Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK 3

SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu :

Zulfan Efendi, S.Ag., M.Pdi

Disusun Oleh :

1. Sarmadani
2. Amira Safika
3. Dhea Amanda
4. Stevy Indah Pratama
5. Wulan

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Selamat Pagi

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok pembuatan makalah yang berjudul “Sumber Ajaran Agama Islam” dengan
tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang sumber ajaran agama
islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zulfan Efendi, S.Ag., M.Pdi
selaku dosen Mata Kuliah Agama Islam. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Tanjungpinang, 25 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Periwayatan Al-Qur’an............................................................................3
B. Keunggulan Al-Qur’an.............................................................................4
C. Keistimewaan Bahasa Al-Qur’an.............................................................4
D. Pengertian Sunnah....................................................................................5
E. Tahapan Periwayatan Hadits....................................................................5
F. Syarat-syarat Hadits Sahih.......................................................................8
G. Pengertian Adil Pada Perawi Hadits........................................................8
H. Pengertian Sanad......................................................................................9
I. Pengertian Ijtihad dan Mujtahid...............................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber ajaran agama islam merupakan suatu rujukan,landasan atau dasar


yang utama dalam menjalankan ajaran agama islam. Hal tersebut menjadi pokok
ajaran islam sehingga segala sesuatu haruslah bersumber atau berpatokan kepadanya.
Hal tersebut menjadi pangkal dan tempat kembalinya segala sesuatu. Ia juga menjadi
pusat tempat mengalirnya sesuatu. Oleh karena itu, sebagai sumber hukum ajaran
islam yang baik hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar dan mutlak.

Adapun yang menjadi sumber hukum ajaran islam yaitu Al-Qur’an yang
memuat wahyu Allah swt. ,Hadist yang memuat sunnah Rasulullah dan Ijtihad yang
merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk memutuskan perkara yang tidak
dibahas didalam Al-Qur’an maupun hadist dengan syarat menggunakan akal sehat
dan pertimbangan matang namun tetap merujuk pada Al-Qur’an dan hadist.

Komponen utama atau unsur utama ajaran islam para ulama mengelompokkan
menjadi tiga yaitu akidah/keimanan, syariah/ibadah dan akhlak/budi pekerti yang
dikembangkan dengan akal pikiran manusia yang meiliki syarat untuk
mengembangkannya.

Dalam memahami ajaran islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan islam
perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman islam yang
komprehensif. Hal itu penting dilakukan karena kualitas pemahaman islam seseorang
akan mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan terhadap islam.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana periwayatan Al-Qur’an ?


2. Apa saja keunggulan Al-Qur’an ?
3. Apa saja keistimewaan bahasa Al-Qur’an ?
4. Apa pengertian sunnah ?
5. Bagaimana tahapan periwayatan hadits ?
6. Apa syarat-syarat hadits sahih ?
7. Apa pengertian adil pada perawi hadits ?
8. Apa pengertian sanad dan contohnya ?
9. Apa pengertian ijtihad dan mujtahid ?

C. Tujuan

1. Menjelaskan periwayatan dalam Al-Qur’an


2. Menjelaskan keunggulan Al-Qur’an
3. Menjelaskan keistimewaan bahasa Al-Qur’an
4. Menjelaskan pengertian sunnah
5. Menjelaskan tahapan periwayatan hadits
6. Memahami syarat-syarat hadits sahih
7. Memahami pengertian adil pada perawi hadits
8. Memahami pengertian sanad dan contohnya
9. Memahami pengertian ijtihad dan mujtahid

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Periwayatan Al-Qur’an

Al-Quran adalah pelengkap wahyu-wahyu Allah yang sebelumnya. Semua isi


ayat-ayat Al-Quran adalah firman Allah Jalla Jalaluh. Al-Quran adalah suatu
kebenaran yang tidak usah diragukan lagi.

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar. (Q.S. Al-Baqarah : 23)

Meskipun seluruh naskah Al-Quran dibakar dan dihilangkan dari permukaan


bumi, maka para penghafal Al-Quran siap kembali menulis ulang Al-Quran
dengan tepat 100%, baik itu garisnya, hurufnya bahkan titiknya semuanya pas.
Al-Quran sudah dihafal semenjak turunnya. para sahabat mewariskan Al-Quran
kepada keturunannya dan kepada seluruh penjuru negeri

Al-Quran adalah bukti kelebihan Islam dibandingkan agama-agama lainnya.


Agama selain Islam banyak yang menerima semua informasi yang berhubungan
dengan agama mereka tanpa ada periwayatan yang jelas, sehingga banyak yang
tersesat karena itu. Banyaknya berita yang tidak diteliti terlebih dahulu dan
langsung diterima membuat ajaran agama-agama selain Islam tercampur aduk.
Itulah salah satu kelebihan Islam dibandingkan agama-agama lainnya.

3
B. Keunggulan Al-Qur’an

Keunggulan yang terdapat didalam Al-Qur’an antara lain :

 Mendapatkan pahala apabila membacanya


 Al-Qur’an terjaga keasliannya
 Merupakan kitab yang lengkap, sempurna dan tidak mengandung
kecacatan
 Sebagai petunjuk dan ajaran umat islam

C. Keistimewaan Bahasa Al-Qur’an


1. Fonologi
Dalam bahasa Arab Ilmu bunyi diistilahkan dengan ilmu al
ashwat adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang penuturan bunyi
bahasa, perpindahandan penerimaannya.
2. Sintaksis
Ilmu nahwu adalah bidang ilmu tata bahasa arab yang mempelajari
tentang bagaimana menentukan kedudukan satu kalimat dari segi
i’robnya.
3. Morfologi
Ilmu al-sharf adalah ilmu yang membahas dasar-dasar
pembentukan kata, termasuk di dalamnya imbuhan.
4. Sematik
Katasemantikdalam bahasa Indonesia (Inggris:semantics) berasal dari
bahasa Yunani sema(kata benda) yang berarti “tanda” atau
“lambang”(Henry GunturTarigan: 2009). Semantik dalam bahasa arab
adalah kajian tentangmakna, atau ilmu yang membahas tentang
makna, atau cabang linguistik.

4
D. Pengertian Sunnah

Sunnah menurut bahasa adalah jalan atau kebiasaan. Sedangkan menurut


istilah :

1. Ahli Hadits (Muhadditsin)


Sunnah ialah perkataan, perbuatan, taqrir dan adat kebiasaan Nabi
Muhammad SAW.
2. Ahli Fiqih
Sunnah ialah sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan tidak apa-apa.

Sunnah biasa pula dipakai untuk hadits. Fungsinya sebagai penjelasan


terhadap Al-Qur’an

E. Tahapan Periwayatan Hadits


Dalam proses periwayatan hadits terdapat beberapa tahapan .
Adapun tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut :
1. Mendengar (al-sima’)
Bentuk al-sima’ ini merupakan bentuk paling tinggi dan kuat diantara
bentuk periwayatan lainnya (Al-Thah}h}ān, n.d., p. 133). Di lisan orang
arab sudah lazim tentang ucapan seorang periwayat Hadis : haddathana
fulan, atau akhbarana fulan, atau anba’ana fulan, atau zakarana fulan,
atau qala lana fulan, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu menurut ulama
bahasa, sama seperti ucapan periwayat hadits sami’tu fulan . Dari sini bisa
diambil pemahaman bahwa mereka para ulama Hadits menggunakan cara-
cara ulama bahasa dalam pemakaian istila-istilah tersebut (Salih 209, p.93)

5
2. Membaca (al-qira’ah)
Yang dimaksud dengan membaca di sini adalah kegiatan membaca
seorang murid di depan gurunya, baik secara hapalan maupun dengan
melihat sebuah kitab (Salih, 2009, p. 97). Apabila bacaannya bukan
hapalan atau tidak pula dengan membaca dari kitab melainkan dengan
mendengar orang lain membaca di depan gurunya, maka untuk orang
tersebut disyaratkan harus hapal bacaannya (Salih, 2009, p. 97).
3. Ijazah (al-Ijazah)
Yang dimaksud ijazah di sini adalah memberikan izin periwayatan
baik secara ucapan maupun tulisan (Al-Thahhān, n.d., p. 134). Bentuk
ijazah ini adalah seperti halnya ucapan seorang guru kepada murid : “saya
memberikan ijazah kepadamu untuk meriwayatkan kitab sahih al-bukhari
“ (Al-Thah}h}ān, n.d., p. 134).
4. Memberi (al-Munawalah)
Yang dimaksud dengan istilah memberi atau al-Munawalah ini adalah
tindakan pemberian sebuah kitab atau sebuah Hadis tertulis oleh seseorang
supaya disampaikan dan diriwayatkan. al-Munawalah terdiri dari
beberapa bentuk yang tidak sama tingkatan lemah dan kuatnya (Salih,
2009, p. 100).
5. Menulis (al-Kitabah)
Misalnya, seorang guru menulis sendiri atau dengan memerintahkan
orang lain untuk menuliskan beberapa Hadis kepada orang yang ada
dihadapannya untuk menimba ilmu darinya, atau seseorang lain yan
berkirim surat padanya (Salih, 2009, p. 101). Kekuatan kepercayaan orang
itu tentunya tidak bisa menandingi orang yang datang menemui sendiri,
karena dia bisa langsung melihat tulisan gurunya atau tulisan
pembantunya yang langsung diawasi dan diakuinya. Ini tentu berbeda
dengan orang yang tidak hadir dan hanya mengirim surat atau kurir saja
(Salih, 2009, p. 102).

6
6. Memberitahukan (al-I’lam)
Yang dimaksudkan dengan memberitahukan ialah tindakan seorang
yang mengabari muridnya bahwa kitab atau Hadis ini termasuk riwayat
darinya atau dari yang didengarnya dari sesesorang (fulan) tanpa member
ijazah untuk menyampaikannya. Mayoritas ulama memperbolehkan
bentuk seperti ini, dan dijadikan sebagai salah satu bentuk penanggungan
Hadis (al-Tahammul) (Salih, 2009, p. 103).
7. Wasiat (al-Wasiah)
Bentuk wasiat jarang terjadi, wasiat adalah penegasan dari seorang
guru sewaku hendak bepergian atau mendekati saat-saat kematiannya.
Yaitu berwasiat kepada seorang tentang kitab tertentu yang diriwayatkan
(Salih, 2009, p. 104). terkait hukum periwayatan dengan bentuk ini,
sebagian ulama salaf memperbolehkan orang yang mendapat wasiat untuk
meriwayatkan kitab dari orang yang mewasiatkannya. Menurut mereka,
wasiat itu sama dengan cara pemberitahuan dan termasuk jenis pemberian.
Dengan wasiat, sang guru seolah - olah telah memberi sesuatu kepada
muridnya, dan memberitahukan bahwa sesuatu itu termasuk riwayatnya,
hanya saja lafaz}-lafaz}nya saja yang tidak jelas (Salih, 2009, p. 104).
8. Penemuan (al-Wijadah)
Menurut Subhi Salih (Salih, 2009, p. 105), bentuk ini adalah sumber
Hadis yang tidak pernah diketahui orang arab pada umumnya. Para ulama
Hadis menjadikannya suatu metode pengambilan ilmu dari sahifah, bukan
dengan cara mendengar, ijazah maupun munawalah.

7
F. Syarat-syarat Hadits Sahih
1. Sanad (mata rantai rawi) tidak terputus
2. Rawinya adil
Kejujuran pribadi, soleha, taqwa melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan
3. Rawinya memounyai ingatan yang kuat, teliti dan mendetail. Jika ditulis,
tulisannya rapi, baikl dan terpelihara. Tidak ragu, tidak lalai dan tidak
menganggap enteng dalam periwayata.
4. Tidak cacat dalam isi keterangan. Yaitu tidak terdapat cacat pada matan
(redaksi hadis atau sanadnya.
5. Tidak berbeda dengan riwayat lain yang mempunyai rawi lebih kuat
hapalannya.

G. Pengertian Adil Pada Perawi Hadits

Muslim, baligh berakal, bersih dari unsur-unsur kefasikan dan unsur-


unsur yang merusak muru’ah (harga diri) dan tidak lalai. Dikatakan ‘adil
berdasarkan ‘popularitas’ di kalangan umat Islam, seperti Imam malik dan
Imam Ahmad bin Hambal, atau berdasarkan pengakuan seorang yang ‘adil
bahwa si rawi adalah seorang yang ‘adil. Untuk mengetahui mana rawi yang
adil dan mana yang bercacat, maka muncullah satu cabang ilmu dalam dunia
hadits yang disebut ilmu al jarh wa at-Ta’dil. Yaitu ilmu yang membahas dan
mengupas kepribadian seorang rawi untuk mengetahui mana rawi yang
periwayatannya dapat diterima dan mana yang harus ditolak. Contoh kitab
yang membahas ilmu ini adalah: al Jarh wa at-Ta’dil karya Abu Hatim ar-
Razy.

8
H. Pengertian Sanad dan Contohnya

Secara bahasa sanad (‫ند‬99‫ )الس‬berarti sandaran. Adapun secara istilah


adalah Rangkaian para periwayat hadits yang menghubungkan sampai
kepada redaksi hadits. Atau juga bisa didefinisikan Para periwayat hadits
yang menukilkan (menyampaikan) hadits kepada kita.

Dengan kata lain sanad adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits


dari tingkatan sahabat hingga hadits itu sampai kepada kita.

Berikut ini contoh-contoh sanad dalam hadits yang dituliskan dalam


kitab hadits shahih Bukhari yang ditandai dengan cetak tebal :

Contoh Pertama :

َ ‫أَبِي‬ ‫ ع َْن‬،‫يَ ِزي َد‬ ‫ ع َْن‬،‫ث‬


‫ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن‬ ‫ ع َْن‬،‫الخ ْي ِر‬ ُ ‫اللَّ ْي‬ ‫ َح َّدثَنَا‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫ َع ْم ُرو بْنُ َخالِ ٍد‬ ‫َح َّدثَنَا‬
‫ أَيُّ ا ِإل ْسالَ ِم خَ ْيرٌ؟‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ أَ َّن َر ُجاًل َسأ َ َل النَّب‬،‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬
ِ ‫ َر‬ ‫َع ْم ٍرو‬
ُ َّ ْ
‫ف‬ ِ ‫ َوتَ ْق َرأ ال َّسالَ َم َعلَى َم ْن َع َر ْفتَ َو َم ْن لَ ْم تَع‬،‫ تُط ِع ُم الط َعا َم‬:‫قَا َل‬
ْ ‫ْر‬

Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (imam Bukhari), ia berkata : Al-
Laits menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-
Khair, dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa seorang lelaki
bertanya pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam :

“Manakah islam yang paling baik?”

Beliau menjawab : “Memberikan makanan, dan membaca salam pada orang yang
engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”
(HR. Bukhari)

Dari contoh di atas yang disebut sanad adalah : Abul Khair, Umar
bin Khalid, Al-Laits, Yazid, Abul Khair, dan Abdullah bin ‘Amr.

Artinya Abdullah bin ‘Amr mendapatkan hadits dari Nabi shallallaahu


‘alaihi wasallam. Lalu hadits itu disampaikan kepada Abul Khair lalu

9
kepada Yazid lalu kepada Al-Laits lalu kepada Umar bin Khalid lalu kepada
penulis hadits yakni imam Al-Bukhari.

I. Pengertian Ijtihad dan Mujtahid

Ijtihad yaitu menggunakan seluruh kesanggupan berpikir untuk


menetapkan hokum syariat dengan jalan mengeluarkan hokum dari kitab dan
sunnah. Orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid.
Menurut Yusuf al-Qardhawi, “Yang dimaksud dengan ijtihad terangkum
dalam beberapa unsur:
1. Melihat kembali ke dalam kitab-kitab turats fikih dengan berbagai
mazhab, pendapat, dan zaman yang berbeda-beda, guna mencari pendapat
yang terkuat, yang paling sesuai dengan maksud syariat dan dapat
memberikan maslahat (kebaikan) bagi umat di mana kita hidup sekarang
ini.
2. Kembali kepada sumber asli, yaitu kepada nash-nash yang tetal tetap, al-
Qur’an dan sunnah yang shahih.
3. Ijtihad hanya pada masalah-masalah baru yang tidak diketahui oleh para
ahli fikih di zaman lampau, dan hukumnya belum diketahui.

Wilayah ijtihad hanya terbatas pada hal-hal yang hukumnya

zonniyyatuddalil ) ‫) ظَ ِّن يَّةُ الدَّلِْيل‬, bukan pada hal-hal yang dalilnya sudah qath’i

(pasti). Hal-hal yang dalilnya sudah jelas dan pasti, baik dari al-Qur’an atau
sunnah yang shahih tidak ada lagi pintu ijtihad, seperti wajibnya puasa
Ramadhan, haramnya daging babi, haramnya riba, dan lain-lain.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sumber ajaran agama islam merupakan suatu rujukan,landasan atau dasar


yang utama dalam menjalankan ajaran agama islam. Al-Quran adalah pelengkap
wahyu-wahyu Allah yang sebelumnya. Keunggulan yang terdapat didalam Al-Qur’an
antara lain : Mendapatkan pahala apabila membacanya,Al-Qur’an terjaga
keasliannya,merupakan kitab yang lengkap, sempurna dan tidak mengandung
kecacatan,sebagai petunjuk dan ajaran umat islam.

Sunnah menurut bahasa adalah jalan atau kebiasaan. Sunnah biasa pula
dipakai untuk hadits. Fungsinya sebagai penjelasan terhadap Al-Qur’an. Tahapan
Periwayatan Hadits diantaranya mendengar (al-sima’) ,membaca (al-qira’ah) ,ijazah
(al-Ijazah) ,memberi (al-Munawalah) , menulis (al-Kitabah), memberitahukan (al-
I’lam) , wasiat (al-Wasiah) , penemuan (al-Wijadah).

Syarat-syarat Hadits Sahih :

1. Sanad (mata rantai rawi) tidak terputus


2. Rawinya adil
3. Rawinya memounyai ingatan yang kuat, teliti dan mendetail. Jika ditulis,
tulisannya rapi, baikl dan terpelihara. Tidak ragu, tidak lalai dan tidak
menganggap enteng dalam periwayata.
4. Tidak cacat dalam isi keterangan. Yaitu tidak terdapat cacat pada matan
(redaksi hadis atau sanadnya.
5. Tidak berbeda dengan riwayat lain yang mempunyai rawi lebih kuat
hapalannya

11
Ijtihad yaitu menggunakan seluruh kesanggupan berpikir untuk menetapkan
hukum syariat dengan jalan mengeluarkan hukum dari kitab dan sunnah. Orang yang
melakukan ijtihad disebut Mujtahid.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami memohon kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Habiba, S. (2017). Pendidikan Agama Islam. Tanjungpinang: UMRAH Press.

Kusroni. (2016). Jurnal Studi Hadits. Mengenal Tuntas Seluk-Beluk Periwayatan


Hadits, 273-286.

13

Anda mungkin juga menyukai