Anda di halaman 1dari 25

Kebijakan Peningkatkan Kualitas Dan Kuantitas Guru, Kepala Sekolah Dan Pengawas

Pendidikan : PKG, dan PKB

(makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah “kebijakan Pendidikan Islam”)

Mata kuliah : Kebijakan Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. Makmur Sukri, M.Pd

Oleh Kelompok : 7

Agus Prianto Siregar 0301193246

Bararah Ihsani 0301191042

Intan Pratiwi 0301192124

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang mana telah
memberikan segala nikmat dan karunianya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Tak lupa pula salawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat dan para pengikut yang senantiasa setia mengikuti ajaran nya.
Makalah adalah sebuah tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa/mahasiswi
untuk mengulas dan mengetahui kegiatan sehari hari mahasisa.
Ada pun tujuan utama saya menulis tugas ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pembimbing saya “Dr. Makmur Sukri, M.Pd ” dalam mata kuliah “kebijakan pendidikan
islam”. Terima kasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan sekalian.

Jika dalam penulisan Makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan maka kepada
pembaca saya selaku penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya, oleh karena itu dengan
senang hati saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tugas
ini. Semoga Makalah ini membawa manfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri
khususnya.

Medan, 13 September 2021

Penyusun : Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

BAB I IDENTITAS PENULIS ............................................................................. 1

A. Nama ............................................................................................................. 1
B. Nim ............................................................................................................... 1
C. Alamat ........................................................................................................... 1

BAB II PENDAHULUAN ....................................................................................... 2

A. Latar Belakang ............................................................................................... 2


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ....................................................................................... 2

BAB III KAJIAN TEORITIS .................................................................................

A. Pengertian Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Pendidikan ...................... 3


B. Peran dan Peningkatan Kualitas Serta Kuantitas Guru, Kepala Sekolah, dan
Pengawas
Sekolah ........................................................................................................... 3

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 5

A. Pengertian Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Pendidikan ...................... 5


B. Peran dan Peningkatan Kualitas serta Kuantitas Guru, kepala sekolah, dan pengawas
Sekolah ........................................................................................................... 12
BAB V PENUTUP.................................................................................................... 21
A. Kesimpulan .................................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................................. 21
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 22
iii
BAB I IDENTITAS PENULIS

1. Nama : Agus Prianto Siregar


Nim : 0301193246
Alamat : Jl. Kihajar Dewantara, Gunung Tua, Padang lawas Utara

2. Nama : Bararah Ihsani


Nim : 0301191042
Alamat : Alamat Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa

3. Nama : Intan Pratiwi


Nim : 0301192124
Alamat : Jln Pertahanan Gang Bakaran Batu Patumbak Dsn IV.

BAB II PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan proses pendewasaan diri manusia itu sendiri serta selain itu pendidikan juga
merupakan proses pembentukan pribadi dan karakter manusia. Kemudian, pada satu fokus
yang lebih khusus yaitu pendidikan formal, manusia diberikan dasar-dasar pengetahuan
sebagai pegangan dalam menjalani hidup dan menghadapi kenyataan hidup dimana didalam
pendidikan formal dalam hal ini adalah sekolah menjadi suatu jenjang yang mungkin memang
sudah selayaknya dilalui dalam proses kehidupan manusia. Kemudian dalam pendidikan
sekolah itu, manusia juga selain melatih kedewasaan juga mengasah intelektualitasnya dan
kompetensinya dalam tanggung jawab dan kesadaran.

Untuk itu, pada pendidikan sekolah sangat diperlukan adanya perencanaan dalam
pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Perencanaan yang dimaksud adalah
kurikulum pendidikan atau sekolah yang di dalamnya terdapat standar-standar pembelajaran
dan pengembangan intelektualitas manusia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang diatas adalah sebagai
berikut:
1) Apakah Pengertian Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Pendidikan
2) Apakah Peran dan Peningkatan Kualitas serta Kuantitas Guru, kepala sekolah, dan
pengawas Sekolah

C. Tujuan Pembahasan

1) Untuk Mengetahui Pengertian Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Pendidikan


2) Untuk Mengetahui Peran dan Peningkatan Kualitas serta Kuantitas Guru, kepala
sekolah, dan Pengawas sekolah

BAB III KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Pendidikan

2
1) UU No.14 Tahun 2015 Pasa1 ayat 1
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2) Pasal 12 ayat 1 PP 28 Tahun 1990

Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan, administrasi


sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan
sarana dan prasarana.

3) Sahertian (2000:19)

Pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada
stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara
kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.1

B. Peran dan Peningkatan Kualitas Serta Kuantitas Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
Sekolah

1. Peran dan Peningkatan Kualitas Serta Kuantitas Guru

Menurut seorang pakar ahli bernama Mulyasa, upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang
signifikan tanpa di didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.

Peran guru adalah sebagai pendidik yang tidak hanya bertugas mengajar tetapi juga
membimbing dan melatih. Selain itu, ada 3 hal yang ditandai sebagai peningkatan mutu guru
yaitu peningkatan kualifikasi akademik guru, peningkatan kompetensi guru, dan peningkatan
kerja guru.2

2. Peran dan Peningkatan Kualitas Serta Kuantitas Kepala Sekolah

Menurut Mulyasa seorang ahli pakar pendidikan, menjelaskan mengenai peran kepala
sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin pendidikan lebih kompleks, yaitu
sebagai educator (pendidik), sebagai manajer (pengelola), sebagai administrator, sebagai
supervisor, sebagai leader (pemimpin), sebagai inovator, sebagai motivator.

1 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2007), hlm. 5.

2 Ibid hal 3
3
Kemudian, menurut seorang ahli bernama Supardi menjelaskan bahwa secara umum
kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah antara lain:3

1) Kompetensi umum yang meliputi kompetensi kepribadian, manajemen, kewirausahaan,


supervisi dan sosial,

2) Kompetensi Emosi meliputi kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial dan
manajemen relasi.

3. Peran dan Peningkatan Kualitas Serta Kuantitas Pengawas Sekolah

Menurut seorang ahli bernama Pandong menjelaskan bahwa peran dari pengawas sekolah
adalah meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Ada beberapa hal yang sangat difokuskan oleh pengawas sekolah yaitu meliputi:
(1) standard dan prestasi yang diraih siswa,

(2) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan
sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta

(3) kepemimpinan dan manajemen sekolah.

BAB IV PEMBAHASAN 1. Pengertian Guru


Guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencaharian, atau profesinya mengajar.]
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan
kepada anak didik. Kemudian guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

3 Supardi, Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2013). Hlm. 32-34

4
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah dan sebagainya.
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat.
Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan
figure guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar
menjadi orang yang berkepribadian yang mulia. Masyarakat menempatkan guru pada tempat
yang lebih terhormat, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh
ilmu pengetahuan.4
Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung
jawab untuk membawa para siswanya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu.
Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge,
tetapi juga sebagai “pendidik” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “ pembimbing”
yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini guru
memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajarmengajar, dalam
usahanya untuk mengantarkan siswa atau anak didik ketaraf yang dicitacitakan. 5

• Tugas dan Tanggung jawab Guru


Seseorang dapat disebut sebagai manusia yang bertanggung jawab apabila ia mampu
membuat pilihan dan membuat keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu,
baik yang bersumber dari dalam dirinya maupun yang bersumber dari lingkungan sosialnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia bertanggung jawab apabila ia mampu
bertindak atas dasar keputusan moral.

Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung
jawab dalam bidang pendidikan dan dalam waktu yang sama dia juga mengemban sejumlah
tanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab
mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses
pelestarian dan penerusan nilai.6

4 Djamarah, Bahri, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta. Rineka Cipta. 2010

5 Ibid Hal 5
6 Ibid hal 5
5
• Kompetensi Guru
Di dalam UU R.I. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa
kompetensi meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional.

a) Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogis adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan (skill) yang
berkaitan dengan interaksi pembelajaran antara guru dan peserta didik dalam kelas.
Kompetensi pedagogis ini meliputi kemampuan guru dalam menjelaskan materi,
melaksanakan metode pembeljara, memberikan pernyataan, menjawab pertanyaan, mengelola
kelas, dan melaksanakan evaluasi.
b) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah seperangkat kemampuan dan karakteristik personal
yang mencerminkan realitas sikap dan perilaku guru dalam ,elaksanakan tugas-tugasnya
dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi kepribadian ini melairkan ciri-ciri guru yaitu, sabar,
tenag, bertanggung jawab, demokratis, ikhlas, cerdas, menghormati orang lain, stabil, ramah,
tegas, berani, kreatif, dan inisiatif.
c) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang terkait
dengan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Artinya, guru harus dituntut memiliki
keterampilan brinteraksi dengan masyarakat, khususnya dalam mengidentifikiasi, dan
menyelesaikan problem masyarakat. Dalam realitas masyarakat, guru masih menjadi sosok
elit masyarakat yang dianggap memiliki otoritas moral cukup besar. Salah satu konsekuensi
agar peran itu tetap melekat dalam diri guru adalah guru harus memiliki kemampuan
berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.

6
d) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan terhadap
penguasaan materi pelajaran secara mendalam, utuh, dan komprehensif. Guru yang memiliki
kompetensi profesional tidak cukup hanya memiliki penguasaan materi secara formal,
tetapijuga harus memiliki kemampuan terhadap materi ilmu lain yang memiliki keterkaitan
dengan pokok bahasan mata pelajaran tertentu.

• Kode Etik Guru


Kode etik yang mempedomi setiap tingkah laku guru senantiasa sangat diperlukan.
Karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus bertambah
baik. Ia akan terus-menerus memperhatikan dan mengembangkan profesi keguruannya. Kalau
kode etik yang merupakan pedoman atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti akan
kehilangan pola umum sebagai guru.7
Kode etik berarti sumber etik. Etik artinya tata-susila (etika) atau hal-hal yang
berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi “kode etik guru”
diartikan: aturan tata susilakeguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang
menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat dari segi susila. Dalam hal ini kesusilaan
diartikan sebagai kesopanan, sopan, santun, dan keadaban.

2. Kepala Sekolah

a) Kepala sekolah sebagai Organisator

Organisator adalah orang yang orang yang bertugas untuk menggerakkan atau memimpin
organisasi dengan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan
yang diharapkan8

Kepala sekolah sebagai organisator juga berarti kepala sekolah itu merupakan seorang
manajer (pemimpin).

7 Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada. 2003

8 Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Penerapan dalam Pendidikan Agama.


.Surabaya: Citra Media. 1996.

7
1. Asas-asas organisasi yang perlu dipahami oleh kepala sekolah sebagai organisator

• Kejelasan tujuan

Tujuan yang hendak dicapai harus dirumuskan secara jelas dan terbatas dalam arti dapat
dipahami dan mungkin dicapai dalam batas waktu yang tersedia.

• Pembagian kerja

Prinsip organisasi harus fungsional yang mengandung pengertian bahwa pembagian kerja
harus relevan dengan tujuan organisasi dan harus memiliki beban kerja yang nyata dalam
mencapai tujuan tersebut.

• Kesatuan perintah

Asas organisasi kesatuan perintah berarti bahwa setiap pejabat atau petugas hanya dapat
diperintah dan bertanggung jawab pada seorang atasan tertentu saja, yang menjadi atasannya.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kesimpangsiuran, karena jelas dari siapa perintah diterima
dan kepada siapa mempertanggungjawabkan pelaksanaannya.

• Koordinasi

Koordinasi adalah usaha menyelaraskan tugas-tugas dan pelaksanaannya antar setiap personel
dan setiap unit kerja, termasuk juga dalam pendayagunaan stiap fasilitas dalam hubungan
kerja yang hamonis dan berdaya guna.

• Pengawasan dan rentangan control

Pengawasan sebagai asas organisasi menitik beratkan pada terjangkaunya setiap personal
sampai unit unit kerja yang terendah, sehingga tidak seorang pun yang dapat melakukan
pekerjaan semau-maunya.

8
b) Kepala Sekolah Sebagai Educator

Pendidik atau educator adalah orang yang mendidik Kepala sekolah sebagai educator
berarti kepala sekolah bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan serta prestasi belajar peserta didik di sekolahnya.9

1. Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya


sebagai educator

• Mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran , untuk menambah wawasan


guru.
• Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
untuk lebih giat bekerja, kemudian hsilnya diumumkan secara terbuka untuk
memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya.
• Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para
guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah
ditentukan.

c) Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial yang akan


menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi di atas maka tugas kepala
sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia harus dapat meneliti dan menentukan
syaratsyarat mana yang telah ada dan mencukupi dan mana yang belum ada atau kurang
mencukupi yang perlu diusahakan dan dipenuhi.

1. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam supervise

Untuk menjalankan tindakan-tindakan supervisi sebaiknya kepala sekolah hendaklah


memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

• Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang dibimbing dan
diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja.

9 Wahjosumidjo, (2005), Kepemimpinan kepala Sekolah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

9
• Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenarnya.
• Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
• Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar hubungan
pribadi.
• Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan.
• Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa
kecewa.

3. Pengawas pendidikan sebagai supervisor

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan
dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000:19) menegaskan
bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan
kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun
secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat
substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya
bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada
perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada
guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif
serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses
bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu
penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang
diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar

• Tugas Pokok Pengawas Pendidikan

Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan


pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun
supervisi manajerial.10

Mengacu pada SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang jabatan fungsional pengawas
dan angka kreditnya, Keputusan bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala
Badan Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang petunjuk

10 Ibid hal 10
10
pelaksanaan jabatan fungsional pengawas serta Keputusan Mendikbud nomor 020/U/1998
tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka
kreditnya, dapat dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas sekolah
yang meliputi:

• Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai dengan


penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP dan SLTA.
• Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan hasil prestasi
belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

• Fungsi Pengawas Pendidikan

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, pengawas pendidikan melaksanakan fungsi


supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial.

Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan
pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan
bimbingan di sekolah.

Sasaran supervisi akademik antara lain membantu guru dalam: (

• merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan,


• melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan,
• menilai proses dan hasil pembelajaran/ bimbingan,
• memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pem belajaran/bimbingan,
• memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta
didik,
• melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar,
• memberikan bimbingan belajar pada peserta didik
• menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,
• mengembangkan dan me manfaat kan alat Bantu dan media pembelajaran dan atau
bimbingan,
• memanfaatkan sumber-sumber belajar,

11
• mengembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi, teknik, model,
pendekatan dll.) yang tepat dan berdaya guna,
• melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pem belajaran/bimbingan, dan
• mengembangkan inovasi pem belajaran/bimbingan.

B. Peran dan Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Guru, Kepala Sekolah, dan
Pengawas sekolah

1. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Upaya peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor majemuk. Faktor


yang satu saling berpengaruh terhadap faktor yang lainnya. Namun demikian, faktor yang
paling penting adalah guru, karena hitam-putihnya proses belajar mengajar di dalam kelas
banyak dipengaruhi oleh mutu gurunya. Guru dikenal sebagai 'hidden currickulum' atau
kurikulum tersembunyi, karena sikap dan tingkah laku, penampilan profesional, kemampuan
individual, dan apa saja yang melekat pada pribadi sang guru, akan diterima oleh peserta
didiknya sebagai rambu-rambu untuk diteladani atau dijadikan bahan pembelajaran. Bagi
sebagian besar orangtua siswa, sosok pendidik atau guru masih dipandang sebagai wakil
orangtua ketika anak-anaknya tidak berada di dalam keluarga.11
Pada era teknologi informasi, guru memang tidak lagi dapat berperan sebagai satu-
satunya sumber informasi dan ilmu pengetahuan. Peran guru telah berubah lebih menjadi
fasilitator, motivator, dan dinamisator bagi peserta didik. Dalam era teknologi informasi
peserta didik dengan mudah dapat mengakses informasi apa saja yang tersedia melalui
internet. Dalam kondisi seperti itu, maka guru diharapkan dapat memberikan peran yang lebih
besar untuk memberikan rambu-rambu etika dan moral dalam memilih informasi yang
diperlukan. Dengan kata lain, peran pendidik tidak dapat digantikan oleh apa dan siapa, serta
dalam era apa saja.
2. Peningkatan Gaji dan Kesejahteraan Guru
Mohammad Surya (Ketua Umum Pengurus Besar PGRI), menyatakan dengan
tegas bahwa "semua keberhasilan agenda reformasi pendidikan pada akhirnya ditentukan oleh
unsur yang berada di front terdepan, yaitu guru. Hak-hak guru sebagai pribadi, pemangku
profesi keguruan, anggota masyarakat dan warga negara yang selama ini terabaikan, perlu
mendapat prioritas dalam reformasi".

11 Ngalim purwanto, (2009), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya
12
Hak utama pendidik yang harus memperoleh perhatian dalam kebijakan pemerintah
adalah hak untuk memperoleh penghasilan dan kesejahteraan dengan standar upah yang
layak, bukan 'upah minimum'. Kebijakan "upah minimun" boleh jadi telah menyebabkan
pegawai bermental kuli, bukan pegawai yang mengejar prestasi. Itulah sebabnya, maka
langkah pertama peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan adalah memberikan
kesejahteraan guru dengan gaji yang layak untuk kehidupannya.
Langkah pertama ini dinilai amat vital dan strategis untuk meningkatkan mutu pendidik
dan tenaga kependidikan. Mengapa? Setidaknya ada dua alasan. Pertama, dari lima syarat
pekerjaan dapat disebut sebagai profesi, yang masih belum terpenuhi secara sempurna adalah
gaji dan kompensasi dari pelaksanaan peran sebagai profesi. Kelima syarat pekerjaan sebagai
profesi adalah;
1. Bahwa pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi bagi masyarakat,
2. Bahwa pekerjaan itu memerlukan bidang keahlian tertentu,
3. Bidang keahlian itu dapat dicapai dengan melalui cabang pendidikan tertentu
4. Bahwa pekerjaan itu memerlukan organisasi profesi dan adanya kode etik tertentu, dan
kemudian,
5. Bahwa pekerjaan tersebut memerlukan gaji atau kompensasi yang memadai agar
pekerjaan itu dapat dilaksanakan secara profesional.

3. Membangun Sistem Sertifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Serta Sistem


Penjaminan Mutu Pendidikan
Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pembangunan sistem sertifikasi pendidik dan tenaga Kependidikan serta sistem
penjamin mutu pendidikan merupakan langkah yang amat besar, yang akan memberikan
dukungan bagi pelaksanaan langkah pertama, yang juga sangat berat, karena terkait dengan
anggaran belanja negara yang sangat besar.
Penataan sistem sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan tidak boleh tidak harus
dilakukan untuk menjamin terpenuhinya berbagai standar nasional pendidikan yang telah
ditetapkan. 12

12 Ibid hal 13
13
Prasyarat yang harus dipernuhi sebagai berikut; untuk pendidik yang akan diangkat
menjadi PNS harus diterapkan standar minimal kualifikasi pendidikan. Sementara bagi guru
yang sudah memiliki pengalaman tidak perlu dituntut untuk memenuhi standar ijazah
tersebut, karena hanya akan menyebabkan terjadinya apa yang disebut dengan 'jual beli
ijazah' yang juga dikenal dengan 'STIA' atau 'sekolah tidak ijazah ada'. Yang diperlukan bagi
mereka adalah pendidikan profesi dan sistem diklat berjenjang yang harus dihargai setara
dengan kualifikasi pendidikan tertentu. Jika sistem sertifikasi ini telah mulai berjalan, maka
sistem kenaikan pangkat bagi pendidik dan tenaga kependidikan sudah waktunya disesuaikan.
Kenaikan pangkat pendidik dan tenaga kependidikan bukan semata-mata sebagai proses
administrasi semata-mata, melainkan lebih merupakan proses penting dalam sertifikasi yang
berdasarkan kompetensi.

4. Strategi Peningkatan Mutu Guru

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
oleh guru sebagai tenaga kependidikan, maka profesi guru harus memiliki dan menguasai
perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan
melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar. Kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran merupakan faktor utama dalam
mencapai tujuan pengajaran. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan proses belajar
mengajar ini sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai
pengajar yang mendidik. 13

Secara umum terdapat beberapa langkah strategi yang dapat diimplementasikan


dalam lingkungan kependidikan dengan tujuan bahwa peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan akan behasil melalui strategi- strategi berikut ini :

13 E Mulyasa, (2006), Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya,
14
1. Evaluasi diri
Evaluasi diri sebagai langkah awal bagi setiap sekolah yang ingin, atau
menerncanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kegiatan ini dimulai
dengan curah pendapat yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, dan seluruh staf, dan diikuti
juga anggota komite sekolah.
Kegiatan evalusi diri ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sekolah saat ini dalam
segala aspeknya (seluruh komponen sekolah), kemajuan yang telah dicapai, maupun masalah-
masalah yang dihadapi ataupun kelemahan yang dialami. Kegiatan evaluasi diri ini juga
merupakan refleksi/mawas diri, untuk membangkitkan kesadaran / keprihatinan akan penting
dan perlunya pendidikan yang bermutu, sehingga timbul komitmen bersama untuk
meningkatkan mutu sense of quality, serta merumuskan titik tolak point of departure bagi
sekolah/madrasah yang ingin atau akan mengembangkan diri terutama dalam hal mutu.

2. Perumusan Visi, Misi, dan Tujuan


Bagi pihak sekolah yang baru berdiri atau baru didirikan, perumusan visi dan misi
serta tujuan merupakan langkah awal / pertama yang harus dilakukan yang menjelaskan
kemana arah pendidikan yang ingin dituju oleh para pendiri/ penyelenggara pendidikan.
Dalam kasus sekolah/madrasah negeri kepala sekolah bersama guru mewakili pemerintah
kab/kota sebagai pendiri dan bersama wakil masyarakat setempat ataupun orang tua siswa
harus merumuskan kemana sekolah kemasa depan akan dibawa, sejauh tidak bertentangan
dengan tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam UU Nomor 23 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kondisi yang diharapkan / diinginkan dan diimpikan dalam jangka panjang itu,
kalau dirumuskan secara singkat dan menyeluruh disebut visi. Keadaan yang diinginkan
tersebut hendaklah ada kaitannya dengan idealisme dan mutu pendidikan . Idealisme disini
dapat berkaitan dengan kebangsaan, kemanusiaan, keadilan, keluhuran budi pekerti, ataupun
kualitas pendidikan sebagaimana telah didefinisikan sebelumnya. Sedangkan misi,
merupakan jabaran dan visi atau merupakan komponenkomponen pokok yang harus
direalisasikan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, misi merupakan
tugas-tugas pokok yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi.14

14 Kunandar. Guru Profesional:Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan


Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru Jakarta: Raja Grafindo persada,.2007
15
3. Perencanaan
Perencanaan pada tingkat sekolah adalah kegiatan yang ditujukan untuk
menjawab : apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannnya untuk mewujudkan
tujuan (tujuan-tujuan) yang telah ditetapkan / disepakati pada sekolah yang bersangkutan,
termasuk anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan yang direncanakan.
Dengan kata lain perencanaan adalah kegiatan menetapkan lebih dulu tentang
apaapa yang harus dilakukan, prosedurnya serta metode pelaksanaannya untuk mencapai
suatu tujuan organisasi atau satuan organisasi. Perencanaan oleh sekolah merupakan
persiapan yang teliti tentang apa-apa yang akan dilakukan dan skenario melaksanakannya
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam bentuk tertulis. Dikatakan teliti karena ia
harus menjelaskan apa yang akan dilakukan, seberapa besar lingkup cakupan kuantitatif dan
kualitatif yang akan dikerjakan, bagaimana, kapan dan berapa perkiraan satuan-satuan
biayanya, serta hasil seperti apa yang diharapkan.

4. Pelaksanaan
Apabila kita bertitik tolak dari fungsi-fungsi manajemen yang umumnya kita kenal
sebagai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/penggerakkan atau pemimpinan
dan kontrol/pengawasan serta evaluasi, maka langkah pertama sampai dengan ketiga dapat
digabungkan fungsi perencanaan yang secara keseluruhan (untuk sekolah) sudah dibahas.
Didalam pelaksanaan tentu masih ada kegiatan perencanaan-perencanaan yang lebih mikro
(kecil) baik yang terkait dengan penggalan waktu (bulanan,semesteran, bahkan mingguan),
atau yang terkait erat dengan kegiatan khusus, misalnya menghadapi lomba bidang studi, atau
kegiatan lainnya.
Tahap pelaksanaan, dalam hal ini pada dasarnya menjawab bagaimana semua
fungsi manajemen sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan
melalui kerjasama dengan orang lain dan dengan sumber daya yang ada, dapat berjalan
sebagaimana mestinya (efektif dan efisien). Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu
proses kegiatan merealisasikan apa-apa yang telah direncanakan.

16
2. Peran dan peningkatan Kualitas dan kuantitas kepala sekolah
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin sekolah atau pemimpin suatu lembaga
tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional
guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses
belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran. (Wahjosumidjo,2002:83). Kepala sekolah adalah
seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala
sekolah) di sekolah. (Rahman, 2006:106). Kepala sekolah adalah sorang guru yang
mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.

• Profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah


Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang(Kusnandar
(2007:46).Profesionalisme merupakan sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam
bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya(Mohamad Surya, 2007:214).15
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan
dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu seorang kepala sekolah haruslah
orang yang profesional. Secara profesional seorang kepala sekolah memiliki tugas-tugas
sebagai berikut:
1) Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah yang
dipimpinnya. Segala informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah harus selalu terpantau oleh kepala sekolah.
2) Kepala sekolah bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh
bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak
dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.
3) Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu
menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus
dapat mengatur pendistribusian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi
konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah.

15 Ibid hal 16
17
4) Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus
dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan
dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu
keseluruhan yang saling berkaitan.
5) Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah
sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang
yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik.Untuk itu kepala sekolah harus jadi
penengah dalam konflik tersebut.
6) Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun
hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran
politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan
prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya
aliansi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, komite sekolah dan sebagainya;
(3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam
aktivitas dapat dilaksanakan.
7) Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai forum pertemuan kepala
sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang dipimpinnya.
8) Kepala sekolah harus mampu mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu
organisasi pun yang berjalan mulus tanpa masalah. Demikian pula sekolah sebagai suatu
organisasi tidak luput dari persoalan dan kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi
kesulitankesulitan, kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat
menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut (Wahjosumidjo (2002:97).

3. Peran Pengawas Sekolah dalam meningkatkan Mutu Pendidikan.


Mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses pembelajaran dan hasil
belajar. Standar proses adalah standar naisonal pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.Standar kompetensi lulusan ditegaskan pada kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.” 16

16 Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Penerapan dalam Pendidikan Agama.


.Surabaya: Citra Media. 1996.
18
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi perserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.Selain ketentuan
sebagaimana yang dimaksud Setiap satuan pendidikan melaukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Jadi, mutu pendidikan dalam konteks makalah ini adalah mutu proses yang mengacu
kepada standar proses dan mutu hasil yang mengacu kepada standar kompetensi lulusan.
Mutu proses memiliki hubungan kausal dengan mutu hasil. Jika proses pembelajaran
bermutu, tentulah standar komptensi lulusan dapat dicapai dengan bermutu pula.
Pencapaian kedua mutu yang dimaksud, sudah jelas membutuhkan keberadaan
pengawas sekolah. Hal itu terkait dengan tugas pokoknya yakni menilai dan membina teknik
pendidikan dan treknik administrasi. Penilaian mengacu kepada pengumpulan, pengolahan,
dan penafsiran data dari subjek yang dinilai (proses pembelajaran), sedangkan pembinaan
mengacu kepada hasil penilaian. Dengan demikian, keberadaan pengawas sekolah untuk
meningkatkan mutu sangatlah penting.
Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur organisasi persekolahannyapun
disusun guna memfasilitasi perwujudan tujuan pendidikan, serta para anggota organisasi,
pegawai atau karyawan dipimpin dan dimotivasi untuk mensukseskan pencapaian tujuan,
tidak dijamin selamanya bahwa semua kegiatan akan berlangsung sebagaimana yang
direncanakan. Pengawasan sekolah itu penting karena merupakan mata rantai terakhir dan
kunci dari proses manajemen. Kunci penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi
pengawasan sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan dan kegiatan-
kegiatan yang didelegasikan
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan
bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga
merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya
penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan. Pengawasan juga merupakan
fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja sekolaha atau organisasi dan
unit-unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sekolah sesuai dengan arah yang
dikehendaki.

19
Jadi pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus
diaktualisasikan dan dilaksanakan. Oleh sebab itu, proses perencanaan yang mendahului
kegiatan pengawasan harus dikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang dimaksudkan
mencakup perencanaan: pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi dan mekanisme, sehingga
perencanaan dan pengawasan memiliki standard dan tujuan yang jelas.
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Pengawasan atau
supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder
pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam
usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran yang bertujuan untuk melakukan
perbaikan – perbaikan dan pembinaan pada aspek pembelajaran.
Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan
yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program
pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan
kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar
tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan
mengembangkan situasi belajar mengajar.
Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan efektifitas sekolah dapat
dilakukan melalui pengawasan. Atas dasar itu maka kegiatan pengawasan harus difokuskan
pada perilaku dan perkembangan siswa sebagai bagian penting dari kurikulum, kualitas
belajar mengajar, penilaian dan evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan khusus, administrasi
dan manajemen, bimbingan dan konseling
Dapat disimpulkan bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi :
(1) standard dan prestasi yang diraih siswa
(2) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan
sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa)
(3) kepemimpinan dan manajemen sekolah.

BAB V PENUTUP A. kesimpulan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas untuk mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru

20
seharusnya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta
didik, orang tua, masyarakat, bangsa, Negara, dan agama.
Guru sebagai pendidik karena menyampaikan ilmu pengetahuan, juga menanamkan
nilai-nilai dan sikap mental serta melatih berbagai keterampilan dalam upaya mengantarkan
anak didik ke arah kedewasaannya. Oleh karena itu guru harus seorang yang berpribadi baik,
dapat sebagai anutan, sehingga nantinya dapat memanusiakan manusia. Untuk itu maka guru
harus juga melakukan kegiatan bimbingan, yakni menuntun anak didik dan memberikan
lingkungan yang sesuai dengan arah dan tujuan yang di cita-citakan.
Kepemimpinan kepala sekolah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu
organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Yang dimaksud dengan kepemimpinan seperti yang
dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam
(Sadili Samsudin,2006:287) adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain
agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu
tujuantertentu
Peningkatan mutu pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan upaya peningkatan mutu
pendidiknya dan tenaga kependidikannya. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan
memenuhi sasaran yang diharapkan tanpa dimulai dengan peningkatan butu pendidik dan
tenaga kependidikannya.
B. Saran
Sekiranya setalah membaca makalah ini, tidak ada lagi para guru yang mengajar
dengan dasar pendidikan bukan pada bidangnya, para guru dapat senang hati memperbaiki
dan menyempurnakan kompetensi dirinya sebagai seorang guru yang memiliki tingkat
intelegensi tinggi dan memiliki akhlak yang mulia. Setidaknya setelah membaca makalah ini,
para guru dan seluruh calon guru dapat bersama sama memperbaiki mutu pendidikan di
Indonesia melalui proses pengajaran yang ada agar dapat mencetak generasi – generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing secara global.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2007), hlm. 5.

Supardi, Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2013). Hlm. 32-34

21
Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN Maliki Press. 2011.
Djamarah, Bahri, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta. Rineka Cipta. 2010
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2003
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Bedasarkan Pendekatan Kompetensi. cet. V.
Jakarta: Bumi Aksara. 2008..

Hadari Nawawi, (1989), Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: CV Hji
Masagung

Wahjosumidjo, (2005), Kepemimpinan kepala Sekolah, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada

Ngalim purwanto, (2009), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

E Mulyasa, (2006), Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Kunandar. Guru Profesional:Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan Dan


Sukses Dalam Sertifikasi Guru Jakarta: Raja Grafindo persada,.2007

Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Penerapan dalam Pendidikan Agama.


.Surabaya: Citra Media. 1996.

22

Anda mungkin juga menyukai