Anda di halaman 1dari 5

UTS “Pengantar Jurnalistik”

Justin Timoty - 00000055695

1. Sembilan elemen jurnalisme :


1. Kewajiban jurnalisme pertama adalah kepada kebenaran.
Tugas utama praktisi jurnalisme adalah memberitakan kebenaran. Kebenaran yang dimaksud
bukan perdebatan filsafat atau agama, tapi kebenaran fungsional yang sehari-hari diperlukan
masyarakat. Kebenaran jurnalistik adalah kebenaran yang berproses. Upaya jurnalisme
untuk sampai pada kebenaran adalah dengan memilah sedari awal informasi yang keliru,
ketiadaan informasi, atau bahkan kepentingan-kepentingan yang masuk dari sumber
berita. Pencarian kebenaran dalam jurnalisme pada hakikatnya adalah komunikasi dua
arah: antara para jurnalis dan pembacanya.
2. Loyalitas (kesetiaan) pertamanya kepada warga (publik).
Loyalitas utama wartawan adalah pada masyarakat, bukan pada perusahaan tempatnya
bekerja, pembaca, atau pengiklan. Wartawan harus berpihak pada kepentingan umum.
Jurnalis meliput dan menulis laporan agar warga mengetahui apa yang benar-benar
terjadi. Dengan demikian, media tempat para jurnalis bekerja memperoleh kepercayaan
warga, kepercayaan bahwa jurnalis memang menyediakan informasi hanya untuk
melayani mereka.
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
Pentingnya menerapkan disiplin verifikasi adalah untuk memastikan bahwa data dan fakta
yang digunakan sebagai dasar penulisan bukan fiksi, bukan khayalan, tetapi berdasarkan
fakta dan pernyataan narasumber di lapangan. Jurnalis mencari sekian banyak saksi untuk
sebuah peristiwa, membuka sekian lembar dokumen, dan meminta komentar dari banyak
pihak, tidak lain dengan tujuan menceritakan peristiwa setepat-tepatnya.
4. Para praktisinya (jurnalis/wartawan) harus menjaga independensi dari objek
liputannya.
Wartawan harus independen, artinya memiliki kebebasan untuk menulis apapun (baik/buruk)
tentang seseorang maupun suatu kasus selagi masih sesuai dengan fakta yang dimilikinya.
Independensi harus dimiliki dan dipegang teguh di atas identitas seorang wartawan. Jurnalis
boleh bersikap, tapi tidak boleh berpihak dalam pekerjaannya.Peran jurnalis terletak
dalam dedikasinya untuk memberi informasi kepada publik, tanpa memainkan peran
langsung sebagai aktivis. Subyektivitas seorang jurnalis dengan segenap nilai dan norma
pribadinya memang tidak perlu dimatikan. Namun, jika ada sebuah masalah yang
menurutnya sedang membutuhkan pemecahan dan sedang dibicarakan oleh lembaga-
lembaga masyarakat, maka ia mempunyai komitmen untuk melaporkan proses ini dalam
jangka panjang sebagai seorang pengamat, bukan aktivis.
5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen kekuasaan.
Jurnalis membina kewargaan dengan membuat proses pemerintahan
setransparan mungkin. Lembaga pers harus memahami kapan pemerintahan
berjalan efektif, dan kapan tidak. Dalam keadaan efektif ataupun tidak, pers
harus bercerita apa adanya, sehingga warga paham sejauh mana pemerintahan
telah berjalan efektif.
6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan
kompromi.
Sebagaimana telah disinggung di atas, pencarian kebenaran dalam jurnalisme
adalah komunikasi dua arah. Forum publik sejatinya adalah seluruh
komunikasi dua arah yang dimuat dalam berbagai medium yang dipakai para
jurnalis. Akan tetapi, forum ini perlu dijaga fungsinya, yaitu agar warga dapat
membuat penilaian dan mengambil sikap atas masalah-masalah mereka. Untuk
itu, para jurnalis harus menjaga agar forum-forum seperti ini tetap
berlandaskan pada fakta, kejujuran, dan verifikasi, bukannya tuduhan,
prasangka atau asumsi. Forum publik juga harus selalu menyertakan
kesepakatan dalam banyak hal, yang diyakini sebagian besar publik sebagai
jalan keluar dari masalah masyarakat.
7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan.
Mendongeng dan informasi bukanlah dua hal yang berlawanan, malah
sebaliknya dapat dikawinkan. Jurnalisme adalah mendongeng dengan sebuah
tujuan. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang
dalam memahami dunia.Tantangan pertama adalah menemukan informasi
yang dibutuhkan orang untuk menjalani hidup mereka. Kedua adalah
membuatnya bermakna, relevan, dan enak disimak. Jurnalis perlu senantiasa
berusaha membuat hal yang penting menjadi menarik, disamping membuat
yang menarik menjadi penting.
8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional.
Seorang jurnalis menghasilkan peta bagi warga untuk mengambil keputusan tentang
kehidupan mereka sendiri. Seperti halnya peta, nilai jurnalisme bergantung pada
kelengkapan dan proporsionalitasnya. Sebagai sebuah peta sosial, karya jurnalistik harus
meliput berita dari semua komunitas kita, bukan hanya dengan mereka yang secara
demografik menarik bagi para pengiklan.
9. Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.
Seorang jurnalis harus dibiarkan menyuarakan kata hatinya, mengikuti pilihan-pilihan
nilai dan moralnya. Prinsip terakhir inilah yang menganyam setiap elemen jurnalisme
yang lain. Subyektivitas harus diberi ruang oleh redaksi dan warga. Sebab, pada akhirnya
sebuah karya jurnalistik adalah tanggung jawab pribadi sang jurnalis.

2. A. Wartawan dan sumber informasi media mainstream dengan media sosial sangat jauh
berbeda. Para wartawan di media mainstream pada umumnya adalah para professional.
Mereka adalah para sarjana yang telah mendapat pembekalan khusus tentang etika.
Mereka juga umumnya tergabung dalam serikat profesi yang diikat oleh kode etik. Jadi
para wartawan itu bekerja untuk mencari, menverifikasi, dan menyebarkan informasi
dengan kerangka yang sesuai dengan kode etik jurnalistik. Mereka akan hanya
mengkabarkan fakta, bukan hoaks.

B. Siapapun bisa bersuara secara bebas di media sosial tanpa adanya batasan. Semua
orang bebas untuk menyampaikan sesuatu (positif/negatif). Maka dari itu, media sosial
akan condong ke dampak lebih buruk karena terlalu banyak orang yang mengujar
kebencian dan hoaks. Beda dengan media mainstream seperti koran, tv, atau radio yang
sudah diverifikasi sedemikian mungkin dengan menggunakan etika sebagai jurnalis.

C. Media massa memiliki peraturan yaitu UU Pers. Maka, para wartawan professional
memiliki pedoman dan pandangan dalam membuat sebuah berita atau informasi.
Melainkan siapapun bisa berfantasi bebas di media sosial. Media sosial juga akan lebih
susah di kontrol karena siapapun bisa memiliki akun media sosial. Jadi, akan sangat sulit
untuk mengontrol/menyaring informasi di media sosial.

3. A. Menurut saya sendiri mengapa hal itu bisa terjadi karena perkembangan teknologi
dan budaya yang sangat pesat. Faktanya di zaman sekarang semua orang memiliki akun
media sosial, maka alasan media arus utama mengelola media sosial untuk setidaknya
bisa menyebar berita yang sudah terverifikasi dan meraih pembaca yang sudah lupa
dengan adanya media arus utama.
B. Mekanisme kerjanya menurut apa yang saya amati adalah dengan cara memindahkan
beberapa artikel yang ada di media mainstream ke dalam media sosial dan
menyebarkanya. Media mainstream juga mengadopsi dan memberitakan kasus yang
sedang panas di media sosial.

4. Keberadaan pers sebagai pilar keempat demokrasi berperan penting dalam


mempengaruhi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Salah satu peran pers yang terpenting adalah sebagai petunjuk utama sebagai fondasi para
jurnalis. Keberadaan pers juga sangat penting untuk sebagai guide atau penunjuk jalan
maka dari itu keberadaan pers bisa disebut sebagai interpreter. Salah satu contoh peran
pers sebagai interpreter adalah pers menjadi pedoman yang ditanamkan di setiap jurnalis
dan seluruh orang yang berurusan dengan media massa. Hal tersebut sangat baik karena
pers jadi tidak seenaknya dalam menyajikan informasi atau berita.

5. Pertama, Tanggung jawab yang didasarkan pada penugasan. Dalam kondisi masyarakat
tertentu, tanggung jawab pers dapat ditentukan oleh pemerintah melalui aturan yang
dibuat dalam UU. Kedua, Tanggung jawab berdasarkan kontrak. Wartawan memiliki dua
tanggung jawab berdasarkan kontrak. Yang pertama dengan tempat dimana ia bekerja dan
yang kedua dengan masyarakat (contracted responsibilities). Ketiga, Tanggung jawab
yang berasal dari diri sendiri sebagai wartawan. Salah satu hal yang termasuk dalam
kategori ini adalah bagaimana wartawan harus mau mengoreksi atau meminta maaf
apabila melakukan kesalahan dalam proses pembuatan berita.

Anda mungkin juga menyukai