Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi
gizi baik, gizi lebih, gizi kurang, dan gizi buruk. Pada status gizi buruk terbagi lagi
menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan (panjang badan). Status gizi balita
erat hubungannya dengan pertumbuhan anak. Oleh karena itu perlu suatu ukuran
sehingga tidak terjadi gizi kurang dan gizi buruk (Dewi, 2014 hal 15). Gizi kurang
merupakan keadaan tidak sehat yang timbul karena konsumsi energi dan protein
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah suatu kecukupan rata-
rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin,
ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2.150 kilo kalori dan 57 gram per orang per hari. Angka kecukupan gizi tersebut telah
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2013
proporsi konsumsi energi dari lemak penduduk Indonesia saat ini sekitar 25-
29% dari total konsumsi energi. Berdasarkan anjuran WHO tahun 2010
baik dan 35% dari anak-anak yang memiliki cacat perkembangan saraf. Salah
yaitu penurunan berat badan, perkembangan yang tidak konstruktif (Naser dan
anak, seperti pickiness (Amerika Serikat) dan faddiness (Inggris), yang berarti
suka memilih-milih makanan. Picky Eating atau hanya mau makanan tertentu
merupakan proses normal yang sering terjadi pada balita dan tidak akan
berlangsung lama. Anak sehat yang waktu makannya lebih lama dari 30 menit
bidang nutrisi klinis anak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
ketidakmampuan bayi atau anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan
alamiah.
Menurut Sudjatmoko (2011) ada empat pola makan pada anak yaitu
(1) menolak makan; (2) meminta jenis makanan tertentu, (3) makan hanya
Terdapat enam situasi makan yang merupakan bagian dari dinamika tumbuh
kembang anak yang normal yaitu (1) food jag (makan hanya satu jenis
makanan); (2) food strikers ( menolak apa yang disajikan dan minta makanan
yang lain); (3) tv habbit (akan makan bila menonton televisi); (4) the
complainers (selalu mengeluh apa yang disajikan); (5) white food diet (hanya
makan yang berwarna putih seperti roti, kentang , makaroni,atau nasi saja);
dan (6) takut mencoba makanan baru (Sudjatmoko 2011 hal 36).