Anda di halaman 1dari 9

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Kawasan pesisir memiliki peranan strategis dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Wilayah perairan pantai yang kaya akan sumber
daya alam dimanfaatkan oleh manusia sebagai salah satu sumber bahan
makanan, utamanya sumber protein. Selain itu, pemanfaatan sumber
energi, seperti hidrokarbon dan mineral khususnya di wilayah pesisir dan
laut, telah dilakukan untuk menunjang pembangunan pada sektor ekonomi.
Fungsi lain yang dimiliki oleh kawasan pesisir dan lautan adalah
digunakan untuk berbagai kegiatan seperti transportasi, industri, agrobisnis
dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman
(Febriandi, 2016 dalam Samsuddin, 2018).
Salah satu fungsi kawasan pesisir adalah sebagai area pemukiman
bagi penduduk yang berprofesi sebagai nelayan atau bergerak di sektor
kelautan, seperti petani rumput laut dan sejenisnya. Sebagai kawasan
pemukiman, maka kawasan pesisir juga harus memenuhi syaratsyarat
sebuah kawasan pemukiman, terutama tersedianya sarana dan fasilitas
kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu syarat utama dalam
sebuah kawasan pemukiman. Syarat kesehatan lingkungan untuk sebuah
kawasan pemukiman yang baik salah satunya adalah tersedianya akses dari
warganya terhadap penyediaan air bersih sebagai kebutuhan hidup yang
penting (Febriandi, 2016 dalam Samsuddin, 2018).
Air merupakan komponen utama yang sangat penting bagi manusia
dalam kehidupan seharihari. Pada daerah tertentu terutama daerah pesisir
pantai kelurahan Manembo-Nembo Kecamatan Maturai Bitung air bersih
sulit diperoleh, air tanah yang ada berupa air payau yang kurang baik bagi
kesehatan. Karena letaknya dipesisir maka sebagian besar masyarakatnya
adalah nelayan. Penyaluran air bersih juga belum memadai sehingga
belum dapat memenuhi kebutuhan akan air bersih, khususnya untuk
keperluan rumah tangga dan terutama pada musim kemarau.
Penyulingan air laut merupakan proses pemurnian air laut secara
fisik yaitu memisahkan air dari garam dengan cara menguapkan air laut
kemudian uap tersebut didinginkan berubah wujudnya menjadi kondensat
yaitu air bersih. Solar still adalah suatu peralatan yang digunakan untuk
menyuling atau mendestilasi air laut menjadi air bersih dengan
menggunakan energi matahari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum kehidupan masyarakat wilayah pesisir
Desa Ampekale Maros
2. Bagaimana cara mengetahui kualitas air bersih dan air minum yang
memenuhi syarat ?
3. Bagaimana cara pengolahan air laut menjadi air bersih dengan
menggunakan metode destilasi ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulis
menyimpulkan tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran umum kehidupan masyarakat wilayah
pesisir Desa Ampekale Maros
2. Untuk mengetahui cara mengetahui kualitas air bersih dan air minum
yang memenuhi syarat
3. Untuk mengetahui cara pengolahan air laut menjadi air bersih dengan
menggunakan metode destilasi

D. Luaran Yang Diharapkan


1. Karya tulis ini diharapkan dapat Meningatkan pengetahuan masyarakat
tentang teknologi destilasi air bersih dari air yang tidak layak konsumsi
(air laut dan air payau) dengan memanfaatkan energi surya.
2. Untuk Mahasiswa, dan civitas akademika, diharapkan karya ilmiah ini
dapat menjadi sarana atau acuan untuk meningkatkan dan menambah
wawasan terkait penyediaan air bersih di wilayah pesisir.
E. Kegunaan
Melalui karya tulis ini Masyarakat mampu memahami, dan dapat
menerapkan iptek yaitu dengan memanfaatkan solar still sebagai alat
destilasi air laut guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Air
Secara geografis wilayah Indonesia sebagian besar terdiri dari air.
Namun faktanya, air yang dapat digunakan untuk kegiatan seharihari
masih dalam kategori cukup dalam segi kualitas dan masih banyak
dijumpai wilayah Indonesia yang mengalami krisis air bersih.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.32 tahun 2017 dinyatakan
bahwa yang dimaksud dengan air adalah Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa
parameter wajib dan parameter tambahan Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi tersebut digunakan untuk memeliharaan kebersihan
perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci
bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air
minum.
Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat merupakan
salah satu agenda penting dalam menjamin kebutuhan dasar
masyarakat. Target dan sasaran tersebut di Indonesia telah ditetapkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
pada tahun 2015-2019, melalui peningkatan akses terhadap layanan air
minum layak pada tahun 2019 menjadi 100% (Sekretariat Kabinet RI,
2017). Hal tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan penduduk terhadap
air bersih yang layak adalah kebutuhan yang sangat krusial (Alihar,
2018).
Hasil survey tentang water acid tahun 2016 diperoleh hasil bahwa
Indonesia menduduki peringkat ke-enam dalam daftar negara yang
memiliki penduduk terbanyak dan mengalami kesulitan akses
mendapatkan air bersih. Capaian akses air bersih di Indonesia
mencapai angka (72,55%) (BPS, 20018). Namun angka tersebut belum
mencapai target RPJMN 2019 di Indonesia yaitu 100% akses air bersih
yang layak.
B. Air Laut
Menurut Lasatira (2017), Air laut memiliki warna bening,
mengandung garam yang cukup tinggi, dan dinyatakan dalam
presentase salinitas. Air laut secara alami merupakan air saline dengan
kandungan garam sekitar 35%. Beberapa danau garam di daratan dan
beberapa lautan memili kadar garam lebih tinggi dari air laut
umumnya. Sebagai contoh, laut mati memiliki kadar garam sekitar
30%. Laut itu tetap terhubung, tidak terpisah-pisah seperti habitat
daratan atau air tawar. Semua lautan saling berhubungan.
Salinitas dari air laut yang luas tergantung pada perbedaan antara
evaporasi dan presipitasi, panjang dari aliran runoff, pembekuan, dan
es yang mencair. Pada umumnya salinitas yang tersebar berada pada
zona daerah kering. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran
sungai. Perairan dengan tingkat curah hujan tinggi dan dipengaruhi
oleh aliran sungai memiliki salinitas yang rendah, sedangkan perairan
yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas perairannya tinggi.
Selain itu, pola sirkulasi berperan dalam penyebaran salinitas di suatu
perairan (Sebayang dkk, 2015 dalam Jasman dkk,2019).
Sumber utama garam-garam pada air laut adalah hasil pelapukan
batuan di darat, gas-gas vulkanik, dan sirkulasi lubang-lubang
hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Sebagian besar garam-
garam dilaut berasal dari daratan yang terbawa aliran permukaan (saat
hujan) masuk ke sungai, yang bermuara di laut. Garam-garam tersebut
terakumulasi di laut dan menyebabkan air laut asin. Sebenarnya, air
tawar di daratan juga mengandung garam, tetapi kadarnya sangat kecil
(Manik, 2016).
C. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan manusia akan air sangat terasa dimana-mana, baik
untuk keperluan pertanian, industri, rumah tangga dan kesehatan.
Kelangkaan air bagi suatu kawasan dampaknya sangat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan manusia, baik aspek social, ekonomi,
budaya dan sebagainya.
Kebutuhan air adalah banyaknya jumlah air yang dibutuhkan untuk
keperluan rumah tangga, industri, penggelontor an kota dan lain-lain.
Prioritas kebutuhan air meliputi kebutuhan air domestik, industri,
pelayanan umum dan kebutuhan air untuk mengganti kebocoran,
(Moegijantoro, 1995 dalam Asta, 2018). Kebutuhan air adalah jumlah
air bersih minimal yang harus disediakan agar manusia dapat hidup
secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk
melakukan aktivitas dasar sehari hari (Asmadi dkk dalam Agus Salim,
2019).
Pada Dasarnya faktor faktor yang mempengaruhi penggunaan air
adalah sebagai berikut (Linsicy dkk dalam Agusalim, 2019) :
1. Iklim,kebutuhan air uuntuk keperluan sehari-hari seperti mandi,
mencuci, menyiram tanaman akan semakin tinggi pada musim
kering atau kemarau.
2. Ciri ciri penduduk, taraf hidup dn kondisi ekonomi penduduk
mempunyai korelasi dengan jumlah kebutuhan air.
Meningkatnya kualitas kehidupan penduduk menyebabkan
terjadinya peningkatan aktivitas hidup yang diikutu pula
dengan meningkatnya kebutuhan air.
3. Harga air dan meteran, bila harga air mahal, orang akan lebih
menahan diri dalam pemakaian air.
4. Ukuran wilayah, ukuran wilayah diindikasikan dengan jumlag
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu wilayah seperti
industry, perdagangan, taman-taman, dan sebagainya. Semakin
banyak sarana dan prasarana yang dimiliki maka pemakaian air
juga semakin besar.
D. Destilasi Air
Untuk pemenuhan keperluan air tawar/air minum pada daerah sulit
air, saat ini telah banyak ditawarkan produk air minum dalam kemasan
berupa air mineral atau air murni. Juga telah hadir teknologi reverse
osmose yang mampu memproduksi air minum dari air kotor atau dari
air laut. Namun demikian, masih dirasa terlalu mahal bagi sebagian
orang untuk dapat memiliki ataupun memanfaatkannya. Oleh karena
itu perlu dicari sebuah teknologi yang murah dan sederhana.
Teknologi penyulingan air atau destilasi untuk mendapatkan air
tawar dari air laut telah lama dikenal. Konsepnya sederhana dan serupa
dengan siklus hidrologi, yaitu dengan menguapkan air laut dengan cara
dipanaskan, yang kemudian uap air tersebut diembunkan dan
dikumpulkan ke dalam suatu wadah penampung sehingga didapatkan
air tawar. Sumber panas yang dipergunakan berasal dari energi yang
beragam: minyak, gas, listrik, tenaga matahari dan lainnya.
Ada beberapa cara yang sering dilakukan untuk mendapatkan air
bersih yaitu perebusan, penyaringan, destilasi, dan lain-lain. Cara
perebusan dilakukan hanya untuk mematikan kuman dan bakteri-
bakteri yang merugikan, namun kotoran yang berupa padatan-padatan
kecil tidak bisa terpisah dengan air. Penyaringan digunakan hanya
untuk menyaring kotoran-kotoran yang berupa padatan kecil, namun
kuman dan bakteri yang merugikan tidak bisa terpisah dari air. Cara
destilasi merupakan cara yang efektif digunakan untuk menghasilkan
air bersih yang bebas dari kuman, bakteri, dan kotoran yang berupa
padatan kecil.
Secara umum destilasi merupakan salah satu metode sederhana
dari desalinasi dengan metode energi panas dimana metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volatilitas) bahan. Alat destilasi air atau Destilator
mempunyai cara kerja yaitu menggunakan konsep perbedaan titik
didih atau titik cair dari zat kimia penyusun air tersebut. Pada sistem
ini terjadi 2 proses yaitu proses penguapan (evaporation) dan
dilanjutkan dengan proses pengembunan (condensation) kembali, dari
uap yang dihasilkan menjadi cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap lebih dulu (Handayani dkk, 2014 dalam Jasman
dkk, 2019).
Pada proses destilasi, air laut dipanaskan untuk menguapkan air
laut dan kemudian uap air yang dihasilkan dikondensasi untuk
memperoleh air tawar. Proses ini menghasilkan air tawar yang sangat
tinggi tingkat kemurniannya dibandingkan dengan proses lain. Air laut
mendidih pada 100 oC pada tekanan atmosfir, namun dapat mendidih
di bawah 100 oC apabila tekanan diturunkan (Said, 2008, dalam
Jasman dkk, 2019).
Teknologi penyulingan air atau destilasi untuk mendapatkan air
tawar dari air laut telah lama dikenal. Konsepnya sederhana dan serupa
dengan siklus hidrologi, yaitu dengan menguapkan air laut dengan cara
dipanaskan, yang kemudian uap air tersebut diembunkan dan
dikumpulkan ke dalam suatu wadah penampung sehingga didapatkan
air tawar. Sumber panas yang dipergunakan berasal dari energi yang
beragam: minyak, gas, listrik, tenaga matahari dan lainnya (Wahyudi,
2019).

Sumber :
Asta, A. (2018). Analisis Kebutuhan Air Bersih dan Distribusi
Jaringan PDAM Persemaian Kota Tarakan. Borneo
Engineering, 2(1), 61-68.
Djoko Wahyudi, S. T., & MT, J. (2019). Uji Eksperimen Destilasi Air
Laut dengan Variasi Sudut Kemiringan. Jurnal Energy Vol. 9
No. 2 Edisi November 2019.
Jasman, J., & Jusran, M. (2019). MODIFIKASI ALAT
PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 9(1), 1-9.
Manik K E S. 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Prenadamedia
Group, Jakarta
Monintja, N. C., Lumintang, R., & Kokalinso, J. (2021). DESTILASI
AIR BERSIH UNTUK MASYARAKAT PESISIR PANTAI
KELURAHAN MANEMBO-NEMBO KECAMATAN
MATUARI BITUNG. Jurnal Tekno Mesin, 4(2).
PARTINI, PUTU SRI. (2018) TINJAUAN KUALITAS AIR BERSIH DI
RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2018. Diploma thesis,
Jurusan Kesehatan Lingkungan. Poltekkes Denpasar.
Salilama, A. (2018). Analisis Kebutuhan Air Bersih (Pdam) di
Wilayah Kota Gorontalo. RADIAL: Jurnal Peradaban Sains,
Rekayasa dan Teknologi, 6(2), 102-114.
Samsuddin, M. A. (2018). Analisis Sistem Pengelolaan Air Bersih
Suku Bajo Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Temu Ilmiah
Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 7, F 087-
092
Setioningrum, R. N. K., Sulistyorini, L., & Rahayu, W. I. (2020).
Gambaran Kualitas Air Bersih Kawasan Domestik di Jawa
Timur pada Tahun 2019. IKESMA, 16(2), 87-94.

Anda mungkin juga menyukai