Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II


DIRUMAH SAKIT HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

Disusun Oleh:
Nama : Yoanda Miftahul Jannati
NPM : F0G019007

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Asmariyah,S.ST.,M.Keb) ( )

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Konsep Teori
1. Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas
rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap
penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan
upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A
dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit
tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di
Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5
tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang
menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan
dalam menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan.
Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif.
Sekitar 70% kematian anak dibawah 5 tanhun disebabkan oleh pneumonia,
diare, malaria, campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi
(AKB) 50/1000 kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita (AKABA)
64/1000 kelahiran hidup (Surkesnas, 2001)
2. Strategi dan Proses MTBS
Strategi MTBS mulai diperkenalkan di Indonesia oleh WHO pada
tahun 1996. Pada tahun 1997 Depkes RI bekerjasama dengan WHO dan
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan adaptasi modul MTBS
WHO. Modul tersebut digunakan dalam pelatihan pada bulan November
1997 dengan pelatih dari SEARO. Sejak itu penerapan MTBS di Indonesia
berkembang secara bertahap dan up-date modul MTBS dilakukan secara
berkala sesuai perkembangan program kesehatan di Depkes dan ilmu
kesehatan anak melalui IDAI.
Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Komponen I: Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-
dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah
dilatih).
b. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota).
c. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal
sebagai MTBS berbasis Masyarakat.
Proses manajemen kasus disusun dalam beberapa langkah sebagai berikut :
a. Menilai anak usia 2-5 bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai 2
bulan dan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
b. Membuat klasifikasi kategori untuk melaksanakan tindakan.
c. Mengobati dengan memberikan resep, cara memberi obat dan tindakan
lain yang perlu dilakuakn.
d. Memberi konseling bagi ibu.
e. Memberi pelayanan tidak lanjut.
f. Memilih bagan manajemen kasus harus tepat, yaitu setiap fasilitas
kesehatan mempunyai prosedur penerimaan rawat jalan, gawat
darurat/tindakan, KB/KIA atau imunisasi yang setiap fasilitas kesehatan
mempunyai prosedur pendaftaran pasien. Jika belum ada tentukan dulu
kelompok usia anak.
3. Tujuan MTBS
a. Meningkatkan keterampilan petugas
b. Menilai,mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang
timbul
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
dirumah
d. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e. Memperbaiki sistem kesehatan
f. Menurunkansecara bermaknaangka kematian dan kesakitan yang terkait
penyakit tersering pada balita.
g. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak.
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana
dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian,
antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat
oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada
MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan
oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita.
Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang
cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan
oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi,
yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan
banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya
banyak tenaga kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang
terlibat di dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS dan para
fasilitator ini sudah melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa
dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring
pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan
sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan
obat-obatan. Namun, hal tersebut seringkali dihadapkan pada keterbatasan
alokasi dana, sehingga diperlukan suatu metode lain untuk meningkatkan
ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS melalui
komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize
Adaptation Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatifsoftware berbasis
komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan:
a) Untuk adaptasi pedomanMTBS
b) Untuk pelatihan MTBS melalui computer
4. Ruang Lingkup MTBS (Szees, 2013)
a. Penilaian,klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
b. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
c. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
d. Konseling bagi ibu
e. Tindakan dan pengobatan
f. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut
5. Protap Pelayanan MTBS
a. Anamnesa : wawancara terhadap orang tua bayi dan balita
mengenaikeluhan utama,lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan
dan riwayat penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan :
1) Untuk bayi umur 1 hari - 2 bulan
2) Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas, suhu tubuh, adanya
infeksi, ikterus, gangguan pencernaan, BB, status imun.
3) Untuk bayi 2 bulan-5 tahun
4) Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi, suhu, periksa telinga,
status gizi, imun, penialaian pemberian makanan.
c. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.
6. Langkah Kegiatan
a. Pendaftaran bayi/balita menuju ruang KIA dan lanjut pelayanan MTBS
b. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan
c. Petugas melaksanakan anamnesa
d. Petugas melakukan pemeriksaan
e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikan
dan memberikan penyuluhan
f. Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedomen MTBS bila perlu
dirujuk ke ruang pengobatan untuk konsultasi ke dokter.
7. Penerapan MTBS (Szees, 2013)
a. Informasi mengenai MTBS kpd seluruh petugas
b. Persiapan penilaian,obat2 dan alat yang digunakan untuk pelayanan
c. Persiapan pengadaan formulir
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
e. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
8. Identifikasai Tindakan MTBS
a. Terapi A
Terapi dirumah untuk mencegah dehidrasi,cairan yang biasa diberikan
berupa oralgula-garam,sayuran dan sup yang mengandung garam.
b. Terapi B
Dehidrasi sedang dengan pemberian CRO.
c. Terapi C
Dehidrasi berat dengan pemberian cairan RL
9. Konseling MTBS (DEPKES, 2008)
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien
sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah
yang dihadapi.
a. Konseling Bagi Ibu
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara
dini. Penilaian berupa :
1) Menilai cara pemberian makan anak:
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan,tanyakan kepada ibu cara
pemberian makanan anak sehari-hari dan selama sakit.bandingkan
jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan yang sesuai umur anak.
Hal yang ditanyakan :
 Apakah ibu meneteki anak?
1. berapa kali?
2. apa ibu juga meneteki pada malam hari?
 Apakah anak mendapat makanan/minuman lain?
1. makanan/minuman apa?
2. berapa kali sehari?
3. alat apa yang digunakan untuk memberi makanan?
4. jika BB menurut umur sangat rendah,maka ditanya barapa banyak
makan/minum yang diberikan?
5. Apakah anak dapat porsi tersendiri?
6. Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
 Selama anak sakit,apakah pemberian makan anak di ubah?bila
ya,bagaimana caranya?
Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat
 0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,min 8x sehari.
 6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping
ASI ex: pisang, pepaya, air jeruk dan air tomat, makan
pendamping diberikan 2x/hari, pertambahan umur diberikan bubur
tim ditambah kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging,
wortel, bayam, kacang hijau, santan/minyak, frekuensi 7-8
sendok/hari.
 9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga
secara bertahap dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan
keluarga.berikan 3x/hari frek 9-11 sendok,dan beri makanan
selingan 2x/hari ex: bubur kacang hijau, pisang, biskuit dll
diantara waktu makan.
 12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak,beri nasi lunak yang
ditambah telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam,
kacang, santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan selingan
2x/hari.
 > 2 tahu: makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi,lauk
pauk,sayur dan buah,makanan selingan 2x/hari.
 Jika anak diare,beri ASI lebih sering dan lebih lama.jangan diberi
susu kental.
2) Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak
sakit. Untuk setiap anak sakit:
 Beri ASI lebih sering dan lebih lama
 Tingkatkan pemberian cairan ex:beri kuah sayur dan air putih
 Untuk anak diare :
 Diberi cairan tambahan terapi A dan B sesuai pengobatan
 Untuk anak mungkin DBD :
 Cairan tambahan sangat penting ex: oralit
3). Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan
Nasehati ibu untuk kunjungan ulang sesuai waktu paling awal untuk
permasalahan anaknya.
Anak dengan : Kunjungan  ulang:
Pnemonemia
Disentri
Malaria
Demam 2 hari
Campak
Dbd
Diare
Infeksi telinga
Masalah pemberian makan 5 hari
Penyakit lain jika tidak ada perubahan
Anemia 4 minggu
BB menurut  umur sangat rendah 4 minggu
Kunjungan berikutnya :
Nasehati ibu bila ditemukan tanda-tanda pada anak seperti :
Setiap anak sakit Tidak mau minum/menetek,bertambah
parah dan timbul demam.
Anak batuk,bukan Nafas cepat dan sukar bernafas
pnemonia
Anak diare Bab campur darah,malas minum
mungkin dbd/demam Ada tanda-tanda perdarahan,ujung
extermitas dgn,nyeri ulu hati/gelisah dan
sering muntah.

4) Menasehati ibu tentang kes dirinya


 Nasehati ibu untuk makan dengan baik untuk menjaga kekuatan
dan kesehatan dirinya
 Periksa status imunisasi ibu,k/p beri imunisasi TT
 Pastikan bahwa ibu memperoleh imunisasi dan pelayanan
terhadap: program KB, konseling PMS dan pencegahan
 Anjurkan ibu untuk deteksi dini

b. Masalah Dan Pemecahan


Bayi rewel Ini terkait dgn pemberian ASI,periksa
popok,gendong bayi,mungkin perlu perhatian.
Bayi tdk tidur Tidurkan bayi disamping ibu dan sering diberi
sepanjang ASI,jangan beri makanan lain
malam
Mgkn bayi bingung puting,beri ASI,beri perhatian
Bayi menolak dan kasih sayang.
menetek
Bayi BBLR Beri ASI sesering mungkin
Bayi ikterik Meneteki segera setelah lahir,ASI sesering mungkin
ASI tdk cukup Semakin sering meneteki semakin banyak produksi
ASI
ibu mengatakan Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan
ASI tdk keluar ASI,teteki bayi sesering mungkin.
ibu mengeluh Beri paracetamol 1 tablet tiap 4-6jam,tetap beri ASI
puting terasa pada bayi.perbaiki posisi dan perlekatan saat
sakit memberi ASI
Ibu mengeluh Usaha meneteki bayi sampai payudara
payudara penuh kosong,kompres payudara dgn air hangat dan teteki
bayi segera mungkin
Mastitis dan Beri antibiotik,beri obat penghilang rasa
abses sakit,kompres hangat,tetap beri ASI.jika abses
hentikan ASI dulu
Ibu sakit dan tdk Teteki bayi dulu baru ibu minum obat
mau meneteki
Ibu bekerja Teteki bayi pada pagi hari,pada waktu pulang
kerumah dan lebih sering pada malam hari.

10. Klasifikasi Manajemen Terpadu Balita Sakit


 Umur 1 hari- 2 bulan
a. Penilaian Tanda dan Gejala
Pada penilaian tanda dan gejala yang pertama kali dilakukan pada
balita umur 1 hari sampai 2 bulan adalah:
1) Pertama menilai adanya kejang
2) Kedua, adanya tanda atau gejala gangguan nafas seperti adanya
henti nafas lebih dari 20 detik
3) Ketiga, adanya tanda dan gejala hipotermia seperti penurunan
suhu tubuh
4) Keempat, adanya tanda atau gejala kemungkinan infeksi bakteri
seperti mengantuk atau letargi atau tidak sadar
5) Kelima, adanya tanda atau gejala ikterus
6) Keenam, adanya tanda atau gejala gangguan saluran cerna
seperti muntah segera setelah minum
7) Ketujuh, adanya tanda atau gejala diare
8) Kedelapan, adanya tanda atau gejala kemungkinan berat badan
rendah dan masalah pemberian ASI.
b.Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan
Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini digunakan untuk
menentukan sejauh mana tingkat kegawatan dari keadaan bayi yang
didapat dari masing-masing tanda dan gejala, adalah sebagai berikut:
1) Klasifikasi kejang. Apabila ditemukan tanda tremor yang
disertai adanya penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak
terkendali pada mulut, mata atau anggota gerak lain, mulut
mencucu dan sebagainya.
2) Klasifikasi gangguan nafas. Apabila ditemukan adanya henti
nafas (apnea) lebih dari 20 detik, nafas cepat ≥ 60 kali per menit,
nafas lambat ≤ 30 kali per menit, tampak sianosis, adanya
tarikan dada sangat kuat.
3) Klasifikasi hipotermia. Sedang: Apabila ditemukan suhu tubuh
pada bayi sekitar 36-36,4 C serta kaki atau tangan teraba dingin
yang dapat disertai adanya gerakan pada bayi yang kurang
normal. Hipotermia berat: apabila suhu tubuh kurang dari 36
derajat celcius.
4) Klasifikasi kemungkinan infeksi bakteri. Pertama infeksi bakteri
sistemik apabila ditemukan anak selalu mengantuk/letargis atau
tidak sadar, kejang, terdapat gangguan nafas. Kedua infeksi
lokal berat bila ditemukan nanah pada daerah mata keluar dari
telinga, tali pusar atau umbilicus terjadi kemerahan. Ketiga
infeksi bakteri lokal bila ditemukan adanya nanah yang keluar
dari mata akan tetapi jumlahnya masih sedikit, bau busuk,
terjadi kerusakan kulit yang sedikit, tali pusat atau umbilicus
tampak kemerahan.
5) Klasifikasi ikterus.  Pada ikterus patologi bila ditemukan adanya
kuning pada hari kedua setelah lahir. Pada ikterus fisiologis
dapat terjadi bila terjadi kuning pada umur 3 hari sampai 14
hari.
6) Klasifikasi gangguan cerna. Dijumpai bila tanda sebagai
berikut; muntah segera setelah minum, atau berulang, berwarna
hijau, gelisah, rewel dan perut bayi kembung.
7) Klasifikasi diare. Diare dehidrasi berat, jika terdapat tanda
seperti letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung
serta turgor jelek. Diare dehidrasi sedang jika ditemukan tanda
seperti gelisah atau rewel, mata cekuung serta turgor kulit jelek.
Diare tanpa dehidrasi bila hanya ada salah satu tanda dehidrasi
berat atau ringan.
8) Klasifikasi BB rendah atau masalah pemberian ASI. Jika
ditemukan tanda seperti bayi sangat kecil, BB kurang dari 200
gram umur kurang 28 hari, tidak bisa minum ASI, tidak melekat
sama sekali, tidak mampu menghisap ASI.
 Umur 2 bulan-5 Tahun
a. Penilaian Dan Klasfikasi
Langkah- langkah pada bagan penilaian dan klasifikasi
menggambarkan apa yang harus dilakukan apabila seorang anak
dibawa keklinik dan bagan ini tidak digunakan bagi anak sehat yang
imunisasi atau bagi anak dengan keracunan, kecelakaan atau luka
bakar.
Klasifikasi bukan merupakan diagnosis tapi merupakan indikator
yang menuju ke arah diagnostik klinik
Lajur warna klasifikasi :
- Lajur Merah : kondisi yang harus segera dirujuk
- Lajur Kuning : kondisi yang memerlukan tindakan khusus
- Lajur Hijau : kondisi yang tidak memerlukan tindakan khusus
tetapi penyuluhan pada ibu
Menggunakan keterampilan TANYA, LIHAT, DENGAR dan RABA
1. Menanyakan masalah anaknya
Tanyakan umur anak untuk menentukan bagan penilaian dan
klasifikasi sesuai dengan kelompok umur, lakukan pemeriksaan
BB, PB/TB dan suhu.
Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya dan
tentukan ini kunjungan pertama atau ulang
2. Memeriksa tanda bahaya umum.
Tanda bahaya umum adalah :
a. Apakah anak tidak bisa minum atau menyusu
b. Apakah anak selalu memuntahkan semua sama sekali
tidak dapat menelan apapun.
c. Apakah anak kejang, pada saat kejang lengan dan kaki
anak menjadi kaku karena otot-ototnya berkontraksi
d. Apakah anak letargis atau tidak sadar tidak bereaksi ketika
disentuh, digoyangkan atau bertepuk tangan
3. Batuk atau sukar bernapas
Infeksi saluran pernapasan dapat terjadi pada bagian mana saja
dari saluran pernapasan seperti hidung, tenggorokan, laring,
trakea, saluran udara atau paru. Anak dengan batuk atau sukar
bernapas mungkin menderita Pneumonia atau infeksi saluran
pernapasan berat lainnya.
Menilai batuk atau sukar bernapas:
a. Apakah anak sukar bernapas dimana pola pernapasan yang
tidak biasa cepat atau berbunyi atau terputus-putus dan
sudah berapa lama; jika lebih 3 minggu berarti batuk
kronis, kemungkinanan TBC, asma , batuk rejan
b. Hitung napas dalam 1 menit pada bayi tenang
Jika umur anak 2 sampai 12 bulan dikatakan bernapas
cepat jika frekuensi 50 kali permenit atau lebih dan jika
umur anak 12 bulan sampai 5 tahun dikatakan bernapas
cepat 40 kali permenit.
c. Amati gerak napas pada dada atau perut anak itu, dinding
dada bagian bawah masuk ke dalam ketika anak menarik
napas.
d. Dengar adanya stridor bunyi yang kasar saat anak menarik
napas dan stridor terjadi apabila ada pembengkakan pada
laring, trakea sehingga menyebabkan sumbatan masuknya
udara kedalam paru-paru
Klasifikasi batuk atau sukar bernapas
Tanda dan Gejala Klasifikasi
 Ada tanda bahaya umum PNEUMONIA BERAT
ATAU ATAU PENYAKIT
 Tarikan dinding dada ke SANGAT BERAT
dalam ATAU
 Stridor
 Napas cepat PNEUMONIA
Tidak ada tanda pneumonia atau BATUK BUKAN
penyakit sangat berat PNEUMONIA

4. Diare
Ibu mudah mengenal diare karena perubahan bentuk tinja yang
tidak seperti biasanya dan frekuensi beraknya lebih sering
dibandingkan biasanya. Diare terjadi apabila tinja mengandung
air yang lebih banyak dari normal. Sebagian besar diare yang
menyebabkan dehidrasi berat adalah diare karena kolera. Jika
diare berlangsung selama 1 hari atau lebih disebut DIARE
PERSISTEN dan diare denagn darah dalam tinja dengan atau
tanpa lendir disebut DISENTERI yang disebabkan oleh shigella
Biasanya bayi dehidrasi rewel dan gelisah dan jika berlanjut
bayi menjadi letargis atau tidak sadar, karena bayi kehilangan
cairan matanya menjadi cekung anak malas minum jika ia lemah
dan tidak bisa minum tanpa dibantudan jika dicubit kulit akan
kembali dengan lambat atau sangat lambat. Cubit kulit perut
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk lihat apakah kulit itu
kembali lagi dengan sangat lambat (lebih dari 2 detik), lambat
atau segera.
Klasifikasi derajat dehidrasi
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Terdapat 2 atau lebih tanda
berikut :
 Letargis atau tidak sadar
 Mata Cekung DIARE DEHIDRASI
 Tidak bisa minum atau BERAT
malas minum
 Cubitan kulit perut
kembalinya sangat lambat
Terdapat 2 atau lebih tanda
berikut :
 Gelisah atau rewel
DIARE DEHIDRASI
 Mata Cekung
RINGAN /SEDANG
 Haus minum dengan lahap
 Cubitan kulit perut kembali
lambat
Tidak cukup tanda dehidrasi berat DIARE TANPA
atau ringan/sedang DEHIDRASI

Klasifikasi diare persisten


Ada dehidrasi DIARE PERSISTEN
BERAT
Tanpa dehidrasi DIARE PERSISTEN

Klasifikasi disentri
Darah dalam tinja DISENTRI

5. Demam
Anak dengan demam mungkin menderuta malaria, campak,
demam berdarah atau penyakit berat lainnya
a. Malaria
Demam merupakan tanda utama malaria dan anak dengan
malaria mungkin menderita anemia kronis. Malaria berat
adalah malaria dengan komplikasi seperti malaria serebral
atau anemia berat.Harus mengetahui risiko malaria di
daerah anda tinggi, rendah, atau tanpa resiko.Pada risiko
rendah tanyakan apakah anak dapat berkunjung keluar
dalam 2 minggu terakhir. dan pemeriksaan malaria dapat
dilakukan dengan alat diagnostik cepat, praktis dan tepat.
Ambil sediaan darah periksa RDT jika belum dalam 28
hari dan periksa mikroskopis darah jika pernah dilakukan
RDT dalam 28 hari terakhir (tidak dilakukan untuk daerah
tanpa resiko malaria)
Kemudian lanjutkan penilaian anak demam
 Sudah berapa lama anak itu demam
 Jika lebih dari 7 hari apakah demam setiap hari
 Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2
minggu terakhir
 Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir
 Apakah ada kaku kuduk
 Apakah ada pilek
 Lihat ada tanda campak yaitu ruam kemerahan yang
menyeluruh dan salah satu dari batuk, pilek atau mata
merah
b. Campak
Demam dan ruam kemerahan yang menyeluruh adalah
tanda utama campak. Campak disebabkan oleh virus yang
merusak sistem kekebalan.
Jika anak sedang sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan
terakhir periksa adanya gejala komplikasi campak seperti :
luka dimulut, nanah pada mata dan kekeruhan pada kornea
c. Demam Berdarah Dengue
DBD adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang jumlah kasus maupun daerah yang
terjangkit cenderung meningkat. DBD disebabkan oleh
virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti
Lakukan penilaian untuk DBD hanya jika demam 2 hari
sampai dengan 7 hari.
 Apakah anak mengalami bintik merah dikulit atau
perdarahan akibat trombositopeni. Perdarahan dari hidung
dan gusi sangat dimungkinkan disebabkan DBD
 Apakah sering muntah bercampur darah /berwarna kopi
 Apakah beraknya berwarna hitam
 Apakah ada nyeri ulu hati
 Apakah ada tanda syok ujung ekstermitas teraba dingin,
nadi teraba lemah atau tidak teraba.
 Bintik perdarahan di kulit (petekie)
 Uji torniket (+) ditemukan sebanyak 10 /lebih petekie pada
daerah seluas diameter 2,8 cm
Klasifikasi risiko tinggi malaria
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Ada tanda bahaya umum PENYAKIT BERAT
Kaku kuduk DENGAN DEMAM
Demam (pada anamnesa atau MALARIA
teraba panas atau suhu ≥
37,5C)
Rapid Diagnostic test (RDT)
positif
Demam (pada anamnesa atau DEMAM MUNGKIN
teraba panas atau suhu ≥ BUKAN MALARIA
37,5C)
Rapid Diagnostic test (RDT)
negatif

Klasifikasi risiko rendah malaria


Tanda dan Gejala Klasifikasi
Ada tanda bahaya umum PENYAKIT BERAT
Kaku kuduk DENGAN DEMAM
Tidak ada pilek dan MALARIA
Tidak ada campak
Tidak ada penyebab lain dari
demam
Ada pilek atau DEMAM MUNGKIN
Ada campak atau BUKAN MALARIA
Ada penyebab lain dari
demam

Klasifikasi tanpa risiko malaria


Tanda dan Gejala Klasifikasi
Ada tanda bahaya umum atau PENYAKIT BERAT
Kaku kuduk DENGAN DEMAM
Tidak ada tanda bahaya DEMAM BUKAN
umum atau tidak ada kaku MALARIA
kuduk

Klasifikasi demam untuk campak


Tanda dan Gejala Klasifikasi
Ada tanda bahaya umum CAMPAK DENGAN
ATAU KOMPLIKASI BERAT
Kekeruhan pada kornea mata
ATAU
Lika dimulut yang dalam atau
luas
Mata bernanah ATAU CAMPAK DENGAN
Luka dimulut KOMPLIKASI PADA
MATA DAN/MULUT
Tidak ada tanda-tanda diatas CAMPAK

Klasifikasi demam untuk dbd


Tanda dan Gejala Klasifikasi
Ada tanda –tanda syok atau DBD
gelisah ATAU
Muntah bercampur
darah/seperti kopi ATAU
Berak berwarna hitam ATAU
Bintik-bintik perdarahan
dikulit (petekie) dan uji
torniket positif ATAU
Sering muntah ATAU
Demam mendadak tinggi dan MUNGKIN DBD
terus-menerus ATAU
Nyeri ulu hati atau gelisah
ATAU
Bintik perdarahan di kulit
Tidak ada tanda-tanda diatas DEMAM MUNGKIN
BUKAN DBD

6. Masalah telinga
Jika anak menderita infeksi telinga, nanah terkumpul di
belakang gendang telinga yang menyebabkan nyeri dan sering
kali demam dan jika tidak diobati gendang telinga mungkin
pecah.
 Tanyakan apakah telinga anaknya sakit jika sakit ada
infeksi telinga
 Adakah nanah /cairan yang keluar dari telinga merupakan
tanda infeksi dan tanyakan sudah berapa lama
 Lihat adanya cairan /nanah keluar dari telinga
 Raba adanya pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga
Klasifikasi masalah telinga
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Pembengkakan yang nyeri di belakang MASTOIDITIS
telinga
Tampak cairan /nanah dari telinga dan INFEKSI
telah terjadi kurang dari 14 hari TELINGA AKUT
ATAU
Nyeri telinga

Tampak cairan /nanah dari telinga dan INFEKSI


telah terjadi selama dari 14 hari TELINGA
ATAU lebih KRONIS
Nyeri telinga

Tidak sakit telinga DAN tidak ada TIDAK ADA


cairan/nanah keluar dari telinga INFEKSI
TELINGA

7. Memeriksa Status Gizi


Anak yang kurang gizi mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk berbagai jenis penyakit dan kematian. Menilai status gizi
 Apakah anak kurus nampak tidak berlemak, seperti tulang
dibungkus kulit (marasmus)
 Raba pembengkakan pada kedua punggung kaki akibat
dari sejumlah besar cairan terkumpul dalam jaringan tubuh
anak (kwashiokor)
 Tentukan BB menurut panjang badan atau tinggi badan,
apakah
- BB/PB <-3 SD
- BB/PB ≥ -3 SD - <-2 SD
- BB/PB -2 SD - +2 SD
Menggunakan indikator
- > +3 SD : obesitas
- >+ 2 SD : gemuk
- >+1 SD : risiko gemuk
- O : median gizi baik
- < -1 SD : normal atau gizi baik
- <-2 SD : kurus atau gizi kurang
- < -3 SD : sangat kurus atau gizi buruk

Klasifikasi status gizi


Tanda dan Gejala Klasifikasi
Badan sangat kurus ATAU SANGAT KURUS DAN
BB/PB (TB) < -3 SD ATAU ATAU ANEMIA
Bengkak pada kedua
punggung kaki
Badan kurus ATAU KURUS
BB/PB (TB) ≥ -3 SD - < -2
SD
BB/PB (TB) – 2 SD - + 2 NORMAL
SD DAN
Tidak ditemukan tanda-
tanda kelainan gizi diatas

8. Anemia
Kekurangan zat besi pada makanan dapat menyebabkan anemia
atau dari penyakit malaria yang dapat menghancurkan sel darah
merah dan parasit seperti cacing yang dapat terjadi perdarahan.
Menilai Anemia :
Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan yang merupakan
tanda anemia dan bandingkan telapak tangan anak dengan
telapak tangan anda dikatakan agak pucat jika kulit telapak
tangan anak itu pucat dan dikatakan sangat pucat jika telapak
tangan kelihatan putih. Kepucatan dapat dilihat juga melalui
konjungtiva
Klasifikasi anemia
Tanda dan Gejala Klasifikasi
Telapak tangan sangat pucat ANEMIA BERAT
Telapak tangan agak pucat ANEMIA
Tidak ditemukan tanda TIDAK ANEMIA
kepucatan pada telapak
tangan

9. Status Imunisasi Anak


Sesudah diterbitkannya SK Menkes RI nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang pedoman penyelenggaraan
imunisasi, jadwalpemberian imunisasi berbeda untuk kelahiran
di rumah dan sarana kesehatan dimana vaksin DPT dan
Hepatitis B tercampur dalam satu suntikan yang disebut combo.
Jadwal imunisasi di rumah
UMUR JENIS VAKSIN TEMPAT
0-7 hari HB 0 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu
2 bulan DPT/HB1, Polio 2 Posyandu
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 Posyandu
4 bulan DPT/HB3, Polio 4 Posyandu
9 bulan Campak Posyandu

Jadwal imunisasi di tempat pelayanan kesehatan


UMUR JENIS VAKSIN TEMPAT
0 hari HB 0, BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan
2 bulan DPT/HB1, Polio 2 RS/RB/Bidan
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan
4 bulan DPT/HB3, Polio 4 RS/RB/Bidan
9 bulan Campak RS/RB/Bidan

10. Pemberian Vitamin A


Untuk pemberian Vitamin A periksa status pemberian vitamin A
pada semua anak yang berumur 6 bulan – 5 tahun dan catat pada
kolom KMS, tidak ada kontraindikasi.
Jadwal pemberian vitamin a
Pemberian setiap Pebruari dan Agustus
Umur 6 bulan – 11 bulan : 100.000 IU (warna biru)
Umur 12 bulan-5 tahun : 200.000 IU (warna merah)
B. Asuhan Kebidanan Manajemen Terpadu Balita Sakit

Tanggal :
Jam :
Tempat :

A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama anak :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Nama ayah/ ibu :
Umur :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya mencret-mencret sejak 3 hari yang lalu, beraknya cair
masih ada ampas sebanyak 2 kali dalam sehari, warnanya kekuningan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda Tanda Vital : Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 37 0C
BB : 9,1 Kg
TB : 80 Cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Agak pucat
b. Mata : Konjungtiva merah muda, simetris, sclera tidak icterus,
tidak cekung
c. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pengeluaran secret maupun pembesaran polip.
d. Dada : Tidak terdapat retraksi dinding dada bunyi ronkhi - / -,
wheezing - / - dan kelainan lain
e. Perut : Turgor kulit normal, terdapat peningkatan bising usus,
terdapat kembung tidak ada kelainan lain pada perut

C. Analisa
Anak ‘’M’’Usia 1,5 tahun dengan diare tanpa dehidrasi

D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan pada keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa turgor kulit
kembali cepat yang menandakan bahwa diare tanpa dehidrasi, ibu
memahami
2. Menjelaskan kepada ibu kemungkinan penyebab diare pada anaknya
dikarenakan kurang menjaga kebersihan dot anak setelah minum susu,
atau sering main tanah, ibu memahami
3. Menjelaskan pada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene pada
anaknya
4. Memberi KIE tentang tanda diare dengan dehidrasi ringan dan berat
5. Memberitahukan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi jika diare anaknya
tidak ada
6. perubahan
7. Memberi oralit, tablet zinc dan makanan yang sesuai untuk anak

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI.

Soenarto, Yati. MTBS: Strategi Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Anak.

Disampaikan pada Simposium Pediatri TEMILNAS 2009 Surakarta 01

Agustus 2009.

Surjono, Achmad. Endang DL, Alan R. Tumbelaka, et al.1998. Studi

Pengembangan Puskesmas Model Dalam Implementasi Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Wijaya, Awi M. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Anda mungkin juga menyukai