Anda di halaman 1dari 2

Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Makro

Peranan pemerintah dalam ekonomi makro memiliki porsi yang relatif besar. Kajian terhadap seberapa
besar peranan pemerintah diwujudkan dalam kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan ekonomi
internasional. Lemahnya sisi permintaan dan penawaran agregat menyebabkan perekonomian negara
sedang berkembang seolah-olah berada dalam lingkaran permasalahan tanpa ujung pangkal. Oleh karena
itu campur tangan pemerintah, baik melalui kebijakan ekonomi dan nonekonomi, sangat diperlukan untuk
memutuskan mata rantai permasalahan tersebut. Kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan
ekonomi internasional secara teoretis dapat digunakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi
perekonomian.
a.    Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang lebih
baik (diinginkan) dengan cara mengubah (menambah atau mengurangi) jumlah uang beredar di
masyarakat. Kebijakan moneter dapat memperbesar kemampuan penawaran
agregat melalui pemberian kredit, khususnya kepada kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Di Indonesia hal ini telah dilakukan, misalnya melalui pemberian kredit pertanian. Kebijakan
moneter juga dapat memperbesar permintaan agregat, khususnya untuk kebutuhan pokok yang
sangat penting, seperti perumahan. Di Indonesia hal ini telah dilakukan misalnya melalui program
Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
b.    Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan mengarahkan perekonomian makro pada kondisi yang lebih baik
dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui pajak. Kebijakan fiskal
melalui subsidi dapat meningkatkan daya beli atau daya investasi masyarakat yang berpenghasilan
rendah dan tetap. Misalnya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada masa lalu sangat menolong
masyarakat yang menggunakan minyak tanah untuk keperluan memasak atau penerangan. Demikian
juga subsidi pendidikan, telah memungkinkan anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk
menikmati investasi Sumber Daya Manusia (SDM) bersekolah. Di sisi lain, kebijakan fiskal dapat
menahan laju perilaku konsumtif masyarakat kaya dan berpendapatan tinggi. Hal ini dilakukan
melalui kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) progresif dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
khususnya untuk barang mewah (PPn-BM).
Selain untuk mengelola permintaan agregat, kebijakan fiskal juga berguna untuk pengelolaan sisi
penawaran agregat. Misalnya, pengenaan pajak progresif akan mengendalikan keinginan individu
atau perusahaan yang mencoba terus meningkatkan keuntungan mereka. Dengan demikian
kesempatan kerja dan usaha akan lebih merata. Jika penawaran agregat perlu ditingkatkan,
pemerintah juga dapat menggunakan instrumen pajak dan subsidi. Misalnya, subsidi pendidikan
yang diberikan kepada pengelola pendidikan swasta akan meningkatkan penawaran jasa pendidikan.
Demikian juga subsidi BBM dan listrik yang diberikan kepada industri akan dapat meningkatkan
ouput yang ditawarkan.
c.    Kebijakan Ekonomi Internasional
Umumnya negara sedang berkembang lebih memilih kebijakan ekonomi terbuka, yaitu melakukan
hubungan ekonomi dengan luar negeri. Kebijakan ini akan membuka akses pasar ekspor bagi
produk-produk mereka, sekaligus membuka sumber pengadaan barang modal dan bahan baku
industri dari negara-negara lain. Secara teoretis, jika pengelolaan baik dan transparan, kebijakan
ekonomi terbuka dapat mempercepat pembangunan ekonomi. Kebijakan perdagangan internasional
terdiri atas kebijakan promosi ekspor, kebijakan substitusi impor, dan kebijakan proteksi industri.
1)    Kebijakan Promosi Ekspor
Selain menghasilkan devisa, kebijakan promosi ekspor dapat melatih dan meningkatkan daya
saing atau produktivitas para pelaku ekonomi domestik. Umumnya, negara sedang
berkembang mengekspor hasil-hasil sektor primer (pertanian dan pertambangan) atau hasil-
hasil industri yang telah ditinggalkan negara-negara yang lebih dahulu maju. Thailand
misalnya, sangat terkenal sebagai negara yang mampu menghasilkan devisa dari ekspor hasil
pertanian. Sementara Indonesia, memperoleh devisa yang besar dari ekspor tekstil. Saat ini
mereka tidak lagi menaruh perhatian pada sektor-sektor tersebut, melainkan berkonsentrasi
pada indusri yang padat ilmu pengetahuan, misalnya komputer dan peralatan komunikasi
canggih atau peralatan militer modern. Hal ini dikarenakan nilai tambah dari penjualan
produk-produk tersebut lebih tinggi dari yang dihasilkan industri mobil atau tekstil.
2)    Kebijakan Substitusi Impor
Kebijakan substitusi impor adalah kebijakan untuk memproduksi barang-barang yang
diimpor. Tujuan utamanya adalah penghematan devisa. Di Indonesia, pengembangan industri
tekstil pada awalnya adalah substitusi impor. Jika tahap substitusi impor terlampaui biasanya
untuk tahap selanjutnya menempuh strategi promosi ekspor.
3)    Kebijakan Proteksi Industri
Kebijakan proteksi industri umumnya bersifat sementara, sebab tujuannya untuk melindungi
industri yang baru berkembang, sampai mereka mampu bersaing. Jika industri tersebut sudah
berkembang, maka perlindungan dicabut. Perlindungan yang diberikan biasanya adalah
pengenaan tarif dan atau pemberian kuota untuk barang-barang produk negara lain yang boleh
masuk ke pasar domestik.

Tujuan Ekonomi Makro


Tujuan Ekonomi Makro ada beberapa macam dan berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara.
Setiap tujuan tersebut ditujukan untuk memecahkan persoalan yang muncul di suatu negara.
Berikut adalah beberapa tujuan dari penerapan kebijakan Ekonomi Makro:
1. Menciptakan Lapangan Pekerjaan
Kebijakan yang dihasilkan dalam Ekonomi Makro bertujuan untuk mengatur penciptaan lapangan kerja.
Dengan demikian, negara mampu meminimalisir pengangguran.
Hal ini karena tingginya angka pengangguran akan membawa dampak buruk bagi sebuah negara.
Tingginya tingkat pengangguran pada akhirnya hanya akan menjadi beban bagi perekonomian negara
tersebut.
2. Produksi dalam Negeri yang Tinggi
Banyak atau sedikitnya kapasitas produksi di suatu negara sangat tergantung pada tinggi rendahnya jumlah
investasi yang masuk ke negara tersebut. Sementara investasi tergantung dari tingkat tabungan dalam
negeri.
Lalu, tabungan dalam negeri tergantung dengan penghasilan masyarakat dan tingkat suku bunga.
Karenanya, guna meningkatkan kemampuan produksi di suatu negara dapat dilakukan dengan
meningkatkan penghasilan masyarakat. Caranya? Produktivitas masyarakat ditingkatkan.
3. Ekonomi yang Stabil
Stabilitas ekonomi pada suatu negara meliputi kestabilan harga barang, lapangan pekerjaan, serta tingkat
pendapatan masyarakat. Penerapan kebijakan Ekonomi Makro bertujuan untuk menstabilkan harga barang
dan lapangan pekerjaan. Pada akhirnya kondisi ini akan memberikan dampak yang baik bagi suatu negara.
4. Neraca Pembayaran Seimbang
Sudah menjadi keniscayaan bahwa setiap negara pastilah melakukan transaksi perdagangan dengan negara
lain. Praktik ini juga pada akhirnya bisa membawa pengaruh terhadap kondisi ekonomi negara tersebut,
makanya neraca pembayaran harus seimbang. Beberapa komponen neraca pembayaran yang penting untuk
diketahui adalah lalu lintas moneter, transaksi berjalan, serta neraca perdagangan.
5. Pendapatan Penduduk yang Merata
Pembagian pendapatan penduduk secara merata dapat terjadi dengan pemerataan hasil olahan sumber daya
alam dan manusia. Meratanya pembagian pendapatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan tingkat
konsumsi atau daya beli masyarakat. Dengan demikian, kehidupan yang seimbang dan damai tanpa
kerusuhan pun dapat terwujud.

Anda mungkin juga menyukai