Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK 4

” ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN KASUS


DIABETES MELITUS ”

OLEH :

1. MARIANA.

2. KOMANG AGUS ARTA YASA

POLTEKKES KEMENKES
PALU PRODI DIII
KEPERAWATAN T.A 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus Ebers di
Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda banyak kencing
(Miharja, 2008).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980
dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam
satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di
mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Budhiarta,
et, al, 2006).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan
hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab
kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS,
DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009,
5 November 2009 di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi
nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun
diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia ≥ 15 tahun
sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi
nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17
provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan
sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang
makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk
>10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap hari pada
penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan
terakhir adalah 4,6%.
Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus (DM) adalah
penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon
insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.Hal ini ditandai
dengan tingginya kadar gula dalam darah. Penyakit ini membutuhkan perhatian dan
perawatan medis dalam waktu lama baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan
sakit.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan
keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir 80
% prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini berarti gaya hidup/life style yang tidak
sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk
dengan obes mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes
(Susanto, 2009).

B. Tujuan .
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian.
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi/ perlukaan pada membran basalis
dalam pemerisaan dengan menggunakan mikroskop elektron (Arif, et al, 2001)
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

B. Etiologi.
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi
kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme
basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab
diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol,
dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan
dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan
medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan
anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses
penuaan itu sendiri.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik.
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.

b. Faktor-faktor imunologi.
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan.
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II.


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
b. Obesitas.
c. Riwayat keluarga.

C. Faktor Predisposisi.
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi.
 Jumlah penduduk meningkat.
 Penduduk berumur > 40 tahun meningkat.
 Urbanisasi.
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan.
 Pendapatan perkapita tinggi.
 Restoran cepat saji.
 Hidup santai.
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi.
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi
faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri
secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus adalah:
 Kurang gerak/malas.
 Makanan berlebihan.
 Kehamilan.
 Kekurangan produksi hormon insulin.
 Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin.
 Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1).
 Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah.
 Proses menua.
D. Patofisiologi.

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya
ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah
menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.
Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ
di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan
itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi
yang disebut metabolisme.

Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan


glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin tidak ada maka glukosa
tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang
artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk
kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,
antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).

E. Tanda dan Gejala.

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM


umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat
perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari
kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering
muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai
serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak.
2. Glaukoma.
3. Retinopati.
4. Gatal seluruh badan.
5. Pruritus Vulvae.
6. Infeksi bakteri kulit.
7. Infeksi jamur di kulit.
8. Dermatopati.
9. Neuropati perifer.
10. Neuropati visceral.
11. Amiotropi.
12. Ulkus Neurotropik.
13. Penyakit ginjal.
14. Penyakit pembuluh darah perifer.
15. Penyakit coroner.
16. Penyakit pembuluh darah otak.
17. Hipertensi.
F. Pemeriksaan Penunjang.
1. Glukosa darah sewaktu.
2. Kadar glukosa darah puasa.
3. Tes toleransi glukosa.
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 100 100-200 >200


- Darah kapiler
<80 80-200 >200

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena <110 110-120 >126


- Darah kapiler
<90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L).


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
G. Pathway.

Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi Kekurangan


volume
cairan
Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi
 Koma
Kurang dari Aterosklerosis
 Kematian
kebutuhan

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury
H. Penatalaksanaan.
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet.
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,
75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis,
tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.

b. Latihan.
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,
serta membantu menurunkan berat badan.

c. Pemantauan.
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan).
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan
untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.

e. Pendidikan.
- Diet yang harus dikomsumsi.
- Latihan.
- Penggunaan insulin.

I. Komplikasi Diabetes Melitus.


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan
hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam
komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia,
dan hipertensi.
Komplikasi akut.
Diabetes ketoasidosis.
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada
jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive
terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic.
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru,
tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio
retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic.
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan
hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

d. Displidemia.
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.

e. Hipertensi.
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa
menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.

f. Kaki diabetic.
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada
kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler
dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.

g. Hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik
oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin
eksogen atau hipoglikemik oral.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLTIUS
A. IDENTITAS UMUM.
Identitas Klien.
Nama : Tn. S
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Alamat : RT 03 RW 02
Candirejo Pekerjaan/Riwayat pekerjaan : Pedagang
Diagnosa Medis/masalah KDM : Diabetes Mellitus

Identitas Penanggungjawab.
Nama : Ny. T
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : RT 03 RW 02 Candirejo
Hub dengan klien : Anak kandung

B. KELUHAN UTAMA.
Klien mengeluh kedua kakinya terasa kesemutan namun tidak mati rasa.

C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG.


Klien mengatakan sudah lama mengalami keluhan seperti yang dirasakan
saat ini yaitu sejak 3 bulan yang lalu. Klien mengatakan sudah minum obat
untuk DM dan kolesterol namun tidak rutin. Klien rutin datang ke Posbindu
setiap satu bulan sekali. Kontrol terakhir hasil GDS = 251 mg/dl, kolesterol =
386 mg/dl. Obat yang diminum Metformin 500 mg 3x1, Simvastatin 10 mg 1x1.
Klien mengatakan masih suka makan gorengan dan makanan bersantan dan
minum yang manis. Klien mengatakan sejak 3 bulan yang lalu mempunyai
keluhan cepat merasa lelah saat beraktivitas.

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Klien mengatakan mengetahui menderita penyakit DM dan kolesterol
tinggi sejak 5 tahun yang lalu. Selama 5 tahun klien tidak rutin minum obat
untuk DM dan kolesterol, klien juga tidak mengatur pola makannya, klien masih
mengkonsumsi banyak gula dan makanan berminyak. Klien pernah menjalani
operasi hernia pada tahun 2011.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Anak klien mengatakan tidak mengetahui riwayat kesehatan anggota
keluarga terdahulu, namun anak-anak klien belum ada yang menderita penyakit
DM maupun kolesterol tinggi.

G. TINJAUAN PER SISTEM


1 Keadaan Umum : Baik
A Tekanan darah : 130/80 mmHg
B Nadi : 82 x/menit
C RR : 23 x/menit
D Suhu : 36,5 C
2 Kulit dan kuku
Inspeksi
a Warna kulit : Coklat
Warna kuku tampak kecoklatan, tampak
menebal dan mengeras
b Lesi : tidak ada lesi
c Pigmentasi berlebih : tidak ada pigmentasi berlebih
d Jaringan parut : tidak ada jaringan parut
e Distribusi rambut : rambut tipis, beruban
f Kebersihan kuku : kuku terpotong pendek, rapi
dan bersih
g Kelainan pada kuku : tidak ada kelainan pada kuku
h Bulla (lepuh) : tidak terdapat bulla (lepuh)
i Ulkus : tidak terdapat ulkus
Palpasi
a Tekstur : tekstur kulit keriput
b Turgor : turgor kulit kering, akral dingin
c Pitting edema : tidak terdapat pitting edema
d Capilarry refill time : 4 detik
3 Kepala
Inspeksi
a Bentuk kepala : Bentuk kepala mesocepal
b Kebersihan : Bersih, tidak ada ketombe dan
kotoran
c Warna rambut : Putih beruban
d Kulit kepala : Bersih, tidak terdapat ketombe,
tidak terdapat lesi.
e Distribusi rambut : Merata
f Kerontokan rambut : Tidak ada
g Benjolan di kepala : Tidak ada benjolan di kepala
h Temuan/keluhan lain : Tidak ada
Palpasi
a Nyeri kepala : Tidak ada nyeri kepala
b Temuan/keluhan lain : Tidak ada
4 Mata
Inspeksi
a Ptosis : Ya, ada penurunan
kelopak mata bagian atas.
b Iris : Warna kecoklatan
c Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
d Sklera : Sklera tidak ikterik
e Kornea : Kornea jernih
f Pupil : Isokor
g Peradangan : Tidak ada peradangan
h Katarak : Tidak ada katarak
j Gerak bola mata : Gerakan bola mata simetris
k Alat bantu penglihatan : Klien menggunakan kaca mata
baca
Palpasi
a Kelopak mata : Tidak terdapat nyeri tekan pada
kelopak mata, tidak terdapat
kantung mata
5 Telinga
Inspeksi
a Bentuk telinga : Bentuk telinga simetris
b Lesi : Tidak terdapat lesi
c Peradangan : Tidak tampak adanya
peradangan pada telinga
d Kebersihan telinga luar : Telinga luar tampak bersih
e Kebersihan lubang telinga : Tampak adanya sedikit
serumen pada kedua telinga
f Membran timpani : Membran timpani utuh
g Fungsi pendengaran : Fungsi pendengaran mulai
menurun, klien sudah tidak
mampu mendengar suara yang
pelan
Palpasi
a Daun telinga : Tidak terdapat benjolan dan
tidak ada nyeri tekan pada
daun telinga
6 Hidung dan sinus
Inspeksi
a Bentuk : Bentuk hidung simetris
b Peradangan : Tidak tampak adanya
peradangan pada hidung
c Penciuman : Fungsi penciuman baik, klien
dapat membedakan bau
Palpasi
a Sinusitis : Tidak tampak adanya sinusitis
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak terdapat nyeri tekan

7 Mulut dan tenggorokan


Inspeksi
b Mukosa : Mukosa bibir lembab
c Bibir pecah-pecah : Tidak ada
d Kebersihan gigi : Gigi tampak bersih
e Gigi berlubang : Tidak ada
f Gusi berdarah : Tidak ada perdarahan pada
gusi
g Kebersihan lidah : Lidah tampak kotor
h Pembesaran tonsil : Tidak tampak adanya
pembesaran tonsil
i Temuan yang lain : Tidak ada stomatitis, tidak ada
kesulitan menelan makanan,
namun klien mempunyai
kesulitan untuk mengunyah
makanan karena sudah banyak
gigi yang tanggal
8 Leher
Inspeksi kesimetrisan leher : Leher tampak simetris
Palpasi
a Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
b Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
9 Dada dan tulang belakang
Inspeksi
a Bentuk dada : Bentuk dada simetris
b Kelainan bentuk dada : Tidak ada kelainan bentuk
dada
c Kelainan tulang belakang : Tidak terdapat kelainan tulang
belakang
10 Pernafasan
Inspeksi
a Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
b Pernafasan : Irama nafas teratur
c Retraksi interkosta : Tidak ada retraksi interkosta
d Nafas cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping
hidung
Palpasi
a Taktil fremitus : Taktil fremitus kanan =
taktil fremitus kiri
b Pengembangan dada : Pengembangan dada simetris
Perkusi : Perkusi sonor
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler
a Suara tambahan : Tidak ada suara nafas
tambahan seperti wheezing,
ronchi dan krekles
b Temuan / keluhan lainnya : Tidak teraba massa dan nyeri
tekan pada area dada
11 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada IC V
midclavicula sinistra
a Iktus kordis : Tidak tampak
b Nadi radialis : 82 x/menit teraba teratur
Perkusi : Redup
Auskultasi
a Bunyi jantung : Bunyi jantung I, dan II murni.
Tidak terdengar suara
tambahan
12 Gastrointestinal
Inspeksi : Bentuk abdomen datar
Auskultasi : Peristaltik usus 10 x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak teraba massa, tidak
terdapat nyeri tekan pada
abdomen.
14 Perkemihan
a Warna urin : Warna urin kuning
b Jumlah urin : ± 1500 cc/hari
c Nyeri saat BAK : Tidak nyeri saat BAK
d Hematuria : Tidak ada hematuria
e Rasa terbakar saat BAK : Tidak ada rasa terbakar saat
BAK
fPerasaan tidak : Tidak ada
lampias (anyang-
anyangan)
g Mengompol : Tidak ada
h Tidak bisa BAK : Tidak ada
15 Muskuloskeletal
Inspeksi
a Lesi kulit : Tidak ada
b Tremor : Ada
Klien jarang memakai alas
kaki
Palpasi
a Tonus otot ekstremitas atas : Baik
b Tonus otot : Baik
ekstremitas bawah
c Kekuatan ekstremitas atas : Kuat (skor 5)
d Kekuatan ekstremitas : Kuat (skor 5)
bawah
e Rentang gerak : Klien mampu bergerak dengan
bebas
f Edema kaki : Tidak terdapat edema
g Refleks Bisep : Kanan (+) Kiri (+)
h Refleks Trisep : Kanan (+) Kiri (+)
j Refleks patella : Kanan (+) Kiri (+)
j Refleks Achilles : Kanan (+) Kiri (+)
k Deformitas sendi : Tidak ada
l Nyeri ekstremitas : Kesemutan pada kedua kaki
16 SSP (N I – XII)
a Olfaktori : Fungsi penciuman baik. Klien
masih dapat membedakan bau
b Optikus : Fungsi penglihatan sudah
berkurang. Klien tidak mampu
lagi melihat jarak jauh dengan
jelas, klien menggunakan alat
bantu kaca mata untuk
membaca
c Okulomotorius : Gerakan bola mata simetris
d Throklear : Klien mampu menggerakan
bola mata ke atas dan ke
bawah
e Trigeminus : Klien mampu mengunyah
f Abdusen : Baik
g Facialis : Bentuk bibir simetris
h Auditori : Fungsi pendengaran sudah
mulai menurun
i Glosofaringeal : Klien mampu merasakan
sensasi rasa pada lidah
j Vagus : Klien mampu menelan
makanan
k Aksesorius : Klien mampu menoleh ke kiri
dan ke kanan, klien mampu
mengangkat kedua bahu
dengan simetris
l Hipoglosus : Pengucapan kata masih jelas,
tidak ada pelo
17 Sistem Endokrin
a Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
b Riwayat penyakit metabolik : Terdapat riwayat penyakit
metabolik seperti DM
18 Genetalia dan anal
a Kebersihan : Bersih
b Haemoroid : Tidak ada haemoroid
c Kesan (bau) : Tidak ada bau pesing atau bau
tidak enak

K. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL, EKONOMI DAN SPIRITUAL


1 Psikososial
Hubungan dengan orang lain : Klien mampu berinteraksi
dengan baik dengan istri,
anak, menantu ,cucu, cicit dan
orang-orang lain di sekitarnya.
Kebiasaan lansia berinteraksi : Tn. S berinteraksi dengan
dengan teman teman lansia saat datang di
Posbindu.
Stabilitas emosi : Tn. S selalu tenang dan tidak
pernah marah-marah.
Harapan klien : Klien mengatakan ingin
tubuhnya sehat.
Frekuensi kunjungan keluarga : Keempat anak Tn. S tinggal
berdekatan dengan rumah
Tn.S, hanya 1 anak Tn. S yang
tinggal di luar kota dan
mengunjungi Tn. S 3 bulan
sekali.
Pertengkaran dengan teman : Klien mengatakan tidak ada
pertengkaran dengan teman-
temannya
Curiga dengan teman : Tidak ada
2 Sosial Ekonomi
Pekerjaan : Klien Tn. S sudah tidak bekerja
lagi, dulu Tn. S bekerja sebagai
pedagang.
Penghasilan : Saat ini biaya kehidupan Tn. S
dipenuhi oleh anak-anak Tn.S
Asuransi kesehatan/jaminan : Klien Tn. S memiliki
pelayanan kesehatan jaminan kesehatan (BPJS).
Jumlah keluarga : Klien memiliki 5 orang anak, 5
orang menantu, 12 cucu dan 3
cicit
3 Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1 :
Mengalami kesulitan tidur? : Klien tidak mengatakan
mengalami kesulitan tidur.
Klien dapat tidur pada siang
hari dan pada malam hari tidak
sering terbangun.
Merasa gelisah? : Klien mengatakan tidak
mempunyai perasaan gelisah.
Sering murung dan menangis : Klien mengatakan tidak pernah
sendiri? merasa murung dan menangis.
Klien mengatakan selalu
bahagia dan bersyukut.
Sering khawatir? : Klien mengatakan kawatir bila
badan tidak sehat.

H. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


Indeks KATZ
Klien Tn. S termasuk dalam kategori mandiri dalam makan, kontinensia
(BAB dan BAK), menggunakan pakaian, mandi, pergi ke toilet dan berpindah.

Barthel Indeks
No Kriteria Skor Keterangan
1. Makan 10 Frekuensi 3 x sehari
5 : bantuan Jumlah 1 piring/sekali makan
10 : mandiri Jenis nasi, sayur, lauk
2. Minum 10 Frekuensi 5 x sehari
5 : bantuan Jumlah ± 1000 cc
No Kriteria Skor Keterangan
10 : mandiri Jenis air putih
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat 15
tidur/sebaliknya
10 : bantuan
15 : mandiri
4. Personal toilet (cuci muka, menyisir 5 Frekuensi 1 x sehari pada sore hari
rambut, gosok gigi)
0 : bantuan
5 : mandiri
5. Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 10
menyeka tubuh dan menyiram)
5 : bantuan
10 : mandiri
6. Mandi 15
5 : bantuan
15 : mandiri
7. Jalan di permukaan datar 5
0 : bantuan
5 : mandiri
8. Naik turun tangga 10
5 : bantuan
10 : mandiri
9. Mengenakan pakaian 10
5 : bantuan
10 : mandiri
10. Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi 2 hari sekali
5 : bantuan Konsistensi lunak
10 : mandiri
11. Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi 5-7 x/hari
5 : bantuan Warna kuning
10 : mandiri
12. Olahraga/latihan 10 Klien berolahraga jalan kaki setiap
5 : bantuan pagi hari.
10 : mandiri
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 10 Frekuensi setiap hari dengan
5 : bantuan membaca majalah.
10 : mandiri
I. ANALISA DATA.

Hari/ Tgl/ Jam Data Etiologi Problem


Senin DS : Hiperglikemi (DM) Ketidak-efektifan
23/01/17 Klien mengeluh kedua kakinya perfusi jaringan perifer
terasa kesemutan namun tidak (00204)
13.00
mati rasa.
Klien mengatakan sudah lama
mengalami keluhan kesemutan Komplikasi
seperti yang dirasakan saat ini
yaitu sejak 3 bulan yang lalu. vaskuler
DO :
CRT 4 detik.
Turgor kulit kering, akral dingin Mikro vaskuler

Neuropati

Parestesia
Senin DS : Hiperglikemi (DM) Keletihan
23/01/17 Klien mengatakan sejak 3 bulan (00090)
13.05 yang lalu mempunyai keluhan
cepat merasa lelah saat
beraktivitas.
DO : Glukosa intrasel
Indeks KATZ Klien Tn. S
termasuk dalam kategori mandiri menurun
dalam makan, kontinensia (BAB
dan BAK), menggunakan pakaian, Proses pembentukan
mandi, pergi ke toilet dan ATP/energi terganggu
berpindah.
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 23 x/menit
Kelesuan
fisiologis

Keletihan
Senin DS: Hiperglikemi (DM) Resiko Cedera
23/01/17 - Klien mengatakan fungsi (00035)
13.10 penglihatannya sudah berkurang,
sudah tidak mampu lagi melihat
jarak jauh dengan jelas, dan
menggunakan alat bantu kaca mata
untuk membaca.
- Klien mengeluh kakinya Komplikasi
kesemutan tapi tidak mati rasa.
- Klien mengatakan jarang vaskuler
memakai alas kaki.
DO :
- Lingkungan tempat tinggal Tn. S
Mikro vaskuler
bersih, jalan rata namun agak licin
karena berlumut, tidak ada sampah
Retinopati
berserakan, kamar tidur klien
tampak rapi, lantai rumah dari
keramik, lantai kamar mandi agak
licin dan tidak ada pegangan Penglihatan tidak
dinding, penerangan di rumah Tn.
S cukup terang pada siang karena jelas
terdapat jendela dan ventilasi yang
dibuka setiap pagi dan pada malam Gangguan sensasi
hari lampu penerangan cukup
terang namun penerangan di
kamar mandi agak redup.
- Klien mampu bergerak dengan
bebas.
- Ada tremor.
- Barthel Indeks Tn. S memperoleh
total skor 130 yang berarti Tn. S
dalam kategori mandiri.
Senin DS : Kurangnya Ketidak-efektifan
23/01/17 - Klien mengatakan masih suka manajemen kesehatan
13.10 makan gorengan dan makanan informasi tentang (00078)
bersantan dan minum yang manis. penyakit
- Klien mengatakan mengetahui
menderita penyakit DM dan
kolesterol tinggi sejak 5 tahun Kurang pengetahuan
yang lalu. Selama 5 tahun klien tentang program
tidak rutin minum obat untuk DM terapeutik
dan kolesterol, klien juga tidak
mengatur pola makannya, klien
masih mengkonsumsi banyak gula
dan makanan berminyak.
DO :
- GDS = 251 mg/dl, kolesterol =
386 mg/dl.
- Terdapat parestesia dan retinopati
diabetik.
- SPMSQ : Tn. S termasuk dalam
kategori kerusakan intelektual
ringan.
- MMSE : Tn. S termasuk dalam
kategori kerusakan aspek fungsi
mental ringan.
- Skala Depresi : Tn. S dapat
dikategorikan dalam kategori
kemungkinan depresi.

J. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN.


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan diabetes melitus
(00204).
2. Keletihan berhubungan dengan kelesuan fisiologis (00090).
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sensasi (00035).

4. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang program terapeutik (00078).

K. INTERVENSI KEPERAWATAN.

No. Hari/Tgl/ Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Keperawatan


Jam Keperawatan Hasil
1. Senin Ketidakefektifan Domain Domain II : Fisiologis Kompleks
23/01/17 perfusi jaringan II : Kelas : Manajemen Perfusi
13.15 berhubungan Kesehatan Jaringan Intervensi : Pencegahan
dengan diabetes Fisiologi Sirkulasi (4070)
melitus (00204). Kelas : Jantung Lakukan penilaian sirkulasi perifer
Paru a. (nadi perifer) secara komprehensif.
Outcomes : Monitor panas, kemerahan, nyeri,
Perfusi Jaringan parestesia pada ekstremitas.
b. Ajarkan klien cara perawatan kaki dan
kuku.
Perifer (0407)
Indikator : c. Ajarkan senam kaki diabetik.
Anjurkan klien menggunakan pelembab
Pengisian kapilerd. pada kulit kaki yang kering.
jari (4 - 5) e. Novias
Suhu kulit ujung
kaki dan tangan
(3 - 4)
Parestesia (3 - 4)
2. Senin Keletihan Domain I : Domain I : Fisiologis Dasar
23/01/17 berhubungan Fungsi Kelas : Manajemen Aktivitas
13.20 dengan kelesuan Kesehatan Kelas dan Latihan
fisiologis : Pemeliharaan Outcomes : Manajemen Energi
(00090). Energi (0180) Diskusikan dengan klien jenis
Outcomes : dan banyaknya aktivitas yang bisa
Tingkat dilakukan.
Kelelahan Anjurkan klien menjaga asupan nutrisi
b. adekuat.
(0007)
Indikator : Monitor sistem kardiorespirasi klien
(TD, nadi, RR).
Kelelahan (3 - 4)
Lakukan ROM aktif/pasif untuk
Kelesuan (3 - 4)d.
mengurangi ketegangan otot.
Tingkat stres (3 -
Anjurkan tidur siang.
4)
Novias
3. Senin Resiko cedera Domain IV : Domain IV : Keamanan
23/01/17 berhubungan Pengetahua Kelas : Manajemen
13.25 dengan gangguan n tentang Risiko
sensasi (00035). Kesehatan & a. Outcomes : Pencegahan Jatuh
Perilaku (6490) Anjurkan keluarga klien
Kelas : b. menyediakan pencahayaan yang
Pengetahuan cukup terang.
tentang c. Anjurkan klien menggunakan alas kaki
yang aman.
Kesehatan d. Anjurkan klien menghindari permukaan
Outcomes :
lantai yang licin.
Pengetahuan Ajarkan klien untuk memodifikasi gaya
Pencegahan berjalan (terutama kecepatan dan
Jatuh (1828) pergerakan).
Indikator : Novias
Alas kaki yang
tepat (2 - 4)
b. Penggunaan
pencahayaan
lingkungan yang
benar (2 - 4)
Strategi untuk
menjaga
permukaan lantai
tetap aman (2 - 4)
d. Kondisi kronis
yang
meningkatkan
risiko jatuh (2 - 4)
4. Senin Ketidakefektifan Domain IV : Domain III : Perilaku
23/01/17 manajemen Pengetahua Kelas : Pendidikan
13.25 kesehatan n tentang Pasien
berhubungan Kesehatan & Outcomes : Pengajaran :
dengan kurang Perilaku Proses Penyakit (5602)
pengetahuan Kelas : Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
tentang program Manajemen b. proses penyakit.
terapeutik Kesehatan Berikan penyuluhan tentang penyakit
Outcomes : klien (Diabetes Mellitus).
(00078). d. Jelaskan tentang program terapi.
Manajemen Diskusikan tentang perubahan gaya
Diri : Diabetes hidup.
(1619) Indikator : Ajarkan teknik relaksasi otot progresif.
a. Melakukan Novias
tindakan
pencegahan
dengan perawatan
kaki (1 - 4)
b. Menjalani aturan
pengobatan sesuai
resep (2 - 4)
Memantau
glukosa darah (3 -
5)
d. Mengikuti diet
yang
direkomendasikan
(2 - 4)
Berpartisipasi
dalam olahraga
yang
direkomendasikan
(1 – 4)
Melakukan
kebiasaan hidup
secara rutin (2 - 4)
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.

No. Tanggal Implementasi Respon TTD


DX
1. Selasa 1. Mengajarkan senam kaki S : Tn. S mengatakan sudah memahami
24/01/17 diabetik. langkah-langkah senam kaki diabetik
09.30 dan akan rutin mempraktekkan senam.
O : Tn. S mampu mempraktekkan senam
kaki diabetik.
1. Selasa 2. Mengajarkan klien cara S : Tn. S mengatakan sudah memahami
24/01/17 perawatan kaki dan kuku. cara merawat kaki dan kuku, dan akan
10.00 mempraktekkannya.
O : Tn. S mampu menyebutkan kembali
cara merawat kaki dan kuku.

1. Selasa 3. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan menggunakan


24/01/17 menggunakan pelembab lotion pada kulit kakinya.
10.30 pada kulit kaki yang kering. O : Tn. S mengoleskan lotion pada kulit
kaki dan kulit yang kering.
2. Rabu 4. Berdiskusi dengan klien S : Tn. S mengatakan aktivitas yang bisa
25/01/17 jenis dan banyaknya aktivitas dilakukan hanya kebutuhan dasar
09.00 yang bisa dilakukan. seperti ke kamar mandi dan makan,
dan mengisi waktu luang dengan
membaca majalah.
O : Tn. S mampu memilih dan membatasi
aktivitas fisiknya.
2. Rabu 5. Melatih ROM aktif untuk S : Tn. S mengatakan otot-ototnya terasa
25/01/17 mengurangi ketegangan otot. lemas setelah dilatih.
09.15 O : Tn. S mampu mengikuti gerakan
dengan benar.
2. Rabu 6. Menganjurkan klien : Tn. S mengatakan akan tetap makan 3
25/01/17 menjagaS asupan nutrisi kali sehari dan tidur siang jika bisa.
09.45 adekuat dan : Tn. S tampak segar.
menganjurkan untuk tidur O
siang.
1. Rabu 7. Monitoring panas, S : Tn. S mengatakan kesemutan sudah
25/01/17 kemerahan, nyeri, parestesia berkurang dan sudah berlatih senam
10.00 pada ekstremitas, pengisian kaki.
kapiler perifer.
O : Tidak ada kemerahan pada
ekstremitas. CRT 3 detik.
2. Rabu 8. Monitoring sistem S : Tn. S mengatakan sudah membatasi
25/01/17 kardiorespirasi klien (TD, aktivitasnya.
10.00 nadi, RR). O : TD = 130/80 mmHg, Nadi = 85
x/menit, RR = 22 x/menit.
3. Kamis 9. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan mengganti
26/01/17 menyediakan pencahayaan lampu dirumahnya dengan lampi yang
13.00 yang cukup terang. lebih terang.
O : Penerangan rumah Tn. S redup.

3. Kamis 10. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan memakai alas


26/01/17 menggunakan alas kaki yang kaki yang aman.
13.10 aman. O : Tn. S memakai alas kaki yang aman.
3. Kamis 11. Menganjurkan klien S : Tn. S mengatakan akan berhati-hati
26/01/17 menghindari permukaan bila berjalan di permukaan lantai yang
13.15 lantai yang licin. licin.
O : Lantai dikamar mandi Tn. S licin.
3. Kamis 12. Mengajarkan klien untuk S : Tn. S mengatakan akan berjalan pelan-
26/01/17 memodifikasi gaya berjalan. pelan.
13.20 O : Tn. S tampak mempraktekkan gaya
berjalan yang pelan-pelan.
4. Kamis 13. Memberikan penyuluhan S : Tn. S mengatakan sudah memahami
26/01/17 tentang lima pilar Diabetes tentang lima pilar Diabetes Mellitus.
13.20 Mellitus. O : Tn. S mampu menyebutkan lima pilar
DM : obat, diet, edukasi, latihan fisik
dan monitor kadar gula darah.
2,3. Kamis 14. Monitoring sistem S : Tn. S mengatakan sudah rutin senam
26/01/17 kardiorespirasi klien (TD, kaki sehingga kesemutan sudah mulai
13.30 nadi, RR), parestesia, berkurang.
kemerahan ekstremitas.
O : TD = 120/80 mmHg, Nadi =
80 x/menit, RR = 20 x/menit,
tidak tampak adanya
kemerahan pada
ekstremitas.
4. Jumat 15. Mengajarkan teknik : Tn. S mengatakan otot tubuhnya terasa
27/01/17 relaksasSi otot progresif. rileks.
09.00 O : Tn. S mampu mengikuti teknik
relaksasi otot progresif seperti yang
diajarkan.

M. EVALUASI KEPERAWATAN.
Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD

Rabu Ketidakefektifan perfusi S:


25/01/17 jaringan berhubungan Tn. S mengatakan sudah memahami
12.00 dengan diabetes melitus langkah-langkah senam kaki diabetik
(00204). dan sudah rutin mempraktekkan senam.
Tn. S mengatakan sudah memahami
cara merawat kaki dan kuku, dan sudah
mempraktekkannya.
Tn. S mengatakan akan menggunakan
lotion pada kulit kakinya.
Tn. S mengatakan kesemutan sudah
berkurang dan sudah berlatih senam
kaki.
O:
Tn. S mampu mempraktekkan senam
kaki diabetik.
Tn. S mampu menyebutkan kembali
cara merawat kaki dan kuku.
Tn. S mengoleskan lotion pada kulit
kaki dan kulit yang kering.
Tidak ada kemerahan pada ekstremitas.
CRT 3 detik.
A : Masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
senam kaki secara rutin.
Motivasi klien untuk rutin melakukan
perawatan kaki dan kuku secara rutin.
Rabu Keletihan berhubungan S:
25/01/17 dengan kelesuan fisiologis Tn. S mengatakan aktivitas yang bisa
12.15 (00090). dilakukan hanya kebutuhan dasar seperti
ke kamar mandi dan makan, dan
mengisi waktu luang dengan membaca
majalah.
Tn. S mengatakan otot-ototnya terasa
lemas setelah dilatih ROM.
Tn. S mengatakan mempertahankan
asupan nutrisi dan tidur siang jika bisa.
O:
Tn. S mampu memilih dan membatasi
aktivitas fisiknya
Tn. S mampu mengikuti gerakan ROM
dengan benar.
Tn. S tampak segar.
TD = 130/80 mmHg, Nadi = 85
x/menit, RR = 22 x/menit
A : Masalah keletihan teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
jenis aktivitas yang bisa dilakukan.
Monitor sistem kardiorespirasi klien.
Jumat Resiko cedera berhubungan S:
27/01/17 dengan gangguan sensasi Tn. S mengatakan sudah mengganti
11.15 (00035). lampu rumah dengan yang lebih terang
dan sudah berhati-hati saat berjalan.
O:
Penerangan rumah Tn. S sudah cukup
terang.
Gaya berjalan Tn. S pelan dan berhati-
hati.
Tn. S memakai alas kaki yang nyaman
dan aman.
TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80
x/menit, RR = 20 x/menit, tidak tampak
adanya kemerahan pada ekstremitas.
A : Masalah resiko cedera teratasi.
P:
Motivasi klien untuk mempertahankan
gaya berjalan yang pelan dan berhati-
hati.

Jumat Ketidakefektifan manajemen S:


27/01/17 kesehatan berhubungan Tn. S mengatakan sudah memahami
11.15 dengan kurang pengetahuan tentang lima pilar Diabetes Mellitus dan
tentang program terapeutik akan mempraktekkan kelima pilar
tersebut.
(00078).
Tn. S mengatakan otot tubuhnya terasa
rileks setelah diajarkan teknik relaksasi.
O:
Tn. S mampu menyebutkan lima pilar
DM : obat, diet, edukasi, latihan fisik
dan monitor kadar gula darah.
Tn. S mampu mengikuti teknik
relaksasi otot progresif seperti yang
diajarkan.
A : Masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan teratasi.
P:
Monitor perubahan gaya hidup klien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Etiologi diabetes mellitus antara lain faktor genetik, faktor imunologi, faktor
lingkungan, selain itu usia dan obesitas juga sering menjadi penyebab diabetes mellitus.

Patofisiologi diabetes mellitus terjadi saat makanan ketika akan dimetabolisme


harus dipecah menjadi partikel-partikel yang dapat diserap tubuh. Dalam proses
metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam
sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak
dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang
artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain Keluhan yang sering muncul
adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.

B. Saran.
1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetes melitus pada lansia
kita dapat melakukan pencegahan agar penyakit yang timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahan fungsi
fisiologis maupun psikologisnya untuk mengantisipasi komplikasi maupun kegawat
daruratan pada penderita DM seperti hipoglikemi maupun respon stres yang timbul
pada lansia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Mengenal Diabetes Melitus. http: // diabetesmellituscenter. Wordpress


.com /2010 /01/ 09/mengenal -diabetes-mellitus/ diakses tanggal 15 Mei 2012
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC,

Luecknote, Annette Geisler. 1997. Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani, Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3. Jakarja : Media
Aesculaius

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai