Abstrak
Kesulitan mengontrol diri adalah ketidakmampuan individu dalam mengontrol perilaku, kognitif,
dan pengambilan keputusan yang sesuai dengan norma lingkungannya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pelaksanaan model Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT). Model konseling REBT
adalah model yang digunakan dalam proses konseling individual dengan menggunakan teknik dispute
cognitive, dispute imageriy atau perasaan, reinforcement, dan activity homework. Jenis penelitian yang
dilaksanakan adalah studi kasus. Subjek penelitian ini adalah dua siswa yang tinggal di Panti Asuhan Dorkas.
Hasil dari penelitian ini adalah model konseling individual REBT membantu YE dan JE untuk mengubah
pola pikir irasional menjadi rasional.
Abstract
______________________________________________________
88
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 89
pengasuh. Pembulian terjadi dan dimulai dari Menurut Goleman (dalam Purwanti,
anak panti yang sudah kuliah kepada anak- 2014) pengontrolan diri merupakan
anak yang memiliki usia di bawahnya. kemampuan untuk menahan diri atas
Fenomena yang terjadi membuktikan dorongan perasaan yang menggelora pada
kurangnya pengontrolan diri yang dimiliki saat emosi dan godaan hampir tidak
oleh remaja Panti Asuhan Dorkas. Apabila terkendali. Dengan kata lain pengendalian diri
dibiarkan secara terus-menerus dapat merupakan suatu kecakapan mengelola
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan
dan perkembangan individu dalam memenuhi emosi-emosi yang menekan perasaan atau
tahap perkembangannya. Selain itu, juga diri. Self-control juga memiliki arti sebagai
dapat berpengaruh dalam kehidupan kemampuan untuk membuat keputusan-
sosialnya. Individu akan dijauhi oleh keputusan tentang bagaimana dan kapan
lingkungan karena sikapnya yang membuat mengekspresikan perasaan-perasaan dan
orang lain tidak nyaman bersamanya. tindakan impuls-impuls (Zerotothree dalam
Salah satu pertolongan yang dapat Nurfaujiyanti, 2010).
diberikan dalam kasus kesulitan mengontrol Goldfried dan Merbaum (dalam
diri remaja ini adalah memberikan konseling. Nurfaujiyanti, 2010) mengatakan bahwa
Ellis & Rayden (dalam Kurniarti, 2015) pengontrolan diri sebagai suatu kesempatan
menyatakan bahwa kepercayaan atau asumsi untuk menyusun, membimbing, mengatur,
yang rasional merupakan dasar dari perilaku dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
fungsional. Sementara, kepercayaan atau membawa individu ke arah konsekuensi
asumsi yang irasional merupakan akar dari positif. Kazdin (dalam Fadillah, 2013)
perilaku disfungsional. Perilaku agresi dan berpendapat bahwa „self-control usully refers
marah merupakan perilaku individu yang to those behavior that a person deliberately
mengalami kesulitan dalam mengontrol diri. undertakes to achive self selected outcome’.
Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti Pengontrolan diri (self-control) sering
tertarik untuk melihat dampak proses digunakan individu untuk melakukan suatu
konseling individual model Rational Emotive tindakan secara sengaja atas keinginan
Behavioral Therapy (REBT) pada kasus pribadinya untuk memperoleh kesuksesan
kesulitan mengontrol diri dua remaja puteri yang mereka kehendaki. Dengan tujuan
Panti Asuhan Dorkas. membantu individu dalam mengatasi
kemampuannya yang terbatas dan membantu
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 91
adiknya. Ibu pengasuh masing-masing kamar yang sama lebih dari sekali oleh salah seorang
selalu ikut campur. Kondisi panti yang dulu di panti, anak-anak kecil sekamarnya susah
memberikan kebebasan kepada kakak- untuk menyelesaikan makannya dengan cepat.
kakaknya untuk bisa mengatur adik-adiknya. Sikap keras kepalanya ditunjukkan dengan
Tindakan yang dilakukan kakak-kakak rasionalisasi dan ekspresi marah dengan
terdahulu memang terlihat keras tetapi menggunakan suara yang tinggi. YE memiliki
menurut YE, itu adalah pelajaran agar tidak pasangan bertengkar, yaitu KL. Hal tersebut
menjadi anak yang manja. Oleh karena itu, yang menurut YE kurang dapat dikontrol
YE seringkali bersikap lebih keras dengan terutama emosi. Harapan YE adalah ia ingin
adik-adik agar mereka bisa bersikap lebih mampu memahami orang di sekitarnya. Oleh
hormat kepada kakak-kakaknya. Selain hal- sebab itu, dilakukanlah proses konseling
hal tersebut, YE juga berpikir bahwa tidak individual selama delapan kali sesi kepada
ada yang bisa dipercaya di panti. Berdasarkan YE.
pengalamannya, ketika YE bertengkar dengan Berdasarkan proses konseling individual
orang yang dipercayanya maka permasalahan yang dilaksanakan, YE sudah menunjukkan
yang pernah YE cerita kepada orang tersebut perubahan. YE sudah melatih diri untuk dapat
akan disebar luaskan ke semua teman mengontrol emosi dan pikirannya yang sering
sekamarnya. kali negatif. YE sudah mencoba untuk
Pikiran-pikiran tersebut yang menganggap hal yang biasanya membuat dia
membuat YE kurang terbuka atau bercerita marah menjadi hal yang biasa saja dan tidak
dengan anak-anak di panti atau pengasuh. Hal perlu ditanggapi dengan marah. Akan tetapi,
tersebut juga dikuatkan dengan perlakuan YE masih belum bisa mengendalikan diri
teman-teman padanya. Teman-teman pernah apabila pengasuh mengingatkan suatu hal
tidak mempedulikan pendapatnya dan berkali-kali. Namun, YE mengatakan akan
menganggapnya tidak jelas sehingga YE berusaha belajar mengendalikan itu. Selain
menjadi tidak aktif bila diminta pendapat. itu, perubahan pola pikir yang terjadi setelah
Selain itu, pikiran tersebut mempengaruhi dilakukan konseling individual bila ditinjau
sikap YE yang menjadi lebih agresif, seperti dari aspek-aspek kontrol diri, sebagai berikut.
sikap keras kepalanya. Hal itu dapat terjadi Pada aspek kontrol perilaku, perubahan
ketika salah satu orang di panti memberikan yang terjadi adalah YE sudah mulai menahan
pendapat tentang sesuatu yang sebenarnya diri untuk tidak melawan pengasuh ketika
disalah artikan oleh YE, diberitahukan hal dirinya diberikan nasihat. Hal itu terlihat
96 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)
daripembicaraan peneliti dengan subjek YE masih belum ingin dekat lagi dengan orang
tentang pengasuh yang membuatnya jengkel. terdekatnya.
Selain itu, terbukti dari hasil observasi Subjek II penelitian ini adalah JE yang
peneliti di tempat kejadian. Ketika diberikan telah tinggal di panti selama 13 tahun. JE
nasihat atau diingatkan oleh kepala panti, merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
subjek YE, tidak melakukan pembelaan atau Kakaknya tinggal bersama dengan ibunya
perlawanan. Akan tetapi, subjek YE yang telah bercerai dengan ayahnya.
menunjukkan perilaku diam dan wajah yang Berdasarkan hasil wawancara dengan
murung. ibu EU, JE adalah anak yang aktif tetapi
Pada aspek kontrol kognitif, subjek YE memiliki kesulitan dalam mengontrol emosi
mulai menyadari bahwa hal yang diingatkan dan perkataan. JE juga memiliki riwayat
oleh pengasuh merupakan hal yang baik dan dinonpantikan dikarenakan sikapnya yang
tidak merugikannya. Hal tersebut disesuaikan suka melawan siapapun.
dengan respon yang diberikan subjek YE, Hasil wawancara dengan ibu pengasuh
ketika peneliti melakukan teknik dispute dari JE, didapatkan informasi bahwa JE sejak
cognitive. Respon yang diberikan adalah kata awal masuk panti memang sudah terlihat
„iya‟ dan „nggak‟. Kedua kata tersebut dewasa dan berani pada siapapun. Sikap yang
memberikan arti bahwa subjek YE mengerti dimiliki JE disebabkan latar belakang
bahwa hal yang diingatkan pengasuh itu baik keluarganya. Ayahnya merupakan seorang
dan tidak merugikannya. Selain itu, YE juga preman dan suka melakukan penyiksaan
mulai memiliki keinginan untuk mencari tahu dengan istrinya. Hal itu kemungkinan
dengan bertanya alasan anak-anak susah mempengaruhi sikap JE yang berani pada
untuk makan cepat. Hal itu dapat dibuktikan siapapun. JE juga pernah tinggal kelas
dari verbatim pertemuan ke tujuh, yaitu YE dikarenakan kata-katanya yang kasar. Selain
akan mencoba untuk memberikan perhatian itu, pada saat JE sedang bete maka tidak
dengan bertanya kepada anak-anak ketika seorangpun akan mendekati JE karena bila
susah untuk makan. didekati maka akan dijadikan tempat
Pada aspek kontrol pengambilan pelampiasan kemarahan JE. Hal lain yang
keputusan, subjek YE mulai berusaha untuk diketahui tentang JE adalah setiap label yang
menerima kekurangan dan kelebihan dari dirasa JE terima dari lingkungannya di panti
orang terdekatnya. Sekalipun, subjek YE sebenarnya label yang dibuat JE sendiri. JE
juga yang menutup diri atau membatasi
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 97
mengetahui alasan dirinya tidak dapat Selain itu, jenis penelitian ini memiliki
mengontrol emosinya. keterbatasan, yaitu tidak ada penyamaan
Pada penelitian praeksperimen ini, karakteristik (random) dan tidak ada
keberhasilan yang terjadi sesuai dengan pengontrolan variabel. Oleh karena itu,
tujuan penelitian, yaitu timbulnya pemikiran dampak yang terjadi masih diragukan. Hal ini
akan perlunya meningkatkan kemampuan disebabkan masih adanya sumbangsih atau
kontrol diri agar dapat diterima dalam pengaruh dari variabel lain terhadap variabel
lingkungan panti oleh kedua subjek. Akan dependen, selain variabel independen yang
tetapi, peneliti berpendapat bahwa konseling ada. Variabel lain yang dapat memberikan
individual yang dilakukan kepada kedua pengaruh terhadap variabel dependen pada
subjek belum berhasil secara maksimal. penelitian ini antara lain pola asuh dari ibu
Adapun, penelitian ini memiliki keterbatasan pengasuh, hubungan interpersonal subjek,
dan hambatan selama proses konseling penerimaan diri subjek, dan norma dari panti.
dilakukan. Hambatan yang dialami oleh peneliti selama
Keterbatasan yang ada meliputi proses konseling dengan kedua subjek
keterampilan bertanya peneliti yang belum penelitian adalah minat dari subjek untuk
mendalam untuk menggali permasalahan dari melakukan konseling dan waktu yang kurang
kedua subjek. Peneliti juga masih kurang tepat dalam melakukan proses konseling. Hal
dalam mengembangkan teknik-teknik untuk itu menyebabkan, peneliti perlu mengatur
menggali permasalahan kedua subjek dan strategi agar dapat memanggil kedua subjek
kurang memiliki kepekaan dalam melakukan untuk mengikuti sesi konseling diselah
pendekatan atau pembangunan rapport pada kesibukan mengerjakan tugas panti atau
saat konseling, khususnya pada subjek JE. kegiatan sekolah. Selain itu, peneliti perlu
Hal ini dikarenakan konseling dengan model menunjukkan aspek kerohanian agar salah
REBT memerlukan kemauan dari subjek satu subjek dapat tertarik untuk mengikuti
penelitian atau konseli untuk melakukan sesi konseling.
aktivitas yang sistematis selama proses
konseling. Apabila konseli atau subjek Saran
penelitian belum sepenuhnya memiliki 1. Kepada Subjek Penelitian, yaitu Subjek
kepercayaan dengan konseling maka subjek YE dan Subjek JE, agar kedua subjek
penelitian akan memiliki ketidakmauan atau memiliki keinginan lebih untuk
tidak serius dalam mengikuti sesi konseling. mengembangkan pola pikir baru tentang
100 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)
PT. Indeks.
Nurlaelasari, L. (2013). Profil Kontrol Diri
Lampiran
No Strategi YE JE
diri agar merasakan apabila dirinya di seperti label yang diberikan orang lain
posisi orang yang hanya diterima terhadap dirinya.
kelebihannya saja. Pada teknik aktivitas pekerjaan rumah,
Pada teknik bermain peran, peneliti peneliti meminta JE untuk latihan
mengajak subjek YE untuk belajar atau tersenyum waktu pagi dan ketika
latihan memberikan perhatian kepada menghadapi hal yang dapat membuatnya
adik-adik sekamarnya. marah.
Teknik reinforcement diberikan peneliti
ketika subjek YE berhasil membuat
dirinva menahan rasa marah.
6 E (Effect) Terjadi penyadaran dan keinginan untuk Pada subjek JE, mulai muncul pikiran
melakukan tugas yang sudah dijadwalkan bahwa ibu pengasuhnya bukan tidak suka
oleh panti. YE juga tidak ingin orang lain dengan dirinya tetapi memang demikian
marah dan berteriak di depannya. YE sikapnya. Hal itu terjadi setelah subjek
tidak ingin dilabelkan jelek dan hanya melakukan komunikasi dengan ibu
diterima kelebihannva saja oleh orang pengasuh. Akan tetapi, belum ada
lain. YE sudah terlanjur tidak suka perilaku yang muncul atau berubah
dengan sikap orang terdekatnya. Akan
tetapi, YE berusaha untuk tidak menjauh
dan bersikap biasa saja dengan orang
tersebut