Disusun Oleh :
1A Psikologi Kelompok 3 :
Diyah Putri Asari (2101010013)
Fiki Roudhotul Ummah (2101010014)
Rohmalia Ayu Ningsih (2101010015)
Yunita Ananda Pratiwi (2101010016)
Serli Nona Ina (2101010033)
Yustina Kalli Ghoba (2101010044)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila yang
berjudul “Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan dalam Bermasyarakat,
Berbangsa, dan Bernegara”
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Indria Kristiawan, S.Pd., M.Pd. pada mata kuliah Pancasila. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang paradigma
pancasila bagi para pembaca dan juga bagi tim penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Indria Kristiawan,
S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini,
sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
program studi yang kami tekuni.
Kami juga menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
Pancasila sebagai paradigma mengandung pengertian bahwa Pancasila
adalah sistem nilai yang dijadikan sebagai struktur dasar, sebagai struktur tata cara
dan sekaligus sebagai struktur arah atau tujuan suatu bangsa. Lalu seberapa
pentingkah Pancasila sebagai paradigma pembangunan?
Berdasarkan alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yang disebut dengan
hakikat pembangunan nasional adalah : mencerdaskan kehidupan bangsa,
mewujudkan kesejahteraan umum, melindungi segenap tumpah darah Indonesia,
dan membantu mewujudkan ketertiban dunia dan perdamaian abadi, serta
kesepakatan dengan lingkungan sosial budaya bangsa Indonesia.
Paradigma memiliki keunggulan, karena konsepnya mampu
menyederhanakan dan menjelakan kompleksitas fenomena dalam satu set lengkap
konsep dasar. Paradigma tersebut tidak statis, karena dapat diubah jika paradigma
yang ada tidak dapat lagi menjelaskan kompleksitas fenomena yang ingin mereka
jelaskan. Masalah yang paling dasar adalah mempertanyakan dan menjawab jika
Pancasila adalah paradigma yang mampu menjelaskan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam Indonesia pada umumnya, dan kehidupan sosial
politik khususnya, bukan kritik yang paling sering kita dengar adalah bahwa nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila itu baik, hanya yang merasa sila itu seperti
terlepas dari satu sama lain dan penerapannya adalah pada kenyataannya masih
belum sesuai dengan kandungan normanya. Jika kritik itu benar, bukankah hal itu
berarti bahwa Pancasila masih belum merupakan suatu paradigma, atau jika sudah
pernah menjadi paradigma, ia tidak mampu lagi menerangkan kenyataan politik di
Indonesia dewasa ini?
Jika demikian, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk mengembangkannya
sedemikian rupa sehingga dapat menjelaskan kompleksitas kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
v
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Paradigma?
2. Apa arti Pancasila sebagai Paradigma Pembaharuan Hukum?
3. Bagaimanakah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan?
4. Bagaimanakah Pancasila sebagai Paradigma Reformasi?
5. Apa saja peran Pancasila sebagai Paradigma dalam Pengembangan
berbagai bidang?
6. Apa dasar pengembangan IPTEK pada Pancasila sebagai Paradigma
IPTEK?
7. Bagaimana cara memahami dasar dan arah penerapan IPTEK berdasarkan
aspek-aspeknya?
8. Bagaimana cara mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan kampus?
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian Paradigma..
2. Memahami lebih lanjut mengenai Pancasila sebagai Paradigma
Pembaharuan Hukum.
3. Menjelaskan bagaimana Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.
4. Memahami dan menjelaskan Pancasila sebagai Paradigma Reformasi.
5. Mengetahui dan memahami peran Pancasila sebagai Paradigma dalam
Pengembangan di berbagai bidang.
6. Mengetahui dasar pengembangan IPTEK berdasar pada Pancasila sebagai
Paradigma Pengembangan IPTEK.
7. Memahami dasar dan arah penerapan IPTEK berdasar aspek-aspeknya.
8. Menjelaskan cara mengaktualisasikan Pancasila dalam Kehidupan
Kampus.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, pembaca mampu memahami lebih dalam tentang
Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
selain itu, makalah ini juga membantu pembaca untuk mengetahui peran Pancasila
sebagai Paradigma dalam berbagai bidang, dan memberi tahu seberapa penting
aktualisasi Pancasila untuk kehidupan kampus.
vi
vii
BAB II
PEMBAHASAN
viii
kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kemudian dikembangkanlah
metode baru berdasarkan hakikat dan sifat paradigma ilmu tersebut, yaitu metode
kualitatif.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang
kehidupan manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hukum,
ekonomi, budaya, serta bidang-bidang lainnya. Dalam masalah yang popular ini
istilah ‘Paradigma’ berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi
pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah
dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang
tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, iptek, maupun dalam Pendidikan.1
1
Ahmad Calam & Sobirin,/Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam
Bermasyarakat,Berbangsa dan Bernegara,/Jurnal SAINTIKOM,Vol.4 No.1,2008,hlm.147-148
ix
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Selain hak asasi manusia, UU No. 39 Tahun 1999 juga menentukan
kewajiban dasar manusia, yaitu seperangkat kewajiban jika tidak dilaksanakan,
tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya Hak Asasi Manusia. Lebih lanjut
UU tersebut menegaskan, demi tegaknya hak asasi manusia, maka semua bentuk
pelanggaran HAM yang dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok orang atau
penguasa negara dan aparat negara baik yang disengaja maupun tidak disengaja
harus dihindari.
x
dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis”. Unsur-unsur
hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, rohani (jiwa)
dan raga, sifat kodrati manusia makhluk individu dan makhluk sosial serta
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional sebagai
upaya praksis untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka pembangunan harus
mendasarkan pada Paradigma hakikat manusia “monopluralis” tersebut.
Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai
bidang untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara
konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka
pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rohani) : yang mencakup akal,
rasa dan kehendak, aspek raga (jasmani), aspek individu, aspek makhluk sosial,
aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya
dijabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi,
hukum, pendidikan, sosial, budaya. ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang
kehidupan agama.2
xi
yang sangat memilukan dan banyak menelan banyak korban jikwa dari anak-anak
bangsa sebagai rakyat kecil yang tidak berdosa dan mendambakan perdamaian
ketentraman serta kesejahteraan. Tragedi yang sangat memilukan itu antara lain
peristiwa Amuk Masa di Jakarta, Tangerang, Sol, Jawa Timur, Kalimantan serta
daerah-daerah lainnya. Bahkan tragedi pembersihan etnis ala Rezim Serbia di
Balkan terjadi di berbagai daerah antara lain di Dili, Kupang, Ambon, Kalimantan
Barat serta beberapa daerah lainnya. Ancaman disintegrasi dan sentiment SARA
semakin merongrong eksistensi bangsa Indonesia, aparat keamanan diletakkan
dalam posisi yang sangat sulit bahkan krisis kepatuhan terhadap hukum semakin
merosot, sehingga hukum seakan-akan sudah tidak berfungsi lagi.
Kondisi ekonomi semakin memprihatinkan sector riil sudah tidak berdaya,
banyak perusahan maupun perbankan yang gulung tikar dengan sendirinya
disertai dengan PHK dan bertambahnya jumlah tenaga kerja potensial yang
nganggur. Rakyat benar-benar menjerit bahkan banyak yang kondisi kehidupan
sehari-harinya sangat memprihatinkan karena kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari. Ironisnya kalangan elit politik serta para pelaku
politik lainnya seakan tidak bergeming dengan jeritan kemanusiaan tersebut.
Namun demikian di balik berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia
tersebut masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya, yaitu nilai-nilai
yang berakar dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai
Pancasila. Reformasi adalah menata kehidupan bangsa dan negara dalam suatu
sistem negara di bawah nilai-nilai Pancasila, bukan menghancurkan dan
membubarkan bangsa dan negara Indonesia. Berapapun perubahan dan reformasi
dilakukan namun bangsa Indonesia tidak akan menghancurkan nilai religiusnya,
nilai kemanusiaannya, nilai persatuannya, nilai kerakyatan serta nilai keadilannya.
Bahkan pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan
kenegaraan ke arah sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama
bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok
orang baik pada masa orde lama maupun orde baru. Oleh karena itu proses
reformasi walaupun dalam lingkup pengertian reformasi total harus memiliki
platform dan sumber nilai yang jelas yang merupakan arah, tujuan, serta nilai-nlai
yang terkandung dalam Pancasila.
xii
Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri negara telah
menentukan suatu asas, sumber nilai serta sumber norma yang fundamental dari
negara Indonesia, yaiu Pancasila, yang bersumber dari apa yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sendiri, yaitu nilai-nilai yang merupakan pandangan hidup
sehari-hari bangsa Indonesia. Nilai ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan adalah ada secara objektif dan melekat pada bangsa
Indonesia yang merupakan pandangan dalam keidupan bangsa sehari-hari. Oleh
karena itu bilamana bangsa Indonesia meletakkan sumber nilai, dasar filosofi serta
number norma kepada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu keputusan yang bersifat
politis saja melainkan sifat keharusan yang bersumber dari kenyataan hidup pada
bangsa Indonesia sendiri sehingga dengan lain perkataan bersumber pada
kenyataan objektif pada bangsa sendiri. Maka dalam kehidupan pollitik
kenegaraan dewasa ini sedang melakukan reformasi bukan berarti kita akan
mengubah cita-cita, dasar nilai serta pandang hidup bangsa melainkan melakukan
perubahan dengan menata kembali dalam suatu platform yang bersumber pada
nilai-nilai dari sila-sila tersebut dalam segala bidang reformasi, antara lain bidang
hukum, politik.
Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang
sering diteriakkan dengan jargon reformasi total tidak mungkin melakukan
perubahan terhadap sumbernya itu sendiri. Mungkinkah reformasi total dewasa ini
akan mengubah kehidupan bangsa Indonesia menjadi tidak berketuhanan, tidak
berperikemanusiaan, tidak berpersatuan, tidak bekerakyatan, serta tidak
berkeadilan dan kiranya hal itu tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, justru
sebaliknya reformasi itu harus memiliki tujuan, dasar, cita-cita serta platform yang
jelas dan bagi bangsa Indonesia, Nilai-nilai Pancasila itu yang merupakan
paradigma Reformasi Total tersebut. 3
xiii
Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideologi harus memandang sebagai
ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda perkembangan dan
perubahan zaman. Jadi, harus memperhatikan peranan dan kedudukan Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut :
1) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Nilai-nilai dasar dalam ideologi Pancasila dirumuskan dalam UUD 1945
untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hukum, politik, ekonomi,
sosial budaya, hankam, dsb. Nilai dasar tidak berubah dengan mudah, sedangkan
penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional dapat berkembang secara
kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan amandemen dan GBHN. Nilai
dasar tidak usah diubah karena merupakan tolak ukur stabilitas dan dinamika,
untuk pasal 37 UUD 1945.
2) Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)
Konsep negara bangsa Indonesia dapat dirangkum dari pokok-pokok
pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945. Negara adalah keadaan
kehidupan berkelompok bangsa Indonesia, yang :
-atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan
-didorong oleh keinginan luhur bangsa, untuk
-berkehidupan yang bebas, dalam arti
-merdeka, berdaulat, adil dan makmur
-berdasarkan Pancasila.
Pancasila dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang
sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.
xiv
sistem politik negara harus mampu menciptakan sistem yang menjamin atas hak-
hak tersebut.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu makhluk sosial
yang terjelma sebagai rakyat. Maka kekuasaan negara harus mendasarkan pada
asal mula dari rakyat untuk rakyat. Maka rakyat merupakan asal mula kekuasaan
negara. Oleh karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan rakyat
bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok. Selain sstem politik negara
Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara. Telah diungkapkan
oleh para pendiri negara Majelis Permusyawaratan Rakyat, misalnya Moh.Hatta,
menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, atas
dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini menurut Moh. Hatta agar
memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh
karena itu dalam politik negara termasuk para elit politik dan para penyelenggara
negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita
moral rakyat yang luhur.
Dalam sila-sila Pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam
politik negara harus mendasarkan pada kerakyatan (Sila IV), adapun
pengembangan dan aktualisasi politik negara berdasarkan pada moralitas berturut-
turut moral Ketuhanan (Sila I), moral kemanusiaan (Sila II), dan moral persatuan,
yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa (Sila III), adapun aktualisasi dan
pengembangan politik negara demi tercapainya keadilan dalam hidup bersama
(Sila V).4
Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka beberapa unsur perlu
dikembangkan dan ditingkatan, seperti :
1) Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan
terbuka.
2) Kemandirian partai politik kepada masyarakat untuk mengembangkan
budaya politik yang demokratis.
3) Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya
politik yang demokratis.
4
Ahmad Calam & Sobirin,/Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam
Bermasyarakat,Berbangsa dan Bernegara,/Jurnal SAINTIKOM,Vol.4 No.1,2008,hlm.150
xv
4) Pemilihan umum yang berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-
luasnya.
Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan, sebagai berikut :
- Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
- Demokrasi sebagai kebudayaan politik
- Demokrasi sebagai struktur organisasi
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan berhasil kalau didukung
oleh demokrasi sebagai budaya poltik yang rasional objektif. Hak Asasi Manusia
harus dilaksanakan secara kontekstual sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang
tercermin dalam kesetaraan dan keseimbangan peranan Lembaga-lembaga
demokrasi.
xvi
memenuhi kebutuhan manusia, agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh karena
itu, ekonomi harus mendasarkan pada kemanusiaan yaitu demi kesejahteraan
manusia sehingga kita harus menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi
yang hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang
menimbulkan penderiaan pada manusia, menimbulkan penindaasan atas manusia
satu dengan lainnya.5
Pengembangan ekonomi juga harus memperhatikan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM), sebagai berikut :
1) Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang.
2) Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah sumber daya
alam secara efektif.
3) Memiliki etos professional; tanggung jawab atas pengembangan
keahliannya, kejujuran dalam pelaksanaan tugas, ketelitian pelayanan
kepada masyarakat, penghargaan terhadap waktu dan ketepatan waktu.
xvii
dan martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi manusia.
Pertahanan dan keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah
dapat dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.6
Pembangunan nasional tidak terlepas dari ketahanan nasional, yaitu
perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan nasional yang terjabar,
sebagai berikut :
1) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga negara, yaitu
pengembangan pribadi warga negara, dalam matra horizontal dan vertical,
pertumbuhan sosial ekonomi, keanekaragaman, dan persamaan derajat.
2) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur kehidupan
masyarakat, yaitu pemerataan kesejahteraan, solidaritas masyarakat,
kemandirian, dan partisipasi seluruh masyarakat.
3) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antara pribadi-pribadi
warga negara dan sistem/struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan
sosial, keamanan/stabilitas dan keseimbangan lingkungan.
xviii
1) Dihormati martabatnya sebagai manusia.
2) Diperlakukan secara manusiawi.
3) Mengalami solidaritass sebagai bangsa karena semakin hilangnya
kesenjangan ekonomi dan budaya.
4) Memiliki solidaritas untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan
5) Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.
xix
ini menunjukkan bahwa dalam negara Indonesia memberikan kebebasan atas
kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi di
bidang agama. Oleh karena setiap agama memiliki dasar-dasar ajaran sesuai
dengan keyakinan masing-masing maka dalam pergaulan hidup negara kehidupan
beragama hubungan antar pemeluk agama didasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan
yang beradab hal ini berdasarkan pada nilai bahwa semua pemeluk agama adalah
sebagai bagian dari umat manusia di dunia.8
xx
dan kehendak. Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungan
dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang
moral (etika).
Dasar pengembangan IPTEK adalah akal manusia untuk mengolah
kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan dengan tujuan demi kesejahteraan
manusia. Pengembangan IPTEK tidak bebas nilai, namun terikat oleh nilai. Jadi,
pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang
bisa ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud
dan akibatnya apakah merugikan manusia di sekitarnya. Sila ini menempatkan
manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang
sistematik dari alam yang diolahya.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab : Manusia dalam pengembangan
IPTEK harus bersifat beradab, demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
Pengembangannya harus didasarkan pada tujuan demi kesejahteraan manusia,
bukan demi kesombongan, kecongkakan dan keserakahan manusia.
Sila Persatuan Indonesia : Pengembangan IPTEK diarahkan demi
kesejahteraan umat manusia termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa
Indonesia. Mengimplementasikan universalia dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila lain. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuruan bangsa
sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan : mendasari pengembangan IPTEK secara
demokratis. Artinya setiap ilmuwan :
- harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK
- harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain
- harus memiliki sikap terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan
dengan penemuan teori lain.
xxi
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia : IPTEK harus
menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu
keseimbangan keadilan dalam hubungan :
- dengan diri sendiri
- dengan Tuhannya
- dengan manusia lain
- manusia dengan alam lingkungannya.10
b) Epistemologi
Bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
dijadikan “metode berfikir”, dalam arti menjadikan dasar dan arah di dalam
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, parameter kebenaran serta
10
Ahmad Calam & Sobirin,/Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam
Bermasyarakat,Berbangsa dan Bernegara,/Jurnal SAINTIKOM,Vol.4 No.1,2008,hlm.148-149
xxii
pemanfaatan hasil yang dicapainya ialah nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu sendiri.
c) Aksiologi
Bahwa dengan menggunakan epistemologi tersebut diatas, kemanfaatan
dan efek pengembangan IPTEK secara negatif tidak bertentangan dengan ideal
Pancasila dan secara positif mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai ideal
Pancasila. Dengan menggunakan Pancasila sebagai Paradigma, merupakan
keharusan bahwa Pancasila harus dipahami secara benar, karena pada gilirannya
nilai-nilai Pancasila menjadi asumsi-asumsi dasar bagi pemahaman di bidang
ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
xxiii
dalam wujud Perguruaan Tinggi mengemban tugas dan misi pokok Pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi). Menurut
PP No. 60 Tahun 1999, Pendidikan dilaksanakan di ruang kuliah melalui
Pendidikan ini ilmu pengetahuan dan teknologi diberikan kepada para mahasiswa
untuk menyiapkan, membentuk dan menghasilkan SDM yang berkualitas,
penetilitan dilakukan di laboratorium, di lapangan, di perusahaan, di rumah sakit
atau dimana saja. Penelitian bersifat obyektif dan ilmiah, baik kaidah serta untuk
menemukan kebenaran ilmiah atau menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Penelitian harus berpegang pada moral
kejujuran yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
Hasil penelitian bermanfaat bagi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia
demi harkat dan martabat manusia. Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan
di luar kampus di tengah-tengah masyarakat, di arena kehidupan riil masyarakat
luas. Hal ini merupakan wahana kegiatan memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam
memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat demi kesejahteraan umat manusia, demi pengembangan dan
penerapan ilmu pengetahuan, maka harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan dan
Kemanusiaan sesuai yang terkandung dalam Pancasila. Warga Perguruan Tinggi
adalah insan-insan yang memiliki wawasan dan integrasi ilmiah, maka masyarakat
akademik harus selalu mengembangkan budaya akademik atau budaya ilmiah
yang berupa esensi dari aktivitas perguruan tinggi. Ciri-ciri masyarakat ilmiah
sebagai budaya akademik menurut Suhadi (1998:214) adalah kritis, kreatif,
analitis, obyektif kontruktif, dinamik, dialogis, menghargai prestasi
ilmiah/akademik, bebass dari prasangka, menghargai waktu, menghargai dan
menjunjung tinggi tradisi ilmiah, berorientasi ke masa deoan, menerima kritik dan
kemitraan.
xxiv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penulis memiliki beberapa kesimpulan antara
lain sebagai berikut :
Paradigma adalah suatu asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber
hukum-hukum, metode, penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga menentukan
sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pancasila sebagai paradigma pembaharuan hukum merupakan sumber
norma dan sumber nilai, bersifat dinamik nyata ada dalam masyarakat, baik
menyangkut apirasinya, kemajuan peradabannya, maupun kemajuan IPTEK. Oleh
karena itu, upaya untuk pembaharuan hukum benar-benar mampu pengantarkan
hak asasi manusia (HAM) yang selaras, serasi dan seimbang dengan hakekatnya
sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab.
Secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai dari sila-
sila Pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada
dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila
sekaligus sebagai pendukung pokk negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan
objektuf bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (persekutuan
hidup) manusia.
Pancasila dikatakan sebagai paradigma reformasi yaitu Ketika gelombang
Gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh aturan main dalam wacana
politik mengalami keruntuhan terutama praktek-praktek elit politik yang
dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan,
yaitu menata Kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya
masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat yang bermartabat kemanusiaan
yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang
bermoral religious serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
xxv
Namun dalam kenyataannya Gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh
bangsa Indonesia yaitu dampak sosial, politik, ekonomi terutama kemanusiaan.
Para elit politik memanfaatkan gelombang reformasi ini demi meraih kekuasaan,
sehingga tidak mengherankan jikalau banyak terjadi pembenturan kepentingan
politik.
Pada dasarnya juga terdapat beberapa yaitu Pancasila sebagai Paradigma
dalam pengembangan di berbagai bidang, terdapat 7 diantaranya sebagai berikut :
Pancasila sebagai paradigma pembangunan Ideologi, Politik, Ekonomi,
HANKAM, Sosial Budaya, kehidupan Beragama, dan POLEKSOSBUD
HANKAM.
Dasar pengembangan IPTEK dengan kreativitas akal manusia untuk
mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh atuhan dengan tujuan demi
kesejahteraan manusia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia
harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab,
sila persatuan Indonesia, sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Selain itu IPTEK yang kita letakkan di atas Pancasila
sebagai paradigmanya, perlu kita pahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada
aspek ontology, epistemologis, dam aksiologinya.
Pancasila pada aktualisasinya di negara Republik Indonesia dijadikan
dasar filsafat negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi nasional, maka nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya harus terus-menerus meresap dalam kehidupan
manusia Indonesia dan mewujudkan dalam sikap dan perilaku kehidupannya
sehari-hari. Aktualisasi Pancasila secara obyektif ialah terwujud dalam bidang
kehidupan kenegaraan yaitu meliputi kelembagaan negara antara lain legislative,
eksekutif, dan yudikatif, juga bidang pragmatis yaitu politik, ekonomi, sosial
budaya, hukum, GBHN, Pendidikan dan hankam. Aktualisasi Pancasila secara
subyektif adalah perwujudan kesadaran individu antara manusia Indonesia sebagai
warga negara Indonesia yang taat dan patuh, baik aparat penyelenggara negara,
penguasa negara muaupun elit politik dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
politiknya selalu berlandaskan moal Ketuhanan dan Kemanusiaan sesuai yang
terkandung dalam Pancasila.
xxvi
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca hendaklah kita sebagai warga
negara mengamalkan Pancasila sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Karena di dalam Pancasila mengandung butir-butir
keluhuran, oleh karena itu yang kami harapkan dengan adanya makalah ini, dapat
menjadikan wawasan pembaca dalam melaksanakan atau menerapkan Pancasila
di masyarakat.
Disini penulis menyadari jika makalah ini memiliki banyak kekurangan
yang jauh dari kata sempurna, tentunya penulis nanti akan memperbaiki lagi
makalah ini dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggung jawabkan.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
xxviii