Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Psiko-Edukasi, Oktober 2017 (88-104)

ISSN: 1412-9310 Vol. 15, 2017

DAMPAK MODEL KONSELING RATIONAL EMOTIVE BEHAVIORAL


THERAPY (REBT) PADA KASUS KESULITAN MENGONTROL DIRI DUA
REMAJA PUTERI PANTI ASUHAN DORKAS JAKARTA PUSAT

EIRENE ROSIANA CHRISTIANTY


Trainer di Yayasan Kasih Anak Abba
(Email: eirenerochsoulm@gmail.com)

Abstrak
Kesulitan mengontrol diri adalah ketidakmampuan individu dalam mengontrol perilaku, kognitif,
dan pengambilan keputusan yang sesuai dengan norma lingkungannya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pelaksanaan model Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT). Model konseling REBT
adalah model yang digunakan dalam proses konseling individual dengan menggunakan teknik dispute
cognitive, dispute imageriy atau perasaan, reinforcement, dan activity homework. Jenis penelitian yang
dilaksanakan adalah studi kasus. Subjek penelitian ini adalah dua siswa yang tinggal di Panti Asuhan Dorkas.
Hasil dari penelitian ini adalah model konseling individual REBT membantu YE dan JE untuk mengubah
pola pikir irasional menjadi rasional.

Kata kunci: Model konseling REBT, kesulitan mengontrol diri

Abstract

The difficulty to control oneself is an inability of an individual in controlling his behavior,


cognitive, and decision making in harmony with environmental norms. The aim of this study is to
know the implementation of Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) counseling model. REBT
counseling model is a model used in the individual counseling process using dispute cognitive, dispute
imagery or feelings, reinforcement and activity homework techniques. The type of this study is a case
study. The subject of this sudy are two students who live in Dorkas Orphanage. The result of this
study is REBT individual counseling model can help YE and JE to change their irrational mindset so
it becomes rational.

Keywords: REBT counseling model, difficulty in controlling oneself

______________________________________________________

88
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 89

PENDAHULUAN remaja belum dapat mengontrol emosi atau


keadaan, akhirnya membuat remaja seringkali
Kontrol diri (self-control) merupakan melakukan pertengkaran dengan orangtuanya
kemampuan seseorang dalam mengendalikan atau orang dewasa lainnya. Dikarenakan
pikiran, perasaan, dan perilakunya terhadap perbedaan pandangan dengan orangtua dan
keadaan yang terjadi di lingkungannya. tekanan yang dialami oleh remaja terkait
Individu dengan kemampuan kontrol diri tuntutan masyarakat.
yang baik, mengetahui konsekuensi dari suatu Hasil penelitian yang dilakukan oleh
tindakan. Tindakan yang ditunjukkan tidak Gunawan (2017) mengenai hubungan kontrol
akan merusak dirinya atau orang lain. diri dan penyesuaian diri dengan kedisiplinan
Sebaliknya, individu dengan kemampuan pada siswa-siswi MTS Sulaiman Yasin
kontrol diri yang kurang akan memunculkan Samarinda danoleh Sulistyawati (2016)
tindakan yang dapat merusak dirinya atau menyimpulkan hasil bahwa kontrol diri
orang lain, seperti kekerasan atau agresi. memiliki peranan penting bagi remaja dalam
Kontrol diri memiliki kaitan yang erat bentuk menentukan perilaku.
dengan kondisi emosional seseorang. Hurlock Berdasarkan hasil DCM yang telah
(dalam Fadillah, 2013) menyatakan bahwa dilakukan, menunjukkan hasil bahwa masalah
kontrol diri berkaitan dengan bagaimana umum yang dialami remaja Panti Asuhan
individu mengontrol emosi serta dorongan- Dorkas terkait pada bidang kehidupan sosial
dorongan dalam dirinya. Pengontrolan diri dan keaktifan berorganisasi. Fokus masalah
tidak sebatas dalam mengelola kondisi yang dialami oleh remaja panti adalah terkait
emosional saja. Aspek kognitif dan perilaku sulitnya menyesuaikan diri dan mudah
juga perlu diperhatikan. tersinggung. Sikap mudah tersinggung dan
Persoalan pengontrolan diri merupakan sulit dalam menyesuaikan diri, merupakan
hal yang relevan terjadi di masa remaja. Pada salah satu akibat dari kurangnya kemampuan
masa ini terjadi proses persiapan atau kontrol diri.
peralihan dari masa anak-anak menuju masa Berdasarkan hasil wawancara dengan
dewasa. Oleh karena itu, remaja tidak ingin salah satu karyawan dan pengasuh, mayoritas
diperlakukan seperti anak-anak, tetapi belum anak-anak panti banyak menggunakan kata-
siap untuk mendapatkan hak seperti orang kata kasar dan pembulian. Perkataan kasar
dewasa yang matang dalam berpikir dan akan diucapkan ketika anak-anak mengalami
bertindak. Dalam keadaan tersebut, ketika pertengkaran dengan teman sebaya atau
90 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

pengasuh. Pembulian terjadi dan dimulai dari Menurut Goleman (dalam Purwanti,
anak panti yang sudah kuliah kepada anak- 2014) pengontrolan diri merupakan
anak yang memiliki usia di bawahnya. kemampuan untuk menahan diri atas
Fenomena yang terjadi membuktikan dorongan perasaan yang menggelora pada
kurangnya pengontrolan diri yang dimiliki saat emosi dan godaan hampir tidak
oleh remaja Panti Asuhan Dorkas. Apabila terkendali. Dengan kata lain pengendalian diri
dibiarkan secara terus-menerus dapat merupakan suatu kecakapan mengelola
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan
dan perkembangan individu dalam memenuhi emosi-emosi yang menekan perasaan atau
tahap perkembangannya. Selain itu, juga diri. Self-control juga memiliki arti sebagai
dapat berpengaruh dalam kehidupan kemampuan untuk membuat keputusan-
sosialnya. Individu akan dijauhi oleh keputusan tentang bagaimana dan kapan
lingkungan karena sikapnya yang membuat mengekspresikan perasaan-perasaan dan
orang lain tidak nyaman bersamanya. tindakan impuls-impuls (Zerotothree dalam
Salah satu pertolongan yang dapat Nurfaujiyanti, 2010).
diberikan dalam kasus kesulitan mengontrol Goldfried dan Merbaum (dalam
diri remaja ini adalah memberikan konseling. Nurfaujiyanti, 2010) mengatakan bahwa
Ellis & Rayden (dalam Kurniarti, 2015) pengontrolan diri sebagai suatu kesempatan
menyatakan bahwa kepercayaan atau asumsi untuk menyusun, membimbing, mengatur,
yang rasional merupakan dasar dari perilaku dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
fungsional. Sementara, kepercayaan atau membawa individu ke arah konsekuensi
asumsi yang irasional merupakan akar dari positif. Kazdin (dalam Fadillah, 2013)
perilaku disfungsional. Perilaku agresi dan berpendapat bahwa „self-control usully refers
marah merupakan perilaku individu yang to those behavior that a person deliberately
mengalami kesulitan dalam mengontrol diri. undertakes to achive self selected outcome’.
Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti Pengontrolan diri (self-control) sering
tertarik untuk melihat dampak proses digunakan individu untuk melakukan suatu
konseling individual model Rational Emotive tindakan secara sengaja atas keinginan
Behavioral Therapy (REBT) pada kasus pribadinya untuk memperoleh kesuksesan
kesulitan mengontrol diri dua remaja puteri yang mereka kehendaki. Dengan tujuan
Panti Asuhan Dorkas. membantu individu dalam mengatasi
kemampuannya yang terbatas dan membantu
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 91

mengatasi berbagai hal merugikan yang negatif; d. membantu individu untuk


memungkinkan berasal dari luar (Kazdin memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang.
dalam Khairunnisa, 2013). Kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa
Menurut Neil (dalam Purwanti, 2014) faktor, yaitu faktor internal dan faktor
kontrol berarti mengikuti instruksi, baik eksternal (Gelliom et.al. dalam Wahyuki,
eksternal maupun internal. Namun, kontrol 2013).
diri bergantung pada percakapan batin (inner a. Faktor internal yang mempengaruhi
speech). Senada dengan Hurlock (dalam kontrol diri seseorang adalah faktor usia
Khairunnisa, 2013) yang mengatakan kontrol dan kematangan. Semakin bertambah
diri berkaitan dengan bagaimana individu usia seseorang maka akan semakin baik
mengendalikan emosi serta dorongan- kontrol dirinya. Individu yang matang
dorongan dalam dirinya. Selain itu, kontrol secara psikologis juga akan mampu
diri adalah kemampuan individu untuk mengontrol perilakunya karena telah
menahan keinginan atau dorongan sesaat yang mampu mempertimbangkan mana hal
bertentangan dengan tingkah laku yang tidak yang baik dan tidak baik bagi dirinya.
sesuai dengan norma sosial (Berk dalam b. Faktor eksternal meliputi lingkungan
Khairunnisa, 2013). keluarga. Lingkungan keluarga terutama
Ciri-ciri dari pengendalian diri menurut orangtua menentukan bagaimana
Logue (dalam Wahyuki, 2013), yaitu: a. kemampuan kontrol diri seseorang.
memegang tugas yang berulang meskipun Apabila orangtua menerapkan pada
berhadapan dengan berbagai gangguan; b. anaknya sikap disiplin secara intens sejak
mengubah perilaku sendiri dengan norma dini dan orang tua bersikap konsisten
yang ada; c. tidak menunjuk perilaku yang terhadap semua konsekuensi yang
dipengaruhi oleh kemarahan; d. bersikap dilakukan anak apabila menyimpang dari
toleran terhadap stimulus yang berlawanan. yang sudah ditetapkan, maka konsistensi
Menurut Messina dan Messina (dalam ini akan diinternalisasikan oleh anak dan
Wahyuki, 2013) menyatakan bahwa menjadi kontrol bagi dirinya.
pengontrolan diri memiliki beberapa fungsi:
a. membatasi perhatian individu kepada orang Averill (dalam Fadillah, 2013)
lain; b. membatasi keinginan individu untuk mengelompokkan pengontrolan diri menjadi
mengendalikan orang lain di lingkungannya; tiga aspek yaitu,
c. membatasi individu untuk bertingkah laku
92 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

a. Kontrol tingkah laku (Behavior control), mengantisipasi keadaan tersebut denagn


merupakan kesiapan tersedianya suatu berbagai pertimbangan secara relatif
respon yang dapat secara langsung objektif.
mempengaruhi atau memodifikasi suatu c. Kontrol pengambilan keputusan
keadaan yang tidak menyenangkan. (Decisioncontrol), merupakan
Kemampuan ini terdiri dari kemampuan kemampuan seseorang untuk memilih
mengontrol perilaku dan stimulus. hasil atau suatu tindakan berdasarkan
Kemampuan mengatur perilaku adalah pada sesuatu yang diyakini atau
kemampuan untuk menentukan siapa disetujuinya.
yang mengendalikan situasi atau keadaan.
Kemampuan mengatur stimulus adalah Pendekatan Rational-Emotive Behavior
kemampuan untuk mengetahui Theraphy (REBT) memiliki pandangan
bagaimana dan kapan suatu stimulus bahwa salah satu kemungkinan terbesar
yang tidak dikehendaki dihadapi. manusia dapat berpikir irasional adalah
b. Kontrol kognitif (Cognitive control), melalui belajar sosial. Oleh karena itu,
merupakan kemampuan individu dalam pendekatan ini memiliki fokus membantu
mengolah informasi yang tidak individu menyadari bahwa mereka dapat
diinginkan dengan cara menginterpretasi, hidup secara rasional dan produktif. Gladding
menilai, atau menghubungkan suatu (2012) menambahkan tujuan dari REBT,
kejadian dalam suatu kerangka kognitif yaitu membantu individu mengubah
sebagai adaptasi psikologis atau kebiasaan berpikir dan bertingkah laku yang
mengurangi tekanan. Kemampuan ini menghancurkan diri sendiri. Hal tersebut akan
meliputi kemampuan mempertimbangkan mendukung konseli untuk menjadi lebih
dan menilai keadaan, dan mengolah toleran terhadap diri sendiri, orang lain, dan
informasi. Kemampuan lingkungannya.
mempertimbangkan keadaan adalah REBT melihat bahwa pribadi yang tidak
kemampuan individu dalam berusaha sehat adalah individu yang memiliki cara
menilai dan menafsirkan suatu keadaan berpikir irasional sehingga menghasilkan
dengan cara memperhatikan segi-segi tingkah laku yang bermasalah. Oleh karena
positif secara objektif. Kemampuan itu, pendekatan ini menawarkan teori ABC
mengolah informasi, dengan informasi untuk memahami aspek pemikiran yang dapat
yang dimiliki, individu dapat mengganggu dan untuk mengatasi pikiran-
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 93

pikiran yang menimbulkan gangguan. Teori Juli 2017. Variabelindependenpada penelitian


ABC adalah teori tentang kepribadian ini adalah model konseling Rational Emotive
individu dari REBT, kemudian ditambahkan Behavioral Therapy (REBT). Definisi
D dan E untuk mengakomodasi perubahan operasional kesulitan mengontrol diri adalah
dan hasil yang diinginkan dari perubahan ketidakmampuan individu dalam mengontrol
tersebut. Selanjutnya, ditambahkan G yang perilaku, kognitif, dan pengambilan
diletakkan di awal untuk memberikan keputusan yang sesuai dengan norma
konsteks pada kepribadian individu lingkungannya. Model konseling REBT
(Komalasari, 2011). adalah model yang digunakan dalam proses
Terapi Rational Emotive Behavioral ini konseling individual dengan menggunakan
memiliki beragam teknik. Pada aspek teknik dispute cognitive, teknik imageri, dan
kognitif, terdapat beberapa teknik, seperti teknik behavioral untuk merubah pemikiran
dispute kognitif dengan salah satu caranya irasional konseli menjadi pemikiran yang
menggunakan dialog Socrates, analisis rasional.
rasional, dan devil’s advocate. Pada aspek Penelitian ini dilakukan dengan
imageri atau perasaan, terdapat teknik, antara pendekatan penelitian eksperimental dan
lain dispute imageri dan teknik melebih- menggunakan jenis penelitian pre-
lebihkan. Pada aspek behavioral atau tingkah experimental designs (desain pra-eksperimen)
laku, terdapat teknik, antara lain activity dengan desain penelitian one-shoot case
homework dan reinforcement and penalties. study. Tujuan penelitian pra-eksperimen ini
untuk mengetahui dampak model konseling
METODE PENELITIAN Rational Emotive Behavioral Therapy
(REBT) pada kasus kesulitan mengontrol diri
Subjek penelitian dalam penelitian ini dua remaja puteri Panti Asuhan Dorkas
adalah dua remaja puteri Panti Asuhan Jakarta Pusat. Teknik pengumpulan data
Dorkas yang berusia 15 dan 17 tahun. Kedua menggunakan wawancara dan observasi.
subjek penelitian adalah YE dan JE. Kedua Analisis data yang digunakan, yaitu reduksi
subjek ini merupakan rekomendasi dari salah data, penyajian data, dan pengambilan
satu karyawan Panti Asuhan Dorkas.Variabel kesimpulan serta verifikasi.
dependen pada penelitian ini adalah kesulitan
mengontrol diri. Waktu penelitian selama
empat bulan dari bulan Maret 2017 sampai
94 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

HASIL PENELITIAN adalah pribadi yang keras kepala karena tidak


pernah mau mengalah apabila dikasih tahu
Hasil penelitian dijabarkan melalui tentang sikapnya yang kurang tepat dan
deskripsi data, analisis kasus berdasarkan berpikir bahwa dirinya selalu benar sehingga
hasil wawancara, dan hasil analisis YE akan berusaha mempertahankan
berdasarkan model konseling REBT terhadap pendapatnya. Ibu pengasuh YE juga
dua subjek penelitian. Subjek I dari penelitian mengakui bahwa YE kurang dapat
ini adalah YE, yang sudah tinggal di panti mengontrol diri, terutama dalam hal tanggung
selama 11 tahun. YE merupakan anak jawab, penggunaan kata-kata kasar saat
tunggal dan ibunya telah meninggal. bertengkar, dan keras kepala dengan
Sedangkan ayahnya, masih ada tetapi menurut pendapatnya. Oleh sebab itu, ibu pengasuh
pengakuan YE, ayahnya jarang tidak heran bila teman-teman YE kurang
mengunjunginya di panti. mendengarkan pendapat dari YE. Teman
Berdasarkan hasil wawancara dengan sekamar YE juga berpendapat bahwa YE
ibu EU, didapatkan informasi bahwa YE perlu menahan diri dalam hal berbicara. YE
selama berada di panti menunjukkan sikap terlalu cerewet dan membuat beberapa orang
tidak memiliki semangat hidup dan cenderung di kamar kurang menyukai YE.
ikut-ikutan. YE juga merupakan salah satu Berdasarkan hasil wawancara dengan
anak yang tidak dapat diatur karena keras YE, YE merasa dirinya tidak merasa nyaman
kepala dan cenderung emosional apabila berada di panti. Hal ini dikarenakan
diberi komentar tentang sikapnya yang kurang anggapannya tentang para pengasuh yang
bertanggung jawab atau kurang tepat. bersikap pilih kasih dan lebih membela
Contohnya, YE akan marah dan memberi temannya dibandingkan dirinya. Kondisi lain
alasan sedang menyelesaikan tugas-tugasnya yang membuatnya tidak nyaman adalah
yang belum selesai, bila dirinya diingatkan ketidaksukaan YE dengan pengasuh yang
tentang jadwal piket. Padahal tugas itu belum selalu mengingatkan hal yang sama terkait
selesai karena YE lebih memilih bersantai- tugas-tugasnya di panti dan sikap „belagu‟
santai atau ngobrol dengan teman-teman panti yang dimiliki adik-adik di bawahnya. YE
lainnya. selalu berpikir bahwa kondisi panti sekarang
Wawancara dilakukan juga dengan tidak semenyenangkan waktu dulu. Hal itu
teman sekelas, ibu pengasuh, dan teman dikarenakan kakak-kakak atau remaja panti
sekamar YE. Menurut teman sekelas YE, YE tidak bebas dalam mendisiplinkan adik-
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 95

adiknya. Ibu pengasuh masing-masing kamar yang sama lebih dari sekali oleh salah seorang
selalu ikut campur. Kondisi panti yang dulu di panti, anak-anak kecil sekamarnya susah
memberikan kebebasan kepada kakak- untuk menyelesaikan makannya dengan cepat.
kakaknya untuk bisa mengatur adik-adiknya. Sikap keras kepalanya ditunjukkan dengan
Tindakan yang dilakukan kakak-kakak rasionalisasi dan ekspresi marah dengan
terdahulu memang terlihat keras tetapi menggunakan suara yang tinggi. YE memiliki
menurut YE, itu adalah pelajaran agar tidak pasangan bertengkar, yaitu KL. Hal tersebut
menjadi anak yang manja. Oleh karena itu, yang menurut YE kurang dapat dikontrol
YE seringkali bersikap lebih keras dengan terutama emosi. Harapan YE adalah ia ingin
adik-adik agar mereka bisa bersikap lebih mampu memahami orang di sekitarnya. Oleh
hormat kepada kakak-kakaknya. Selain hal- sebab itu, dilakukanlah proses konseling
hal tersebut, YE juga berpikir bahwa tidak individual selama delapan kali sesi kepada
ada yang bisa dipercaya di panti. Berdasarkan YE.
pengalamannya, ketika YE bertengkar dengan Berdasarkan proses konseling individual
orang yang dipercayanya maka permasalahan yang dilaksanakan, YE sudah menunjukkan
yang pernah YE cerita kepada orang tersebut perubahan. YE sudah melatih diri untuk dapat
akan disebar luaskan ke semua teman mengontrol emosi dan pikirannya yang sering
sekamarnya. kali negatif. YE sudah mencoba untuk
Pikiran-pikiran tersebut yang menganggap hal yang biasanya membuat dia
membuat YE kurang terbuka atau bercerita marah menjadi hal yang biasa saja dan tidak
dengan anak-anak di panti atau pengasuh. Hal perlu ditanggapi dengan marah. Akan tetapi,
tersebut juga dikuatkan dengan perlakuan YE masih belum bisa mengendalikan diri
teman-teman padanya. Teman-teman pernah apabila pengasuh mengingatkan suatu hal
tidak mempedulikan pendapatnya dan berkali-kali. Namun, YE mengatakan akan
menganggapnya tidak jelas sehingga YE berusaha belajar mengendalikan itu. Selain
menjadi tidak aktif bila diminta pendapat. itu, perubahan pola pikir yang terjadi setelah
Selain itu, pikiran tersebut mempengaruhi dilakukan konseling individual bila ditinjau
sikap YE yang menjadi lebih agresif, seperti dari aspek-aspek kontrol diri, sebagai berikut.
sikap keras kepalanya. Hal itu dapat terjadi Pada aspek kontrol perilaku, perubahan
ketika salah satu orang di panti memberikan yang terjadi adalah YE sudah mulai menahan
pendapat tentang sesuatu yang sebenarnya diri untuk tidak melawan pengasuh ketika
disalah artikan oleh YE, diberitahukan hal dirinya diberikan nasihat. Hal itu terlihat
96 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

daripembicaraan peneliti dengan subjek YE masih belum ingin dekat lagi dengan orang
tentang pengasuh yang membuatnya jengkel. terdekatnya.
Selain itu, terbukti dari hasil observasi Subjek II penelitian ini adalah JE yang
peneliti di tempat kejadian. Ketika diberikan telah tinggal di panti selama 13 tahun. JE
nasihat atau diingatkan oleh kepala panti, merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
subjek YE, tidak melakukan pembelaan atau Kakaknya tinggal bersama dengan ibunya
perlawanan. Akan tetapi, subjek YE yang telah bercerai dengan ayahnya.
menunjukkan perilaku diam dan wajah yang Berdasarkan hasil wawancara dengan
murung. ibu EU, JE adalah anak yang aktif tetapi
Pada aspek kontrol kognitif, subjek YE memiliki kesulitan dalam mengontrol emosi
mulai menyadari bahwa hal yang diingatkan dan perkataan. JE juga memiliki riwayat
oleh pengasuh merupakan hal yang baik dan dinonpantikan dikarenakan sikapnya yang
tidak merugikannya. Hal tersebut disesuaikan suka melawan siapapun.
dengan respon yang diberikan subjek YE, Hasil wawancara dengan ibu pengasuh
ketika peneliti melakukan teknik dispute dari JE, didapatkan informasi bahwa JE sejak
cognitive. Respon yang diberikan adalah kata awal masuk panti memang sudah terlihat
„iya‟ dan „nggak‟. Kedua kata tersebut dewasa dan berani pada siapapun. Sikap yang
memberikan arti bahwa subjek YE mengerti dimiliki JE disebabkan latar belakang
bahwa hal yang diingatkan pengasuh itu baik keluarganya. Ayahnya merupakan seorang
dan tidak merugikannya. Selain itu, YE juga preman dan suka melakukan penyiksaan
mulai memiliki keinginan untuk mencari tahu dengan istrinya. Hal itu kemungkinan
dengan bertanya alasan anak-anak susah mempengaruhi sikap JE yang berani pada
untuk makan cepat. Hal itu dapat dibuktikan siapapun. JE juga pernah tinggal kelas
dari verbatim pertemuan ke tujuh, yaitu YE dikarenakan kata-katanya yang kasar. Selain
akan mencoba untuk memberikan perhatian itu, pada saat JE sedang bete maka tidak
dengan bertanya kepada anak-anak ketika seorangpun akan mendekati JE karena bila
susah untuk makan. didekati maka akan dijadikan tempat
Pada aspek kontrol pengambilan pelampiasan kemarahan JE. Hal lain yang
keputusan, subjek YE mulai berusaha untuk diketahui tentang JE adalah setiap label yang
menerima kekurangan dan kelebihan dari dirasa JE terima dari lingkungannya di panti
orang terdekatnya. Sekalipun, subjek YE sebenarnya label yang dibuat JE sendiri. JE
juga yang menutup diri atau membatasi
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 97

dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungan bertengkar. Hal tersebut membuatnya


panti. Menurut teman sekelas JE, didapatkan memilih untuk tidak terlalu dekat dengan
informasi bahwa JE merupakan pribadi yang orang-orang di panti dan membuat dirinya
gila hormat, pribadi yang mudah terpancing buruk seperti yang dipikirkan beberapa orang
emosi, dan tidak suka mengalah sehingga JE di panti. Selain itu, pikiran irasional,
sering melawan ibu-ibu pengasuh. Menurut membuat JE menjadi tidak sabar, mudah
teman sekamar JE, JE merupakan pribadi terpancing emosi, keras kepala sehingga
yang dewasa. Namun, terlalu dikendalikan berusaha mempertahankan pendapatnya
oleh mood. Selain itu, saat kecil, JE sering dengan cara rasionalisasi, dan tidak mau kalah
diajak oleh ibunya untuk bertemu teman- dalam hal berbicara dengan meninggikan
teman ibunya hingga JE akrab dengan suaranya. Selain itu, JE mengakui bahwa
mereka. Oleh sebab itu, diperkirakan bahwa dirinya merupakan pribadi yang gengsian dan
hal itu yang membuat cara berbicara JE lebih kurang suka memperoleh tatapan aneh dari
dewasa. orang-orang di lingkungan panti. Hal tersebut
Menurut JE, orang-orang di panti diakui dan disadari oleh JE sebagai
tidak mengenal dirinya. Label keras kepala, kekurangannya. JE juga menyadari bahwa
kurang mengontrol emosi, dan arogan dirinya perlu mengontrol diri dari segi sikap.
diterima dari lingkungannya. Sekalipun JE Akan tetapi, menurut JE, dirinya masih muda
mengakui bahwa dirinya memang tidak dapat dan umur masih panjang. Jadi, JE masih ingin
mengontrol emosinya. Akan tetapi, JE bersenang-senang dengan masa mudanya,
memiliki keyakinan bahwa label-label yang menikmati sikap yang sekarang dilakukan,
diberikan itu justru akan semakin dan mengubahnya nanti pada saat lebih
ditunjukkannya. Semakin JE diresponi dewasa. Oleh sebab itu, dilakukanlah proses
dengan keras, maka dirinya akan konseling individual dengan JE selama enam
membalasnya lebih keras. kali sesi.
Masalah yang dialami oleh JE Berdasarkan proses konseling individual
dipengaruhi oleh pikiran irasionalnya terkait yang dilaksanakan, JE belum menujukkan
kondisi yang dialaminya di panti. Pikiran perubahan perilaku untuk mengontrol emosi
irasionalnya adalah tidak ada yang benar- dan pikirannya yang negatif tentang panti. JE
benar mengenal diri JE secara pribadi dan mengakui masih belum bisa mengontrol
tidak ada yang dapat dipercaya karena pada mulutnya dikarenakan kondisi panti. JE
akhirnya pasti akan disebar luaskan ketika menyalahkan keadaannya di panti yang
98 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

menjadi penyebab dirinya yang emosional. KESIMPULAN DAN SARAN


Namun, JE sudah menunjukkan adanya
perubahan pola pikir bila ditinjau dari aspek- Kesimpulan
aspek kontrol diri sebagai hasil dari konseling Pola pikir yang berubah menjadi
individual yang sudah dilakukan, sebagai keyakinan rasional pada subjek YE adalah
berikut. saat pengasuh mengingatkan tugas secara
Pada aspek kontrol perilaku, subjek JE berulangkali merupakan hal yang tidak
mulai menyadari bahwa dirinya memang merugikan dan anak kecil adalah pribadi yang
perlu mengontrol emosinya. Ditunjukkan mudah diatur. Subjek YE juga mengalami
dengan, subjek JE mengajukan pertanyaan kesadaran untuk menahan diri agar tidak
kepada ibu pengasuh dan peneliti, sebagai melawan pengasuh dengan kemarahannya.
berikut, “bagaimana ya, cara ngatur emosi? Selain itu, YE mulai berusaha untuk
Saya bingung, kenapa nggak bisa nggak menerima kekurangan dan kelebihan orang
emosian?” terdekatnya. Hal tersebut terjadi pada proses
Pada aspek kontrol kognitif, subjek JE konseling. Peneliti menggunakan teknik
mulai menyadari bahwa ibu pengasuhnya dispute cognitive, dispute imagery,
tidak memiliki maksud tidak baik kepadanya. reinforcement, dan role playing.
Hal itu dikarenakan keduanya sudah berbicara Pola pikir yang berubah menjadi
satu dengan yang lain. keyakinan rasional pada subjek JE adalah
Pada aspek kontrol pengambilan mulai menyadari bahwa ibu pengasuh tidak
keputusan, subjek JE menyatakan bahwa bermaksud tidak baik dengannya setelah
dirinya akan menunjukkan dirinya lebih buruk berbicara dengan ibu pengasuhnya. Selain itu,
seperti yang dilabelkan oleh orang lain. JE subjek mulai muncul kesadaran bahwa dirinya
menginginkan agar orang-orang tersebut perlu untuk berubah perilaku
dipuaskan dengan perilakunya tersebut. Hal emosionalnya.Hal tersebut terjadi pada proses
ini dikarenakan pemikiran JE pada pertemuan konseling. Peneliti menggunakan teknik
ketiga, JE menyatakan bahwa tidak ada dispute cognitive dan pengerjaan tugas. Akan
seorang pun di panti yang mengenal diri JE tetapi, hasilnya, JE belum mengalami
yang sebenarnya. perubahan perilaku karena keterbatasan
peneliti dalam menerapkan teknik dan
kurangnya waktu untuk meneliti. Perubahan
terjadi sebatas pada keingintahuan JE untuk
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 99

mengetahui alasan dirinya tidak dapat Selain itu, jenis penelitian ini memiliki
mengontrol emosinya. keterbatasan, yaitu tidak ada penyamaan
Pada penelitian praeksperimen ini, karakteristik (random) dan tidak ada
keberhasilan yang terjadi sesuai dengan pengontrolan variabel. Oleh karena itu,
tujuan penelitian, yaitu timbulnya pemikiran dampak yang terjadi masih diragukan. Hal ini
akan perlunya meningkatkan kemampuan disebabkan masih adanya sumbangsih atau
kontrol diri agar dapat diterima dalam pengaruh dari variabel lain terhadap variabel
lingkungan panti oleh kedua subjek. Akan dependen, selain variabel independen yang
tetapi, peneliti berpendapat bahwa konseling ada. Variabel lain yang dapat memberikan
individual yang dilakukan kepada kedua pengaruh terhadap variabel dependen pada
subjek belum berhasil secara maksimal. penelitian ini antara lain pola asuh dari ibu
Adapun, penelitian ini memiliki keterbatasan pengasuh, hubungan interpersonal subjek,
dan hambatan selama proses konseling penerimaan diri subjek, dan norma dari panti.
dilakukan. Hambatan yang dialami oleh peneliti selama
Keterbatasan yang ada meliputi proses konseling dengan kedua subjek
keterampilan bertanya peneliti yang belum penelitian adalah minat dari subjek untuk
mendalam untuk menggali permasalahan dari melakukan konseling dan waktu yang kurang
kedua subjek. Peneliti juga masih kurang tepat dalam melakukan proses konseling. Hal
dalam mengembangkan teknik-teknik untuk itu menyebabkan, peneliti perlu mengatur
menggali permasalahan kedua subjek dan strategi agar dapat memanggil kedua subjek
kurang memiliki kepekaan dalam melakukan untuk mengikuti sesi konseling diselah
pendekatan atau pembangunan rapport pada kesibukan mengerjakan tugas panti atau
saat konseling, khususnya pada subjek JE. kegiatan sekolah. Selain itu, peneliti perlu
Hal ini dikarenakan konseling dengan model menunjukkan aspek kerohanian agar salah
REBT memerlukan kemauan dari subjek satu subjek dapat tertarik untuk mengikuti
penelitian atau konseli untuk melakukan sesi konseling.
aktivitas yang sistematis selama proses
konseling. Apabila konseli atau subjek Saran
penelitian belum sepenuhnya memiliki 1. Kepada Subjek Penelitian, yaitu Subjek
kepercayaan dengan konseling maka subjek YE dan Subjek JE, agar kedua subjek
penelitian akan memiliki ketidakmauan atau memiliki keinginan lebih untuk
tidak serius dalam mengikuti sesi konseling. mengembangkan pola pikir baru tentang
100 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

perlunya mengontrol diri di lingkungan DAFTAR PUSTAKA


panti. Harapannya, apabila dilakukan
Claudia, R. (2014). Dampak Psikologis
oleh kedua subjek, keinginan untuk
Pengalaman Kekerasan pada Dua
mengembangkan pola pikir itu dapat
Wanita dan Rencana Tindak Lanjut
menjadi suatu perilaku yang berangsur
Konseling Individual dengan
menetap.
Pendekatan Cognitive Behavioral
2. Kepala Panti Asuhan Dorkas, agar
Therapy (CBT). Skripsi Sarjana, tidak
melakukan pendekatan secara individual
diterbitkan. Jakarta: Fakultas
dan terbuka dengan segala pola pikir
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
remaja panti. Selain itu, berupaya agar
UNIKA Atma Jaya.
dapat memberikan waktu pribadi kepada
para remaja untuk mengevaluasi hal yang Creswell, J. (2010). Research Design-
telah dilakukan selama sehari dan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
menuliskannya di buku evaluasi masing- dan Mixed (Edisi Ketiga ed.). (A.
masing remaja. Fawaid, Trans.). Yogyakarta: Pustaka
3. Kepada Mahasiswa Program Studi Pelajar.
Bimbingan dan Konseling, agar
Endriarto, C. (2012). Faktor-faktor Penyebab
mahasiswa BK dapat memperoleh
dan Rencana Penanganan Perilaku
pengalaman-pengalaman praktis apabila
Menyontek Melalui Konseling
melakukan bimbingan atau konseling
Kelompok dengan Pendekatan
kelompok bagi remaja puteri Panti
Rational Emotif Behaviour Therapy
Asuhan Dorkas dengan tema lain, seperti
(REBT) Studi Kasus Pada Sembilan
anger management dan pengambilan
Siswa SMK X. Skripsi Sarjana, tidak
keputusan. Kegiatan tersebut dapat juga
ditrbitkan. Jakarta: Fakultas Keguruan
dilakukan dengan bekerja sama dengan
dan Ilmu Pendidikan UNIKA Atma
Himpunan Mahasiswa Program Studi
Jaya.
Bimbingan dan Konseling sebagai wadah
mahasiswa untuk melakukan pengabdian Fadillah, G. (2013). Upaya Meningkatkan
masyarakat atau pengembangan dan Pengendalian Diri Penerima Manfaat
penerapan kemampuan konseling di luar melalui Layanan Bimbingan
kampus. Kelompok di Balai Rehabilitasi
Mandiri Semarang. Skripsi Sarjana,
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 101

tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Mahasiswa Angkatan 2014 Prodi


Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Bimbingan dan Konseling FPB Unika
Semarang. Atma Jaya. Skripsi Sarjana, tidak
diterbitkan. Jakarta: Fakultas
Gladding, S. (2012). KONSELING (Profesi
Pendidikan dan Bahasa Unika Atma
yang Menyeluruh). Jakarta: PT
Jaya.
INDEKS.
Muniroh, N. (2013). Hubungan antara
Gunawan, L. (2017). Hubungan antara
Kontrol Diri dan Perilaku Disiplin
Kontrol Diri dan Penyesuaian Diri
pada Santri di Pondok Pesantren.
dengan Kedisiplinan Siswa MTS
Skripsi Sarjana, tidak diterbitkan.
Sulaiman Yasin Samarinda.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan
Psikoborneo, 104-117.
Humaniora Universitas Islam Negeri

Khairunnisa, A. (2013). Hubungan Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Religiusitas dan Kontrol Diri dengan


NN. (TT). About Us: Dorkas Orphanage.
Perilaku Seksual Pranikah Remaja di
Retrieved from darkosorphanage.com:
MAN 1 Samarinda. eJournal
www.darkosorphanage.com/index.php
Psikologi,ejournal.pikologi.fisip-
/about-us
unmul.org, 220-229.
Nurfaujiyanti. (2010). Hubungan
Komalasari, G. (2011). Teori dan Teknik
Pengendalian Diri (Self-Control)
Konseling. Jakarta: PT . Indeks.
dengan Agresifitas Anak Jalanan.

Komalasari, Wahyuni, dan Karsih. (2011). Skripsi Sarjana, tidak diterbitkan.

Asesmen Teknik Nontes dalam Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif

Perspektif BK Komprehensif. Jakarta: Hidayatullah.

PT. Indeks.
Nurlaelasari, L. (2013). Profil Kontrol Diri

Kurniarti, R. (2015). Pelaksanaan Konseling Peserta Didik dan Implikasinya Bagi

Kelompok Dengan Pendekatan Bimbingan Dan Konseling . Skripsi

Rational Emotive Behavioral Therapy sarjana, tidak diterbitkan. Bandung:

(REBT) Dalam Menangani Universitas Pendidikan Indonesia.

Prokrastinasi Akademik Pada Empat


102 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

Purwanti, T. (2014). Peningkatan Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian


Pengendalian Diri melalui Modifikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Perilaku pada Anak Tunarungu di
Sukmadinata, N. (2011). Metode Penelitian
Kelas C TKLB SLB Negeri 2 Bantul.
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Skripsi Sarjana, tidak diterbitkan.
Rosdakarya.
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta. Sulistyawati, P. (2016). Hubungan antara
Kontrol Diri dan Kecenderungan
Sahid, R. (2011). Analisis Data Penelitian
Impulsive Buying Remaja Akhir Putri
Kualitatif Model Miles dan
Pada Produk Fashion. Skripsi
Huberman. Surakarta: Pasca UMS.
Sarjana, tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Setiawan, A. (2016). Hubungan Konsep Diri Fakultas Psikologi Universitas Sanata
dengan Penyesuaian Diri Remaja Dharma.
Panti Asuhan di Bekasi. Skripsi
Sunarto, H dan Hartono, B. (2008).
Sarjana, tidak diterbitkan. Jakarta:
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Bhayangkara Jakarta
Rineka Cipta.
Raya.

Wahyuki, D. (2013). Pelaksanaan Konseling


Setiawati, L dan Mamahit, H. (2016).
Kelompok dengan Latihan Asertif
Panduan Praktik Psikoedukasi dan
dalam Menangani Hambatan
Praktik Konseling Individual. Jakarta:
Pengendalian Diri Lima Siswa Kelas
Prodi Bimbingan dan Konseling FPB
X SMA Asisi Jakarta. Skripsi Sarjana,
Unika Atmajaya.
tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan dan Bahasa UNIKA Atma
Pendidikan. Bandung: Penerbit Jaya.
Alfabeta.
Dampak Model Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) pada Kasus … (Eirene) 103

Lampiran

Hasil analisis berdasarkan model konseling REBT.


No Strategi YE JE
1 G (Goals) Berdasarkan hasil wawancara konseling, Berdasarkan hasil wawancara konseling,
JE berkeinginan untuk dapat memahami JE berkeinginan untuk mengurangi tingkat
orang sekitarnya. emosinva.
2 A Kejadian atau situasi yang menjadi Kejadian atau situasi yang menjadi
(Antecedent) penyebab individu berpikir irasional penyebab individu berpikir irasional
1. Tugas yang diingatkan berulang kali 1. Tugas panti yang banyak dan terlalu
oleh ibu pengasuh banvak tuntutan untuk semuanya
2. Anak-anak yang tidak bisa diatur cepat selesai
ketika makan 2. lbu pengasuh menyamakan anak
remaja dengan anak-anak kecil dalam
hal mengelola keuangan.
3 B (Belief) Pikiran irasional maupun rasional yang Pikiran irasional maupun rasional yang
muncul: muncul:
1. perlakuan pengasuh yang tidak adil 1. Pengasuh tidak menyukainya
karena lebih mengistimewakan 2. tidak ada yang benar-benar mengenal
beberapa anak diri JE secara pribadi
2. anak-anak kecil terlalu „belagu‟ 3. tidak ada yang dapat dipercaya karena
sehingga perlu berlaku keras kepada pada akhirnya ceritanya pasti akan
mereka disebarluaskan ketika bertengkar
3. kondisi panti yang dulu lebih enak
dibanding sekarang karena kakak-
kakaknya lebih tegas dan membuat
adik-adiknya hormat pada kakaknya
4. tidak ada yang bisa dipercaya di
lingkungan panti karena pasti akan
disebarluaskan ketika sudah
bertengkar.
5. Orang lain beranggapan yang tidak
baik tentangnya jika YE bercerita
jujur
4 C Konsekuensi emosional maupun tingkah Konsekuensi emosional maupun tingkah
(Consequence) lakunya yang muncul adalah: lakunya yang muncul adalah:
1. Mudah marah dan pada saat marah 1. Cara berbicara keras, tinggi, dan kasar
disertai teriak 2. Kecewa, malas, dan kesal
2. Keras kepala apabila diberitahu oleh 3. Mudah terpancing marah
ibu pengasuh atau teman
3. Takut untuk percaya orang lain
5 D (Dispute) Peneliti melakukan teknik dispute pikiran Peneliti melakukan dispute pikiran
irasional, dispute imageri, bermain peran, irasional dan aktivitas pekerjaan rumah
reinforcement. (homework activity).
Pada teknik dispute pikiran, peneliti Pada teknik dispute pikiran, peneliti
memberikan pertanyaan-pertanyaan melakukannya agar subjek JE menyadari
beruntun yang membantu subjek YE bahwa dirinya perlu merubah pola pikir
mendapatkan pemahaman baru atau pola yang menganggap bahwa apabila orang
pikir baru. lain keras dengannya maka dirinya akan
Pada teknik dispute imageri, peneliti lebih keras dengan orang tersebut dan
mengajak subjek YE untuk memposisikan akan melakukan sikap yang lebih buruk
104 JURNAL PSIKO-EDUKASI VOL. 15 NO. 2, 2017 (88-104)

No Strategi YE JE
diri agar merasakan apabila dirinya di seperti label yang diberikan orang lain
posisi orang yang hanya diterima terhadap dirinya.
kelebihannya saja. Pada teknik aktivitas pekerjaan rumah,
Pada teknik bermain peran, peneliti peneliti meminta JE untuk latihan
mengajak subjek YE untuk belajar atau tersenyum waktu pagi dan ketika
latihan memberikan perhatian kepada menghadapi hal yang dapat membuatnya
adik-adik sekamarnya. marah.
Teknik reinforcement diberikan peneliti
ketika subjek YE berhasil membuat
dirinva menahan rasa marah.
6 E (Effect) Terjadi penyadaran dan keinginan untuk Pada subjek JE, mulai muncul pikiran
melakukan tugas yang sudah dijadwalkan bahwa ibu pengasuhnya bukan tidak suka
oleh panti. YE juga tidak ingin orang lain dengan dirinya tetapi memang demikian
marah dan berteriak di depannya. YE sikapnya. Hal itu terjadi setelah subjek
tidak ingin dilabelkan jelek dan hanya melakukan komunikasi dengan ibu
diterima kelebihannva saja oleh orang pengasuh. Akan tetapi, belum ada
lain. YE sudah terlanjur tidak suka perilaku yang muncul atau berubah
dengan sikap orang terdekatnya. Akan
tetapi, YE berusaha untuk tidak menjauh
dan bersikap biasa saja dengan orang
tersebut

Anda mungkin juga menyukai