Makalah Ilmu Hadist Kelompok 8
Makalah Ilmu Hadist Kelompok 8
ILMU HADIS
HADITS HASAN
DOSEN PEMBIMBING :
Disusun oleh :
Kelompok 8
R. fitriani (3321351)
T.A. 2021/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat allah SWT.Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “HADIST HASAN” dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata Pelajaran ilmu hadis. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Adat bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak RIFQUL MANAN,
S.ThI., MA, selaku dosen ilmu hadist yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini
Adapun tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan yang lebih
rinci mengenai materi mata kuliah ilmu hadist yang dipelajari di semester satu yang belum di ketahui
sebelumnya, yaitu tentang HADIST HASAN.
Penulis, Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan masalah .............................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
1. Hadist hasan ....................................................................................................................... 2
A. Pengertian hadist hasan ................................................................................................. 2
B. Jenis-jenis hadis hasan ................................................................................................... 2
C. Drajat hadist hasan ........................................................................................................ 3
D. Kehujjahan hadist hasan ............................................................................................... 4
BAB III........................................................................................................................................... 5
PENUTUP ...................................................................................................................................... 5
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata hadits seringkali disebut juga dengan istilah khabar atau sunnah. Hadits atau sunnah
merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur‟an. Keduanya merupakan pedoman
hidup yang mengatur segala tingkah laku dan perbuatan manusia. Al-Qur‟an mempunyai
kedudukan sebagai suatu yang mutlak kebenaran beritanya, sedangkan hadits Nabi belum
dapat dipertanggungjawabkan periwayatannya, apakah berasal dari Nabi atau tidak.
Hadits mempunyai fungsi penting dalam menjelaskan setiap ayat-ayat al-Qur‟an, baik
ayat Muhkamat maupun Mutasyabihat. Sehingga hadits sangat perlu untuk dijadikan sebagai
sandaran umat Islam dalam mempelajari /mendalami ajaran-ajaran agama Islam.
Dalam hadits ada yang dalam periwatannya telah memenuhi syarat-syarat tertentu
untuk diterimanya sebagai sebuah hadits atau yang dikenal dengan hadits maqbul (diterima).
Namun disisi lain terdapat hadits-hadits yang dalam periwayatannya tidak memenuhi
kriteria-kriteria tertentu atau lebih dikenal dengan istilah hadits mardud (ditolak) atau bahkan
ada yang palsu (maudhu‟), hal ini dihasilkan setelah melakukan penyelidikan, pemeriksaan
dan penelitian yang seksama tentang para rawinya serta segi-segi lainnya untuk menentukan
diterima atau ditolaknya hadits tersebut.
Hal ini terjadi disebabkan keragaman orang yang menerima maupun meriwayatkan
hadits Rasulullah. Berbagai macam hadits yang menimbulkan kontraversi dari berbagai
kalangan. berbagai analisis atas kesahihan sebuah hadits baik dari segi putusnya Sanad dan
tumpang tindihnya makna dari matan pun bermunculan untuk menentukan kualitas sebuah
hadits.
Dilihat dari segi kualitas hadits, maka hadits bisa dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
hadits shahih, hadits hasan dan hadits dha‟if. Namun dalam makalah ini, hanya akan
membahas hadits hasan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hadist hasan
Menurut bahasa adalah merupakan sifat musyabbah dari kata al-husn, yang berarti al-jamal
(bagus). Sementara menurut istilah, para ulama‟ mendefinisikan hadits hasan sebagai berikut,
a. Al-Khathabi, hadits hasan adalah hadits yang diketahui tempat keluarnya kuat, para
perawinya masyhur, menjadi tempat beredarnya hadits, diterima oleh banyak ulama, dan
digunakan oleh sebagian besar fuqaha.1
b. At-Tirmidzi, hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan, yang di dalam sanadnya tidak
ada rawi yang berdusta, haditsnya tidak syadz, diriwayatkan pula melalui jalan lain.
c. Menurut Ibnu Hajar, hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil,
kedlobithannya lebih rendah dari hadits shahih, sanadnya bersambung, haditsnya tidak ilal
dan syadz.
d. Ungkapan yang senada dengan Ibnu Hajar juga diutarakan oleh Muhammad bin Shalih al-
Utsaimin.2
Menurut Mahmud Tahhan, definisi yang lebih tepat adalah definisi yang diungkapakan oleh
Ibnu Hajar, yaitu yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, namun
tingkat kedlobithannya kuarang dari hadits shahih, tidak ada syudzudz dan illat
2
darahnya tidak seperti itu, berwudhu’lah dan sholatlah karena itu adalah urat (yang terluka).’”
(HR. Abu Dawud).
“Dari ja’far bin sulaiman dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa, al-Asy’ari
berkata: ‘aku mendengar ayahku berkata mengenai sabda Rasulullah ketika musuh datang:
'Sesungguhnya pintu-pintu syurga di bawah bayangan pedang.‟” (HR. At-Tirmidzi).
Hadits hasan adalah kualitas Hadits di bawah shahih. hadits yang diterima seluruh syarat
kualitas Hadits (ketersambungan sanad, keadilan rawi, kekuatan hafalan rawi, tidak ada
illat/cacat, dan tanpa Syadz). Kekurangannya adalah kurang sempurna dalam hafalan rawi. Oleh
karena itulah, suatu Hadits tidak masuk dalam derajat shahih. Kriteria ini merupakan terobosan
baru. Sebelumnya, para ulama Hadits hanya membedakan antara Hadits shahih dan Hadits dhaif.
Lebih jauh lagi, Imam al-Tirmizi menjabarkan lagi tentang Hadits hasan ini dengan beberapa
istilah: hasan shahih, hasan gharib, dan hasan shahih gharib. Disebut Hadits hasan shahih,
menurutnya, dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, Hadits hasan lidzatih naik derajat menjadi Hadits hasan lighairihi karena didukung
beberapa Hadits hasan yang lain. Hadits-Hadits yang menguatkan satu sama lainnya. Kedua,
Hadits yang mempunyai banyak sanad, yang sebagiannya bernilai hasan, sehingga bernilai
shahih. Ketiga, Hadits hasan atau sebagian perawinya diperselisihkan: sebagian ulama menilai
hasan, sementara ulama lain menilai shahih.
Istilah Hadits hasan gharib memiliki beberapa arti. Ia disebut sebagai Hadits hasan yang hanya
mempunyai satu jalur periwayatan.
3
Ia juga berarti Hadits hasan, dalam hubungannya berkaitan dengan perawi tertentu, hanya
mempunyai satu jalur periwayatan. Hadits hasan gharib juga berarti Hadits yang mempunyai
banyak jalur periwayatan, tetapi bernilai Hadits hasan satu periwayatan dalam setiap jalurnya.
Ia juga berarti Hadits yang mempunyai banyak sanad Hadits hasan, tetapi para perawinya
semuanya dalam satu negeri atau daerah. Sementara, Hadits hasan shahih gharib memiliki dua
kemungkinan.
Bahwa Hadits ini mempunyai satu jalur periwayatan, tetapi perawinya diperselisihkan oleh para
ulama: sebagian menilai hasan, sebagian lainnya menilai shahih. Dan bahwa Hadits ini sebagian
hasan, sebagian Hadits lain kualitasnya shahih, tetapi perawinya dalam satu negeri atau daerah.
Jumhur mengatakan bahwa kehujahan hasan seperti hadis sahih, walaupun derajatnya tidak
sama. Bahkan ada segolongan uluma yang memasukkan hadis hasan ini, baik hasan lizatith
maupun hasan li ghairih kedalam kelompok sahih,
Para ulama yang membadekan kehujjahan hadis berdasarkan perbedaan kualitas, hadist hasan
lizatih dengan li ghairih dan sahih lizatihi dengan lighairihi, maupun antara sahih dan hasan,
mereka lebih jauh membedakan rutbah hadis-hadis tersebut berdasarkan kulaitas para
perawinya, pada urutan pertama mereka menempatkan hadis-hadis riwayat Muttafaq „alaih, dan
seterusnya.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil, kurang sedikit
ke-dhabit-annya, tidak ada keganjilan (syadz) dan tidak ada illat.
Hadits hasan dibagi menjadi :
1. Hadits Hasan Li Dzatihi
Hadits hasan li dzatih adalah hadits hasan dengan sendirinya, karena telah memenuhi segala
kriteria dan persyaratan yang ditentukan.
2. Hadits Hasan Li Ghairih
Hadits hasan li ghairih adalah hadits-hadits dhaif yang tidak terlalu parah (kedhaifannya) dan
diriwayatkan dengan melalui beberapa jalur. Beberapa periwayatan hadits yang dhaif ini kemudian
saling menguatkan, dan akhirnya naik menjadi hasan. Sementara bila beberapa riwayat hadits itu
termasuk kategori dha‟if yang berat, seperti hadits matruk, munkar, maudhu. Dan sebagainya, maka
hadits itu tidak bisa naik menjadi hasan li ghairih.
Hadits hasan dapat dijadikan hujjah walaupun kualitasnya dibawah haidts shahih. Semua
fuqaha, sebagian muhadditsin dan ushuliyyin mengamalkannya kecuali sedikit dari kalangan orang
yang sangat ketat dalam mempersyaratkan penerimaan hadits (musyaddidin). Bahkan sebagian
muhadditsin yang mempermudah dalam persyaratan shahih (mutasahilin) memasukannya ke dalam
hadits shahih, sepert al-Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah.
Disamping itu, ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadits hasan dapat digunakan sebagi
hujjah, bilamana memenuhi sifat-sifat yang dapat diterima.
5
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Manna‟. 2004, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.