau karena efek
(2008) adalah : hipersensitif yang sifatnya lebih luas.
1. Identitas pasien 7. Riwayat Pengobatan
2. Keluhan utama Bila pasien sebelumnya sudah minum
Pada umumnya klien panas yang obat-obatan antiepilepsi, perlu
meninggi disertai kejang (Hipertermi). ditanyakan bagaimana kemanjuran
3. Riwayat penyakit sekarang obat tersebut, berapa kali diminum
Menanyakan tentang keluhan yang sehari dan berapa lama sudah diminum
dialami sekarang mulai dari panas, selama ini, berapa dosisnya, ada atau
kejang, kapan terjadi, berapa kali, dan tidak efek sampingnya.
keadaan sebelum, selama dan setalah 8. Riwayat Psiko Sosial
kejang. Peran terhadap keluarga akan menurun
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita yang diakibatkan oleh adanya
Penyakit yang diderita saat kecil perubahan kesehatan sehingga dapat
seperti batuk, pilek, panas. Pernah di menimbulkan psikologis klien dengan
rawat dinama, tindakan apa yang timbul gejala-gejala yang di alami
dilakukan, penderita pernah mengalami dalam proses penerimaan terhadap
kejang sebelumnya, umur berapa saat penyakitnya.
kejang. 9. Riwayat Imunisasi
5. Riwayat Penyakit Keluarga Apabila anak mempunyai kekebalan
Tanyakan pada keluarga tentang di yang baik, maka kemungkinan akan
dalam keluarga ada yang menderita timbulnya komplikasi dapat dihindari.
penyakit yang diderita oleh klien 10. Riwayat Gizi
seperti kejang atau epilepsi. Status gizi anak yang menderita
37

Epilepsi dapat bervariasi. Semua anak Pengkajian kepala meliputi : ukuran ,


dengan status gizi baik maupun buruk kesimetrisan, distribusi rambut dan
dapat berisiko, apabila terdapat faktor lingkar kepala. Pada klien dengan
predisposisinya. Anak yang menderita epileapsi biasanya klien mengeluhkan
Epilepsi sering mengalami keluhan nyeri oleh karena adanya spasme atau
mual, muntah, dan nafsu makan penekanan pada tulang tengkorak
menurun. Apabila kondisi ini akibat peningkatan TIK sewaktu
berlanjut dan tidak disertai dengan kejang
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, b. Mata
maka anak dapat mengalami Pengkajian mata meliputi ketajaman
penurunan berat badan sehingga status penglihatan, gerakan ekstra ocular,
gizinya menjadi kurang. kesimetrisan, penglihatan warna, warna
11. Kondisi lingkungan konjungtiva, warna sclera, pupil, reflek
Bagaimana keadaan lingkungan yang cahaya kornea. Pada klien dengan
mengakibatkan gangguan kesehatan. epilepsi saat terjadi serangan klien
12. Pola kebiasaan biasanya mata klien cenderung seperti
a. Nutrisi dan metabolisme : Pada melotot bahkan pada sebagian anak
umumnya klien kesukaran menelan. lensa mata dapat terbalik sehingga
Kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsu pupil tidak nampak.
makan berkurang dan nafsu makan c. Hidung
menurun. Pengkajian hidung meliputi : Pada
b. Eliminasi : Pada klien febris convulsi penderita epilepsi jarang di temukan
tidak mengalami gangguan. kelainan pada hidung.
c. Tidur dan istirahat : Pada umumnya d. Mulut
klien mengalami gangguan waktu tidur
karena panas yang meninggi. Pengkajian pada mulut meliputi pada

d. Pola aktifitas dan latihan : Pada penderita epilepsi biasanya ditemukan

umumnya klien mengalami gangguan adanya kekakuan pada rahang.

dalam melakukan aktifitas. e. Telinga

13. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, Pengkajian pada telinga meliputi:

palpasi, auskultasi dan perkusi dari hygiene, kesimetrisan, ketajaman

ujung rambut sampai kaki. pendengaran.

a. Kepala f. Leher
38

Pengkajian pada leher meliputi pada 1) Elektrolit, glukosa, Ureum atau


sebagian penderita epilepsi juga kreatinin.
ditemukan kaku kuduk pada leher. 2) Pungsi lumbal (PL) : untuk mendeteksi
tekanan abnormal dari CSS, tanda-
g. Dada tanda infeksi, perdarahan (hemoragik
Pengkajian pada dada meliputi : subarachnoid, subdural) sebagai
kesimetrisan, amati jenis pernafasan, penyebab kejang tersebut.
amati kedalaman dan regularitas, bunyi b. Pemeriksaan EEG
nafas dan bunyi jantung. c. MRI : melokalisasi lesi-lesi fokal.
h. Abdomen d. Pemeriksaan radiologis : Foto
Pengkajian pada abdomen meliputi : tengkorak.
pemeriksaan warna dan keadaan kulit e. Pneumoensefalografi dan
abdomen, auskultasi bising usus, ventrikulografi untuk melihat
perkusi secara sistemik pada semua gambaran ventrikel, sisterna, rongga
area abdomen, palpasi dari kuardan sub arachnoid serta gambaran otak.
bawah keatas. Pada penderita epilepsi Arteriografi untuk mengetahui
biasanya terdapat adanya spasme pembuluh darah di otak : anomali
abdomen. pembuluh darah otak, penyumbatan,
i. Ekstermitas neoplasma dan hematoma
Atas : pengkajian meliputi : pada
penderita epilepsi biasanya terdapat B. Diagnosa Keperawatan
aktivitas kejang pada ekstermitas. Diagnosa keperawatan yang ditemukan
Bawah : pada penderita epilepsi pada pasien dengan Epilepsi
biasanya terdapat aktivitas kejang pada berdasarkan Hidayat (2008) adalah :
ekstemitas 1. Resiko tinggi trauma/cidera
j. Genetalia berhubungan dengan kelemahan,
Pengkajian pada genetalia meliputi ; perubahan kesadaran, kehilangan
pemeriksaan kulit sekitar daerah anus koordinasi otot sekunder akibat
terhadap kemerahan dan ruam, aktivitas kejang
pemeriksaan anus terhadap tanda-tanda 2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya
fisura, hemoroid, polip, atresia ani. bersihan jalan nafas berhubungan
14. Pemeriksaan diagnostik dengan kerusakan neoromuskular
a. Pemeriksaan laboratorium 3. Resiko kekurangan volume cairan
39

berhubungan dengan muntah, 2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya


perubahan tingkat kesadaran, bersihan jalan nafas berhubungan
pemberian makan atau asupan buruk dengan kerusakan neurovaskuler
dan kehilangan yang tidak disadari Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
akibat demam keperawatan, bersihan jalan nafas tetap
efektif
C. Perencanaan Keperawatan Kriteria Hasil : Jalan nafas bersih,
Perencanaan merupakan suatu proses suara nafas vesikuler, sputum tidak
penyusunan berbagai intervensi ada, rr 30-40x/menit
keperawatan yang dibutuhkan untuk Rencana Tindakan :
mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien a. Observasi tanda-tanda vital terutama

(Hidayat, 2008). respirasi

1. Resiko tinggi trauma/cidera b. Awasi posisi tidur klien semifowler

berhubungan dengan kelemahan, atau fowler

perubahan kesadaran, kehilangan c. Tempatkan selimut dibawah kepala

koordinasi otot sekunder akibat dan longgarkan pakaian

aktivitas kejang d. Auskultasi bunyi nafas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan e. Apabila muntah miringkan badan

keperawatan, risiko trauma/cidera tidak dengan hati-hati

terjadi 3. Resiko kekurangan volume cairan

Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda berhubungan dengan muntah,

terjadi cidera perubahan tingkat kesadaran,

Rencana Tindakan : pemberian makan atau asupan buruk

a. Kaji dengan keluarga berbagai dan kehilangan yang tidak disadari

stimulasi kejang akibat demam

b. Observasi keadaan umum sebelum, Tujuan : Setelah dilakukan tindakan

selama dan sesudah kejang keperawatan, cairan adekuat Kriteria

c. Catat tipe kejang dan aktivitas kejang Hasil : Tidak ada muntah, suhu dalam

d. Berikan tindakan kenyamanan dan batas normal (36-37,5ºC)

keamanan bagi klien Rencana Tindakan :


e. Kaji penilaian neurologi dan tanda- a. Pantau tinggi badan dan berat badan

tanda vital setelah kejang b. Pantau status hidrasi (suhu tubuh,


40

membran mukosa, turgor kulit, melakukan keefektifan rencana


haluaran urin) keperawatan dalam memenuhi
c. Gunakan teknik untuk meningkatkan kebutuhan pasien (Doenges, 2012).
asupan kalori dan nutrisi serta ajarkan Evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu
keluarga untuk mengubah posisi, evaluasi proses setiap selesai dilakukan
modifikasi makan, makanan lunak atau tindakan keperawatan dan evaluasi
campuran, beri waktu tambahan) hasil membandingkan antara tujuan
28
d. Kaji sistem pernafasan dengan kriteria hasil.
e. Pantau terhadap mual dan muntah dan
beri obat jika di programkan
D. Pelaksanaan Keperawatan TINJAUAN KASUS

Implementasi merupakan tindakan Pengkajian Keperawatan


yang sudah direncanakan dalam A. Identitas Pasien
rencana keperawatan. Tindakan Tanggal pengkajian 12 Maret 2018
keperawatan mencakup tindakan pukul 09.00 WIB, tanggal masuk
mandiri atau independen dan tindakan rumah sakit 11 Maret 2018 pukul
kolaborasi. Tindakan mandiri atau 20.30 WIB di ruang Melati, nomor
independen adalah aktivitas perawatan register 09-97-86-83 dengan diagnosa
yang didasarkan pada kesimpulan atau medis Epilepsi dengan riwayat Kejang
keputusan sendiri dan bukan Demam Kompleks. Nama klien An. G,
merupakan petunjuk atau perintah dari sering dipanggil An. G, jenis kelamin
petugas kesehatan lain. Tindakan laki-laki, lahir di Jakarta, 26 September
kolaborasi adalah tindakan yang 2016 (18 bulan), agama Kristen, suku
didasarkan hasil keputusan bersama bangsa Batak, bahasa yang digunakan
seperti dokter dan petugas kesehatan adalah bahasa Indonesia. Identitas
lain (Doenges, 2012). Orang tua: Nama Ibu klien Ny. W (35
E. Evaluasi Keperawatan tahun), pendidikan terakhir S1,
Evaluasi adalah tahapan dari proses pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, agama
keperawatan, proses yang Islam, suku bangsa Batak. Pekerjaan
berkelanjutan untuk menjamin kualitas Pegawai Negeri Sipil, agama Islam,
dan ketepatan perawatan yang suku bangsa Batak. Nama ayah klien
diberikan, yang dilakukan dengan Tn. I (35 tahun) dengan pendidikan
meninjau respons pasien untuk terakhir magister.
41

B. Resume atas. Terjadinya mendadak, lamanya

An. G rujukan dari RS Mekar Sari kurang dari 1 menit. Faktor pencetus
terjadinya penyakit karena An. G sedang
datang ke IGD Bekasi tanggal 11 Maret
batuk, pilek. Upaya mengurangi dengan
2018 Pukul 20.00 WIB dengan keluhan
cara kompres, beri air putih, madu dan
kejang <1 menit, demam sudah 2 hari,
sanmol. Cara masuk dengan dibawa
menggigil, batuk, pilek, mempunyai
keluarga ke IGD Bekasi dengan di
riwayat kejang. Keadaan umum lemah,
gendong.
kesadaran compos mentis, hasil TTV : 1. Pengkajian Fisik:
Suhu 38,7ºC, RR 30x/menit, Nadi Data Subjektif : Ibu An. G
132x/menit. Hasil laboratorium : mengatakan demam anaknya naik
Hemoglobin 9,6 g/dl, Hematokrit turun, batuk dan pilek, makan hanya 3
30,7%, Leukosit 20.600/ul, LED sendok, ibu An. G mengatakan
30mm, Eritrosit 4,2 juta/ul, Widal kejangnya takut timbul lagi, ibu
S.typhi H (-) S.typhi O (-), Elektrolit mengatakan anak rewel, ibu An. G
Natrium 142mmol/L, Kalium mengatakan tidak tahu akibat lanjut
4,6mmol/L, Chlorida 104mmol/L. dari epilepsi. Data Objektif : Suhu 38º
Masalah keperawatan yang muncul C, nadi 110x/menit, pernapasan
adalah resiko cedera, defisit volume 35x/menit, kesadaran compos mentis.
cairan, ketidakseimbangan nutrisi Pola nutrisi dan metabolisme
kurang dari kebutuhan tubuh, resiko Data Subjektif : Ibu An. G
infeksi, ansietas dan kurang mengatakan nafsu makan anaknya
pengetahuan. Tindakan yang telah kurang, tidak ada penurunan atau
dilakukan yaitu mengobservasi TTV, peningkatan BB, anaknya makan nasi
pemasangan infus 15 tpm/makro, tim atau makanan saring, makan
memberikan obat paracetamol drip 3x/hari 3 sendok, minum kurang lebih
100mg, memberikan obat sibital 100 1000 cc/hari, tidak mual, tidak disfagia
mg. dan tidak muntah.
C. Pengkajian Data Objektif : mukosa mulut lembab,
Tanggal mulai sakit 10 Maret 2018 Pukul warna merah muda, tidak ada lesi,
16.30 WIB, Ibu An. G mengatakan An. G
membran mukosa kering, tidak ada
panas sudah 2 hari dan dibawa ke Rumah
kelainan palatum, bibir lembab, tidak
Sakit pada tanggal 11 Maret 2018 karena
ada kelainan gusi, lidah bersih. Gigi
kejang, menggigil dan mata melihat ke
belum lengkap, tidak ada karang gigi,
42

karies, obesitas. Integritas kulit utuh, per menit, lingkar perut 38 cm. BAB
turgor elastis, tekstur tidak kering, berbau khas, warna kuning, tidak ada
warna kemerahan dan tidak lendir, konsistensi lunak, tidak melena,
menggunakan sonde/NGT. frekuensi BAB kurang lebih 1x/hari.
2. Pola respirasi / Sirkulasi warna BAK kuning jernih, baunya
Data Subjektif : Ibu An. G mengatakan khas, tidak menggunakan kateter,
anaknya tidak sesak, tidak ada dahak, ada frekuensinya tidak tentu, jumlah
batuk. : Ibu An. G mengatakan anaknya kurang lebih 150 cc. anus tidak iritasi,
tidak sakit dada, tidak udema. Data tidak atresia ani, tidak prolaps, anus
Objektif : suara napas vesikuler, ada tidak kemerahan.
batuk, tidak batuk darah, tidak ada sputum,
3. Aktivitas/Latihan
tidak menggunakan otot bantu napas, tidak
Data Subjektif : Ibu An. G
menggunakan pernapasan cuping hidung.
mengatakan anaknya lemas dan hanya
tidak ada ikterus, tidak sianosis, tidak
berbaring, kebutuhan sehari-harinya
edema, pengisian kapiler kurang dari 2
dibantu oleh orang tuanya, tidak ada
detik, temperatur suhu 38º C.
kekakuan pergerakan sendi dan tidak
ada rasa nyeri pada sendi.
Eliminasi
Data Objektif : tidak ada gangguan
Data subjektif : Ibu An.G mengatakan
keseimbangan berjalan, kekuatan
perut anaknya kembung, tidak ada
menggenggam baik, bentuk kaki
sakit atau nyeri perut. Ibu An. G
simetris dan tidak ada kelainan, otot
mengatakan BAB dengan berbau khas,
kaki kuat dan ada kejang.
warna kuning kecoklatan, tidak ada
4. Sensori Persepsi
lendirnya, tidak diare, konsistensinya
Data Subjektif : Ibu An. G
lunak, frekuensi 1x/hari. Ibu An. G
mengatakan pendengaran, penglihatan,
mengatakan jumlah BAK kurang lebih
penciuman, perabaan dan pengecap
150 cc setiap ganti pampers,
An. G normal. Data Objektif : reaksi
frekuensinya tidak tentu, tidak ada
terhadap cahaya baik, orientasi belum dapat
keluhan, tidak nocturia, tidak dysuria,
berbicara dengan lancar, pupil isokor,
tidak hematuria dan tidak konjungtiva ananemis, pendengaran baik,
inkontinensia. Data Objektif : penglihatan baik.
abdomen klien lemas, tidak tegang atau Konsep Diri
kaku, tidak kembung, bising usus 7x Data Subjektif : Ibu An. G
43

mengatakan anak menjadi rewel dan lingkar lengan atas 12,5 cm, pertumbuhan
tidak mau ditinggal. Data Objektif : gigi belum lengkap. Perkembangan
kontak mata ada, postur tubuh normal, Motorik kasar : anak dapat berdiri tanpa

perilaku klien menjadi rewel, malu dan berpegangan. Motorik halus : anak dapat
mengambil benda kecil seperti potongan
takut.
biskuit, menggenggam sendok. Bahasa :
5. Tidur/Istirahat
anak dapat mengatakan “papa, mama,
Data Subjektif : Ibu An. G
bude, bobo, nenen”. Sosialisasi : anak
mengatakan anaknya tidur selalu
dapat bertepuk tangan, saat perawat datang
nyenyak. Masalah atau gangguan An. G dapat “tos” dengan perawat.
waktu tidur yaitu terkadang An. G
mengalami reflek gerakan pada tangan D. Pemeriksaan Penunjang
atau kakinya.
Data Objektif : tidak ada tanda-tanda Hasil pemeriksaan laboratorium
kurang tidur, hanya saja terkadang tanggal 11 Maret 2018
anak rewel. Hematologi : HB 9,6 g/dl (11-
Seksualitas / Reproduksi 14,5g/dl), HT 30,7% (40-54%),
Data Subyektif : Ibu An. G Leukosit 20.600/ul (5.000-10.000/ul),
mengatakan anaknya tidak ada ereksi LED 30mm (0-10mm), Eritrosit
dan tidak sakit pada waktu BAK. Data 4,2juta/ul (4- 5juta/ul), Trombosit
Objektif : Tidak ada kelainan skrotum, 229.000/ul (150.000-400.000/ul).
hyposphadia dan fimosis. Elektrolit : Natrium 142 mmol/L (135-
6. Dampak Hospitalisasi 145mmol/L), Kalium 4,6 mmol/L (3,5-
Pada anak : anak menjadi sedikit rewel,
5,0 mmol/L), Chlorida 104 mmol/L
kadang tampak gelisah, tidak bisa
(94-111 mmol/L). Imunoserologi :
bermain, anak menjadi sering takut dan
Widal (S.typhi H negatif, S.typhi O
ingin selalu dekat dengan ibunya. Pada
negatif).
orang tua : ibu menjadi tidak bisa bekerja,
orang tua bergantian untuk menjaga An.
G, dan merasa cemas dengan keadaan
Penatalaksanaan
anaknya.
Terapi parenteral : terpasang infus RL
7. Tingkat pertumbuhan dan
15tpm/makro. Terapi injeksi :
Perkembangan Saat ini
Paracetamol 100mg, Dexamethasone
Pertumbuhan: Berat badan 10 kg, tinggi
3x2mg, Ceftriaxone 1x1gr. Terapi oral
badan 83,5 cm, lingkar kepala 44 cm,
44

: Azithromycin 1x100mg, Cetrizine 20.600/ul, LED 30mm. BB anak 10 kg


1x0,75mg. Pemberian inhalasi : (BBI 11,6 kg). Kebutuhan cairan saat
Ventolin 1cc, Nacl 2cc/12 jam (mulai anak demam 38ºC (kenaikan 1º = 12%)
tanggal 13 Maret 2018). 1120cc. Balance cairan -200 cc/24 jam.

E. Diagnosa Keperawatan
D. Data Fokus
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Data subyektif : Ibu An. G mengatakan
berhubungan dengan peningkatan
anak demam naik turun, ibu
produksi sputum
mengatakan kejangnya takut timbul
2. Risiko cedera berhubungan dengan
lagi, ibu mengatakan anaknya
riwayat kejang berulang
mempunyai riwayat kejang 2 bulan
3. Risiko defisit volume cairan
yang lalu, ibu mengatakan anaknya
berhubungan dengan intake in adekuat,
kurang nafsu makan, ibu mengatakan
Hipertermi
anaknya batuk dan pilek, ibu
mengatakan anaknya menjadi rewel
E. Perencanaan, Pelaksanaan dan
dan tidak mau ditinggal selama di
Evaluasi
rumah sakit, ibu mengatakan anaknya
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
malu dan takut dengan perawat, ibu
berhubungan dengan peningkatan
mengatakan tidak mengetahui akibat
produksi sputum ditandai dengan DS
lanjut/komplikasi dari kejang atau
: Ibu mengatakan An. G batuk dan
epilepsi.
pilek. DO : An. G tampak batuk kering
Data Obyektif : suhu anak 38C,
(non-produktif), Leukosit 20.600/ul,
makan 3 sendok, anak tampak rewel,
LED 30mm, Suhu 38ºC.
anak tampak lemas, anak tampak batuk
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
kering (non-produktif), wajah tampak
keperawatan 3x24 jam, bersihan jalan
pucat, anak tampak takut dan malu saat
nafas efektif
perawat mendekatinya, Ibu An. G
Kriteria Hasil : Tidak ada batuk, tidak
bertanya tentang akibat lanjut dari
ada sputum, tidak ada pilek, RR
epilepsi, ibu tampak cemas, tampak
<40x/menit, suara nafas vesikuler,
An.G tidak mau makan, anak terpasang
leukosit dalam batas normal (5.000-
infus RL 15 tpm pada tangan kiri, Suhu
10.000/ul), LED dalam batas normal
38ºC, HB 9,6 g/dl, HT 30,7%, leukosit
(0-10mm), suhu 36-37ºC.
45

Rencana Tindakan : mengkaji tanda-tanda vital dengan


1. Atur posisi yang dapat RS:-, RO: RR 35x/menit, N:
meningkatkan kenyamanan anak 108x/menit, S:37,5ºC, suara nafas
2. Kaji frekuensi pernafasan dan suara vesikuler, An.G tidak tampak sesak.
nafas Pukul 22.00 WIB melaporkan ke dokter
3. Ubah posisi anak setiap 1-2 jam anak untuk meminta resep obat batuk,
4. Bantu anak dalam mengeluarkan resep obat batuk sudah di dapat
dahak Cetrizine ½ cth dengan RS:-, RO:
5. Lakukan fisioterapi dada sesuai Resep obat sudah di dapat.
dengan petunjuk
6. Berikan terapi inhalasi sesuai Evaluasi
dengan anjuran Tanggal 14 Maret 2018
7. Beri obat sesuai dengan program : Subjektif : ibu An.G mengatakan
Cetrizine 2 x ½ cth, Dexamethasone anaknya masih batuk tetapi sudah tidak
3x2mg (IV), Ceftriaxone 1x1gr pilek. Objektif : RR 32x/menit, tampak
(IV), Azitromycin 1x100mg (PO) batuk An.G berkurang, suara nafas
8. Pantau hasil laboratorium : leukosit vesikuler, leukosit 12.500/ul, LED
dan LED 32mm, Suhu 36,7ºC. Analisa : Tujuan
tercapai sebagian, masalah belum
Pelaksanaan : teratasi. Planning : intervensi
Tanggal 12 Maret 2018 dilanjutkan dengan memberikan obat
Pada pukul 08.30 WIB mengkaji Cetrizine 2 x ½ cth dan Azithromycin
pernafasan, frekuensi pernafasan, suara 1x100mg.
nafas dan tanda-tanda vital dengan RS
: Ibu An. G mengatakan anaknya batuk b. Risiko cedera berhubungan dengan
dan pilek, RO : RR 35x/menit, N : riwayat kejang berulang ditandai
35x/menit, S : 38ºC, suara nafas dengan DS : Ibu mengatakan An. G
vesikuler, An.G tidak tampak sesak. demam naik turun, ibu An. G
Pukul 14.00 WIB mengkaji tanda- mengatakan kejangnya takut timbul
tanda vital dengan RS : - lagi, ibu mengatakan An. G
, RO : RR 37x/menit, N : 100x/menit, mempunyai riwayat kejang. DO : Suhu
S : 38,5ºC, suara nafas vesikuler, An.G 38ºC, anak tampak rewel
tidak tampak sesak. Pukul 21.00 WIB
46

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan dahi, ketiak dan memberi obat sanmol
keperawatan 3x24 jam, cidera tidak terjadi sirup 1 cth dengan RS : ibu
Kriteria Hasil : Suhu 36-37ºC, anak mengatakan mengerti dan sudah
tidak rewel, tidak ada kejang diberikan sanmol sirup, RO : tampak
Rencana Tindakan : ibu mengompres anaknya. Pukul 10.00
1. Observasi peningkatan suhu WIB mengkaji sifat dan penyebab
2. Kaji sifat dan timbulnya kejang timbulnya kejang dengan RS : ibu An.G
3. Kaji dan monitor : tingkat mengatakan sebelum kejang suhu tubuh
kesadaran, adanya kejang (jenis dan An.G meningkat yaitu sampai 39ºC,
lamanya) RO : suhu 38ºC. Pukul 11.00 Mengkaji
4. Laporkan tanda-tanda awal dan memonitor tingkat kesadaran
munculnya risiko : demam terlalu dengan RS : - , RO : tingkat kesadaran
tinggi, tanda- tanda kejang compos mentis. Pukul 14.00
5. Longgarkan pakaian jika terjadi Mengobservasi peningkatan suhu
kejang dengan RS : ibu An.G mengatakan
6. Beri kompres air hangat pada dahi, demamnya semakin meningkat, RO :
ketiak dan selangkangan suhu 38,5º, tampak ibu terus
7. Tidurkan dan istirahatkan anak mengompres anaknya. Pukul 14.15
setelah kejang WIB memberikan obat paracetamol
8. Beri obat antipiretik : Parasetamol 100mg melalui IV drip dengan RS : ibu
100mg (IV drip) An.G mengatakan anaknya badannya
9. Beri obat anti kejang : Sibital panas, RO: obat paracetamol 100mg
2x100mg, depakene 2x250mg/5ml telah diberikan melalui IV drip. Pukul
15.00 WIB mengobservasi
Pelaksanaan : peningkatan suhu dengan RS : ibu
Tanggal 12 Maret 2018 An.G mengatakan badan An.G tidak
Pada Pukul 08.30 WIB mengobservasi panas lagi seperti tadi, RO : suhu
peningkatan suhu dengan RS : ibu 37,5ºC (perawat ruangan). Pukul 20.30
An.G mengatakan An.G demamnya WIB memantau peningkatan suhu
naik turun, RO : suhu 38ºC, An.G tidak dengan RS : - , RO : suhu 37,3ºC
tampak kejang. Pukul 08.45 WIB (perawat ruangan). Pukul 05.00 WIB
menganjurkan ibu untuk mengompres memantau peningkatan suhu dengan
anaknya dengan air hangat pada bagian RS : ibu An.G mengatakan anaknya
47

sudah tidak panas lagi, RO : suhu 37ºC 3. Kaji dan observasi penyebab
(perawat ruangan). kehilangan cairan
4. Berikan asupan cairan sesuai
Evaluasi kebutuhan
Tanggal 14 Maret 2018 5. Pantau hasil Laboratorium :
Subjektif : ibu An.G mengatakan Hematokrit
anaknya sudah tidak panas dan tidak 6. Pemasangan infus RL 15 tpm
kejang. Objektif : suhu 36,7ºC, tidak Pelaksanaan :
rewel, tidak ada kejang. Analisa : Tanggal 12 Maret 2018
tujuan tercapai, maslah teratasi. Pukul 10.00 WIB mengkaji turgor kulit
Planning : intervensi dihentikan dan membran mukosa An.G dengan RS
(menganjurkan orang tua untuk : - , RO : turgor kulit elastis, membran
memberikan obat panas dan anti kejang mukosa lembab. Pukul 11.00 WIB
jika anak demam dan kejang, monitor tanda-tanda dehidrasi dengan
melonggarkan pakaian anak jika terjadi RS : - , RO : tidak ada tanda-tanda
kejang agar lebih bisa bernafas). dehidrasi, turgor kulit elastis,
membran mukosa lembab, CRT 2
c. Risiko defisit volume cairan detik. Pukul 14.15 memberikan obat
berhubungan dengan intake in paracetamol 100mg melalui IV drip
adekuat, hipertemi ditandai dengan dengan RS : ibu An.G mengatakan
DS : Tidak ada. DO : HT 30,7%, Suhu anaknya badannya panas, RO : obat
38ºC, balance cairan -200 cc/24 jam paracetamol 100mg telah diberikan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan melalui IV drip. Pukul 15.00 WIB
keperawatan 3x24 jam, volume cairan mengobservasi peningkatan suhu
adekuat dengan RS : ibu An.G mengatakan
Kriteria Hasil : suhu 36-37,5ºC, bibir badan An.G tidak panas lagi seperti
lembab, turgor kulit elastis, membran tadi, RO: suhu 37,5ºC (perawat
mukosa lembab, HT 40-54%, balence ruangan). Pukul 07.00 WIB memonitor
cairan seimbang dan ukur intake dan output dengan RS
Rencana Tindakan : : ibu An.G mengatakan anaknya sangat
1. Monitor dan ukur intake dan output sering menyusu ±350cc, MPASI hanya
2. Kaji turgor kulit dan membran mukosa 3 sendok ±150cc, RO : infus 350cc,
serta adanya tanda-tanda dehidrasi urine(pampers) 750cc. IWL(10kgx30)
48

=300cc. Balance : 850 cc – 1050 cc = - Nanda NIC NOC. 2015. Aplikasi


Asuhan Keperawatan
200cc
Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Evaluasi Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid
1. Yogyakarta : Mediaction
Tanggal 14 Maret 2018
Subjektif : ibu An.G mengatakan Pinzon, R. 2007. Dampak epilepsi pada
aspek kehidupan penyandangnya.
anaknya sudah tidak panas, An.G
SMF Saraf RSUD Dr. M.
sering menyusu dan MPASI meningkat. Haulussy, Ambon, Indonesia.
Objektif : intake 1250cc, output 1100cc,
Potter, P.A. 2009. Buku Ajar
turgor kulit elastis, membran mukosa Fundamental Keperawatan. Alih
bahasa Yasmin Asih. Jakarta : EGC
lembab, HT 34,5%, balance cairan
seimbang, suhu 36,7ºC. Analisa: tujuan Rho, J.M. and Stafstrom C.E.2012.
Epilepsy in Adults In : Biller, Jose
tercapai, masalah teratasi. Planning :
(Ed).
intervensi dihentikan (menganjurkan
Practical Smeltzer, S. 2011. Buku Ajar
keluarga untuk memberikan kebutuhan
Keperawatan Medikal Bedah
cairan kepada An.G) Brunner Suddarth.Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC.
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, B.F. 2008. Asuhan


Keperawatan Klien dengan
Gangguan Persarafan.Jakarta:
Salemba Medika

Doenges, M.E. 2012. Rencana Asuhan


Keperawatan. Jakarta : EGC
Elizabeth. J. 2010. Buku Saku
Patofisiologi. Jakarta: EGC

Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu


Keperawatan Anak I. Jakarta :
Salemba Medika

Kliegman, B. 2008. Nelson Ilmu


Keperawatan Anak ed. 15, alih
bahasa Indonesia, A.Samik
Wahab. Jakarta: EGC

Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta


Kedokteran. Jakarta : Media
Auskulapius

Anda mungkin juga menyukai