Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI PEMBELAJARAN & PRINSIP PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH :
GEMILANG KARTANEGARA
(2105106018)

DOSEN : DIDIK CAHYONO, S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat, Rahmat dan

Hidayah Nya yang berupa kesehatan, pikiran dan kemampuan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. saya mengucapakan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen penanggung jawab mata kuliah

Pembelajaran serta untuk semua pihak yang telah memberikan bantuannya

pada saya,sehingga makalah dengan judul TEORI PEMBELAJARAN DAN

PRINSIP PEMBELAJARAN ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhirnya dengan mengucapkan kata hamdallah saya menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena kebenaran dan kesempurnaan

hanya Allah yang punya dengan Kuasaan-Nya. Maka, kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat saya harapkan, sehingga dalam penyusunan

makalah berikutnya akan lebih baik. Demikian, semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.


DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
C. Rumusan Masalah
D. Batasan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Pembelajaran Behavioristik
A.1. Teori Koneksionisme Thorndike
A.2. Teori Conditioning Watson
A.3. Teori Conditioning Edwin Guthrie
A.4. Teori Operant Conditioning Skinner
A.5. Teori Systematic Behavior Clark Hull
A.6. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
A.7. Aplikasi Dasar teori behavioristik
B. Teori Pembelajaran Kognititif
B.1. Ausubel ( Teori Belajar Bermakna)
B.2. Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget
C. Teori Pembelajran Humanistik
C.1. Arthur Combs (1912-1999)
C.2. Maslow
C.3. Carl Rogers
C.4. Implikasi Teori Belajar Humanistik
C.5. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memperoleh sebagaian besar dari kemampuannya melalui
belajar. Belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi didalam kondisi-
kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol (Robert M.
Gagne, 1977). Kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar
yaitu pertama; ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi
kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Pendidik dituntut untuk
menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik untuk mencapai
kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh subyek
didik. Dalam hal ini peranan desain pesan dalam kegiatan belajar
mengajar sangat penting, karena desain pesan pembelajaran menunjuk
pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau signal
dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk
belajar. Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari belajar,
karena dengan belajar manusia menjadi mengerti dan paham tentang
hal – hal yang sebelumnya belum mereka ketahui.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dalam lingkungan. Belajar memegang peranan penting di
dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian
dan persepsi manusia. Oleh karena itu seseorang harus menguasai
prinsip – prinsip dasar belajar agar mampu memahami bahwa aktivitas
belajar itu memegang peranan penting dalam psikologis dan kehidupan
yang lebih baik di masa yang akan datang.Perubahan perilaku yang
merupakan hasil dari proses belajar dapat berwujud perilaku yang
tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inner
behavior).Perilaku yang tampak misalnya menulis, memukul,
menendang sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya berfikir,
bernalar dan berkhayal. Untuk itu, agar aktivitas belajar dapat mencapai
hasil belajar yang optimal, maka stimulus atau proses belajar untuk
peserta didik harus dirancang secara matang, menarik, dan spesifik
sehingga peserta didik mudah memahami dan merespon positif materi
yang diberikan. Meskipun pengajar sudah merancang sedemikian rupa
kadang masih sulit untuk peserta didik dalam mengerti dan paham
pada materi yang diberikan. Oleh karena itu pengajar harus mampu
menggunakan berbagai cara agar peserta didik mampu memahami apa
yang sudah diberikan oleh pengajar.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini ada;ah :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan teori-teori pembelajaran yang
meliputi teori belejar kognitif, behavioristik dan humanistik.

2. Mahasiswa sebagai calon guru diharapkan mampu mengaplikasikan


berbegai macam teori belajar pada peserta didiknya sesuai dengan
kondisinya.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah memberikan penjelasan


kepada mahasiswa akan teori pembelajaran ( kognitif, behavioristik dan
humanistik ) sehinggamakalah ini dapat dijadikan referensi baik pada
mahasiswa itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Jelaskan Teori Pembelajaran Behavioristik menurut para ahli dan


aplikasi dasarnya..?

2. Jelaskan Teori Pembelajaran Kognititif piaget..?

3. Teori Pembelajaran Humanistik seta implikasinya......?

E. Batasan masalah

Batasan masalah untuk makalah ini hanya mengacu pada Judul


makalah yaitu “ TeoriTeori Belajar”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah


laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.
Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain
yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan
(positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu
juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun
akan tetap dikuatkan.

A.1. Teori Koneksionisme Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara


stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu ineraksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike
perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat
berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit
yaitu yang tidak dapat diamati.
A.2. Teori Conditioning Watson

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus


dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat
diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya
perubahanperubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun ia hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu
diperhitungkan.

A.3. Teori Conditioning Edwin Guthrie

Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon


cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan
belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus
agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga
mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan
bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut.

A.4. Teori Operant Conditioning Skinner

Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang


terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar
behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-
respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan
teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang


individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan
aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap
tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.

2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant


telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang
membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam
operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer
itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak
sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam
classical conditioning.

A.5. Teori Systematic Behavior Clark Hull

Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan


pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi
sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam
belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-
macam bentuknya.

A.6. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi


belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang
berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini
tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan
hubungan antara stimulus dan respon ini dan tidak dapat
menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
antara stimulus yang diberikan dengan responnya. Namun
kelebihan dari teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas
berkreasi dan berimajinasi. A.7. Aplikasi Dasar teori behavioristik
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar
ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk

mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.


Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil,
dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

B. TEORI BELAJAR KOGNITIF

B.1 Ausubel ( Teori Belajar Bermakna)

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan


potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama
seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas
belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan
dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan
lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.
Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru
menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan
ilustrasi.

B.2 Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai


pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan
pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk
memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang
tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa
perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1)
sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4)
formal operational.

Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi


pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James
Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the
process by which a person takes material into their mind from the
environment, which may mean changing the evidence of their senses
to make it fit” dan akomodasi adalah “the difference made to one’s
mind or concepts by the process of assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Piaget juga merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia


berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari
pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan
Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif
memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam
hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai
pemberi informasi.

Piaget menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu :

1) memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental


anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman
–pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian
terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada
kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud.

2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan


keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget
menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made
knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu
melalui interaksi spontan dengan lingkungan.
3) memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa
tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena
itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam
kelas yang terdiri dari individu – individu ke dalam bentuk kelompok –
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.

4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut


Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk
perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan
secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

C. TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk


memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk


mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses
belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru,


2. Personalia informasi ini pada individu. Tokoh penting dalam teori
belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs,
Abraham Maslow dan Carl Rogers.

C.1. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan


banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila
mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak
bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena
mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya
tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba


memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin
merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau
pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang
dari yang lain. Combs

berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan


berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya
disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti


dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran
kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2)
adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi
diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal
yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu
terlupakan.

C.2. Maslow Teori Maslow

didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

1. suatu usaha yang positif untuk berkembang


2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk


memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa
yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah
berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh


hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak
di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting

yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia


mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang
kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

C.3. Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak
keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama
tetapi akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di
Universitas Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931,
sebelumnya ia telah merintis kerja klinis di Rochester Society untuk
mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis
buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap
mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan


terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai
mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup :
keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri,
dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah


pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.


Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan


ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang


proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip


dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid


mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya


sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan


dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh


dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan


ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik


perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil
yang mendalam dan lestari.

i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah


dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.

j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai
proses perubahan itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru


yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck
pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan
kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

1. Merespon perasaan siswa


2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk
mementapkan kebutuhan
7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi


angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa,
meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk
pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai,
mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan
mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang
lebih tinggi.

C.4. Implikasi Teori Belajar Humanistik


A. Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang


berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan
berbagai kualitas sifasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat
dari beberapa guidenes(petunjuk):

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana


awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan
kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa
untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang
fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas,
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan
juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi
yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama
belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-
keterbatasannya sendiri.

C.5. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa


Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai


proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil


belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi
siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan


pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.

BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
menurut teori Behavioristik merupakan perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang
juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Menurut teori belajar Kognitih dijelaskan bahwa
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Teori Percanggahan Kognitif adalah tidak
selaras di antara dua atau lebih pendapat atau idea.

Disisi lain Menurut Teori humanistik mengungkapkan bahwa tujuan


belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masingmasing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

D. SARAN
Dari makalah yang telah saya buat tentu terdapat suatu celah yang
membuat makalah ini tidak sempurna. Oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran yang membangun guna kami kedepannya agar makalah
ini menjadi sempurna. Keterbatasan saya sebagai insan manusia dalam
penjabaran makalah ini akan saya jadikan sebabai masukan untuk
menjadikan makalah ini jauh lebih baik lagi. Kurikulum adalah bagian
dari sebuah pendidikan dan makalah ini adalah bagian dari proses hasil
pemikiran. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasi kepada pembaca
semua yang berkenan memeberikan kritik dan saran kepada saya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya


Rabbal Alamin.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati. Mujiyono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rieneka
Cipta.
Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan membelajarkan. Jakarta :
C.V. Rajawali
dan PAU-UT
Tri Anni, Catharina.2007.Psikolgi Belajar.Semarang: UNNES Press.
Psikologi Belajar: Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono
http://topatopeng.smamda.org/2008/11/10/teori-belajar-
behavioristik/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-
belajar/aplikasi-teoribehavioristik-dalam-proses-belajar-mengajar
http://elearningpo.unp.ac.id/index.php?option=com
http://prince-mienu.blogspot.com
http://lecturer.eepis-its.edu

Anda mungkin juga menyukai