Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain

Bongkar pasang (Puzzle) pada Anak Usia Preschool di Rumah Sakit “ Makalah ini

berisikan tentang preplaning terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok

kepada anak usia perschool di rumah sakit.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain

mewarnai. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, 04 January 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak

secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas

bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang

sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.

Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena

menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,

dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang

dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan

rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya

melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah

agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,

mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap

stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak

seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada

saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai

hiburan, tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian

seorang ahli saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan


kemampuan mental. Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit

Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)

Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan

anak kronis dan akut didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5 tahun) sebanyak

15 orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya

yaitu dengan bongkar pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan

berpikir secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu

yang menarik seperi binatang atau orang

Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan

keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam

sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin

mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel

gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar

yang telahdi bongkar.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,

mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan

beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

2. Tujuan Khusus

a) Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:

b) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

c) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.


d) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan

e) Beradaptasi dengan lingkungan

f) Mempererat hubungan antara perawat dan anak


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Bermain puzzel

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi

kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,

2009).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa

mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi

kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).

Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari

bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle

merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.

Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan

bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat

merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara

membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

B. Tujuan Bermain puzzel

Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun

mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan

stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak

akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,


emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang

kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

C. Fungsi Bermain Puzzel

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,

perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,

perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

1. Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting

untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan

untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat

permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu

perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.

2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi

terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal

warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain

pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak

bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat

memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui

eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak

menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin


sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih

kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan

menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk

mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari

hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar

berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar

tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada

anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan

prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya

dilingkungan keluarga.

4. Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan

mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.

Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk

merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang

satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin

berkembang.

5. Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam

mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal


kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji

kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak

tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan

temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan

diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang

tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya

dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari

perilakunya terhadap orang lain

6. Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama

dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan

mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga

dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-

aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain

anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang

benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala

tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman

merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan

sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab

terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan

kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media

yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan

memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan

nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

D. Katagori Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain

aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif

kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan

bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

1. Bermain aktif

a) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)

Perhatikan pertama anak pada al at bermain adalah memeriksa alat

permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-

ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-

kadang berusaha membongkar.

b) Bermain konstruksi (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok

menjadi rumah-rumahan. Dll.

c) Bermain drama (dramatik play)

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan

saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya

d) Bermain bola, tali, dan sebagainya


2. Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan

mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain

aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.

Contohnya:

a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah

b) Mendengarkan cerita atau musik

c) Menonton televisi

d) Permainan tertentu. yang Biasanya dilakukan oleh anak usia

sekolah Adolesen.

E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada

keterampilan yang lebih majemuk.

4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. Jangan

memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

1. Usia 0 – 12 bulan

Tujuannya adalah :

- Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,

menggenggam.

- Melatih kerjasama mata dan tangan.


- Melatih kerjasama mata dan telinga.

- Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

- Melatih mengenal sumber asal suara.

- Melatih kepekaan perabaan.

- Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :

- Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

- Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

- Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

- Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

- Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan

Tujuannya adalah :

- Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

- Memperkenalkan sumber suara.

- Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

- Melatih imajinasinya.

- Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk

kegiatan yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan:

- Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

- Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.


- Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang

tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-

balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-

coret, krayon/pensil berwarna.

3. Usia 25 – 36  bulan

Tujuannya adalah ;

- Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

- Mengembangkan keterampilan berbahasa.

- Melatih motorik halus dan kasar.

- Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal

dan membedakan warna).

- Melatih kerjasama mata dan tangan.

- Melatih daya imajinansi.

- Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :

- Alat-alat untuk menggambar.

- Lilin yang dapat dibentuk

- Pasel (puzzel) sederhana.

- Manik-manik ukuran besar.

- Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

- Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan

Tujuannya adalah  :

- Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

- Mengembangkan kemampuan berbahasa.

- Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,

mengurangi.

- Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura

(sandiwara).

- Membedakan benda dengan permukaan.

- Menumbuhkan sportivitas.

- Mengembangkan kepercayaan diri.

- Mengembangkan kreativitas.

- Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).

- Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan

kasar.

- Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar

rumahnya.

- Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :

pengertian mengenai terapung dan tenggelam.

- Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :

- Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,

alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
- Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar

rumah.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu

c. Jenis kelamin

d. Lingkungan à lokasi, negara, kultur

e. Alat permainan à senang dapat menggunakan

f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. Tahap Perkembangan Bermain

a. Tahap eksplorasi:

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

b. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan

c. Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan

d. Tahap melamun

e. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit

1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana

2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis

3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien

4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien


5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak

6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

J. Hambatan Yang Mungkin Muncul

a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia

b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan

c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang

bersamaan.

K. Antisipasi hambatan

1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama

2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain

3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan

4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan

5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan

lainnya.

L. Cara Bermain Puzzel

1. Sediakan kertas puzzel bergambar

2. Bongkar kertas puzzel tersebut

3. Pasang kembali kertas puzzel sesuai pasangannya masing

4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu

5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya

6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas

puzzel di bongkar
BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan  : Terapi Bermain Pada Anak

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun

Tujuan                       : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Tanggal / Jam           : Hari / Tanggal        : 

Jam / Durasi            : Pkl. 09.00 sd selesai

Tempat Bermain       : 

Peserta                       : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah anak

prasekolah

- Anak usia 3 – 5 tahun

- Tidak mempunyai keterbatasan fisik

- Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

- Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari :

Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi keluarga

Target : 4 orang

Sarana dan Media

1. Sarana:

- Ruangan tempat bermain

- Tikar untuk duduk

2. Media:
- Gambar yang belum disusun

Pengorganisasian

Terapi akan diberikan oleh Mahasiswa kepada Anak didampingi oleh Dosen

pembimbing dan CI Lahan yang hadir pada saat pelaksanaan terapi, adapun susunan

nya sebagai berikut:

Leader        :

Observer       :

Fasilitator     :

Pembagian Tugas :

a. Peran Leader

- Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan

menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi

untuk mengekspresikan perasaannya

- Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau

mendominasi

- Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan

dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

b. Peran Fasilitator

- Mempertahankan kehadiran peserta

- Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

- Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar

maupun dari dalam kelompok


c. Peran Observer

- Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy

- Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

- Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy

- Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

Setting Tempat

Keterangan

L : Leader

F : Fasilitator

: Klien (Anak)

O : Observer

Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 menit Pembukaan : Menjawab salam

1. Leader membuka dan mengucapkan Mendengarkan

salam Mendengarkan

2. Memperkenalkan diri Mendengarkan dan

3. Memperkenalkan pembimbing saling berkenalan

4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan

dan anak saling berkenalan dengan Mendengarkan

temannya

5. Kontrak waktu dengan anak

6.      Mempersilahkan Leader


2 20 Kegiatan bermain :

menit 1. Leader menjelaskan cara permainan Mendengarkan

2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawabpertanyaan

bermain atau tidak

3. Menbagikan permainan Menerima permainan

4. Leader dan Fasilitator memotivasi Bermain

anak Bermain

5. Fasilitator mengobservasi anak Mengungkapkan

6. Menanyakan perasaan anak perasaan


3 5 menit Penutup :

1. Leader Menghentikan permainan Selesai bermain

2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan

3. Menyampaikan hasil permainan perasaan


4. Memberikan hadiah pada anak yang Mendengarkan

cepat menyelesaikan gambarnya dan Senang

bagus Senang

5. Membagikan souvenir/kenang-

kenangan pada semua anak yang Mengungkapkan

bermain perasaan

6. Menanyakan perasaan anak Mendengarkan

7. leader menutup acara Menjawab salam

8. Mengucapkan salam

Evaluasi

1. Evaluasi struktur yang diharapkan

- Alat-alat yang digunakan lengkap

- Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi proses yang diharapkan

- Terapi dapat berjalan dengan lancar

- Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik

- Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

- Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi hasil yang diharapkan

- Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu

gambar yang diwarnai, kemudian digantung

- Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik


- Anak merasa senang

- Anak tidak takut lagi dengan perawat

- Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

- Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang

mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak

tersebut, Salah satunya adalah puzzel. Menurut Patmonodewo (Misbach,

Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki

atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan

dengan bongkar pasang.

Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan

bahwa media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat

merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara

membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

B. Saran

1. Orang tua

Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak

agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat

dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan

tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap

diperhatikan.
2. Rumah Sakit

Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat

meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan

menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.

3. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi

dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap

tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak

dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai