HEMATOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
Dosen Pengampu:
Djohar Maknun, M.Si
Muhimatul Umami, M.Si
Disusun oleh:
Nama : Siti Aisyah
NIM : 1908106024
Kelas : Biologi A/5
Asisten Praktikum : 1. Kholid
2. Lulu Ulfah Audriansyah
3. Nur Lulu Anisa
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara ke1 mengenai Hematologi adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasikan Dan membandingkan struktur eritrosit pada masing2
sampel hewan
2. Untuk melakukan pengujian hemolisis krenasi, Dan isotonis
3. Untuk melakukan pengujian golongan darah pada manusia
I.LANDASAN TEORI
Hematologi merupakan salah satu studi kesehatan yang khusus mempelajari mengenai
darah beserta gangguannya. Beberapa penyakit yang diatasi oleh bidang kedokteran hematologi
termasuk anemia, gangguan pembekuan darah, penyakit infeksi, hemofilia, dan leukemia.
Dalam dunia kesehatan, tes hematologi merupakan sebuah pemeriksaan darah lengkap yang
meliputi sel darah putih, sel darah merah, dan platelet. Pemeriksaan ini biasanya termasuk
dalam pemeriksaan kesehatan. Selain sebagai pemeriksaan kesehatan rutin, tes hematologi juga
akan dilaukan dokter untuk membantu mendiagnosis masalah tertentu, contohnya seperti
infeksi atau perdarahan. (Handari, 2018)
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang berbentuk
cair dan berwarna merah. Pada orang dewasa muda yang sehat memiliki darah sekitar 7% dari
berat badan atau kira-kira sekita 4-5 liter. Jumlah tersebut berbeda-beda untuk setiap orang
tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah merupakan
kendaraan atau medium untuk transportasi berbagai nutrisi ke seluruh tubuh. Darah berfungsi
dalam mengangkut oksigen, zat gizi dan sisa hasil metabolisme dari jantung keseluruh tubuh
dan kembali lagi ke jantung (Winarto, 2014).
Darah merupakan cairan yang berwarna merah, warna merah ini adalah protein yang
mengandung besi dimana merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen yang terikat
oleh hemoglobin. Warna merah darah ini tergantung pada tinggi rendahnya kandungan oksigen
(O2) dan karbondioksida (CO2) didalamnya, darah yang mengandung banyak CO2 akan
memberikan warna lebih gelap atau merah tua sedangkan darah yang mengandung O2
memberikan warna merah muda (Sa’adah, 2018).
Komponen utama dalam darah pada makluk hidup berbentuk cairan yang berwarna merah
terdiri dari 2 komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah adalah komponen
penyusun darah yang paling banyak, sebesar 50-60% bagian darah adalah plasma darah, sisanya
adalah sel-sel darah yaitu sekitar 40-50 %. Plasma darah terdiri dari protein-protein darah
seperti immunoglobin, albumin, protein, nutrisi, hormon, gas terlarut (CO2 dan O2), serta zat
hasil ekskresi (urea), namun begitu komposisi terbesar darah adalah air (91-92 %). Sedangkan
sel sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit) sel darah putih (leukosit) dan sel-sel pembeku
(trombosit). (Suparyanto, 2014).
Hemolisis adalah proses kerusakan yang terjadi pada sel darah merah, dimana hemoglobin
dari sel darah merah keluar. Kerusakan ini terjadi akibat adanya larutan-larutan tertentu yang
masuk kesel darah dan adanya zat-zat kimia. Hemolisis merupakan suatu pecahnya sel darah.
Krenasi terjadi bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan
keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (Marra, 2012)
Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik karena kehilangan air melalui osmosis. Secara
etimologi krenasi berasal dari bahasa yunani yakni “Crenatus”. Krenasi terjadi karena
lingkungan hipertonik (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan larutan disekitar luar sel. Osmosis menyebabkan pergerakan air keluar dari sel
yang dapat menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya, sebagai akibat sel mengecil atau
mengkerut. Pada manusia yang sehat derajat hemolisa darahnya dapat disebabkan oleh kinain
pada konsentrasi 10-9m dengan level darah 5 x 10-5. Hal ini mungkin juga berlaku bagi darah
penderita malaria. Pada konsentrasi 10-6 metabolik kinin menimbulkan derajat hemolisis yang
lebih tinggi daripada kinin dengan konsentrasi 10-2. (Sofro, 2012)
Krenasi merupakan proses pengkerutan sel darah akibat adanya larutan hipotonis dan
hipertonis. Faktor penyebab krenasi yaitu adanya peristiwa osmosis yang menyebabkan adanya
pergerakan air dalam sel sehingga ukuran sel menjadi berkurang atau mengecil. Proses yang
sama juga terjadi pada tumbuhan yaitu plasmolisis dimana sel tumbuhan juga mengecil karena
dimasukkan dalam larutan hipertonik. Krenasi ini dapat dikembalikkan dengan cara
menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (Watson, 2012).
Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting karena dapat diinfuskan kedalam darah
tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel.
Cairan yang memiliki kekentalan atau konsentarasi sama dengan cairan dalam sel disebut
isotonis (osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada dalam sel disebut hipertonis, dan lebih
rendah daripada sel disebut hiipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air secara osmosis dari
sitoplasma eritrosit ke luar sehingga Eritrosit akan mengalami penyusutan dan membran selnya
tampak berkerut-kerut atau yang disebut krenasi atau plasmolysis. Sebaliknya, cairan hipotonis
akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma eritrosit sehingga eritrosit akan
menggembung (plasmoptysis) yang kemudian pecah (hemolisis) (Djukri dan Heru, 2015)
Eritrosit adalah sel darah merah pembawa hemoglobin dalam sirkulasi darah. Fungsi utama
eritrosit adalah mentransfer hemoglobin yang membawa oksigen dari paru-paru menuju
jaringan. Eritrosit unggas berbeda dengan eritrosit mamalia. Eritrosit atau sel darah merah pada
mamalia berbentuk cakram bikonkaf, dengan tebal bagian tepi 1,5µ dan menipis dibagian
pusatnya. Eritrosit unggas yang matang pada umumnya lebih besar daripada eritrosit mamalia,
tetapi lebih kecil dibandingkan dengan eritrosit reptilian. (Thrall et al., 2012).
Eritrosit tersusun atas lipida, protein, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Membran eritrosit
tersusun dari lapisan lipida yang terdiri dari fosfolipida yang bersifat hidrofilik dan asam lemak
yang bersifat hidrofobik, protein dalam bentuk glikoprotein dan karbohidrat lain. Eritrosit
terdiri dari 55-65% air, 30-35% hemoglobin, 5% unsur organik dan anorganik (Stockham and
Scott, 2018).
Pada eritrosit terdapat gangguan seperti anemia yang merupakan kondisi jumlah sel darah
merah yang berada di bawah rentang normal sehingga tidak dapat melakukan transportasi
oksigen secara efisien dan efektif. Pada manusia, rentang normal untuk konsentrasi hemoglobin
adalah sebesar 13,2 g/dL untuk pria dan 11,7 g/dL untuk wanita Terdapat setidaknya tiga jenis
anemia, yaitu blood loss anemia, hypoproliferative anemia, dan hemolytic anemia. Rendahnya
jumlah eritrosit dikarenakan ketidakmampuan memproduksi eritrosit untuk mencapai ambang
batas normal. Salah satu penyebabnya adalah oleh defisit unsur besi (Hoffman et al., 2012;
Rogers, 2011)
Leukosit adalah saah satu jenis sel darah. Kandungan hemoglobin pada leukosit sangat
sedikit. Fungsi utama leukosit adalah membentuk sistem imun untuk menanggulangi invasi
patogen dan zat asing lainnya. Leukosit memiliki morfologi yang bervariasi. Secara umum
leukosit dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit yang
tergolong dalam kelompok granulosit adalah neutrofl, eosinofil, dan basofil. Sedangkan
leukosit agranulosit misalnya monosit dan limfosit (Handayani, dkk. 2010).
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan
darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini
sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi
dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya untuk jasanya menemukan cara penggolongan
darah ABO (Asri, 2010).
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Didunia ini
sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh. Sistem ABO yang
ditemukan oleh Karl Landsteiner merupakan sistem yang paling penting dalam bank darah dan
ilmu kedokteran transfusi, antigen-antigen utamanya disebut A dan B, antibodi utamanya
adalah anti-A dan anti-B. Gen-gen yang menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terletak
di kromosom 9 . Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam sel
dan menentukan aglutinin yang ada dalam serum (Andriyani et al, 2015).
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki
faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memilihi golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh
pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan
ini sering digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling
umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula
beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus sangat penting karena ketidakcocokan golongan (misal : donor
dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap
antigen Rd(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang
pada atau dibawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat mempengaruhi janin pada saat
kehamilan (Asri, 2010).
II.MATERI DAN METODE
A. Materi
1. Alat
a. Bak parafin
b. Pipet tetes
c. Blood lanset
d. Glass objek dan cover glass
e. Spuit
f. Glove dan masker
g. Mikroskop
2. Bahan
a. NaCl O,7 % O,9%
b. Larutan giemsa
c. Alkohol 7O%
d. Antigen
e. Mencit (mus musculus)
f. Ikan (cyprinus carpio)
g. Bunglon (bronchocela jabata)
B. Metode
Perlakuan
Sampel Keterangan
Kontrol Nacl 0,7 % Nacl 0,9 %
Darah bunglon Eritrosit bunglon
(Bronchocela Bronchocela jubata
jubata) ditetesin terlihat normal dan
susunan terlihat rapat Nacl
dengan konsentrasi 0,7 %
dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x.
Darah ikan mas Eritrosit ikan mas Cyprinus
(Cyprinus carpio terlihat isotonis atau
carpio) tetap normal ditetesin Nacl
dengan konsentrasi 0,7 %
dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x
Darah Eritrosit probandus ditetesin
Probandus Nacl dengan konsentrasi 0,7
Manusia % dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x
Darah mencit Eritrosit mencit Mus
(Mus musculus) musculus mengalami
hemolisisis karena terlihat
sangat jelas disini sel pecah.
Dan susunan terlihat
renggang ditetesin Nacl
dengan konsentrasi 0,7 %
dan sample kedua ditetesi
Nacl 0,9% ditutup
menggunakan cover glass
kemudian diamati
mengunakan mikroskop
dengan perbesaran 400x
Pemberian
Nama Sampel
Antiserum Antiserum Antiserum Golongan darah
sampel darah
A B AB
Golongan darah A. Karena terjadi
Reza
penggumpalan ketika ditetesi anti-
prawira
A.
Golongan darah B. Karena terjadi
Nur Lulu
penggumpalan ketika ditetesi anti-
Anisa
B.
B. Saran
Saran dalam melakukan praktikum kali ini yaitu harus dilakukan dengan penuh
ketelitian dalam melakukan pengamatan pada gambar eritrosit agar tidak salah dalam
menganalisis, serta mengamati dan tidak menyakiti hewan yang dijadikan objek
pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Farhudet al,. Farhud, D.D. & Yeganeh, M.Z.,2013. A Brief History Of Human Blood Groups.
Iranian J Publ Health, Vol. 42, No 1, Pp.1-6
Handayani, L., Irianti, N dan Yuwono, E. 2010. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Lemuru
terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam Kampung.Jurnal Ilmiah Peternakan
1(1) : 39-46
Jihadulhaq Bin., Hamsah. 2013. Hemolisa Dan Krenasi, Golongan Darah, Dan Tekanan
Darah. Makassar : Fakultas Peternakan Universitas Hasannudin
Marra, J. B., dan Hamsah, 2012, Hemolisa Dan Krenasi, Golongan Darah, Dan Tekanan
Darah, Universitas Hasanudin, Makasar.
Mutiawati, Vivi Keumala. 2013. Perbedaan Derajat Aglutinasi Pemeriksaan Golongan Darah
Antara Eritrosit Tanpa Pencucian dengan Eritrosit Tanpa Pencucian Pada Penderita
Talasemia. UB
Sa’adah, 2018. Manfaat Pemeriksaan Darah Pada Kuda Pacu. Buletin FKH UGM, 7. Page :7-
15.
Stockham SL and MA Scott. 2008. Fundamental of Veterinary Clinical Pathology. 2nd edition.
USA.
Thrall MA., G Weiser, RW Allison, TW Campbell. 2012. 2nd edition. Veterinary Hematology
And Clinical Chemistry. Wiley-Blackwell. West Sussex