Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PEMBUATAN/PERUMUSAN KEBIJAKAN NEGARA

DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI ,SOSIAL BUDAYA,HAM

Oleh:
Kelompok 4
1.Kadek Agus Duwik Peranata (21089014001)
2. Putu Metriani (21089014012)
3. Putu Diva Andika Widiadnyana (21089014070)
4.Made Depi Juliawati (21089014025)
5.Luh Putu Artini (21089014027)
6. I Gede Widiartana (21089014062)
7. Ni Komang Krisma Yanti (21089014087)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


TAHUN AJARAN  2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji  syukur  penulis  panjatkan  kepada  Tuhan  Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan/Perumusan
Kebijakan Negara Dalam Bidang Politik Ekonomi Sosial,Budaya,Ham ”  untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pancasila.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih  terdapat kekurangan baik tulisan maupun informasi yang
ada di dalamnya. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada Ibu Putu Windi Ridayanti.SPd.,MSi. atas
bimbingannya dalam menulis dan menyusun makalah ini, sehingga  kami dapat membuat makalah sesuai
dengan kaidah dalam membuat karya tulis.
Walaupun  makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan,  kami sangat mengharapkan kepada
para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan dan
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga  makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas kekurangan dalam makalah ini
kami mohon maaf. Terakhir tidak lupa kami mengucapkan terima kasih.

Buleleng, 30 September 2021

                                


Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..…….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………….……………………………….
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupakan jiwa dan kepribadian bangsa, karena unsur-unsurnya telah berabad-abad
lamanya terdapat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila adalah pandangan
hidup atau falsafah hidup bangsa yang sekaligus merupakan tujuan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila berperan sebagai pengatur sikap dan tingkah laku orang Indonesia masing-masing
dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa (Sila-I), dengan sesama manusia (sila II) dengan
tanah air dan nusa bangsa Indonesia (Sila-III) dengan kekuasaan dan pemerintahan negara (kerakyatan)
dan dengan negara sebagai kesatuan dalam rangka realisasi kesejahteraan (sila-V).
Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu dan menjadi pegangan
bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap ekosistem bangsa kita, merupakan
bukti sejarah bahwa pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar
kehormatan Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, hal ini karena telah tertanam dalam kalbunya rakyat
dan dapat mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila harus senantiasa dapat berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh
berubah, namun pelaksanaannya kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi
dalam setiap kurun waktu. Agar tidak berubah, bangsa Indonesia harus memiliki sikap positif terhadap
Pancasila dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap positif Pancasila
mempunyai pengertian bahwa kita harus memahami, menghayati, dan selanjutnya mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Politik?
2. Bagaimana Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Ekonomi?
3. Bagaimana Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Sosial Budaya?
4. Bagaimana Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang HAM?

1.3 Tujuan
Untuk Mengetahui berbagai penerapan Pancasila dalam pembuatan/perumusan kebijakan Negara dalam
berbagai Bidang antara lain Bidang Politik,Ekonomi,Sosial Budaya,dan HAM.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Politik


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam
pasal 26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan
rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan ke-
2 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di Negara
Republik Indonesia. Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara
dalam bidang politik harus berdasar pada manusiayang merupakan subyek pendukung pancasila, sebagai mana
dikatakan oleh Noto Nagoro (1975) bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan,
dan berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus
berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem politik
negara dapat menjamin hak -hak asasi manusia. Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada
di tangan rakyat. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan pancasila
sebagai dasar-dasar moral politik. Pokok-pokok pikiran pancaran dari sila leempat dan kedua Pancasila yang
merupakan landasan kehidupan nasional bidang politik di negara Indonesia, diantaranya:
1.Pasal 26 ayat (1) siapa-siapa saja yang dapat menjadi warga negara Republik Indonesia. Indonesia tidak
hanya ditinggali oleh warga negara Indonesia, melainkan banyak orang berkebangsaan negara lain yang
bertempat tinggal di Indonesia yang mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara
Republik Indonesia yang disahkan yang telah disahkan oleh Undang-undang sebagai warga negara Republik
Indonesia.
2. Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia. Berbeda dengan warga negara Republik Indonesia yang secara sah menjadi
warga negara RI. Adapun syarat-syarat menjadi warga negara dan penduduk Indonesia yang dinyatakan di
dalam pasal 29 ayat (3).
3.Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kependudukan warga negara didalam hukum dan pemerintahan
dengan tidak ada kecualinya. Ketentuan ini menunjukkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, dan
tidak adanya diskriminasi diantara warga negara baik mengenai haknya maupun mengenai kewajibannya.
4. Pasal 28 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran baik dengan lisan, tulisan, dan sebagainya. Dalam ketentuan ini, ditetapkan adanya tiga hak warga
negara dan penduduk yang digabungkan menjadi satu, yaitu hak kebebasan berserikat, hak kebebasan
berkumpul, dan hak kebebasan dalam berpendapat.
Dengan demikian pembuatan kebijakan di Indonesia dalam bidang politik harus berdasar pada manusia. Atau
dengan kata lain pembuatan kebijakan dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan rakyat yang
merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan. Sistem politik di Indonesia bersumber pada penjelmaan
hakikat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam wujud dan kedudukannya sebagai rakyat
(Kaelan, 2000: 238). Selain itu sistem politik di Indonesia harus memperhatikan Pancasila sebagai dasar-dasar
moral politik yang kemudian akan mewujudkan budi pekerti kemanusiaan dan memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.2 Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang Ekonomi
Pokok-pokok pikiran yang merupakan penjabaran dari sila keempat dan kelima Pancasila yang
merupakan landasan dari sistem ekonomi Pancasila dan kehidupan ekonomi nasional, diantaranya:
1. Pasal 27 ayat (2) “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”, memancarkan asas keadilan sosial dan kerakyatan yang merupakan HAM atas
penghidupan yang layak.
2. Pasal 33 ayat (1) “ perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”,
menunjukkan adanya HAM atas usaha perekonomian. Ayat (2)“cabang-cabang produksi yang bagi
negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”, adanya HAM atas
kesejahteraan sosial. Ayat (3)“bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
3. Pasal 34 ayat (1) “fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”,ayat (2)“negara
mengembangkan sistem jaminan soaila bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”, menegaskan HAM atas jaminan sosial.
Pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi dimaksudkan untuk menciptakan sistem
perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan, melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan, seluruh bangsa (Mubyarto dalam
Kaelan, 2000: 239).
Dengan demikian sistem perekonomian yang berdasar pada pancasila dan akan dikembangkan dalam
pembuatan kebijakan negara bidang ekonomi di Indonesia harus terhindar dari sistem persaingan bebas,
monopoli, dan sebagainya yang berpotensi menimbulkan penderitaan rakyat dan penindasan terhadap sesama
manusia.

2.3 IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM BIDANG SOSIAL DAN BUDAYA


Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut.
Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-
klimaks proses reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dalam masyarakat
sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat
memprihatinkan antara lain amuk massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu
dengan yang lainnya yang muaranya adalah
masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi ini kita harus mengangkat nilai-nilai
yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika
pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang
bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal , 29,
pasal 31, dan pasal 32[6]. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, dan persatuan yang massing-masing merupakan pancaran dari
sila pertama, kedua, dan ketiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang
kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.
[6] PASAL 29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. PASAL 31 (1) Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan. PASAL 32 (1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat dan
kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arh bagi kebijakan
negara dalam mengembangkan kehidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan sila ke-2,
kemanusiaan yang adil dan beradab.Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat
nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi
pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradap.
2.4 Implementasi Pancasila dalam Pembuatan Kebijakan Negara Di Bidang HAM
Salah satu karakteristik hak asasi manusia adalah bersifat universal. Artinya, hak asasi merupakan hak yang
dimiliki oleh setiap manusia di dunia tanpa membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras maupun golongan.
Oleh karena itu, setiap negara wajib menegakkan hak asasi manusia. Akan tetapi, karakteristik penegakan hak
asasi manusia berbeda-beda antara negara yang satu dengan negara lainnya. Ideologi, kebudayaan dan nilai-
nilai khas yang dimiliki suatu negara akan mempengaruhi pola penegakan hak asasi manusia disuatu negara
Contohnya, di Indonesia, dalam proses penegakan hak asasi manusia dilakukan dengan berlandaskan kepada
ideologi negara yaitu Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: Nilai Ideal, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis
(Syarbaini,2003:27).
1) Hak Asasi Manusia dalam Nilai Ideal Pancasila
Nilai dasar atau nilai ideal pancasila adalah nilai dasar yang relatif tetap (tidak berubah) yang berada dalam
pembukaan UUD 1945. Nilai ideal berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila. Nilai-nilai dasar
tersebut bersifat universal sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan
benar.

2) Hak Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Pancasila


Nilai Instrumental Merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar yang sifatnya lebih khusus. Nilai
Instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila pancasila. Pada umumnya berbentuk ketentuan-
ketentuan konstitusional mulai dari UUD sampai dengan peraturan daerah. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.Jaminan HAM dalam UU No. 39 Tahun
1999, secara garis besar meliputi:
1) Pasal 9: Hak untuk hidup, seperti hak mempertahankan hidup, memperoleh kesejahteraan lahir dan batin,
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2) Pasal 10: Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, seperti hak memiliki keturunan melalui
perkawinan yang sah.
3) Pasal 11-16: Hak mengembangkan diri, seperti hak pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan kualitas
hidup, memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, memperoleh informasi dan melakukan
pekerjaan sosial.
4) Pasal 17-19: Hak memperoleh keadilan, seperti hak memperoleh kepastian hukum dan hak persamaan di
depan hukum.
5) Pasal 20-27: Hak atas kebebasan pribadi, seperti hak memeluk agama, keyakinan politik, memilih status
kewarganegaraan, berpendapat, mendirikan parpol, dan bebas bergerak dan bertempat tinggal.
6) Pasal 28-35: Hak atas rasa aman, seperti hak memperoleh suaka politik, perlindungan terhadap ancaman
ketakutan, perlindungan terhadap penyiksaan, penghilangan dengan paksaan dan penghilangan nyawa.
7) Pasal 36-42: Hak atas kesejahteraan, seperti hak milik pribadi, memperoleh pekerjaan yang layak,
kehidupan yang layak, dan jaminan sosial.
8) Pasal 43-44: Hak turut serta dalam pemerintahan, seperti hak memilih dan dipilih dalam pemilu,
partisipasi langsung dan tidak langsung, diangkat dalam jabatan pemerintah dan mengajukan usul kepada
pemerintah.
9) Pasal 45-51: Hak wanita, yaitu tidak ada diskriminasi/hak yang sama antara pria dan wanita dalam
bidang politik,pekerjaan, status kewarganegaraan, keluarga/ perkawinan.
10) Pasal 52-60: Hak anak, yaitu seperti hak anak untuk mendapatkan perlindungan orang tua,
keluarga,masyarakat dan negara. Hak beribadah menurut agamanya, berekspresi, perlakuan khusus bagi
anak cacat, perlindungan dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan, pelecehan seksual, perdagangan anak dan
penyalahgunaan narkotika. Untuk menegakkan HAM, Pasal 69 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999
menyatakan “Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkankewajiban asasi dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas pemerintah untuk menghormati,
melindungi, menegakkan dan memajukkannya”. Oleh karenanya seluruh warga negara tidak terkecuali
pemerintah wajib menghormati hak asasi orang lain, dengan menjungjung hukum, moral, etika dan tata
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3) Hak Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Pancasila


Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai
dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan
ideologi yang terbuka.
Hak asasi manusia dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar dan instrumental
Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga negara. Hal
tersebut dapat diwujudkan apabila setiap warga negara menunjukkan sikap positif dalam kehidupan sehari-
hari. segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, bahkan moral negara,
politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan peraturan perundang-undangan Negara, kebebasan dan
hak asasi warga Negara, harus dijiwai dengan nilai-nilai Pancasila dan sebagai makhluk sosial kita harus
mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lainjangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan diinjak-injak oleh orang lain. Diharapkan juga kepada pemerintah dan
instansi yang berkaitan dengan perlindungan HAM dapat menentukan dan menetapkan kebijakan sesuai
sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini.

KESIMPULAN
Indonesia sebagai Negara hukum sangat menjunjung Hak asasi manusia, dan pancasila sebagai dasar negara dan
landasan yang fundamental mengandung nilai-nilai bahwa negara negara harus menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai mahluk yang beradab dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Pancasila
sebagai dasar hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung isi yang bermoral dan mengangkat
martabat rakyat Indonesia dengan tidak melihat ras,suku, dan agama. Dengan memandang secara rata dan
mengedepankan hak asasi manusia dalam ketuhanan Yang Maha Esa,kemanusiaan yang adil dan beradab, kesatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip HAM dilandasi oleh system nilai universal dalam Pancasila yaitu (a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai
kemanusiaan, (c) nilai persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilaikeadilan yang dijabarkan melalui beberapa nilai
yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri, adapun nilai- nilai tersebut diantaranya nilai ideal, nilai instrumental
dan nilai praksis.

Anda mungkin juga menyukai