Anda di halaman 1dari 28

LINGKUP GINEKOLOGI

Disusun Oleh Kelompok 5:


1. Desty Komarika Sari
2. Ferly Yorenza
3. Mita Juliana Putri
4. Nasta ersa Azhari

Dosen Pembimbing:
PS Kurniawati, M.Kes

Tingkat II A

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI DIII KEBIDANAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Bunda P.S Kurnia,M.Kes yang telah
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas yang  menyangkut pembahasan tentang Lingkup
Ginekologi dan Kelainan Pada Reproduksi dan Penanggulangannya. Kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan.

Penulis sadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami selaku


penulis mohon kritik dan saran yang membangun.

Bengkulu, 10 februari 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lingkup Ginekologi ..........................................................................................................  
2.1.1 Pengertian .........................................................................................................
2.1.2 Sejarah
2.1.3 Batasan Ginekologi ........................................................................................
2.1.4 Istilah-Istilah YangBerkaitan  dengan ginekologi ........................................
2.2.Kelainan reproduksi dan penanggulangan ......................................................................  
2.2.1 Kelainan Kongenital Pada Vulva
A. Hymen Imperforata …………………………………………………….
B. Atresia Labia Minora ………………………………………………….
C. HypertropiLabia Minora ………………………………………………
D.Duplikasi Vulva ……………………………………………………….
E.Hipoplasi Vulva ……………………………………………………….
F.Kelainan Perineum  …………………………………………………..
2.2.2 Kelainan Kongenital Pada Vagina
A. Septum Vagina…………………………………………………….
B. Aplapsia dan Atresia vagina……………………………………..
C. Kista Vagina……………………………………………………..
2.2.3 Uterus dan Tuba Fallopi…………………………………………….
2.2.4 Ovarium……………………………………………………………
2.2.5 Sistem Genetalia Dan Sistem Traktus Uranium ………………………….
2.2.6 Kelainan pada sistem reproduksi karena keadaan tidak normal atau karena
pengaruh hormonal…………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

 
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Beakang

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit ginekologi yang sudah tak asing lagi
ditelinga kita. Berbagai jenis kasus baru ditemukan khususnya di kalangan perempuan.
WHO melaporkan bahwa didunia ini setiap tahunnya ada 6,25 juta penderita kanker dan
dalam 20 dekade terakhir ini ada 9 juta manusia mati karena kanker.
Ditambah lagi masalah-masalah dari penanggulangan kanker seperti kebijaksanaan
kanker secara nasional belum ada, koordinasi dalam penaggulangan penyakit kanker
masih kurang, sistem pencatatan atau registrasi belum memadai, penderita sudah dalam
keadaan stadium lanjut, jumlahnya pun juga sangat tinggi, penyebaran dan jumlah
fasilitas pelayanan belum memadai dan pengetahuan faktor risiko dan cara hidup yang
sehat belum diketahui secara merata.
Selain itu masalah ginekologi lainnya adalah infertilitas. Prevalensi infertilitas
menurut WHO diperkirakan (8-10%) pasangan didunia mempunyai riwayat sulit untuk
memperoleh anak.
Hampir setiap wanita pernah mengalami kondisi ginekologis atau infeksi dalam
kehidupannya. Wanita memegang peranan utama terhadap kelanjutan generasi penerus
bagi suatu negara, sehingga kesehatan wanita memberikan pengaruh yang besar.
Kesehatan wanita juga merupakan parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah kesehatan wanita
khususnya kesehatan reproduksi karena dampaknya luas dan menyangkut berbagai aspek
kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan ginekologi?


B. Bagaimana batasan dalam ginekologi?
C. Istilah-istilah apa saja yang ada dalam ginekologi?
D. Apa saja kelainan reproduksi dan cara penanggulangannnya?

1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui arti ginekologi
B. Untuk mengetahui sejarah ginekologi
C. Untuk mengetahui batasan apa saja yang ada didalam ginekologi
D. Untuk mengetahui istilah-istilah yang ada didalam ginekologi
E. Untuk mengetahui kelainan reproduksi dan cara penanggulangannya
BAB II PEMBAHASAN

2.1.  Lingkup Ginekologi

2.1.1. Pengertian

Kata ginekologi sendiri berasal dari gyno/gynaikos = perempuan dan logos = ilmu, ilmu
tentang perempuan. Perdefenisi berarti ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang organ
(reproduksi) wanita diluar kehamilan. Bidang ginekologi termasuk didalamnya: kelainan
bawaan, infeksi, tumor, kelainan haid, infertilitas dan lain-lain sebagainya.

2.1.2 Sejarah

Gynaecology atau gynecology berasal dari bahasa yunani, gynaika yang berarti WANITA ,
logia yang berarti ilmu, jadi gynecology adalah ilmu mengenai wanita. Dapat didefinisi Ilmu
yang mempelajari tentang kondisi fisiologis dan patologis sistem reproduksi wanita pada
keadaan tidak hamil. Sebelum ilmu ginekologi berkembang, pada jaman kuno menjadi
keterbatasan pengetahuan tentang anatomi, keluhan nyeri, perdarahan dan infeksi merupakan
hambatan utama untuk dapat melakukan operasi, perawatan luka post op dan penutupan luka
menjadi trial and error.

Pada tahun 1543 Andreas Vesalius menjadi De humani corporis fabrica (surgeon-anatomists).
John Hunter (1728–1793) dan William (1718–1783) menjadi struktur pelvis wanita. Ignaz
Semmelweis (1818–1865) pencegahan infeksi puerpuerium dengan mencuci tangan sebelum
menolong persalinan. Joseph Lister (1827–1912) menggunakan asam karbol untuk
membersihkan instrumen operasi. Ephraim McDowell (1771–1830) pada 1809 berhasil
melakukan operasi pengangkatan tumor ovarium.

2.1.3 Batasan Ginekologi

Ginekologi mempelajari mengenai gangguan haid, perdarahan uterus abnormal,keputihan,


endometriosis, penyakit radang panggul, bartolinitis, mioma uteri, tumor ovarium neoplastik
jinak, infertilitas, dan menopause.

1. Gangguan Haid
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :
1. Hipermenorea atau menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari
normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
2. Hipomenorea yaitu perdarahan haid yang jumlahnya sedikit, ganti pembalut 1-
2 kali per hari, dan lamanya 1-2 hari. Penyebabnya adalah kekurangan
estrogen & progesteron, stenosis himen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri
(sindrom Asherman). Sinekia uteri didiagnosis dengan histerogram atau
histeroskopi.
b. Kelainan Siklus :
1. Polimenorea yaitu siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan ovulasi, atau menjadi pendek masa lutea. Sebab lain ialah kongesti
ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
2. Oligomenorea yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Pada
kebanyakan kasus oligomenorea kesehtan wanita tidak terganggu, dan
fertilitas cukup baik.
c. Amenorea
yaitu bila tidak haid lebih dari 3 bulan baru dikatakan amenore, diluar amenore
fisiologik. Penyebabnya dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis,
ovarium (folikel), uterus (endometrium) dan vagina.Kasus-kasus yang harus
dikirim ke dokter ahli adalah adanya tanda-tanda kelaki-lakian (maskulinisasi),
adanya galaktorea, cacat bawaan, uji estrogen dan progesteron yang negatif,
adanya penyakit lain (tuberkulosis, penyakit hati, diabetes melitus, kanker),
infertilitas atau stress berat.

d. Perdarahan diluar haid :


Metroragia yaitu perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid.Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting
dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh.Penyebabnya
adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma
serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.

a. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid :


b. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
c. Mastodinia
d. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
e. Dismennorea

2. Perdarahan Uterus Abnormal

Secara umum, penyebab perdarahan uterus abnormal adalah kelainan organik (tumor,
infeksi), sistemik (kelainan faktor pembekuan), dan fungsional alat reproduksi.

3.      Keputihan

Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.Keputihan
yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di
sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri,
virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke
saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
4.      Endometriosis

Endometriosis adalah pertumbuhan abnormal dari kelenjar dan stroma endometrium di luar
uterus. Atau terdapatnya kelenjar atau stroma endometrium di tempat / organ lain selain
dinding kavum uteri.

5.      Penyakit Radang Panggul

Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas.Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur,
miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul.Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1
wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan
kesuburan), atau kehamilan abnormal.

6.       Bartolinitis

Penyakit ini terjadi akibat radang pada glandula bartholini, sering kali timbul pada gonorea,
akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus atau basil koli.

7.      Mioma uteri

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas. Risiko


terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus, khusunya pada mioma
submukosum, menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri,
menyebabkn atonia ataupun inersia uteri sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan
karena adanya gangguan mekanik dlm fungsi miometrium, menyebabkan plasenta sukar
lepas dari dasarnya, dan menggangu proses involusi dalam nifas.

8.       Tumor Ovarium Neoplastik

Tumor kista : Kista ovarium simplek, kistadenoma ovarii serosum, kistadenoma ovarii
musinosum, kista dermoid.

2.1.4  Istilah-Istilah Yang Berkaitan  dengan ginekologi

1.      Dismenorhea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa


penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari
untuk beberapa jam atau beberapa hari (Junizar, 2001)

2.      Kista Suatu rongga tertutup yang abnormal, dilapisi epitel berisi cairan atau
bahan semi solid.

3.      Amenorea : keadaan dimana tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan


berturut-turut
4.      Adneksitis Adnexitis, yaitu peradangan pada tuba dan ovarium secara
bersamaan.

5.      Adenomyosis : suatu kelainan bentuk pada uterus, dimana terjadi invasi dari
jaringan endometrium ke lapisan miometrium.

6.      Adenoacanthoma dari uterus variasi adeno ca endometrium, dimana ditemukan


sel gepeng

7.      Android bentuk panggul  wanita yang menyerupai panggul seorang laki-laki.

8.      Atresia Hymenalis Kelainan congenital berupa tidak adanya atau tertutupnya


lubang pada hymen.

9.      Atresia Labium Minora Kelainan congenital yang disebabkan membrane


urogenital yang tidak menghilang di bagian depan vulva di belakang clitoris ada
lubang untuk pengeluaran air kencing dan darah haid.

10.  Atresia Parsial Hipoplasia tuba(tuba panjang dan sempit) bisa menyebabkan


kehamilan ektopik/mengurangi fertilitas.

11.  Atresia Vagina Kelainan congenital berupa tidak adanya atau tertutupnya lubang


pada vagina.

12.  Acquisita : perlekatan saluran serviks atau vagina karena radang GO , diphteri,


partus dan senilitas.

13.  Bartolinitis Infeksi pada glandula bartholini.

14.  Cystadenocarcinoma serosum, yaitu kista ganas dari cystadenoma serosumm.


Terapi : dilakukan tindakan radiasi, dengan mengangkat kedua adnexa dan uterus.

15.  Cancer Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau


mematikan.

16.  Cancer Cerviks Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau


mematikan yang menginfeksi serviks. Kanker ini biasanya tumbuh ke arah luar
menjadi masa seperti cendawan, kadang-kadang tumbuh ke arah dalam sehingga
menimbulkan pembesaran serviks.

17.  Cancer Endometrial Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal


atau mematikan yang menginfeksi endometrium. Biasanya terjadi pada wanita usia
pertengahan dengan insiden puncak pada kelompok usia 55-65.

18.  Cancer Mammae Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau


mematikan yang menginfeksi payudara, kanker ini berasal dari jaringan payudara.

19.  Cancer Ovarium Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau


mematikan yang menginfeksi ovarium.
20.  Cancer Vagina Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau
mematikan yang menginfeksi vagina.

21.  Cancer Vulva Penyakit neoplastik yang perjalanan alaminya bersifat fatal atau


mematikan yang menginfeksi vulva.

22.  Candidosis Infeksi jamur Candida spp terhadap sel epitel pada vagina, vulva,
region anogenital, mulut dan traktus intestinal.

23.  Cervisitis Radang pada selaput lender serviks.

24.  Cystadenocarcinoma serosum, yaitu kista ganas dari cystadenoma serosum


.Terapi : dilakukan tindakan radiasi, dengan mengangkat kedua adnexa dan uterus.

25.  Chlamydiosis Infeksi atau penyakit genitalia yang disebabkan oleh chlamydiae.

26.  Choriocarcinoma keganasan epitelial dari sel-sel trofoblastik dibantu dengan


proliferasi abnormal sel-sel kuboidal dan sinsitial dari epitelium plasental tanpa
pembentukan vili korionik.

27.  Condiloma Acuminata Pertumbuhan seperti kutil pada kulit atau membran


mukosa genitalia eksterna.

28.  Chorio carcinoma, tampak sebagai benjolan berwarna merah kebiru-biruan, batas


jelas, bila disertai nekrose jadi rapuh dapat menyebabkan perdarahan yang hebat.
Terapi :-    Ekstirpasi  -   Chemoterapi

29.  Dermatitis Alergika Sensitivitas terhadap sabun(biasanya yang berpewangi), dan


beberapa jenis detergen yang digunakan untuk mencuci celana dalam, dan alergen
kontak lainnya dapat menyebabkan rasa gatal pada vulva.

30.  Displasia Cerviks Abnormalitas perkembangan deviasi selular pada epithelium


serviks uteri.

31.  Distrofi Atrofik Infeksi pada vulva yang menyebabkan kulit menjadi merah pucat
dan berkilat.

32.  Dispareunia hubungan seksual yang menimbulkan nyeri

33.  Dysgenesis Ovarium Gangguan perkembangan ovarium.

34.  Dysmenorea Nyeri di abdomenbagian bawah yang terasa sebelum, selama dan


sesudah haid, dapat bersifat kolik/terus menerus. Nyeri diduga karena kontraksi.

35.  Endometriosis Jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri dan di luar


miometrium.

36.  Endometritis Radang pada endometrium yang disebabkan oleh infeksi GO,


infeksi abortus,infeksi partus dan IUD.
37.  Erosio portionis Terdapat daerah yang merah  menyala pada portio yang mudah
berdarah

38.  fibroma tumor yang dapat berupa benjolan kecil pada permukaan atas dalam
jaringan ovarium sendiri, atau dapat pula mempunyai ukuran yang besar sekali
sehingga mengisi seluruh cavum abdominalis.

39.  Fluor albus bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang paling
sering kita jumpai dalam ginekologi , yaitu cairan yang keluar dari vagina yang
bersifat berlebihan dan bukan merukan darah.

40.  Fistula genetalis : hubungan luar biasa antara traktus genetalis dan trktus urinalis
atau traktus intestinalis

41.  Galactorrhea air susu yang berlebihan atau spontan ; sekresi air susu terus
menerus (persisten).

42.  Gestyltesto: kombinasi gestyl yang bersifat gobadotropin dan testosteron

43.  Gonorhea Penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria


gonorrhorae.

44.  Granuloma Inguinale Penyakit granulomatik ulseratif yang menahun dan


biasanya terdapat pada vulva, perineum, dan daerah inguinal.penularannya melalui
hubungan seksual atau hygiene yang kurang baik.

45.  Gynogenesis : perkembangan telur yang dirangsang oleh sperma tanpa adanya


peran serta inti sperma.

46.  Hypertrofi mioetrium Keadaan dimana terjadi perbesaran uterus yang disebabkan


hipertrofi dari otot-otot.

47.  Hipoplasia uteri Penurunan jumlah sel pada rahim yang menyebabkan rahim


menjadi mengecil. Penatalaksanaan : uterotonika

48.  Hydradenonia, berasal dari kelenjar peluh vulva, tampak sebagai benjolan kecil,
bentuk dan konsistensi menyerupai fibroma.

49.  Terapi : eksisi

50.  Hermafrodistimus Terdapatnya jenis kelamin pria dan wanita pada satu individu.

51.  Hermafrodistimus Verus Terdapatnya jaringan testis pada sisi yang satu dan


jaringan ovarium pada sisi yang lain, atau terdapat ovotestis.

52.  Herpes Genitalis Erupsi kulit genitalia yang menyebar dan meradang membuat


vesikel kecil yang mengelompok.
53.  Hidrosalping Hasil akhir dari salpingitis piogenik yang mereda, dengan virulensi
yang rendahnamun sangat iritatif. Lesi ini menghasilkan eksudat jernih dalam jumlah
banyak di dalam bagian tuba uterina yang tertutup.

54.  Hipertrofi Labium Minora Pembesaran atau pertumbuhan labium minora secara


berlebihan akibat peningkatan ukuran sel pembentuknya.

55.  Hipomenorea Perdarahan haid yang lebih pendek atau kurang dari biasa.

56.  Hipoplasia Vulva Perkembangan organ atau jaringan yang kurang atau tidak


sempurna pada vulva, derajat hipoplasia lebih ringan dibandingkan dengan aplasia.

57.  Hymen Imperforatus Hymen yang tidak menunjukkan lubang (hiatus hymenalis)


sama sekali.

58.  Hypermenorea Pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya lebih dari 80ml


kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, terjadi pada siklus yang
teratur.

59.  Hypertrofi myometrium, suatau keadaan dimana pembesaran uterus disebabkan


oleh hypertrofi dari otot-otot.

60.  Infeksi Traktus UrinariusInfeksi pada saluran kemih.

61.  Infertilitas Suatu keadaan pasangan yang sudah menikah lebih dari satu setengah
tahun tanpa kontrasepsi, tidak punya anak.

62.  Intravenous leiomyomatosis, penyebaran tumor myoma secara intarvena.

63.  IVA  adalah inspeksi visual dengan asam acetat, metode untuk mendeteksi dini
kanker leher rahim yang murah meriah menggunakan asam asetat 3-5% dan tergolong
sederhana serta memiliki keakuratan 90%

64.  Kankroid(ulkus molle) Penyakit kelamin dengan ulkus genital yang nyeri sekali.

65.  Karsinoma Duktal Kanker payudara yang berasal dari duktus.

66.  Karsinoma Lobural Kanker payudara yang berasal dari lobulus.

67.  Kista Suatu rongga tertutup yang abnormal, dilapisi epitel, dan berisi cairan atau
bahan semisolid.

68.  Kista Bartolini Kista berisi musin akibat obstruksi duktus glandulae vestibulae
major.

69.  Kista dermoid, tumor yang merupakan bagian dari teratoma ovari.

70.  Kista Folikel Kista yang dibentuk oleh pembesaran folikel de Graaf yang tidak
pecah dan terus menerus mengeluarkan cairan.
71.  Kista Korpus Luteum Kista yang terjadi ketika korpus luteum bertahan hidup dan
tumbuh terus, dan tidak berdegenerasi ketika implantasi gagal berlangsung.

72.  Kistadenoma Musinosa Kista yang dibentuk oleh sel-sel epitel ovarium


danmempunyai rongga-rongga yang terisi musin.

73.  Kista Paraurethra Saluran kelenjar uretra tertutup oleh infeksi. Kista ini bisa
menonjol pada dinding depan vagina, dan sering mengalami infeksi.

74.  Kista Sebasea Kista yang berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada
labium mayor, labium minor dan mons veneris.

75.  Kistadenoma Serosa Kista di ovarium yang mengandung cairan encer, serosa,


jernih, berwarna kuning serta berbagai jumlah jaringan padat, dengan potensi
keganasan beberapa kali lebih besar daripada kistadenoma musinosa.

76.  Kraurosis Vulva Atrofi dengan penipisan dan fibrosis kulit vulva mengakibatkan
mengkerutnya kulit dan stenosis introitus vagina.

77.  Laparoskopi 

78.  Lipoma tumor jinak yang biasanya terdiri atas sel lemak matur. Kadang-kadang
tumor, sebagian atau seluruhnya terdiri atas sel lemak janin (hibernoma).

79.  Leiomyosarcoma, sarcoma  yang mengandung sel gelendong otot polos

80.  Leiomyomatosis peritonealis disseminata, pertumbuhan myoma yang jinak di


peritonium.

81.  Lymphoma tiap kelainan  neoplastik jaringan lymfoid.

82.  Leukoplakia Vulva Kelainan pada kulit vulva yang mengakibatkan kulit vulva
menjadi tebal, keras, putih,dan rapuh, sehingga dapat menimbulkan luka-luka kecil di
tempat yang bersangkutan.

83.  Leukorea Sekret berwarna putih dan kental dari vagina.

84.  Limfogranuloma Venerum Penyakit yang disebabkan oleh klamidia trakhomatis,


ditularkan melalui koitus sesudah inkubasi beberapa hari.

85.  Mastalgia Rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid.

86.  Menstruatio praecox : perdarahan pada anak muda kurang dari 8-10 tahun yang
disertai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum waktunya.

87.  Metrorrhagi Perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.

88.  Mioma Uteri Tumor jinak pada uterus yang terdiri atas serabut-serabut otot polos
yang diselingi dengan untaian jaringan ikat, dan dikelilingi kapsulyang tipis.
89.  Miometritis Radang pada miometrium.

90.  Nevus Pigmentosus Lesi kehitam-hitaman pada permukaan vulva dan vagina 7-


10%.

91.  Oligomenorea Siklus menstruai melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin


sama.

92.  Orchitis inflamasi salah satu atau kedua testis, di tandai oleh pembengkakan dan
nyeri, seringkali disebabkan oleh gondongan, sifilis, atau tuberkulosis

93.  Pap’s test  adalah pap’s smear, pemeriksaan sitologik epitel porsio serviks uteri
untuk deteksi dini adanya kelainan praganas pada porsio serviks uteri pemeriksaan
usapan mulut rahim untuk melihat sel-sel mulut rahim (serviks) di bawah mikroskop

94.  Parametritis Radang pada parametrium.

95.  Perineoritis , radang pada perineum

96.  Peritonitis Radang peritoneum, dengan eksudasi serum, fibrin, sel dan pus,
biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada abdomen,
konstipasi, muntah dan demam sedang.

97.  Peritonitis Pelvis Radang pada peritoneum pelvic, biasanya bersamaan dengan


radang salfingo ovoritis dan alat-alat sekitarnya sekitar pelvic.

98.  Phthirus pubis Kutu pada kemaluan yang menginfestasi rambut daerah kemaluan.

99.  Piometra Pengumpulan nanah di kavum uteri.

100.    Piosalping Pus tuba kronik, terjadi akibat hambatan pada lumen tuba uterine
pada ujung fimriae dan pada satu tempat atau lebih di sepanjang tuba falopii.

101.    Polimenorea Siklus haid lebih pendek dari normal(21 hari). Perdarahan kurang
lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa.

102.    Polip Endometrium Masa jinak yang menonjol, kecil dan melekat pada
endometrium, tersusun dari stroma edematosa yang mengandung kelenjar-kelenjar
yang berdilatasi secara kistik.

103.    Platypelloid pelvis pelvis mayor dengan diameter anteposterior yang


memendek dan bentuk yang datar, oval, dan melintang

104.    Pelvimetry pengukuran dimensi dan proporsional pelvis untuk menentukan


kapasitas dan kemampuan untuk memungkinkan pasase janin melalui jalan lahir

105.    Pruritus Vulva Rasa gatal pada vulva.

106.    Pelvicephalometry pengukuran diameter kepala janin dalam hubungennya


dengan diameter rongga panggul
107.    Retrofleksi uteri Kalau uterus menekur kebelakang disebut retrofleksi uteri.

108.    Retrofleksio uteri mobilis,uterus yang dapat direposisi dengan toucher

109.    Retrofleksio uteri fixate, uterus yang tidak dapat direposisi karena ada
perlekatan antara uerusdan alat-alat sekitarnya.

110.    Salfingitis Subakut Radang subakut pada tuba uterina.

111.    Salfingo-oophorectomy, eksisi tuba uterin dan ovarium

112.    Salfingo-oophorocele, hernia tuba uterin dan ovarium

113.    Spermicide substansi kimia yang membunuh sperma dengan mengurangi


tegangan permukaannya, menyebabkan dinding sel pecah oleh pembuatan lingkungan
yang sangat asam. Juga disebut spermatosidas

114.    Singleton kehamilan dengan janin tunggal

115.    Salpingo-oopphorectomy  pengangkatan tuba fallopi dan ovarium

116.    Secretory phase of menstrual cycle fase pasca ovulasi, luteal, progestasi,


pramenstruasi pada siklus menstruasi ; lama 14 hari

117.    sarcoma , tumor yang berasal dari vagina, bentuknya menyerupai anggur


berwarna merah jambu, polip yang oademateus dan menonjol dari vagina.

118.    Sel dyakaryotik : sel yang menunjukan kelainan pada inti selnya, sedankan
sitoplasm sel relatif masih normal

119.    Septum Vagina Sekat vagina dapat ditemukan di bagian atas vagina. Kelainan
ini ditemukan pada kelainan uterus, organ kelamin ada gangguan dalam fusi atau
kanalisasi ke 2 duktus Muller.

120.    Sterilitas : istilah yang dipergunakan bagi seseorang  yang mutlak tidak


mungkin mendapatkan keturunan misalnya wanita dengan aplasia genetalis atau pria
tanpa testis

121.    Squamous metaplasia suatu keadaaan yang benigna, dimana sel epitel berubah
menjadi sel epitel gepeng. Kadang-kadang seluruh endometrium berubah menjadi sel
epitel gepeng berlapis banyak.

122.    Teratoma Benigna Kista dermoid, berasal dari sel germinal. Mengandung


elemen epithelial, mesodermal dan endothelial. Karena itu dermoid ini dapat berisikan
rambut, gigi dan materi seperti bubur dari kelenjar sebasea.

123.    Trikomoniasis Infeksi oleh protozoa genus Trichomonas, biasanya pada


vagina.
124.    Tumor Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak
terkontrol dan progresif.

125.    Tumor Ovarium Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel


yang tidak terkontrol dan progresif pada ovarium.

126.    Tumor Serviks Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel


yang tidak terkontrol dan progresif pada serviks.

127.    Tumor Tuba Fallopii Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-
sel yang tidak terkontrol dan progresif pada Tuba Fallopii.

128.    Tumor Vagina Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel


yang tidak terkontrol dan progresif pada vagina.

129.    Tumor Vulva Pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel


yang tidak terkontrol dan progresif pada vulva.

130.    Kankroid(ulkus molle)

131.    Penyakit kelamin dengan ulkus genital yang nyeri sekali.

132.    Ulkus Vulva Sifilis Penyakit sifilis disebabkan oleh invasi jaringan oleh
Treponema pallidum dan ditularkan secara seksual.

133.    Uterus Arcuatus Uterus dengan fundus mencekung.

134.    Uterus Bicornis Uterus yang mempunyai dua kornu.

135.    Uterus Bicornis Bicollis Uterus dengan dua kornu dan dua serviks.

136.    Uterus Bicornis Unicolis Uterus dengan dua kornu dan satu serviks.

137.    Uterus Biforis Uterus yang os eksternumnya terpisah oleh septum.

138.    Uterus Bilocularis Uterus yang rongganya terbagi menjadi dua bagian oleh
septum.

139.    Uterus Parvicollis Uterus yang bagian serviksnya sangat kecil tetapi korpusnya
berukuran normal.

140.    Uteroplacental insuficiency penurunan fungsi plasenta-pertukaran gas, nutrien,


dan produk sampah-menyebabkan hipoksiadan asidosis; dibuktikan oleh deselerasi
frekuensi jantung janin yang terlambat sebagai respon terhadap kontraksi uterin

141.    Vaginismus , spasma vagina yang nyeri akibat hiperestesia lokal.

142.    Vaginektomi , reseksi tumika vaginalis testis. Atau eksisi vagina.

143.    Vagini perineotomy , insisi pada vagina.


144.    Vagino  cutaneous, berhubungan dengan vagina dan kulit. Taua yang
berhubungan dengan vagina dan pormukaan tubuh seperti vistula vaginakutaneus.

145.    Vaginitis Radang/infeksi pada vagina

146. Vaginitis Atrophic Vaginitis yang terjadi pada wanita pasca


menopause,disebabkan oleh defisiensi estrogen.

147.    Vaginoperineal, perbungan antara vagina dengan perineum.

148.    Vaginoperitoneal : perhubungan antara vagina dan peritoneal

149.    Visceral pain  rasa tidak nyaman akibat perubahan servik dan iskemia uterin
yang terletak di atas bagian bawah abdomen dan beradiasi ke area lumbal pada bagian
belakang dan bagian bawah paha

150.    Vaginitis Desquamative Inflammatory  Vaginitis yang tak diketahui sebabnya,


secara klinis dan mikroskopis mirip dengan vaginitis atrofi, tetapi terjadi tanpa adanya
defisiensi estrogen dan ditandai dengan ulserasi superficial berulang berwarna
kemerahan.

151.    Vaginitis EmphysematosaRadang vagina dan serviks di dekatnya, ditandai


dengan banyak lesi mirip kista berisi gas yang asimtomatik yang mengandung karbon
diaksida.

152.    Vaginitis Trikomonas Vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis,


penyakit ini biasanya ditularkan melalui koitus.

153.    Vulvovaginitis Peradangan vulva dan vagina atau peradangan kelenjar-kelenjar


vulvovaginalis

2.2 Kelainan Reproduksi dan Penanggulangannya

2.2.1 Kelainan Kongenital pada Vulva

A. Hymen inferforata

Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium vagina dan
mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya aliran darah
menstruasi.Bentuk dan ukuran lubang himen bervariasi, tetapi umumnya robek pada waktu
koitus pertama. Himen yang “intak” danggap suatu tanda keperawanan, tetapi ini tidak dapat
diandalkan karena beberapa kasus koitus tidak berhasil menimbulkan robekan dan pada orang
lain himen dapat robek akibat manipulasi digital.(Manuaba,Ida Bagus Gde.1998.Ilmu
Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :
EGC)        
Hymen Imperforata ialah selaput dara yang tidak menunjukan lubang (Hiatus
Himenalis) sama sekali, suatu kelainan yang ringan dan yang cukup sering dijumpai.
Kemungkinan besar kelainan ini tidak dikenal sebelum menarche.Sesudah itu molimina
menstrualia dialami tiap bulan, tetapi darah haid tidak keluar.Darah itu terkumpul di dalam
vagina dan menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol keluar (Hematokolpos).

Bila keadaan ini dibiarkan, maka uterus akan terisi juga dengan darah haid dan akan
membesar (Hematometra). (Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)

a. Penyebab

Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat juga arut
oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau infeksi.Secara embriologi, hymen
merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk
membrane mukosa yang tipis.Hymen berasal dari endoderm epitel sinus urogenital,
dan bukan berasal dari duktus mullerian.Hymen mengalami perforasi selama masa
embrional untuk mempertahankan hubungan antara lumen vagina dan
vestibulum.Hymen merupakan lipatan membrane irregular dengan berbagai jenis
ketebalan yang menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari dinding
bawah uretra sampai ke fossa navikularis. Hymen Imperforata terbentuk karena ada
bagian yang persisten dari membrane urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari
primitive streak yang abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran
cloacal.Hymen Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan
jaringan lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya
vagina.Aplasia dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus
mullerian, sehingga vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan
kloaka.

b.Gejala Klinis

Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan terjadi
molimenia siklik tanpa haid), yang dialami setiap bulan.Sesekali hymen imperforata
ditemukan pada neonatus atau anak kecil.Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut
hidrokolpos. Bila diketahui sebelum pubertas, dan segera diberi penanganan
asimptomatik, serta dilakukan hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan
mukoid yang merupakan kumpulan dari sekresi serviks.

Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15 tahun, dimana gejala mulai
tampak, terjadi. Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua
yang terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum
menimbulkan gejala.

Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan hymen


tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya membran
mukosa hymen.Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri, kram pada perut
selama menstruasi dan haid tidak keluar. Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka
darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga
terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri(Hematometra). Tekanan intra
uterin mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat memasuki tubafallopi dan
menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya adhesi (perlengketan) pada fimbriae
dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke
kavum peritoneum membentuk hematoperitoneum.

Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa
sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian
belakang.Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang
distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih.Rasa sakit pada
daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria,
urgensi, inkontinensia overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada rectum
yang menimbulkan gangguan defekasi.

Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena terjadinya pembesaran


uterus, hematometra, distensi kandung kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat
terjadi iritasi menyebabkan peritonitis.

c. Penanganan

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan


urinalisa.

2. Pemeriksaan maging 

1) Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis
dapatmemberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomali.

2) Dengan USG dapat segera didiagnosis hematokolpos atau


hematometrokolpos, Selain itu, transrectal ultrasonography dalam membantu
delineating complex anatomy.Apabila dengan USG tidak jelas, diperlukan
pemeriksaan MRI.

3) USG dan MRI sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah


ada kongenital anomali traktus urinaria yang menyertai.

3. Tindakan Pembedahan
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas, membran hymen
dilakukaninsisi/ hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi silang
atau dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam disebut insisi stellate.

Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak kecil/
balita tanpa menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan
keadaan anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang terjadi
hymen imperforata atau aplasia vagina.

Hong Kong.Emerg.Med.Journal.tahun 2009. Vol. 17/ edisi 5/ Halaman 371 –


373

Singapore Med Journal.Tahun :2009/ volume 50 / edisi (7)/halaman :378-379

Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC

Chin Med Assoc Journal: Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/  halaman559–561

B. Atresia Kedua Labium Minus

              Kelainan Kongenital ini disebabkan oleh membrana urogenitalis yang tidak


menghilang. Di bagian depan vulva di belakang klitoris ada lubang untuk pengeluaran air
kencing dan darah haid. Koitus walaupun sukar masih dapat dilaksanakan, malahan dapat
terjadi kehamilan.Pada partus hanya diperlukan sayatan di garis tengah yang cukup panjang
untuk melahirkan janin.

Penatalaksanaan :Insisi perlekatan dan menjahit luka-luka yang timbul.

C. Hipertrofi Labia Minora

Hipertrofi labia minora pada alat kelamin wanita merupakan kondisi dimana terjadi


disproporsi dari ukuranlabia minora relatif dari ukuran labia mayora.. Bagian lainnya
bergabung dengan klitoris membentuk frenulum. Labia minora
bergabung dengan labiamayora di bagian posterior dan dihubungkan dengan lipatan
transversal dikenal denganfrenulum labia atau fourchette: Kulit dan mukosa labia minora
kaya akan kelenjar sebasea. Ini dapat terjadi pada satu atau kedua labium minus.Pemberian
pengertian bahwa keadaan tersebut bukan suatu hal yang mengkhawatirkan biasanya cukup.

Penatalaksanaan :Bila penderita tetap merasa terganggu karenanya, maka pengangkatan


jaringan yang berlebihan dapat dikerjakan.

D. Duplikasi vulva

Duplikasi Vulva berarti memiliki dua vulva.Ini jarang sekali ditemukan.Bila ada,
biasanya ditemukan pula kelainan-kelainan lain yang lebih berat, sehingga bayi itu tidak
dapat hidup. Kelainan-kelainan kongenital dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti
keadaan endometrium yang mempengaruhi nutriasi mudigah, penyakit metabolisme, penyakit
virus, akibat obat-obatan teratogenik, dan lain-lain yang terdapat dalam masa kehamilan.
Sebagian besar kelainan ini tidak mengikutsertakan ovarium atau genetalia eksterna, sehingga
diantaranya tidak menampakkan diri sebelum menarche atau sebelum perkawinan.

Disamping itu, terdapat kelainan-kelainan yang berasal dari kelainan kromosom


khususnya kromosom seks dan gangguan hormonal. Kelainan ini sering sekali menimbulkan
masalah interseks. Pada seorang interseks bisa terdapat bahwa jenis gonadnya tidak sesuai
dengan kromosom seksnya atau dengan morfologi genetalia interna, dan morfologi genetalia
eksterna, khususnya bentuk genetalia eksterna sedemikian rupa, sehingga jenis kelainan bayi
yang bersangkutan tidak dapat ditentukan dengan segera.

Penatalaksanaan :Insisi Perlengketan dan menjahit luka – luka yang timbul.

E. Hipoplasi vulva

Hipoplasia ovaria (indung telur mengecil) dan Agenesis ovaria (indung telur tidak
terbentuk).

Hipoplasia ovaria, merupakan suatu keadaan indung telur tidak berkembang karena
keturunan.Hal ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral. Apabila terjadi pada salah
satu indung telur maka sapi akan menunjukan gejala anestrus (tidak pernah birahi) dan
apabila terjadi pada kedua indung telur maka sapi akan steril (majir). Secara perrektal indung
telur akan teraba kecil, pipih dengan permukaan berkerut. Agenesis ovaria merupakan suatu
keadaan sapi tidak mempunyai indung telur karena keturunan.Dapat terjadi secara unilateral
(salah satu indung telur) ataupun bilateral (kedua indung telur).

            Ditemukan bersamaan dengan genitalia interna yang juga kurang berkembang pada
keadaan hipoestrogenisme, infatilisme, dan lain-lain.Biasanya ciri-ciri seks sekunder juga
tidak berkembang. Pepatah perancis mengatakan la vulve est le mirroir de l’ovair (vulva
mencerminkan keadaan ovarium).

Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan ini antara
lain :

a) Kelainan genetik dan kromosom

Kelainan genetik pada ayah ibu memungkinkan besar akan berpengaruh atas kejadian
kelainan ini pada anaknya. Tetapi dapat pula diwarisis oleh bayi yang bersangkutan sebagai
unsur dominan atau kadang sebagai unsur resesif.

Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa
kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.

b) Faktor mekanik

tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan
bentuk organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan
mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
c) Faktor obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah
satu jenis obat yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa
jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga
erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital. Walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.

d) Faktor hormonal

faktor ini diuga mempunyai hubungan pula dengan kejadian hipoplasi vulva.

e) Faktor radiasi

Radiasi pada permulaan kehamilan memungkinkan akan dapat menimbulkan kelainan pada
janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan pada bayi
yang dilahirkan.

f) Faktor gizi

Pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan pada bayi-bayi yang


dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-
bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya.

F. Kelainan perineum

          Pada kloaka persisten karena septum urogenital tidak tumbuh, dimana bayi tidak
mempunyai lubang anus, atau anus bermuara dalam sinus urogenitalis, dan terdapat satu
lubang dari mana keluar air kencing dan feses.

a) Atresia ani

Dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feses karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan.

Penyebab pasti belum diketahui, namun ada sumber yang mengatakan atresia ani/rekti
disebabkan :

1.  Gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.

2. Orang tua yang mempunyai gen carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar
25% untuk diturunkan pada anaknya pada saat kehamilan.

3. 30% anak yang mempunyai sindrom genetik, kelainan kromosom atau kelainan
kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani dan rekti.

b) Fistula rektovestibularis kongenital


Adalah cacat yang sering ditemukan pada perempuan. Rectum bermuara ke dalam vestibula
kelamin perempuan sedikit diluar selaput dara.

c) Kloaka

Kloaka persisten ini, rectum, vagina dan slauran kencing bertemu dalam satu saluran
bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit dibelakang klitoris.

d) Anus vestibularis
.

2.2.2 Kelainan Kongenital Pada Vagina


A. Septum vagina
Sekat sagital di vagina dapat ditemukan dibagian atas vagina. Tidak jarang hal ini
ditemukan dengan kelainan pada uterus, oleh karena ada gangguan dalam fusi atau kanalisasi
kedua duktus muleri.
Pada umum kelainan ini tidak menimbulkan keluhan pada yang bersangkutan, dan baru
ditemukan pada pemeriksaan ginekologik. Darah haid juga keluar secara normal. Disperuani
dapat timbul, meskipun biasanya septum itu tidak dapat mengganggu koitus.
Pada persalinan septum tersebut dapat robek spontan atau perlu disayat dan diikat. Tindakan
tersebut dilakukan pula bila ada dispareuni.

B. Aplasia dan atresia vagina


Pada alpasia vagina kedua duktus mulleri mengadakan fusi, akan tetapi tidak
berkembang dan tidak mengadakan kanalisasi, sehingga bila ditemukan jaringan yang tebal
saja. Pada umumnya bila dijumpai alpasia vagina maka sering pula ditemukan uterus yang
rudimeter(mengecil).
Pada alpasia vagina tidak ada vagina. Dan tempatnya introitus vagina hanya terdapat
cekungan yang dangkal atau yang agak dalam.
Disini terapi terdiri atas pembutan vagina baru. Beberapa metode telah dikembangkan untuk
keperluan itu. Ini sebabnya pada saat wanita yang bersangkutan akan menikah. Dengan
demikian vagina baru dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan akan
meyempit.
Pada atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi, sehingga terbentuk suatu septum
yang horisontal, septum itu dapat ditemukan pada bagian proksimal vagina, akan tetapi bisa
juga pada bagan bawah, diatas hymen (atresia retrohinalis).
Bila penutupan vagina itu menyeluruh, menstruasi timbul tetapi darah haid tidak keluar.
Terjadilah hematokolpos yang dapat mengakibatkan hematometra dan hematosalpink.
Penanganan hemotokolpos sudah bibahas dalam pembiaraan tentang atresia himenalis.
Bila penutupan vagina tidak menyeluruh, tidak akan timbul kesulitan, kecuali mungkin pada
partus kala dua.

C. Kista vagina

1. Pengertian

Kista vagina adalah suatu kantong tertutup pada dinding atau bagian bawah dinding vagina yang
berisi cairan atau bahan semi padat. Kista terjadi akibat tersumbatnya kelenjar atau salurannya
sehingga cairan terkumpul di dalamnya. Kista di vagina biasanya tidak nyeri. Ukurannya
bervariasi mulai dari seukuran kacang sampai seukuran buah plum. Sedangkan Kista inklusi
terjadi akibat trauma seperti akibat tindakan operasi. Kista Gartner merupakan salah satu kista di
vagina. Kista ini berasal dari sisa saluran saat janin dalam perkembangan yang awalnya membesar
kemudian menghilang. Tetapi kadang-kadang kista ini lumayan membesar sehingga terlihat dari
luar vagina. Kista vagina biasanya tidak bergejala. Jika bergejala, maka gejalanya hanya berupa
pembengkakan kecil di dinding vagina, massa tumor keluar dari liang vagina atau nyeri saat
melakukan hubungan seksual.
Kista vagina kadang hilang dengan sendirinya. Jika tidak hilang, maka perlu dilakukan tindakan
operasi untuk membuangnya. Setelah operasi maka kista biasanya tidak akan kambuh. Kista ini
sering ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan panggul, dimana terlihat atau
teraba adanya tumor di dinding vagina. Biasanya dilakukan biopsi untuk menentukan apakah
tumor jinak atau ganas. Justru jika lokasi kista dekat dengan kandung kemih atau salurannya,
maka dilakukan pemeriksaan rontgen untuk memastikan kedua organ tersebut tidak terkena.

2. klasifikasi Kista Vagina


1) Kista Inklusi
Ditemukan di vulva, vagina atau perineum

I. Definisi

Suatu kantong tertutup pada dinding atau bagian bawah dinding vagina bahan semi
padat. Kista terjadi akibat tersumbatnya kelenjar atau salurannya sehingga cairan terkumpul
didalamnya.

II. Etiologi
Merupakan salah satu jenis kista yang biasanya terjadi di bagian vagina dan biasanya terjadi
akibat trauma seperti akibat tindakan operasi.

III. Gejala
Gejalanya hanya berupa pembengkakan kecil di dinding vagina, massa tumor keluar dari
liang vagina atau nyeri pada saat melakukan hubungan seksual.

IV. Pemeriksaan
a. Jika gejala-gejala yang timbul tidak hilang maka lakukan operasi.
b. Setelah operasi simak kista biasanya tidak akan kambuh.
c. Dilakukan pemeriksaan panggul.
d. Raba adanya tumor di dinding vagina.
b. Dilakukan biopsi untuk menentukan apakah tumor jinak atau ganas.
c. Jika lokasi kista dekat dengan kandung kemih atau salurannya maka dilakukan
pemeriksaan rontgen untuk memestikan ke dua organ tidak terkena

2) Kista Duktus Gardner


I. Definisi
Kista yang terletak di dinding vagina (duktus gartner) yang berisi cairan atau bahan semi
solid.

II. Etiologi
Kista gartner berkembang di daerah duktus gartner, biasanya di dinding vagina. Duktus ini
aktif saat perkembangan janin namun biasanya menghilang setelah lahir. Pada beberapa
kasus, sebagian duktus ini terisi cairan yang berkembang menjadi kista.

III. Gejala
Ganjalan di dinding vagina dan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual.

IV. Pemeriksaan
a. Pada saat pemeriksaan pelvis dapat dirasakan adanya tonjolan atau masa di dinding vagina.

b. Biopsy kadang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker vagina, terutama jika
teraba keras.
c. Jika kista berlokasi dibawah uretra atau vesika urinaria, pemeriksaan radiologi mungkin
dilakukan untuk memastikan dan menyakinkan bahwa kista tidak melibatkan struktur-
struktur ini.

3. Penyebab Kista Vagina


1)Riwayat kista vagina terdahulu
2) Siklus haid tidak teratur
3) Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
4) Kista vagina terjadi akibat tersumbatnya kelenjar atau salurannya sehingga cairan
terkumpul di dalamnya.

4. Patofisiologi Kista Vagina


Tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium invaginasi yang sederhana dari epitel
germinal sampai ke invaginasi disertai permukaan ruangan kista yang luas terjadi
pembentukan papil-papil kearah dalam tumor kistik.

5. Etiologi Kista Vagina


Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
1) Gaya hidup tidak sehat.
2) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
3) Zat tambahan pada makanan
4) Kurang olah raga
5) Merokok dan konsumsi alcohol
6) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
7) Sering stress
8) Faktor Genetik
6. Penanganan
Yaitu pengangkatan kista dengan pengupasan kulitnya
2.2.3 Uterus dan tuba fallopi
Kelainan yang timbul pada uterus dan tuba adalah kelainan yang timbul pada
pertumbuhan duktus Mulleri berupa tidak terbentuknya satu atau kedua duktus, gangguan
dalam kedua duktus, dan ganggun dalam kanalisasi setelah fusi. Sering disertai kelainan
traktus urinarius, tapi ovum normal.
a) Gagal dalam pembentukan ;
Apabila satu duktus Mulleri tdk terbentuk → uterus unikornis ( vagina dan serviks
normal tapi uterus hanya mempunyai 1 tanduk serta 1 tuba. Biasanya hanya terdapat
1ovarium dan 1 ginjal). Jika kedua duktus Mulleri tidak terbentuk → uterus dan vagina tidak
ada (kecuali 1/3 bgn bawah), tuba tidak terbentuk atau rudimenter.
b) Gangguan dalam mengadakan fusi ;
kegagalan untuk bersatu seluruhnya atau sebagian dari kedua duktus Mulleri. Dapat
dijumpai kelainan sbb :
i. Uterus t.a 2 bgn yg simetris :
1. Uterus septus
2. Uterus subseptus
3. Uterus bikornis unikollis
4. Uterus bikornis bikollis (uterus didelphys)
5. Uterus arkuatus
ii. Uterus t.a 2 bgn yg tdk simetris :
Disini 1 duktus Mulleri berkembang normal, akan tetapi yang lain mengalami keterlambatan
dalam pertumbuhannya.

2.2.4.Ovarium
Tidak adanya kedua atau satu ovarium merupakan Hal yang jarang terjadi. Biasanya
tuba tidak ada juga dan kadang-kadang didapatkn ovarium tambahan namun ovarium ini kecil
dan terletak jauh dari ovarium yang normal.

2.2.5. Sistem genitalia dan sistem traktus urinarium


Dua sistem ini dalam pertumbuhannya mempunyai hubungan yang dekat, sehingga
dapat terjadi kelainan dalam pertumbuhan yang mengenai kedua sistem tersebut.termasuk
dalam hal ini kloaka persistens apabila tidak terbentuk septum urorektale; ekstrofi kandung
kencing dengan vagina terdorong kedepan didaerah suprapublik, dan klitoris terbagi 2 karena
dinding perut bagian bawah tidak terbentuk.

2.2.6. Kelainan pada sistem reproduksi karena keadaan tidak normal atau karena pengaruh
hormonal
A. Kelainan karena kromosom yang abnormal
a) Sindrom Turner (Disgenesis Gonad) dimana tidak ditemukan sel-sel kelamin
primordial, dan tdk ada pertumbuhan korteks atau medulla pada gonad.
b) Ciri-cirinya pendek (< 150 cm), amenorea primer dan nevus di kulit cukup banyak.
Kelamin sekunder tidak tumbuh, genitalia eksterna kurang tumbuh tapi kecerdasan normal.
Susunan kromosom : 44 otosom dan I kromosom X (seks) → 45-XO
c) Superfemale ; terjadi 1 diantara 1000 kelahiran bayi wanita dan disebabkan karena
non-dysjunction. Ciri-cirinya perwakan seperti wanita biasa, perkembangan seks normal,
tidak infertil, hanya kecerdasannya seringkali rendah. Kariotipenya 47-XXX
d) Sindroma Kleinefelter ; sindrom ini ditemukan pada penderita dengan fenotipe pria.
Pada masa pubertas tumbuh ginekomasti. Genitalia eksterna tumbuh dengan baik, ereksi dan
koitus umumnya dapat berjalan dengan baik. Testis dalam keadaan atrofi, terdapat
azoospermi. Keluhn ginekomasti dapat diterapi dengan tindakan operasi.
e) Hermafrodistismus ; jarang dijumpai. Terdapat jaringan testis pada sisi yang satu dan
jaringan ovarium pada sisi yg lain. Sebagian besar dari penderita menunjukkan kromatin seks
dan gambaran kariotipe wanita. Kariotipe antara lain 46-XX atau 46-XY
f) Sindroma Down (Trisomi 21) ; ditemukan 1 per 670 janin lahir hidup akibat
kromosom otosom yg abnormal. Kejadian makin meningkat dengan makin tuanya ibu.
Disebabkan karena adanya translokasi pada kromosom 21. Ciri-cirinya menunjukkan
kecerdasan yang rendah, seringkali mulut terbuka dengan lidah yang menonjol, oksiput dan
muka gepeng.
g) Sindrom Edwards (Trisomi 18) : ciri-cirinya pertumbahan anak lambat, kepalanya
memanjangdgn kelainan pada kepala, sering ada kelainan jantung dan dada dgn sternum
pendek.

h) Sindrom Patau (Trisomi 13) : Ciri-cirinya BBLR, pertumbuhannya lambat,


palatoskisis dan labioskisis, mikrosefali dan polidaktili. Sering pula ditemukan kelainan
jantung.

B. Kelainan karena pengaruh hormonal


a) Maskulinisasi pada wanita dgn kromosom dan gonad wanita
Sering disebut sebagai sindrom adrogenital kongenital (congenital adrenal hiperplasia).
Disebabkan pengaruh virilisasi oleh androgen yang dibuat sebagai hasil gangguan dari
metabolisme pada glandula adrenal. Karena gangguan itu androgen dibuat berlebihan pada
janin.
Ciri-cirinya : pada bayi ditemukan lipatan labium mayus kanan dan kiri menjadi satu dan
klitoris membesar. Di dalam lipatan yg menyerupai skrotum tidak ditemukan kelenjar
kelamin. Uterus, tuba dan ovarium tampak normal. Androgen tdk mempengaruhi tumbuhnya
alat genitalia janin wanita
b) Sindrom feminisasi Testikuler
Suatu kelainan pada seseorang dgn genotipe pria dan fenotipe wanita, dan dengan genitalia
eksterna seperti pada wanita.
Penyebabnya → gangguan metabolisme endokrin pada janin, dimana tidak ada kepekaan
jaringan alat-alat genital terhadap androgen yg dihasilkan secara normal oleh testis janin.
Ciri-cirinya : mempunyai ciri-ciri khas wanita tetapi tidak mempunyai genitalia interna
wanita, dan terdapat testis yang tidak berkembang ditemukan di rongga abdomen, kanalis
inguinalis atau di labium mayus. Testis tidak menunjukkan spermatogenesis. Sebagian besar
berwajah wanita, tinggi , pertumbuhan pannukulus adiposus normal dan pertumbuhan
mammae baik. Rambut pubis kurang atau tidak ada demikian pula rambut ketiak, vagina
pendek dan menutup. Kelenjar kelamin hanya mengandung jaringan testis yang rudimenter
dan kemungkinan akan menimbulkan neoplasma oleh sebab itu harus diangkat jika sudah
dewasa.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ginekologi merupakan ilmu tentang perempuan. Perdefenisi berarti ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang organ (reproduksi) wanita diluar kehamilan. Bidang ginekologi
termasuk didalamnya: kelainan bawaan, infeksi, tumor, kelainan haid, infertilitas dan lain-
lain sebagainya.

Wanita adalah makhluk yang paling rawan terkena berbagai macam penyakit terutama
penyakit pada organ kandungan dan reproduksinya.

Sebagian masyarakat modern saat ini banyak yang suka mengkonsumsi makanan yang tinggi
kadar lemaknya, dan kurang mengkonsumsi serat alami. Kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang diawetkan juga dapat memicu kanker dan bahkan penyakit ginekologi lainnya akibat
dari pergaulan bebas atau bahkan faktor ketidaksengajaan.

3.2 Saran

Sebaiknya para wanita memulai kebiasaan hidup sehat dimulai sejak dini,dengan menjaga
kebersihan diri dan menjalankan pola hidup sehat maka setidaknya dapat mengurangi resiko
berkembangnya suatu penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Manuaba, Ida Bagus Gde. Dasar- Dasar Teknik Operasi Ginekologi. 2004. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan..1998. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. 2005. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Wim,de Jong dan Sjamsuhidayat.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC

Hong Kong.Emerg.Med.Journal.tahun 2009. Vol. 17/ edisi 5/ Halaman 371 – 373

Anda mungkin juga menyukai