Anda di halaman 1dari 12

Bagaimana Pengembangan Budaya Islam Melalui Masjid Kampus

Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Anggota Kelompok 11 :
Fitria Hidayani (210201600002)
Renaldiyanto (210201601030)
Muh Abdi Alfaridzi (210201602017)
Muhammad Yazid Wirayudha Nurdi (210201602038)

Dosen : Nurmalia, S.Ag., M.Pd.I


02/B
D4 – Teknik Sipil Bangunan Gedung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR

Makassar,17 September 2021

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………..……………….…………………4

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..……...4

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………….…….4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masjid………….....……………………….............................................5

2.2 Kebudayaan Dalam Islam……….…………………….............................................6

2.3 Peran Masjid Kampus Bagi Mahasiswa………......................…………………........7

2.4 Lembaga Dalam Kepengurusan Masjid Kampus……………………..……………...8

2.5 Masjid Sebagai Pembinaan………………………………………………………......9

2.6 Strategi Dalam Pembinaan Generasi Muda………………………………...…..……10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..………12

3.2 Saran……………………………………………………………………...……….…12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi memiliki beragam
fungsi. Menurut pakar kebudayaan Islam asal Palestina itu, sejak zaman Nabi Muhammad
Saw. masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai tempat ritual murni (ibadah mahdah seperti
shalat dan itikaf. Masjid Nabawi juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentra
pendidikan, markas militer dan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat
perdagangan. Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas
keummatan. Baik untuk kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan pembentukan
karakter sahabat maupun aspek-aspek lainnya termasuk politik, strategi perang hingga pada
bidang ekonomi, hukum, sosial dan budaya. Pendek, masjid difungsikan selain sebagai pusat
kegiatan ibadah rilual juga dijadikan tempat untuk melaksanakan ibadah muamalah yang
bersifat social.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Pengembangan Budaya Islam Melalui Masjid Kampus?

1.3 Tujuan

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian masjid
Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah-Yang. Perkataan mesjid berasal dari
bahasa arab. Kata pokoknya Sujudan, Fiil Madinya sajada (ia sudah sujud). Fi’il madinya
sajada diberi awalan Ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan
berubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid
(dengan a) pengambilan alih kata Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses
perubahan bunyi a menjadi e sehingga terjadilah bunyi Mesjid. Perubahan bunyi ma menjadi
me, disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah
tentu kesalahan umum seperti ini dalam Indonesianisasi kata-kata asing sudah biasa. Dalam
ilmu bahasa sudah menjadi kaidah, kalau suatu penyimpangan atau kesalahan dilakukan
secara umum, ia dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian, setiap muslim boleh melakukan
shalat di wilayah manapun di bumi ini terkecuali dia atas kuburan, di tempat yang bernajis,
dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat
shalat. Rasullullah bersabda :
“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid).” (HR Muslim)
Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula :
“ telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan nya bersih.” (HR
Muslim)
Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yang berfungsi sebagai
tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan yang harus dibina, dipelihara
dan dikembangkan secara teratur dan terencana. Untuk menyemarakan siar islam,
meningkatkan semarak keagamaan dan menyemarakan kualitas umat islam dalam mengabdi
kepada allah, sehingga partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap pembangunan
bangsa akan lebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana diajarkan, dibentuk,
ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa islam.
Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi SAW. Diatas,
setiap orang bisa melakukan Shalat dimana saja-di rumah, di kebun, di jalan, di kendaraan
dan di tempat lainnya. Selain itu, masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan
shalat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silahturrahmi di
kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat
jum’at. Dimasa Nabi SAW. Ataupun dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau sentral

5
kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun mencakup, ideology, politik,
ekonomi, social, peradilan , dan kemiliteran dibahas dan di pecahkan di lembaga Masjid.
Masjid juga berfungsi sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam terutama saat gedung-
gedung khusus untuk itu belum didirikan. Masjid juga merupakan ajang halaqah atau diskusi,
tempat mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun umum.
Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga termasuk upaya memaksimalkan fungsi
kebudayaan yang diemban masjid. Kalau saja tidak ada kewajiban Shalat, tentu tidak ada
yang namanya Masjid di dalam Islam. Memang, shalat sudah di syariatkan pada awal
kelahiran islam sebanyak empat rakaat, dua di pagi hari dan dua di sore hari. Penetapan
Shalat menjadi lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan menjelang Nabi Hijrah ke
Madinah. Sampai saat itu, ibadah shalat dilakukan dirumah-rumah. Tiadanya usaha
mendirikan masjid karena lemahnya kedudukan umat Islam yang sangat lemah, sedangkan
tantangan dari penduduk Makkah begitu ganasnya. Penduduk Makkah tampak belum siap
menerima ajaran Nabi SAW. Walau telah 13 tahun dakwah dilancarkan.

2.2 Kebudayaan dalam islam


Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan
manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah
SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. Tetapi agama-agama (yang telah banyak mengalami perubahan) selain
Islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan dan daya
pemikiran manusia. Walaupun bukan kebudayaan tetapi agama islam sangat mendorong,
bahkan turut mengatur penganutnya untuk berkebudayaan. Agama Islam mendorong umatnya
berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam bidang ibadah. Contohnya
dalam ibadah sembahyang, dalam Al-Qur'an ada perintah.
Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)
Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT. Tetapi apabila
kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka timbullah daya pemikiran
kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat untuk melaksanakannya dan lain-
lain. Dan dari pemikiran tersebut terwujudlah usaha atau tindakan yang akhirnya
menghasilkan sebuah kebudayaan. Seperti keterangan sebelumnya yang mengatakan bahwa
kebudayaan bisa melahirkan kemajuan, maka jika kita bisa melaksanakan arahan/perintah
lain dalam agama Islam ini, niscaya lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam kehidupan kita.
Kemajuan yang dicetuskan karena dorongan agama Islam itulah yang dikatakan kebudayaan

6
dalam Islam. Dan suatu budaya yang dicetuskan suatu bangsa tanpa meniru bangsa lain itulah
yang dinamakan kebuadayaan bangsa itu. Berbeda, jika suatu bangsa meniru kebudayaan
bangsa lain, maka bangsa tersebut dikatakan bangsa yang yang berkebudayaan bangsa lain.
Sama halnya jika orang Islam melakukan atau meniru kebudayaan di luar kebudayaan Islam,
maka dia dikatakan orang Islam yang berkebudayaan bangsa lain. Perbuatan seperti ini terjadi
juga dalam urusan membuat masjid. Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol
yang tempat sembahyangnya dibuat dengan tidak mengikut cara Islam karena disalut dengan
emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan kebudayaan Islam
tetapi kebudayaan orang Islam.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam?
Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran
ataupun sudah berupa bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu.
Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam. Jika ajaran agama Islam ini
diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang
dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Semakin banyak umat Islam mengamalkan
hukum Islam, semakin banyak kemajuan dihasilkan dan semakin banyak pula kebudayaan
atau tamadun Islam yang lahir.

2.3 peran masjid kampus bagi mahasiswa


Pada zaman sekarang, masjid kampus memang hanya sebuah bagian kecil dari sebuah
kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk mahasiswa berintegritas
sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat shalat, saat ini masjid menjelma
menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-
lembaga dan kegiatan yang berada di bawah naungan masjid akan lebih maksimal jika
dioptimalkan untuk membentuk mahasiswa yang berintegritas. Dalam perannya membentuk
mahasiswa berintegritas, masjid kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal
yaitu fungsi spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di dalamnya. Secara spiritual,
fungsi utama masjid adalah sebagai tempat bersujud. Bersujud dalam arti melaksanakan
penghambaan kepada Allah. Didalamnya orang-orang muslim melaksanakan shalat dan
ibadah-ibadah lainnya. Oleh sebab itu masjid kampus tidak pernah sepi. Mahasiswa yang
datang ke masjid adalah mereka yang berupaya untuk menjaga integritas terhadap agamanya.
Salah- satunya untuk melaksanakan shalat (baik shalat berjamaah maupun munfarid).
Orang yang senantiasa menjaga shalatnya berarti ia menjaga integritas terhadap Tuhannya.
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat berarti mendirikan agamanya,

7
barang siapa meninggalkan shalat berarti meruntuhkan agamanya. Demikian sabda Sang
Nabi Saw. Shalat juga menjadi parameter bagi amal seseorang. Jika shalatnya baik maka baik
pula seluruh amalnya, dan sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa peran utama masjid dalam
membentuk mahasiswa adalah melalui aktivitas ibadah, terutama shalat.

2.4 lembaga dalam kepengurusan masjid kampus


Masjid kampus memiliki banyak lembaga yang bergerak di bidang social dan keagamaan.
Masjid Kampus UNS misalnya, Masjid Nurul Huda UNS (disingkat:NH) memiliki lembaga
dakwah kampus dan beberapa lembaga social seperti lembaga Amil zakat Infak dan
Shadaqah (LAZIS), dan Perpustakaan Masjid Nurul Huda. Lemabaga-lembaga inilah yang
berperan dalam pembentukan mahasiswa yang berintegritas Lembaga dakwah kampus (LDK)
merupakan salah-satu pilar paling penting dalam membentuk mahasiswa yang berintegritas.
Sebagai lembaga dakwah yang berbasis di masjid, LDK bisa memanfaatkan posisi strategis
masjid sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa. LDK bisa menawarkan kajian-kajian,
halaqah-halaqah, atau kegiatan kegiatan lain yang bisa meningkatkan integritas dan
spiritualitas mahasiswa. Model Halaqah (forum berbentuk lingkaran) adalah model
kajian/diskusi yang cukup popular dikalangan aktivis islam kampus. Model ini sudah terkenal
sejak masa kejayaan Islam. Saat itu halaqah merupakan model kajian yang begitu trekenal
dan efektif di masjid-masjid di seluruh duania Islam Peran LDK dalam membentuk
mahasiswa berintergritas selanjutnya melalui organasasinya. Biasanya, sebagian besar
mahasiswa yang bergabung dengan LDK bertujuan untuk memperbaiki diri dan spiritualitas
mereka. Maka lingkungan LDK yang berisi komunitas orang-orang yang konsisten menjaga
spiritualitasnya harus mampu memberikan jawaban dari permasalahan-permasalahan mereka,
dan pada akhirnya mampu mencetak mahasiswa-mahasiswa yang berintegritas. Lazis juga
memiliki potensi strategis dalam membentuk mahasiswa yang berintegritas. Lazis yang
merupakan penghimpun, pengelola, dan penyalur dana umat Islam memiliki sejumlah
program yang berperan dalam pembentukan mahasiswa berintergritas. Misalnya melalui
beasiswa pendidikan yang diberikan kepada mahasiswa yang membutuhkan. Dengan
program itu Lazis bisa melakukan pengkadearan terhadap mahasiswa-mahasiwa penerima
dengan berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan hardskill, softskill dan integritas mereka.
Demikian pula melalui program beasiswa adik asuh Lazis bisa melakukan pembimbingan-
pembimbingan terhadap para adik asuh, sehingga ketika mereka tumbuh menjadi dewasa dan
menjadi mahasiswa mereka akan menjadi mahasiswa yang berkepribadian luhur dan
berintegritas.

8
2.5 Masjid sebagai pembinaan
Perpustakaan merupakan salas satu bagian penting dari sebuah masjid kampus. Koleksi-
koleksi seperti buku, majalah, maupun koleksi lainya akan berpengaruh terhadap karakter
pembaca. Ada pepatah yang mengatakan “You are what you read”, kamu adalah apa yang
kamu baca. Koleksi-koleksi keagamaan akan berpengaruh terhadap spiritualitas pembaca.
Dengan demikian perlu adanya penambahan koleksi-koleksi keagamaan yang relevan dengan
mahasiswa. Sosialisasi yang gencar, pelayanan yang ramah, dan penataan ruangan yang
nyaman juga akan menambah angka kunjungan ke perpustakaan, yang pada akhirnya
semakin banyak mahasiswa yang bisa memetik manfaat dari perpustakaan masjid itu.
“Masjid sebagai pusat pembinaan potensi umat”
adalah warisan tak ternilai yang diterima umat Islam dari Rasulullah SAW. Masjid bukan
semata-mata tempat shalat. Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun umat.
Islam tidak dapat tegak tanpa jamaah. Ajaran-ajaran Islam adalah jalinan ibadah dan
muamalah. Yang satu “mu’amalah dengan Khaliq (hablum min Allah)”, yang lainnya
“mu’amalah dengan makhluk (hablum min an-naas)”. Ini kaji, yang sudah terang perintah
wajibnya. Masyarakat Islam memikul kewajiban membina masyarakat (jamaah) karena beban
langsung dari agamanya.
Masjid warisan Risalah Islam berfungsi sebagai pangkalan Umat tempat membina jamaah,
menambah pengertian dan wawasan, mempertinggi kecerdasan, menanamkan akhlaq,
memelihara budi pekerti, mendinamika jiwa, memberikan pegangan hidup bagi para anggota
masyarakat (jamaahnya), guna menghadapi masalah pokok dalam persoalan hidup. Masjid
dan Langgar (surau) yang hidup dan dinamis, berperan sebagai pusat bimbingan untuk
menaikkan jiwa umat (mendinamisirnya) untuk mencapai taraf kemakmuran hidup lebih
baik.Masjid yang hidup sebagai pusat pembinaan umat, akan meng- hidupkan jiwa
jamaahnya supaya terpelihara “Izzah”, kepribadian umat yang sedang berkecimpung dalam
masyarakat ramai dari berbagai corak,, ibarat ikan ditengah air laut yang hidup, tetap dapat
memelihara dagingnya tetap segar dan tawar walaupun terus menerus berendam dalam air
asin. Jamaah umat Islam dapat saling berlomba dengan masyarakat lainnya dalam
menegakkan kebenaran dan keadilan secara bersama-sama guna menyuburkan kebajikan
untuk masyarakat umum. Begitulah fungsi Masjid secara hakiki. Kewajiban Umat “Membina
Jamaah melalui Masjid” ini tidak boleh dilalaikan (di kucawaikan) dalam keadaan
bagaimanapun. Hidupkan Masjid kembali. Dari masjid yang hidup akan terpancar jiwa yang

9
memancarkan cahaya hidup kepada umat di sekelilingnya. Inilah program umatisasi. Masjid
adalah sumber kekuatan umat Islam masa lalu, sekarang dan di masa
depan. Alangkah meruginya Umat Islam, bila mereka tidak kunjung mengenal dan
mempergunakan modal kekayaan tak ternilai jumlahnya yang dapat dijadikan sumber
kekuatannya ini. Kepada Umat Muhammad SAW, di amanatkan, Masjid yang hidup
berfungsi untuk “mencetak” manusia yang hidup yang tidak kenal gentar selain hanya kepada
Allah.. Apakah kita sudah lupa bahwa, hanya yang akan memakmurkan masjid-masjid
Allah: “ orang-orang yang beriman kepada Allah,“ dan kepada hari kemudian,“ serta
menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat, “ dan tidak takut melainkan (hanya) kepada
Allah,“ maka mudah-mudahan, mereka termasuk orang yang terpimpin” (QS..9,at-
Taubah:18). Ini tuntutan yang mesti di terima Umat Islam dari Syariat Islam yang tidak dapat
disangkal wajib berlakunya atas pemeluknya di negeri ini. Kembali ke Masjid.

2.6 Strategi dalam pembinaan generasi muda


Menurut Larry Poston, Nabi tidak pernah bersikeras untuk menentukan satu strategi khusus
dalam melaksanakan dakwahnya. Nabi melakukan berbagai macam strategi dakwah yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi para mad’unya. Ketika dakwah pertama kali
diturunkan kepada Nabi, Beliau melakukan strategi dakwah secara sembunyi-sembunyi.
Selanjutnya, pada saat dakwah Nabi Muhammad mendapatkan tekanan dan ancaman dari
kaum Quraisy, Nabi menerapkan strategi hijrah ke Madinah. Bahkan, Nabi juga melakukan
strategi melalui jalur pernikahan untuk mendapatkan dukungan dan pengikut. Intinya, strategi
dakwah Nabi Muhammad disesuaikan dengan kemampuan, situasi dan kondisi mad’u.
Dengan tidak ditetapkan satu strategi yang khusus oleh Nabi dalam melakukan dakwah, maka
pengikutnya dapat berkreasi untuk menciptakan dan menerapkan berbagai strategi yang
sesuai dengan mad’u. Pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan dalam menentukan dan
menerapkan strategi dakwah, yaitu: tujuan dakwah, kemampuan dan keahlian da’i atau
pelaksana dakwah, kondisi dan situasi dakwah dan mad’u, sarana dan prasarana pendukung.
Dengan memperhatikan pertimbangan dasar tersebut tentunya strategi dakwah untuk anak-
anak akan berbeda dengan strategi yang digunakan kepada para pemuda. Begitu juga, strategi
yang diterapkan kepada pemuda berbeda dengan strategi yang diterapkan kepada orang
dewasa.
Secara umum ada dua strategi besar yang dapat diterapkan dalam pembinaan kepada pemuda
yaitu:
strategi internal-personal dan strategi external-institutional.

10
1. Strategi internal-personal berorientasi pada upaya peningkatkan pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari dalam diri pemuda
itu sendiri. Sedangkan strategi external-institutional diarahkan pada penguatan
organisasi yang dimiliki oleh pemuda.
Dalam mengaplikasikan strategi internal-personal, pengurus masjid tidak hanya
memberikan tempat dan pendanaan untuk berkembangnya organisasi pemuda masjid.
Pengurus masjid hendaknya memberikan bimbingan, arahan dan control terhadap
pelaksanaan ajaran Islam pada generasi muda. Apakah dalam kegiatan- kegiatan yang
mereka lakukan tidak menyimpang dari ajaran Islam, bagaimana berjama’ah mereka,
tadarus al-Qur’an mereka dan bagaimana kepeduliaan serta keterlibatan pemuda
dengan persoalan kemasyarakatan. Semua itu tentunya dilakukan dengan cara-cara
yang bijak dan demokratis. Tidak bisa pengurus masjid memaksakan paham, ideologi
dan kepentingan masjid kepada pemuda. Intinya, penerapan strategi ini lebih pada
pembinaan kepribadian pemuda tersebut atau dalam bahasa sekarang dikenal dengan
pembangunan karakter (character building) pemuda. Hal ini sejalan dengan apa yang
diungkapkan oleh Zakiah Daradjat “Pembinaan kehidupan beragama tidak dapat
dilepaskan dari pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Karena kehidupan
beragama adalah bahagian dari kehidupan itu sendiri”.
2. Sedangkan aplikasi strategi external-institutional, pengurus masjid harus memberikan
kesempatan kepada pemuda untuk mengembangkan diri dalam organisasi remaja
(pemuda) masjid dan setiap masjid harus mengupayakan terbentuknya organisasi
pemuda masjid. Di lapangan, kedua strategi besar di atas jangan dipisahkan atau
dipertentangkan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan strategi internal- personal saja
atau sebaliknya hanya menerapkan strategi external-institutional saja. Hindari juga
anggapan yang menyatakan bahwa membina mental remaja hanya menjadi tugas dari
orang tua saja, sedangkan masyarakat hanya berpangku tangan atau sebaliknya.
Organisasi dapat melakukan pembinaan mental sekaligus dapat melatih mereka dalam
berorganisasi. Demikian juga, orang tua melatih mental remaja sekaligus mendukung
remaja untuk aktif di organisasi.

11
BAB III
3.1 Kesimpulan
Dari sekian banyak uraian yang kami kemukakan, maka kami dapat menyimpulkan bahwa:
a. Masjid mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Dalam arti umum, masjid
adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud, sedangkan dalam arti khusus masjid
adalah tempat yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah;
b. Masjid mempunyai banyak fungsi diantaranya yaitu sebagai tempat menjalankan ibadah
shalat, sebagai tempat musyawarah, dan sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam
menuntut keadilan;

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Abdur Rahman Ibrahim. 2003. al-Arabiya Baina Yadaik 2. Riyadh:
Yayasan Wakaf Islam Arab Saudi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Software
Yunus, Mahmud. TT. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Mahmud YunusWaddurriyah.
H.r.i, Peran Masjid dalam Peradaban Islam: http://www.republika.co.id/.
Diakses pada:08-11-2015.
Yuliani, Sri. 2015. Arti Penting Integritas: http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/.
Diaksespada:08-11-2015
Zuhairini, 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Kencana
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, 2009. Ilmu Pendidikan Islam 1.
Bandung: Pustaka Setia

12

Anda mungkin juga menyukai