Akuntansi Sektor Publik Investasi Dan Ke
Akuntansi Sektor Publik Investasi Dan Ke
S1 STAR-BPKP BATCH 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan makalah seminar akuntansi sektor publik ini.
Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin,
S.E., M.Si., Ak. CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif
kepada penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu
tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi
sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
a. Definisi.............................................................................................................. 21
b. Klasifikasi.......................................................................................................... 21
2. Pengakuan ....................................................................................................... 24
a. Transaksi dengan Pertukaran (exchange transactions) .................................... 24
b. Transaksi tanpa Pertukaran (non-exchange transactions) ................................ 24
c. Kejadian yang Berkaitan dengan Pemerintah (government-related events) ...... 24
d. Kejadian yang Diakui Pemerintah (government-acknowledge events) .............. 24
3. Pengukuran ...................................................................................................... 25
a. Pengukuran Utang kepada Pihak Ketiga........................................................... 25
b. Pengukuran Utang Transfer ..............................................................................
25 c. Pengukuran Utang
Bunga................................................................................. 25 d. Pengukuran Utang
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) ......................................... 25 e. Pengukuran
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang .......................................... 26 f.
Pengukuran Kewajiban Lancar Lainnya ............................................................ 26 g.
Utang yang tidak diperjualbelikan ..................................................................... 26 h.
Utang yang diperjualbelikan.............................................................................. 26
4. Penyelesaian Kewajiban Sebelum Jatuh Tempo Dan Tunggakan .................... 26
5. Restrukturisasi ..................................................................................................
27 a. Definisi..............................................................................................................
27 b. Pengakuan .......................................................................................................
28 c. Pengukuran
...................................................................................................... 28 d. Penyajian
dan Pengungkapan .......................................................................... 28
6. Penghapusan Utang ......................................................................................... 28
7. Biaya-Biaya Yang Berhubungan Dengan Utang Pemerintah ............................ 29
8. Jurnal Standar Pemerintah Pusat ..................................................................... 29
9. Sistem Akuntansi Kewajiban di SPKD .............................................................. 31
a. Pihak-pihak Terkait ........................................................................................... 31
b. Dokumen yang Digunakan................................................................................ 32
c. Jurnal Standar .................................................................................................. 32
10. Sistem Akuntansi Kewajiban di PPKD .............................................................. 34
a. Pihak-Pihak Terkait........................................................................................... 34
b. Dokumen Yang Digunakan ............................................................................... 34
c. Jurnal Standar .................................................................................................. 35
11. Penyajian .......................................................................................................... 35
12. Pengungkapan.................................................................................................. 37
13. Kewajiban Kontigensi........................................................................................ 37
a. Definisi.............................................................................................................. 37
3
33
b. Pengakuan ....................................................................................................... 38
c. Pengukuran ...................................................................................................... 38
4
44
d. Penyajian dan Pengungkapan .......................................................................... 38
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 39
A. KESIMPULAN................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Undang - Undang di bidang keuangan negara mewajibkan entitas pemerintah untuk
menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
dan penggunaan sumber daya dalam periode tertentu. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan. Selain itu, laporan keuangan entitas pelaporan juga
menyediakan informasi mengenai antara lain aset, kewajiban, dan ekuitas. Penyusunan dan
penyajian laporan keuangan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi prinsip transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian
laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakan
acuan dasar dalam pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia,
termasuk di Pemerintah Daerah dan satuan kerja di dalamnya.
Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas keuangan yang ada
di setiap entitas Pemerintah Pusat/Daerah. Proses tersebut kemudian menghasilkan
informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan dalam proses evaluasi dan
pengambilan keputusan manajerial yang kemudian akan mempengaruhi pelaksanaan
pengelolaan keuangan negara/daerah pada periode berikutnya. Jadi, input dari proses
akuntansi adalah transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan.
Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi dua entitas, yaitu entitas
akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi merupakan satuan kerja yang merupakan
pengguna anggaran yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan
laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya untuk digabungkan pada
entitas pelaporan. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD.
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan
laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam hal
ini, yang dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah.
1
Investasi merupakan aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik
seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi
merupakan instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk memanfaatkan
surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang dan memanfaatkan
dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.
Kewajiban merupakan dampak transaksi masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi. Kewajiban pemerintah dapat timbul dari
pengadaan barang dan jasa atau gaji yang belum dibayar, dan kewajiban pemerintah yang
timbul dari keharusan membayar kembali pinjaman dalam negeri (obligasi), pinjaman
lembaga internasional, pinjaman dari pemerintah lain, atau pinjaman lembaga keuangan
dalam negeri.
Akuntansi kewajiban meliputi pengakuan, pengukuran, serta pelaporan dan
pengungkapan seluruh transaksi kewajiban yang menyebabkan timbulnya utang, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk perlakuan atas restrukturisasi utang,
penghapusan utang dan kapitalisasi biaya pinjaman.
B. RUANG LINGKUP
Makalah Investasi dan Kewajiban ini secara khusus mempelajari akuntansi Investasi
dan Kewajiban dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yang diterapkan untuk tujuan
umum, serta untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan
negara/daerah.
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
mengenai akuntansi investasi dan kewajiban, serta agar terdapat kesamaan pemahaman
dan persepsi tentang akuntansi investasi dan kewajiban pada lingkungan pemerintah dan
juga sebagai pedoman dalam klasifikasi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan investasi dan kewajiban.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKUNTANSI INVESTASI
1. Gambaran Umum
a. Definisi
Investasi merupakan aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik
seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk memperoleh
pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk
investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas. Terdapat beberapa jenis investasi
yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu
investasi dapat berupa pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang,
serta instrumen ekuitas.
Investasi merupakan instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk
memanfaatkan surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang dan
memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka
manajemen kas.
b. Klasifikasi
Investasi pemerintah diklasifikasikan berdasarkan jangka waktunya menjadi dua yaitu
investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan
kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset
nonlancar. Pos-pos investasi menurut PSAP Berbasis Akrual Nomor 06 tentang Investasi
antara lain:
1) Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek merupakan investasi yang memiliki karakteristik dapat
segera diperjualbelikan/dicairkan dalam waktu 3 bulan sampai dengan 12 bulan.
Investasi jangka pendek biasanya digunakan untuk tujuan manajemen kas dimana
pemerintah daerah dapat menjual investasi tersebut jika muncul kebutuhan akan
kas. Investasi jangka pendek biasanya berisiko rendah. Investasi Jangka Pendek
berbeda dengan Kas dan Setara Kas. Suatu investasi masuk klasifikasi Kas dan
Setara Kas jika investasi dimaksud mempunyai masa jatuh tempo kurang dari 3 bulan
dari tanggal perolehannya. Pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi
bagi pemerintah, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga,
tidak termasuk dalam investasi
jangka pendek. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka
pendek antara lain adalah:
a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan
usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal
saham pada suatu badan usaha;
b) Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan
kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat berharga
yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri
untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau
c) Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri
atas: (a) Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang dapat
diperpanjang secara otomatis (revolving deposits); (b) Pembelian Surat Utang Negara (SUN)
pemerintah jangka pendek oleh pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat
Bank Indonesia (SBI).
2) Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang pencairannya memiliki jangka
waktu lebih dari 12 bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifatnya, yaitu:
a) Investasi Jangka Panjang Nonpermanen
Investasi jangka panjang nonpermanen merupakan investasi jangka panjang
yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau suatu waktu
akan dijual atau ditarik kembali.
b) Investasi Jangka Panjang Permanen
Investasi jangka panjang permanen merupakan investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak untuk diperjualbelikan
atau ditarik kembali.
Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak
dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau
pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan
kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa:
Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan
internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara, yang dapat
berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat
berharga yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan
yang bukan perseroan;
Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan
pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa:
Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk
dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;
Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada
pihak ketiga;
Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti
bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki
pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan
untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.
Dalam Bagan Akun Standar, investasi diklasifikasikan sebagai berikut:
c. Pihak-Pihak Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi pada Pemerintah Pusat
antara lain adalah Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Bendahara Umum Negara (BUN).
1) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
a) Mereklasifikasi saldo kas yang ditempatkan pada investasi dalam Buku Besar
Akrual.
b) Menjurnal perolehan investasi jangka panjang.
c) Menjurnal dan membukukan pendapatan hasil investasi yang diterima, dividen,
pelepasan investasi, dan keuntungan atau kerugian selisih hasil pelepasan
investasi.
2) Bendahara Umum Negara (BUN)
a) Mereklasifikasi saldo kas yang ditempatkan pada investasi dalam Buku Besar
Akrual.
b) Menjurnal penerimaan kas dan membukukannya di Buku Besar Akrual dan Buku
Besar Kas.
c) Mereklasifikasi saldo investasi yang dikembalikan ke kas dalam Buku Besar
Akrual.
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi pada Pemerintah Daerah
antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan PPKD.
3) Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD)
Dalam sistem akuntansi investasi, PPK-PPKD melaksanakan fungsi akuntansi PPKD
yang memiliki tugas sebagai berikut:
a) Mencatat transaksi/kejadian investasi berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah
ke Buku Jurnal Umum.
b) Memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian investasi ke dalam Buku Besar
masing-masing rekening (rincian objek).
c) Membuat laporan keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL (LPSAL), Laporan
Perubahan
Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
4) PPKD
Dalam sistem akuntansi investasi, PPKD memiliki tugas:
a) menandatangani laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam proses
penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD
b) menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD.
2. Pengakuan
Investasi diakui saat terdapat pengeluaran kas atau aset lainnya yang dapat memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. memungkinkan pemerintah memperoleh manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau
jasa potensial di masa depan; atau
b. nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai/andal (reliable).
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah
dalam bentuk investasi dan perubahan piutang menjadi investasi memenuhi kriteria
pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya
manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan datang
berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi
dari kepastian yang cukup bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial
yang akan diperoleh memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh
manfaat dari aset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.
Kriteria pengakuan investasi, biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi
pertukaran atau pembelian yang didukung dengan bukti yang menyatakan/
mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi mungkin
diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya, atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal
perolehan. Dalam kasus yang demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat
digunakan.
Ketika pengakuan investasi itu terjadi, maka fungsi akuntansi PPKD membuat jurnal
pengakuan investasi. Untuk pengakuan investasi jangka pendek, jurnal tersebut mencatat
investasi jangka pendek di debit dan kas di kas daerah di kredit (jika tunai) berdasarkan
dokumen sumber yang relevan. Sementara itu, untuk pengakuan investasi jangka panjang,
jurnal tersebut mencatat investasi jangka panjang di debit dan kas di kas daerah di kredit
(jika tunai). Selain itu, untuk investasi jangka panjang, pemerintah daerah juga mengakui
terjadinya pengeluaran pembiayaan dengan menjurnal pengeluaran pembiayaan-penyertaan
modal/investasi pemerintah daerah di debit dan perubahan SAL di kredit.
3. Pengukuran
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat membentuk nilai pasar,
dalam hal investasi yang demikian, nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai
wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan
nilai nominal, nilai tercatat atau nilai wajar lainnya.
Pengukuran investasi berbeda-beda berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan
dijabarkan pengukuran investasi untuk masing-masing jenis.
a. Pengukuran investasi jangka pendek:
1) Investasi dalam bentuk surat berharga:
Apabila terdapat nilai biaya perolehannya, maka dicatat sebesar biaya perolehan
yang di dalamnya mencakup harga investasi, komisi, jasa bank, dan biaya
lainnya.
Apabila tidak terdapat biaya perolehannya, maka dicatat sebesar nilai wajar atau
harga pasarnya.
2) Investasi dalam bentuk non saham dicatat sebesar nilai nominalnya, misalnya
deposito berjangka waktu 6 bulan.
b. Pengukuran investasi jangka panjang:
1) Investasi permanen dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga transaksi
investasi berkenaan ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan
investasi berkenaan.
2) Investasi nonpermanen:
investasi yang dimaksudkan tidak untuk dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar
nilai perolehannya.
investasi dalam bentuk dana talangan untuk penyehatan perbankan yang akan
segera dicairkan dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.
penanaman modal di proyek-proyek pembangunan pemerintah daerah (seperti
proyek PIR) dinilai sebesar biaya pembangunan termasuk biaya yang
dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya lain yang dikeluarkan dalam rangka
penyelesaian proyek sampai proyek tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
c. Pengukuran investasi yang diperoleh dari nilai aset yang disertakan sebagai
investasi pemerintah daerah, dinilai sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar
investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada.
d. Pengukuran investasi yang harga perolehannya dalam valuta asing harus
dinyatakan dalam rupiah dengan menggunakan nilai tukar (kurs tengah bank
sentral) yang berlaku pada tanggal transaksi.
b. Metode ekuitas
Investasi pemerintah yang dinilai menggunakan metode ekuitas akan dicatat sebesar
biaya perolehan investasi awal dan ditambah atau dikurangi bagian laba atau rugi sebesar
persentasi kepemilikan pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba yang diterima
pemerintah, tidak termasuk dividen yang diterima dalam bentuk saham, akan mengurangi
nilai investasi pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan. Penyesuaian terhadap
nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah,
misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset
tetap.
c. Pelepasan Investasi
Pada saat pelepasan investasi jangka panjang, KPA menjurnal dan membukukan di
Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas dengan jurnal:
Nomor
Tanggal Akun Uraian Debet Kredit
Bukti
xxx xxx xxx Diterima dari Entitas Lain xxx
xxx Penerimaan Hasil Privatisasi xxx
Kuasa BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Akrual dan
Buku Besar Kas dengan jurnal penerimaan kas.
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Pengeluaran Pembiayaan – Dana Bergulir xxx
xxx Perubahan SAL xxx
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
Pengeluaran Pembiayaan – Penyertaan
xxx xxx xxx xxx
Modal/Investasi Pemda
xxx Perubahan SAL xxx
b. Hasil Investasi
1) Hasil Investasi Jangka Pendek
Hasil investasi jangka pendek berupa pendapatan bunga. Pendapatan bunga ini
biasanya diperoleh bersamaan dengan pelepasan investasi jangka pendek tersebut,
sehingga pembahasannya akan digabungkan ke sub bagian pelepasan investasi.
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas di Kas Daerah xxx
xxx Pendapatan Bunga…- LO xxx
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Perubahan SAL xxx
xxx Pendapatan Bunga…- LRA xxx
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Perubahan SAL xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan
xxx xxx
Kekayaaan Daerah yang Dipisahkan-LRA
b) Metode Ekuitas
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan tempat pemerintah daerah
berinvestasi, PPKD dapat mengetahui jumlah keuntungan perusahaan pada periode
berjalan. Dalam metode ekuitas, keuntungan yang diperoleh perusahaan akan
mempengaruhi jumlah investasi yang dimiliki pemerintah daerah. Pada saat
perusahaan mengumumkan laba, fungsi akuntansi PPKD mencatat kejadian tersebut
dengan melakukan penjurnalan sebagai berikut:
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Investasi Jangka Panjang xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan
xxx xxx
Kekayaaan Daerah yang Dipisahkan-LO
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Perubahan SAL xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan
xxx xxx
Kekayaaan Daerah yang Dipisahkan-LRA
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Perubahan SAL xxx
xxx Pendapatan Bunga Dana Bergulir – LRA xxx
c. Pelepasan Investasi
1) Pelepasan Investasi Jangka Pendek
Ketika dilakukan pelepasan investasi jangka pendek, berdasarkan dokumen transaksi
yang dimiliki PPKD, Fungsi Akuntansi PPKD melakukan pencatatan dengan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Kas di Kas Daerah xxx
xxx Pendapatan ... – LO xxx
xxx Investasi Jangka Pendek xxx
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Perubahan SAL xxx
xxx Pendapatan ... – LRA xxx
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan – Hasil Penjualan
xxx Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx
8. Perlakuan Khusus
a. Badan Layanan Umum (BLU)
Satuan kerja tidak boleh melakukan investasi jangka pendek kecuali BLU, dalam
rangka pemanfaatan kas yang menganggur. Apabila kas yang dipergunakan berasal dari
kas operasional maka investasi tersebut disajikan sebagai investasi jangka pendek dan
merupakan bagian dari SiLPA/SAL. Apabila kas yang dipergunakan berasal dari kas
kelolaan yang akan/belum bergulir, maka investasi tersebut disajikan sebagai aset lainnya
dan bukan merupakan bagian dari SiLPA/SAL.
b. Investasi Dalam Saham Bersaldo Minus
Investasi ini dimungkinkan karena perusahaan tersebut terus menerus mengalami
kerugian atau nilai kewajiban melebihi nilai asetnya, sehingga nilai ekuitas bersaldo minus.ini
diakui oleh pemerintah sepanjang dapat diyakini menurut praktik akuntansi yang diterima
umum, dan/atau pemerintah mempunyai tanggung jawab konstruktif dan kewajiban hukum
terhadap perusahaan negara.
c. Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS)
Merupakan aset yang berasal dari APBN yang telah diporeasikan/dipergunakan oleh
BUMN berdasarkan BAST dan masih dicatat Kementerian/Lembaga karena belum ditetapkan
sebagai penyertaan modal Pemerintah. BPYBDS dikeluarkan dari neraca (off balance sheet)
dan diungkapkan dalam CALK baik nilai maupun tahap penyelesaian yuridis secar rinci.
d. Dana Bergulir Yang Belum Digulirkan/Diinvestasikan dan Yang Tidak
Digulirkan Kembali
Dana bergulir yang belum digulirkan disajikan pada Aset Lainnya sebagai Dana
Kelolaan yang Belum Digulirkan. Dana Bergulir yang tidak digulirkan kembali, maka
disetorkan ke kas negara sampai dengan tanggal pelaporan keuangan disajikan sebagai Kas
Lainnya dan Setara Kas.
.
Berikut adalah contoh penyajian investasi jangka panjang dalam Neraca Pemerintah
Pusat.
Berikut adalah contoh penyajian investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang
dalam Neraca Pemerintah Daerah.
10. Pengungkapan
Pengungkapan investasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
b. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen;
c. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi jangka
panjang;
d. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan tersebut;
e. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
f. Perubahan pos investasi.
20
20
B. AKUNTANSI KEWAJIBAN
1. Gambaran Umum
a. Definisi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran I PSAP Nomor 09 tentang
Kewajiban menjelaskan bahwa kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah.
Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban
sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya
ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi
pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pendanaan
pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
internasional.
Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang
bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan,
kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi
pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya. Kewajiban
bersifat mengikat dan dapat dipaksakan secara hukum sebagai konsekuensi atas kontrak
atau peraturan perundang-undangan.
b. Klasifikasi
Kewajiban pemerintah dapat diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu/saat jatuh
temponya dan berdasarkan sumber dana.
3. Pengukuran
Kewajiban pemerintah daerah dicatat sebesar nilai nominalnya. Apabila kewajiban
tersebut dalam bentuk mata uang asing, maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal necara. Penggunaan nilai
nominal dalam pengukuran kewajiban ini berbeda untuk masing-masing pos mengikuti
karakteristiknya. Berikut ini akan dijabarkan mengenai pengukuran untuk masing-masing pos
kewajiban.
Pengukuran kewajiban atau utang jangka pendek pemerintah daerah berbeda-beda
berdasarkan jenis investasinya. Berikut ini akan dijabarkan bagaimana pengukuran
kewajiban untuk masing-masing jenis kewajiban jangka pendek.
a. Pengukuran Utang kepada Pihak Ketiga
Pada saat pemerintah menerima hak atas barang, termasuk barang dalam perjalanan
yang telah menjadi haknya, pemerintah harus mengakui kewajiban atas jumlah yang
belum dibayarkan untuk barang tersebut. Jumlah kewajiban yang disebabkan transaksi
antar unit pemerintahan harus dipisahkan dengan kewajiban kepada unit
nonpemerintahan.
b. Pengukuran Utang Transfer
Utang transfer adalah kewajiban suatu entitas pelaporan untuk melakukan
pembayaran kepada entitas lain sebagai akibat ketentuan perundang-undangan. Utang
transfer diakui dan dinilai sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Pengukuran Utang Bunga
Utang bunga atas utang pemerintah harus dicatat sebesar biaya bunga yang telah
terjadi dan belum dibayar. Bunga dimaksud dapat berasal dari utang pemerintah baik
dari dalam maupun luar negeri. Utang bunga atas utang pemerintah yang belum dibayar
harus diakui pada setiap akhir periode pelaporan sebagai bagian dari kewajiban yang
berkaitan. d. Pengukuran Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
25
25
Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum
disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah yang
masih harus disetorkan.
26
26
e. Pengukuran Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Bagian lancar utang jangka panjang dicatat sejumlah yang akan jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
f. Pengukuran Kewajiban Lancar Lainnya
Kewajiban lancar lainnya merupakan kewajiban lancar yang tidak termasuk dalam
kategori yang ada. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya tersebut adalah biaya yang
masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun. Pengukuran untuk masing-
masing item disesuaikan dengan karakteristik masing-masing pos tersebut, misalnya
utang pembayaran gaji kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih
harus dibayarkan atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut. Contoh lainnya
adalah penerimaan pembayaran di muka atas penyerahan barang atau jasa oleh
pemerintah kepada pihak lain.
Kewajiban atau utang jangka panjang pemerintah daerah juga diukur berdasarkan
karakteristiknya. Terdapat dua karakteristik utang jangka panjang pemerintah daerah, yaitu:
g. Utang yang tidak diperjualbelikan
Nilai nominal atas utang pemerintah yang tidak diperjualbelikan (non-traded debt)
merupakan kewajiban entitas kepada pemberi utang sebesar pokok utang dan bunga
sesuai yang diatur dalam kontrak perjanjian dan belum diselesaikan pada tanggal
pelaporan.
h. Utang yang diperjualbelikan
Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk sekuritas
utang pemerintah (government debt securities) yang dapat memuat ketentuan mengenai
nilai utang pada saat jatuh tempo.Jenis sekuritas utang pemerintah harus dinilai sebesar
nilai pari (original face value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang
belum diamortisasi. Sekuritas utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari tanpa
diskonto ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari. Sekuritas yang dijual dengan
harga diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh tempo;
sedangkan sekuritas yang dijual dengan harga premium nilainya akan berkurang.
5. Restrukturisasi
a. Definisi
Definisi restrukturisasi utang berdasarkan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban, adalah
kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang
dengan atau tanpa pengurangan jumlah utang, dalam bentuk:
1) Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan dengan utang
baru; atau
2) Penjadwalan ulang atau modifikasi persyaratan utang yaitu mengubah persyaratan
dan kondisi kontrak perjanjian yang ada. Penjadwalan utang dapat berbentuk
perubahan jadwal pembayaran, penambahan masa tenggang, atau menjadwalkan
kembali rencana pembayaran pokok dan bunga yang jatuh tempo dan/atau
tertunggak.
Dengan demikian, restrukturisasi utang dapat berupa pembayaran utang dengan
syarat yang lebih lunak atau lebih ringan dibandingkan dengan syarat pembayaran utang
sebelum dilakukannya proses restrukturisasi utang, karena adanya keringanan yang
diberikan kreditur kepada debitur. Keringanan semacam ini tidaklah diberikan kepada debitur
apabila debitur tersebut tidak dalam keadaan kesulitan keuangan. Keringanan semacam ini
dapat berasal dari perjanjian antara kreditur dengan debitur, atau dari keputusan pengadilan,
serta dari peraturan hukum.
Restrukturisasi utang dapat terjadi sebelum, pada, atau sesudah tanggal jatuh tempo
utang yang tercantum dalam perjanjian. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan utang baru hasil restrukturisasi di neraca diatur dalam PSAP 9 Paragraf 69
dan 73, yaitu:
Paragraf 69
Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur harus
mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat restrukturisasi dilaksanakan
dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang pada saat restrukturisasi kecuali jika nilai
tercatat tersebut melebihi jumlah pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan
persyaratan baru. Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.
Paragraf 73
Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan
baru utang, termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari
nilai.
b. Pengakuan
Restrukturisasi diakui pada saat telah disahkannya perjanjian restrukturisasi antara
para pihak, yaitu kreditur dan debitur, dan berlaku terhitung mulai tanggal yang ditetapkan
dalam perjanjian.
c. Pengukuran
Besarnya utang baru sehubungan dengan restrukturisasi adalah sebesar nilai utang
lama ditambah dan/atau dikurangi dengan nilai absolut dari faktor penambah dan/atau
pengurang sebagaimana disebutkan dalam perjanjian restrukturisasi.
6. Penghapusan Utang
Menurut PSAP 9 penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh
kreditur kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang debitur dalam
bentuk perjanjian formal diantara keduanya. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan
oleh debitur ke kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di
bawah nilai tercatatnya.
Menurut PSAP 9 paragraf 78 jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya
di bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada restrukturisasi
utang di paragraf 73 berlaku.
Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai tercatatnya
dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus melakukan penilaian
kembali atas aset nonkas dahulu ke nilai wajarnya dan kemudian menerapkan ketentuan
pada resktrusturisasi paragraf 73, serta mengungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian dari pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan.
b) Pada Saat utang jangka pendek diakui melalui Resume Tagihan atau Jurnal
Penyesuaian Akhir Periode, KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Akrual
dengan jurnal:
Nomor
Tanggal Akun Uraian Debet Kredit
Bukti
xxx xxx xxx Belanja... xxx
xxx Belanja... yang masih harus dibayar xxx
c) Pada saat mengakui bagian pendapatan diterima dimuka, KPA menjurnal dan
membukukan di Buku Besar Akrual dengan jurnal:
Nomor
Tanggal Akun Uraian Debet Kredit
Bukti
xxx xxx xxx Pendapatan xxx
xxx Pendapatan ... Diterima Di Muka xxx
d) Pada saat reklasifikasi utang jangka panjang, KPA menjurnal dan membukukan di
Buku Besar Akrual dengan jurnal:
Nomor
Tanggal Akun Uraian Debet Kredit
Bukti
xxx xxx xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx
xxx Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx
e) Pada saat utang jangka panjang diakui, KPA menjurnal dan membukukan di Buku
Besar Akrual dengan jurnal:
Nomor
Tanggal Akun Uraian Debet Kredit
Bukti
xxx xxx xxx Diterima Dari Entitas Lain xxx
xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx
30
30
Kemudian KPA menjurnal dan membukukan di Buku Besar Kas dengan jurnal:
Nomor
Tanggal Akun Uraian Debet Kredit
Bukti
xxx xxx xxx Diterima Dari Entitas Lain xxx
xxx Penerimaan Pembiayaan xxx
Kemudian BUN menjurnal penerimaan kas dan membukukan di Buku Besar Kas dan
Buku Besar Akrual sesuai jurnal penerimaan kas.
c. Jurnal Standar
Akuntansi kewajiban di SKPD terdiri atas pencatatan atas terjadinya utang dan
pembayaran utang. Ketika SKPD melakukan suatu transaksi pembelian barang dan jasa
yang telah dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan, PPK-SKPD akan mengakui
adanya utang. Pencatatan atas pengadaan/pembelian barang/jasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan Beban dan (2) Pendekatan Aset.
1) Transaksi pengakuan terjadinya utang pada saat pengadaan/pembelian ATK yang
telah dilaksanakan dan pelunasan belum dilakukan.
a) Jika menggunakan pendekatan beban, maka jurnal yang dibuat oleh fungsi
akuntansi SKPD adalah:
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Beban ATK xxx
xxx Utang Belanja Bahan Pakai Habis xxx
b) Jika menggunakan pendekatan aset, maka jurnal yang dibuat oleh fungsi
akuntansi SKPD adalah:
Jurnal LO dan Neraca
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Persediaan Alat Tulis Kantor xxx
xxx Utang Belanja Bahan Pakai Habis xxx
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Belanja ATK xxx
xxx Perubahan SAL xxx
Jurnal LRA
Nomor Kode
Tanggal Uraian Debet Kredit
Bukti Rekening
xxx xxx xxx Belanja ATK xxx
xxx Perubahan SAL xxx
11. Penyajian
Kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang pemerintah daerah disajikan
dalam neraca disisi pasiva. Berikut adalah contoh penyajian kewajiban jangka pendek dalam
Neraca Pemerintah Pusat.
Berikut adalah contoh penyajian kewajiban jangka panjang dalam Neraca Pemerintah
Pusat.
Berikut adalah contoh penyajian kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang dalam Neraca Pemerintah Daerah.
12. Pengungkapan
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang
untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya. Dalam pengungkapan
pada Catatan atas Laporan Keuangan terkait dengan kewajiban, harus diungkapkan pula
hal-hal sebagai berikut:
1) jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman;
2) jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas utang
pemerintah dan jatuh temponya;
3) bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang berlaku;
4) konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
5) perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
a) pengurangan pinjaman;
b) modifikasi persyaratan utang;
c) pengurangan tingkat bunga pinjaman;
d) pengunduran jatuh tempo pinjaman;
e) pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
f) pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode pelaporan.
6) jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
7) biaya pinjaman:
a) perlakuan biaya pinjaman;
b) jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang bersangkutan; dan
c) tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
b. Pengakuan
Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini. Walaupun
demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan hukum,
dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah peristiwa tertentu sudah terjadi atau
apakah peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban kini. Jika demikian halnya, pemerintah
menentukan apakah kewajiban kini telah ada pada tanggal neraca dengan
mempertimbangkan semua bukti yang tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang
dipertimbangkan mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa
setelah tanggal neraca. Atas dasar bukti tersebut, apabila besar kemungkinan bahwa
kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca, pemerintah mengungkapkan adanya
kewajiban kontingensi. Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar
sumber daya kecil.
Kewajiban kontingensi dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula.
Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-menerus dikaji ulang untuk menentukan
apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya bertambah besar (probable). Apabila
kemungkinan itu terjadi, maka pemerintah akan mengakui kewajiban diestimasi dalam
laporan keuangan periode saat perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi, kecuali
nilainya tidak dapat diestimasikan secara andal.
c. Pengukuran
Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan
pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten.
A. KESIMPULAN
Investasi
Investasi adalah Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti
bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi diklasifikasikan menjadi:
1) Investasi jangka Pendek
Diharapkan dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun
atau kurang ditujukan dalam rangka manajemen kas. Berisiko rendah atau bebas dari
perubahan atau pengurangan harga yang signifikan. Contoh : investasi dalam saham
dan investasi dalam obligasi.
2) Investasi Jangka Panjang
Dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang dimiliki
lebih dari dua belas bulan. Sifat penanaman:
a) permanen : Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan. Contoh: Penyertaan modal Pemerintah daerah.
b) non permanen : Investasi Jangka Panjang yang simaksudkan untuk dimiliki tidak
berkelanjutan. Contoh: Pinjaman Jangka Panjang kepada Entitas Lain, Dana
Bergulir, Investasi dalam proyek pembangunan.
Prinsip Pengakuan dan Pengukuran adalah:
Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan
Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan
lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut
Pencatatan Investasi dilakukan di buku jurnal finansial. Penyajian Investasi akan
dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Pemerintah Daerah.
Kewajiban
Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan
aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban diklasifikasikan menjadi:
1) Kewajiban Jangka Pendek
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Jenis Kewajiban Jangka Pendek:
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar utang jangka panjang
Pendapatan diterima dimuka
Utang Beban
Utang jangka pendek lainnya
2) Kewajiban Jangka Panjang
Adalah Kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan
Jenis Kewajiban Jangka Panjang:
Utang Dalam negeri
Utang Luar negei
Utang jangka panjang lainnya
Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban diakui jika besar kemungkinan sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat
pelaporan dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat
diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada
saat kewajiban timbul. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal neraca.
Pencatatan Transaksi kewajiban dicatat di buku jurnal finansial. Penyajian dan
Pelaporan Kewajiban akan dilaporkan di Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
40
40
DAFTAR PUSTAKA
Buku II Sistem Dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. 2014. Deputi
Pengawasan Bidang Penyelengkaraan Keuangan Daerah. BPKP
Bulektin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 22. Akuntansi Utang Berbasis
Akrual. 2015. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.
Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Kementerian
Dalam Negeri.
Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan.