Anda di halaman 1dari 2

3.

Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa tentu saja memiliki tantangan dalam
pengimplementasiannya. Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem
filsafat muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik
modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya
merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan
kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan individual
secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti monopoli,
gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain. Menurut Hasto Kristiyanto, cara mengatasi bahaya
kapitalisme adalah dengan memperkuat demokrasi ekonomi Pancasila. Menurut dia, jika
demokrasi ekonomi Pancasila diperkuat, maka rakyat akan menjadi berdaya.

Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan
kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran yang meyakini
bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Salah satu bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah 170
dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam
kehidupan bernegara. Ada banyak cara untuk mengatasi bahaya dari paham komunisme,
yaitu memahami arti dari komunisme beserta ciri-cirinya, dan meningkatkan rasa
nasionalisme dan cinta tanah air.

Selain dari kedua paham ideologi di atas, ada banyak faktor lain yang menjadi tantangan
Pancasila sebagai sistem filsafat, misalnya :

Pertama, korupsi merupakan budaya yang dibawa sejak masa penjajahan Inggris. Masalah
korupsi merupakan bentuk tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat yang sampai saat ini
korupsi sendiri belum pernah ada penuntasan sampai akar-akarnya.

Kedua, lunturnya nilai-nilai luhur dalam Pancasila.

Ketiga, melemahnya penghayatan terhadap Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.

Keempat, kemerosotan moral dan kekacauan kemanusiaan .

Kelima, lunturnya kebudayaan dalam negeri karena pengaruh globalisasi .

Keenam, melemahnya hukum di Indonesia karena lemahnya integritas penegak hukum, dan
lebih parahnya lagi ialah hukum di Indonesia dapat dibeli.

Tantangan-tantangan ini sebenarnya sudah muncul sejak dulu. Tetapi, hingga sekarang
praktik dari hal-hal seperti korupsi dan ‘pembelian’ hukum masih terus terjadi dan menjamur
di dalam tubuh negara Indonesia. Pemerintah sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi
tantangan-tantangan ini. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat memiliki peran
penting dalam membantu pemerintah dalam upaya mengatasi hal-hal tersebut.
Peran masyarakat sangat penting karena kontribusi masyarakat di setiap aspek bagian negara
yang masih relevan, dapat membantu pemerintahan. Setiap kontribusi yang diberikan
masyarakat akan sangat bermanfaat untuk kemajuan suatu negara, meskipun hanya dapat
dilakukan dalam skala kecil. Misalnya, dengan melakukan inisiatif pemantauan masyarakat
dalam beberapa kasus pada deteksi korupsi. Apalagi dengan teknologi yang sudah sangat
berkembang, saat ini teknologi bisa dibilang sudah menjadi penunjang segala aktivitas
masyarakat, menjalin komunikasi serta untuk membangun pertukaran yang dinamis hingga
berkelanjutan antara pemangku kepentingan utama baik pemerintah, warga negara, bisnis,
kelompok masyarakat sipil, media, akademisi dll.

Sumber :

Buku Pendidikan Pancasila, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan


Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016

https://greatdayhr.com/id-id/blog/cara-mengatasi-korupsi/

https://www.antaranews.com/berita/1561360/

Anda mungkin juga menyukai