Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN HOME CARE & PALIATIF


PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI (HT)
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIKUMANA KOTA KUPANG

OLEH
FRANTO YUSUP MAROMON

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2021
BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Teori


1.1.2 Pengertian
Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah
dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh (Faqih, 2017).
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri,
2017).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau kenaikan diastolik sedikitnya
lebih atau sama dengan 90 mmHg (Price, 2016).
Berdasarkan beberapa defisini di atas, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah di dalam arteri dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau kenaikan diastolik lebih dari
90 mmHg.

1.1.3 Etiologi
Menurut Nurarif (2016), berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi
2 golongan yaitu:
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak di ketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhi penyebabnya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensi dan peningkatan
Na  Ca intraseluler. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko:
obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi seluler
Penyebabnya adalah penggunaan estrogen, penyakit ginjala, sindrm
cushing dan hepertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
1.1.4 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan WHO dalam Nurarif (2016)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <120
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
Hipertensi
4 Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
5 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
7 Grade 4 (sangat berat) >210 >200

1.1.5 Manifestasi klinis


Menurut Amin (2016), tanda dan gejala yang terjadi pada hipertensi meliputi:
a. Tidak ada gejala yang spesifik
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa hal ini berarti hipertensi arteri tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Pada kenyataannya terdapat
beebrapa gejala yang sering dialami yaitu: a). Mengeluh sakit
kepala,pusing; b). Lemas, dan kelelahan; c). Sesak nafas; d).
Gelisah; e). Mual; f). Muntah; g). Epistaksis; h). pada kondisi
berat, dapat terjadi kesadaran menurun.
1.1.6 Patofisiologi
Udjianti (2018) menggambarkan patofisiologi terjadinya hipertensi
sebagai berikut: tekanan arteri sistematik adalah hasil dari perkalian cardiac
output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah
jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate
(denyut jantung). Pengaruh pertahanan perifer dipertahankan oleh sistem
syaraf otonom dan sirkulasi hormon.Empat sistem kontrol yang berperan
dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskuler. Baroreseptor arteri tarutama di temukan pada sinus carotid, tapi juga
dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat
tekanan arteri. Sistem Baroreseptor meniadakan tekaanan arteri melalui
mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatos)
dan vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Oleh karena itu, reflek
kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor meningkat.
Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila
tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah tekanan balik vena ke jantung
dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal berfungsi secara
adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan diurasis dan penurunan
tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal
dan mensekresikan garam dan air akan meningkatakan tekanan arteri sistemik.
Renin dan angiotensin memegang peran dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensi I, yang kemudian di
ubah oleh Converting enzim menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi
agiotensin III. Angiotensin I dan III mempunyai alat vasokontriktor yang kuat
pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan
aldosteron. Aldosteron sangat bermakna pada hipertensi terutama pada
aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis,
angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atas penghambatan pada
ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak dapat diduga sebagai penyebab meningkatnya
tekanan perifer vaskuler pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi,
kadar renin harus diturunkan karena peningkatan arterional renal mungkin
meghambat sekresi renin. Namun sebagian besar orang hipertensi esensial
mempunyai kadar renin normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada pasien hipertensi
esensial akan mengakibatka kerusakan pembuluh darah pada organ-organ
vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hiperplasia medial (penebalan)
erteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan
menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan
kerusakan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah suatu proses yang mempertahankan
perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika alira berubahl, proses-proses
autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskuler akibat dari peningkatan
aliran. Auteregulasi nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan
hipertensi berkatan dengan overload garam dan air.
Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang
secara proogresif. Sesorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki
gejala-gejala morning headaches, penglihatan kabur dan sesak napas atau
dispnea, dan gejala uremia. Tekanan darah diastolik > 115 mmHg, dengan
rentang tekanan diastolik antara 130-170 mmHg. Hipertensi maligna
meningkatkan resiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke.

Pathway
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin,
merokok, stress, kurang olahraga,
genetik, alkohol, konsentrasi garam, Aliran darah makin cepat
obesitas keseluruh tubuh sedangkan
Beban kerja jantung nutrisi dalam sel sudah
mencukupi kebutuhan

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah HIPERTENSI Tekanan sistemik darah

Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional Metode koping tidak efektif

Penyumbatan Defisit pengetahuan Ketidak efektifan


Informasi yang minim & ansietas
pembuluh darah koping individu

Nyeri kepala Nyeri


Resistensi pembuluh
vasokonstriksi darah otak

Gangguan pola tidur

Otak Suplai O2 ke otak menurun Resiko ketidakefektifan


Gangguan sirkulasi
perfusi jaringan otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Spesme arteriole
Vasokonstriksi Sistemik Koroner
pembuluh darah
Diplopia
ginjal
Iskemia miokard
vasokonstriksi
Resti injuri
Blood flow menurun
Nyeri dada
Afterload
Respon RAA meningkat

Rangsangan aldosteron
Fatique
Penurunan curah
jantung
Retensi Na Intoleransi aktivitas

Edema

Kelebihan Volume cairan


1.1.7 Anatomi Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya menyerupai piramid
atau jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah keseluruh tubuh, terletak
dalam rongga toraks pada bagian mediastinum. Ujung jantung mengarah ke bawah, ke
depan bagian kiri. Basis jantung mengarah ke atas, ke belakang, dan sedikit ke arah
kanan. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan
bawah dan pembuluh balik paru (Muttaqin, 2016).
Jantung adalah sebuah rongga, berbentuk kerucut, organ otot berongga berukuran
kira-kira sebesar kepalan tangan. Berkontraksi sekitar 2,5 miliar kali dan memompa
sekitar 50 juta galon darah dalam waktu hidup rata-rata. Bagian bawah, yang disebut
bagian8 atas apex (puncak), miring kedepan dan kebawah kearah sisi kiri tubuh dan
menempel pada diafragma. Bagian atas jantung, disebut base (basis/dasar),
berada/terletak di bawah tulang rusuk kedua. Karena posisi jantung miring, sekitar 2/3
dari organ berada di sebelah kiri garis tengah, dan 1/3 ke kanan (Nursalam, 2017).
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk
oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel
kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal
kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit
lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan
dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571
liter darah (Fauziah 2016).
Struktur dan Fungsi Jantung (Muttaqin, 2019).
a. Vena Cava Berfungsi sebagai reservoir dan jalan darah menuju atrium kanan.
b. Atrium Kanan Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah dan mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi sistematis
ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru.
c. Ventrikel Kanan Ventrikel kanan berfungsi untuk menghasilkan kontraksi bertekanan
darah, yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri polmunalis.9
d. Atrium Kiri Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah yang sudah di oksigenasi
dari paru-paru melalui vena polmunalis.
e. Vetrikel Kiri Ventrikel kiri berfungsi untuk memompa darah yang mengandung
oksigen ke sirkulasi sistemis.
f. Katup Atrioventrikuler Katup atrioventrikuler terletak pada atrium dan ventrikel.
Katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan ini mempunyai 3 buah
katup yang disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak antara atrium
kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.
Katup atrioventrikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke
ventrikel pada fase diastolik ventrikel (dilatasi) dan mencegah aliran balik pada fase
sistolik ventrikel (kontraksi).
g. Katup Semilunar Katup semilunar berfungsi mencegah aliran balik selama ventrikel
melakukan relaksasi (diastolik).
h. Vena Pulmonar Vena pulmonar berfungsi mengalirkan yang mengandung oksigen
ke atrium kiri. i. Aorta Aorta berfungsi mengalirkan darah yang mengandung
oksigen ke sirkulasi sistemis.
1.1.8 Fisiologi Jantung
Jantung terdiri dari tiga tipe otot utama yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan
serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot
atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka dengan
kontraksi otot 10 yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan pencetus
rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali, sebab serat-serat ini hanya
mengandung sedikit serat kontraktif. Serat ini menghambat irama dan berbagai
kecepatan konduksi, sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem pencetus
rangsangan bagi jantung (Syaifuddin, 2017).
a. Sifat ritmisitas/otomatis: otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa
adanya rangsangan dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls)
sendiri. Pada keadaan fisiologis sel-sel miokardium memiliki daya
kontraktilitas yang tinggi.
b. Mengikuti hokum gagal atau tuntas: bila impuls yang dilepas mencapai ambang
rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab
susunan otot jantung sensitif sehingga impuls jantung segera dapat mendapat
semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang
sama. Kekuatan kontraksi dapat berubah-ubah bergantung pada faktor tertentu.
Misalnya serat otot jantung, suhu, dan hormone tertentu.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik: Refraktor absolut pada otot jantung
berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung merupakan upaya tubuh
untuk melindungi diri.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot: bila seberkas otot rangka di
regang kemudian dirangsang secara maksimal, otot tersebut akan berkontraksi
dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan bertambah panjang bila
volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolic melampaui batas
tertentu kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
Jantung adalah organ yang berfungsi memommpa darah untuk memenuhi
kebutuhan suplai oksigen bagi seluruh jaringan. Darah akan mengalir melalui
vena cava superior dan inferior darah dari sistem vena sistemik masuk ke dalam
atrium kanan. Setelah itu, di pompa keventrikel kanan melalui katup
trikuspidal. Selanjutnya, ventrikel kanan akan memompa darah ke dalam arteri
pulmonal melalui katup pulmonal. Setelah mencapai kapiler alveoli, darah
yang telah berikatan dengan oksigen akan dialirkan ke dalam vena pulmonalis
dan masuk ke atrium kiri. Selanjutnya, darah dipompakan ke ventrikel kiri
melalui katup mitral. Darah yang terkumpul diventrikel kiri kemudian akan
dipompakan ke seluruh tubuh melalui katup aorta dan sistem vaskular sistemik.
Dalam rangka memenuhi fungsi tersebut, maka jantung mempunyai struktur
yang spesifik baik secara mikroskopis, makroskopis atau anatomis. (Udjianti,
2015).
1.1.9 Penatalaksanaan
Menurut Susilo (2016) pengobatan pada hipertensi bertujuan mengurangi
morbiditas dan mortalitas dan mengontrol tekanan darah . Dalam pengobatan
hipertensi ada 2 cara yaitu pengobatan nonfarmakologik (perubahan gaya
hidup) dan pengobatan farmakologik.
a. Pengobatan nonfarmakologik
1. Perubahan gaya hidup Gaya hidup yang baik dan sehat merupakan
upaya untuk menghindari terjangkitnya hipertensi ataupun
timbulnya komplikasi.
2. Diet hipertensi Mengurangi konsumsi garam, konsumsi kecap,
3. Upaya menghilangkan atau menghindari stress dapat dalakukan
seperti : meditasi, yoga, yang dapat mengontrol sistem saraf
otonomdan menurunkan hipertensi.
4. Berat badan yang berlebihan atau obesitas merupakan faktor resiko
terjadinya hipertensi,sehingga upaya penurunan BB pada obesitas
sangat penting. Disamping itu upaya penurunan BB juga dapat
meningkatkan efektivitas pengobatan farmakaologis.
b. Pengobatan farmakologi
1) Deuretik
Adalah obat yang memperabanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Dengan turunnya kadar Na+, maka
tekanan darah akan turun, dan efek hipotensifnya kurang kuat.
obat yang banyak beredar adalah spironolactone, HTC,
chiortalidone, dan indopanide.
2) Alfa-blocker
Adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi parifer serta turunannya tekanan
darah. Karena efek hipotensinya ringan sedangkan efek
sampingnya agak kuat. Obat yang termasuk dalam jenis alfa
blocker adalah prazosin dan terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocer belum diketahui, dengan pasti.
Diduga kerjanya berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi jantung. Obat yang terkenaln dari
jenis beta blocker adalah propanolol, antenolol, pindolol, dan
sebagainya.
4) Obat yang bekerja sentral.
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan
noradrenalin sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic
perifer dan turunannya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu
memperhatikan efek hipotensi ortostatik. Obat yang tersmasuk
dalam jenis ini adalah clonidine, guanfacine, dan metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding
arteriole sehingga daya tahan tubuh opembuluh perifer berkurang
dan terkanan darah menurun. Obat yang termasuk dalam jenis ini
adalah Hidralazinedan.
6) Antagonis Kalsium
Mekanisme obat antagonis kalsium adalah menghambat
pemasuikan ion kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh
dengan efek vasodilatasi dan tekanan darah .obat jenis ini adalah
nifepidin dan verapalin.
7) Penghambat ACE Obat penghambat ACE ini menurunkan
tekanan darah dengan ceara menghambat Angiotension
converting enxem yang berdaya vasiokonstriksi kuat. Obat jenis
ini yang popular adalah captopril.
1.1.10 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aspiani, 2015), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien meliputi:
a. Albumin pada hipertensi kerena kelainan parenkim gagal ginjal
b. Kreatini serum dan BUN meningkat pada hipertesi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut.
c. Darah perifer lengkap kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa)
d. EKG
1) Hipertrofil ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Gangguan konduksi
4) Peninggian kondulsi
e. Foto rotgen
1) Benuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koartrasi aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrifi parenkim ginjal
4) Hipertrifi vaskuler ginjal.
1.1.11 Komplikasi
a. Menurut Muwarni (2017) komplikasi yang akan terjadi pada pasien
Hipertensi sebagai berikut
1) Pada ginjal akan terjadi hematuri, kencing sedikit.
2) Pada otak akan menyebabkan stroke
3) Pada mata akan menyebabkan retinapati hipertensi
4) Pada jantungakan menyebabkan terjadi pembesran ventrikel
kiri dengan atau tanpa payah jantung,dan infark.
b. Menurut Dewi R (2011) orang yang mengidap penyakit tekanan darah
tinggi berpotensi penyakit penyakitstoke, serangan jantung, gagal
ginjal, kebutaan, payah jantung
2.1. Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Nugroho (2016), pengkajian keperawatan yang dapat dilakukan
pada pasien dengan hipertensi sebagai berikut
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi :
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, pennyakit jantung koroner /
katup dan penyakit serebravaskuler
Tanda :
1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis )
2) Nadi : denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis
3) Ekstermitas : perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat /
tertunda (vasokostriksi)
4) Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala :
1) Riwayar perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik (dapat mengidentifikasikan kerusakan
serebral)
2) Faktor-faktor stres multiple (hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda:
1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian
tangisan yang meledak
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/ obstrusk
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu)
e. Makanan / cairan
Gejala:
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tiggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang
digoreng, keeju telur), gula-gula yang berwarna hitam, kandugan
tinggi kalori.
2) Mual, munntah
3) Peruubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/ manurun)
4) Riwayat penggunan diuretik
Tanda :
1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala :
1) Keluhan pening / pusing
2) Sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan meghilang
secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
g. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala :
1) Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan janttug)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala :
1) Dispneu yang berkaitan dengan aktifitas atau kerja
2) Takipnea. Ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal
3) Batuk dengan atau tanpa spurum
4) Riwayat merokok
Tanda :
1) Distres respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan
2) Bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala :
1) Gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) Episode parestasia unilateral transio
3) Hipotensi postural
2.2.2. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut :
1. Penurunan curah jantung b.d kesadaran menurun
2. Nyeri akut b.d nyeri kepala akut
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan fisik
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
1.2.3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses


keperawatan . intervensi disusun berdasarkan SLKI dan SIKI (2017).
N Dx Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
O (SLKI) (SIKI)
1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
Tindakan :
b.d kesadaran menurun keperawatan selama 1x24
Observasi
jam, kebutuhan metabolik 1. Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
tubuh terpenuhi dengan
upaya napas
kriteria hasil: 2. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
1. TTV dalam rentang
normal Terapeutik
3. Auskultasi suara napas
2. Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada Edukasi
4. Berikan lingkungan
kelelahan
tenang dan nyaman
3. Tidak ada edema paru,
Kolaborasi
perifer, dan tidak ada
5. Kolaborasi pemberian
asites analgetik
4. Tidak ada penurunan
kesadaran
2. Nyeri akut b.d nyeri kepala Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
akut Tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
Observasi
pasien dapat mengontrol rasa 1. Identifikasi skala,
sakit dan tingkat kenyamanan lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi,
1. Mampu mengontrol kualitas, intensitas nyeri
nyeri
Terapeutik
2. Melaporkan bahwa 2. Berikan teknik non
nyeri berkurang farmakologis untuk
3. Mampu mengenali nyeri mengurangi rasa nyeri
(skala, intensitas, (terapi musik, terapi
frekuensi dan tanda pijat, aromaterapi)
4. nyeri) menghilangkan sakit
5. Menyatakan rasa kepala
nyaman setelah nyeri 3. Kontrol lingkungan
yang memperberat
berkurang rasa nyeri
Edukasi
4. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

5. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat25
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian analgetik

3 Intoleransi Aktivitas b.d Dalam jangka waktu 1x 24 Terapi Aktivitas


kelemahan fisik jam jam pasien dapat Tindakan
melakukan aktivitas dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Identifikasi
1. TTV dalam batas kemampuan dalam
normal beraktivitas
2. Berpartisipasi dalam Terapeutik
aktivitas fisik tanpa 2. Sepakati komitmen
disertai peningkatan dan anjurkan teknik
tekanan darah, nadi, dan menyimpan tenaga
RR
3. Mampu melakukan 3. Jadwalkan aktivitas
aktivitas sehari-hari dalam rutinitas
secara mandiri sehari-hari
4. Keseimbangan aktivitas 4. Berikan penguatan
dan istirahat positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
1. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
2. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan
3. kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan

4 Defisiensi pengetahuan b.d Dalam jangka waktu 1 jam Promosi Kesiapan

kurang terpapar informasi pasien dapat mengetahui Penerimaan Informasi


proses penyakit dan perilaku Tindakan
kesehatan dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi
1. Pasien dan keluarga pemahaman tentang
menyatakan pemahaman kondisi kesehatan
tentang penyakit, saat ini
kondisi, prognosis, dan Terapeutik
program pengobatan 2. Lakukan penguatan
2. Pasien dan keluarga potensi pasien dan
mampu melaksanakan keluarga untuk
prosedur yang menerima informasi
dijelaskan secara benar Edukasi
3. Pasien dan keluarga 3. Berikan informasi
mampu menjelaskan berupa alur, leaflet
kembli apa yang atau gambar
dijelaskan oleh perawat 4. Anjurkan keluarga
mendampingi pasien
selama fase akut,
progresif atau
terminal jika
memungkinkan

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implemetasi
keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan
lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Menurut Surasmi (2013) Evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yg menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Mengakhiri rencana
tindakan (klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2016, Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana


Penyakit Hipertensi, Jakarta: Direktorat pengendalian penyakit tidak menular.

Nurarif, A & Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi Revisi jilid 1.
Jogjakarta: Midiaction

Nugroho, W. (2018). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.


Riskesdas. (2018). Hasil Riset Keesehatan Dasar. Jakarta : Badan Litbangkes

Tarwoto dan Wartonah. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai