Anda di halaman 1dari 7

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN

POSISI PELAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

Sartono Putro
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Kotak Pos 1 Pabelan Surakarta
sartono_putro@ums.ac.id

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki pulau serta pegunungan,
ada sejumlah daerah merupakan daerah terpencil yang tidak mendapatkan pasokan
energi listrik PT PLN Persero. Untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di daerah
tersebut dapat menggunakan sumber energi alternatif tenaga surya sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) . Penggunaan energi surya menjadi energi
listrik menggunakan sel surya banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kegiatan
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh lingkungan terhadap kinerja
PLTS.
Photovoltaic yang digunakan dalam pengujian ini type 50-110-210 buatan PT.
LEN Bandung. Pengujian PLTS dilakukan di Desa Ngiringin, Kecamatan Selogiri,
Kabupaten Wonogiri dengan melakukan pengukuran terhadap kelembaban udara,
temperatur, kecepatan angin, arah angin, arus dan tegangan keluaran sel surya.
Pengkuran dilakukan pada pukul 07:00-17:00 WIB dengan selang waktu 20 menit.
Hasil pengujian PLTS didapatkan bahwa temperatur lingkungan berbanding
lurus dengan arus listrik yang dihasilkan oleh sel surya, temperatur lingkungan
berbanding terbalik dengan kelembaban udara. Sedangkan besarnya tegangan listrik
yang dihasilkan oleh sel surya relatif stabil, untuk pengaruh kecepatan angin dalam
pengujian ini tidak memiliki dampak terhadap kinerja sel surya. Daya listrik
maksimal yang dihasilkan sel surya pukul 11:00-13:00 WIB memiliki prosentase
rata-rata harian modul surya sebesar 50,94%.

Kata Kunci: PLTS, Photovoltaic, Kelembaban Udara. Kecepatan Angin

PENDAHULUAN Photovoltaic (sel surya) merupakan


Indonesia adalah negara yang banyak sekali piranti yang dapat mengkonversi cahaya matahari
memiliki pulau serta pegunungan, ada sejumlah menjadi energi listrik. Energi surya adalah sumber
daerah merupakan daerah terpencil yang tidak energi yang dapat diperbaharui (renewable energi
mendapat pasokan energi listrik PT PLN Persero. resources) yang sangat potensial. Energi surya
Untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di dapat menghasilkan daya hingga 156.486 MW,
daerah tersebut dapat menggunakan sumber energi jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan
alternatif tenaga surya sebagai Pembangkit Listrik sumber energi terbarukan yang lainnya. Indonesia
Tenaga Surya (PLTS). merupakan negara yang terletak dalam jalur

28 Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan Posisi


Pelat Photovoltaic Horizontal, oleh Sartono Putro
khatulistiwa yang sepanjang tahun mendapatkan tangga, perkantoran atau pembangkit listrik
cahaya matahari yang berlimpah. sekala besar. Hal yang sama dikemukakan oleh
Pemanfaatan energi surya sebagai PLTS Rhazio (2007), bahwa sel surya merupakan
sangat diminati dan mulai dikembangkan diselu- komponen vital yang terbuat dari bahan
ruh pelosok negeri dengan melakukan banyak semikonduktor yang dapat mengkonversi energi
sekali penelitian serta pengujian. Ada beberapa surya menjadi arus listrik DC.
hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan Sementara itu Yushardi (2002), menje-
energi surya sebagai PLTS. Faktor-faktor yang laskan bahwa pada pagi hari pukul 6.00 WIB
mempengarui pengoptimalan energi surya men- tingkat kelembaban besar yaitu 88% dan terjadi
jadi energi listrik yaitu: pengaruh cuaca, kelem- pengembunan sambil menurunkan partikel-
baban, temperatur, posisi sel surya serta arah partikel padatan akibat polusi kendaraan ber-
angin yang terdapat pada permukaan sel surya. motor dan industri ke permukaan bumi, sehingga
Apabila ada yang menutupi lapisan luar sel surya, pada saat ini kondisi atmosfir mempunyai
maka cahaya yang akan diterima oleh semi kebeningan yang tinggi dan langit biru. Fenomena
konduktor akan berkurang dan akan berimbas tersebut mengakibatkan pada pagi hari yang
secara langsung terhadap proses konversi energi. cerah pukul 9.00 WIB sel surya memiliki efisiensi
Penelitian mengenaii efektifitas sel surya terbesar yaitu dengan efisiensi 10%. Pada siang
terhadap perubahan kecepatan angin, kelem- hari partikel partikel padatan akibat pulusi
baban, temperatur dan arah angin sangat diper- kembali ke angkasa, dengan meningkatnya
lukan. Hasil penelitian diharapkan didapatkannya temperatur udara gerakan partikel semangkin
referensi mengenai kemampuan sel surya dalam hebat, sehingga meningkatkan hamburan radiasi
menghasilkan energi listrik. surya yang masuk ke bumi. Hal ini mengakibat-
kan difusi ratio membesar dimana jumlah radiasi
TINJAUAN PUSTAKA difusi lebih besar radiasi langsung, dan efisiensi
Rotib (2007), mengemukakan bahwa sel surya pada pukul 12.00 WIB adalah sebesar
pemanfaatan energi cahaya matahari pada setiap 9%, lebih rendah dari pada pagi hari. Pada sore
zaman semakin meningkat seiring dengan hari akibat terjadi penguapan pada siang hari dan
pengetahuan yang kita dapatkan. Salah satu semakin meningkatnya partikel padatan polusi
pemanfaatan energi cahaya matahari adalah di udara, sehingga indek kecerahan terendah
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dimana tampak banyak awan. Selain itu radiasi
memanfaatkan energi foton cahaya matahari surya global sangat kecil, sehingga pada sore hari
menjadi energi listrik. Indonesia sendiri, sebuah sekitar pukul 17.00 WIB dengan efisiensi 3%,
negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa dan kemampuan sel surya menurun secara drastis.
menerima panas matahari yang lebih banyak
daripada negara lain, mempunyai potensi yang Landasan Teori
sangat besar untuk mengembangkan pembangkit Pudjanarsa dan Nursuhud (2006), menya-
listrik tenaga surya sebagai alternatif batubara takan, dengan mengambil sifat pancaran benda
dan diesel sebagai pengganti bahan bakar fosil, hitam suhu permukaan matahari dapat dihitung
yang bersih, tidak berpolusi, aman dan menggunakan rumus radiasi Stefan Boltzman:
persediaannya tidak terbatas.
Adapun prinsip kerja sel surya dijelaskan Daya radiasi surya per m 2 = σ × Tm4 ......... (1)
oleh Sungkar (2006), bahwa sel surya (photo- σ = 5,76 × 10 −80 W / m 2 K 4
voltaic cell) bekerja dengan menangkap sinar Daya radiasi surya total = 4πRm4 × σTm4 .......(2)
matahari oleh sel-sel semikonduktor untuk diubah
menjadi energi listrik. Sel-sel ini termuat dalam Tm = ( Rbm / R m )1 / 2 × ( S / σ ) = 5527 o C ..........(3)
panel-panel yang ukurannya dapat disesuaikan dengan,
dengan keperluannya, apakah untuk rumah R m = jari-jari matahari

MEDIA MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2008, 28 - 34 29


ISSN 1411-4348
Rbm = jarak antara bumi matahari IR = radiasi gelombang pendek.
S = rapat radiasi matahari
IDS = C × I DN × FSS ............................... (11)
Culp (1996), mengemukakan bahwa
bumi bergerak mengelilingi matahari dalam suatu dengan:
orbit yang berbentuk elips. C = Angka perbandingan antara difusi dengan
radiasi surya langsung yang jatuh pada
Waktu matahari rata-rata = permukaan.
[waktu standar setempat + {derajat timur 1 + cos β 2
dari meridian standar × (4menit)}] ......…(6) FSS =
2
Waktu surya nyata = Waktu matahari Energi listrik yang dihasilkan modul surya:
rata-rata + persamaan waktu …..............(7)
……....….......(12)
Sudut-sudut penting dalam perhitungan energi P = V × I .............................................(13)
surya meliputi:
dengan:
1. Sudut garis lintang L
f = effesiensi photovoltaic
2. Sudut deklinasi ä
3. Sudut jam H A = luas modul surya
cos â = Sudut datang matahari terhadap bi-
Sudut-sudut diatas dapat dihitung sebagai dang horizontal
berikut: V = tegangan listrik
I = arus listrik
sin â 1 = cos L cos ä cos H + sin L sin ä
METODE PENELITIAN
sin á 1 = ...........................( 8) Bahan dan Alat
Bahan pemelitian adalah cahaya matahari
Harga á 1 , â 1 didapatkan dari tabel posisi untuk menguji kinerja sel surya dalam mengkon-
matahari dan jumlah pancaran. Adapun intensitas versi menjadi energi listrik yang dilakukan pada:
radiasi normal langsung pada suatu hari yang 1. Lokasi: Dukuh Ngeringin No. 17 RT 02/VII
jernih dapat ditaksir dengan persamaan: Desa Keloron Wonogiri dengan letak
goeografis 7,8° LS, 110,2° BT.
IDN = Ae-(B/sin â) .................................... (9) 2. Tanggal: 7-16 Desember 2007.
Alat penelitian meliputi:
dengan: 1. Modul sel surya 50 Wp tipe 50-110-210.
A = Isolasi ekstraterestrial nyata 2. Pengukur waktu, arloji.
B = Koefisien kepunahan atmosfer 3. Multimeter Sanwa DT-830B.
4. Amperemeter Heles CR-52.
Arus energi surya total pada permukaan 5. Anemometer AM-4203.
bumi dari setiap orientasi dan kemiringan dengan 6. Humidymeter.
sudut insiden adalah:
Tahapan percobaan dilakukan sebagai
ITè = IDN cos è + IDS + IR ................(10) berikut:
1. Pastikan semua instalasi PLTS terpasang
dengan: dengan baik dan benar.
IDN cos è = komponen surya langsung 2. Pengukuran kelembaban udara
IDS = komponen difusi iradiasi surya 3. Pengukuran temperatur lingkungan.

30 Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan Posisi


Pelat Photovoltaic Horizontal, oleh Sartono Putro
4. Pengukuran kecepatan angin dan arah angin. 50 30
45
5. Pengukuran tegangan dan arus listrik 40
25

Temperatur ( C)

Tegangan (Volt)
35

0
20
keluaran dari modul surya. 30
25 15
6. Pengukuran dilakukan dengan interval waktu 20
15
10

20 menit mulai pukul 07.00-07.00 WIB. 10


5
5

0 0
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00

HASIL DAN PEMBAHASAN Jam (WIB)

Pengujian dilakukan sepuluh kali pada Temperatur Tegangan

kondisi cuaca yang berbeda yaitu: cuaca cerah, Gambar 4 Hubungan Temperatur Terhadap
berawan, dan hujan. Pada pembahasan ini Tegangan Listrik pada Pengujian I
ditampilkan satu hasil penelitian untuk masing-
masing kondisi cuaca. 75
70
65
60
55

Daya (Watt)
50
Kondisi cerah 45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jam (WIB)

Daya Pengujain Daya Perhitungan

Gambar 5 Daya Hasil Pengujian


dengan Daya Perhitungan Teoritis
pada Pengujian I.
Gambar 1. Perubahan Temperatur
dan Kecepatan Angin pada Pengujian I Kondisi mendung
50 3
45 50 3
50 100 45
40
Kecepatan Angin
Temperatur ( C)

45 90 40
35
o

Kecepatan Angin
Temperatur ( C)

40 80
Temperatur ( C)

30 35
Kelembaban (%)

2
o

35 70
0

25 30
30 60
20 25
25 1 50
15
20 40 20
10 1
15 30 15
5
10 20 10
0 0
5 10
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 5
0 0
Jam (WIB) 0 0
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jam (WIB)
Temperatur Kecepatan Angin Jam (WIB)
Temperatur Kelembaban
Temperatur Kecepatan Angin

Gambar 2. Perubahan Temperatur Gambar 6. Perubahan Temperatur


dan Kelembaban pada Pengujian I dan Kecepatan Angin pada Pengujian III

50 3.5
50 100
45 45 90
3
40 40 80
2.5
Temperatur ( C)

Temperatur (C)
Arus (Ampere)

Kelembaban (%)

35 35 70
0

2
30 30 60
1.5
25 25 50
1
20 20 40
0.5
15 15 30
10 0
10 20
5 -0.5
5 10
0 -1
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
0 0
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jam (WIB)
Jam (WIB)
Temperatur Arus
Temperatur Kelembaban

Gambar 3. Hubungan Tempeartur Gambar 7. Perubahan Temperatur


Terhadap Arus Listrik pada Pengujian I dan Kelembaban pada Pengujian III

MEDIA MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2008, 28 - 34 31


ISSN 1411-4348
50 3.5 50 100
45 3 45 90
40 40 80
2.5

Kelembaban (%)
Temperatur ( C)
35 70
Temperatur (0C)

35

Arus (Ampere)

0
2
30 30 60
1.5 25 50
25
1 20 40
20
0.5 15 30
15
0 10 20
10
5 10
5 -0.5
0 0
0 -1
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jam (WIB) Jam (WIB)

Temperatur Arus Temperatur Kelembaban

Gambar 8. Hubungan Tempeartur Gambar 12 Perubahan Temperatur


Terhadap Arus Listrik pada Pengujian III dan Kelembaban pada Pengujian V
50 30 50 3.5
45 45 3
40 25
40 2.5

Temperatur ( C)
Tegangan (Volt)

Arus (Ampere)
Temperatur ( C)

35 35

0
20 2
0

30 30
1.5
25 15 25
1
20 20
10 15 0.5
15
10 0
10
5 5 -0.5
5
0 -1
0 0
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jam (WIB)
Jam (WIB)
Temperatur Arus
Temperatur Tegangan

Gambar 9 Hubungan Temperatur Terhadap Gambar 13 Hubungan Tempeartur


Tegangan Listrik pada Pengujian III Terhadap Arus Listrik pada Pengujian V
75
70 50 30
65 45
60 25
40
55

Tegangan (Volt)
Temperatur ( C)

35
Daya (Watt)

50
0

20
45 30
40
35 25 15
30 20
25 10
20 15
15 10
10 5
5 5
0 0 0
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jam (WIB) Jam (WIB)

Daya Pengujian Daya Perhitungan Temperatur Tegangan

Gambar 10 Daya Hasil Pengujian dengan Gambar 14 Hubungan Temperatur Ter-


Daya Perhitungan Teoritis pada Pengujian III. hadap Tegangan Listrik pada Pengujian V

Kondisi Hujan 75
70
65
60
55
50
D aya (Watt)

50 3
45
45
40
40 35
Kecepatan Angin
Temperatur ( C)

35 30
2
o

25
30 20
25 15
20 10
1 5
15 0
10 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
5
Jam(WIB)
0 0
6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 Daya Pengujian Daya Perhitungan
Jam (WIB)

Temperatur Kecepatan Angin

Gambar 15 Daya Hasil Pengujian


Gambar 11. Perubahan Temperatur dengan Daya Perhitungan Teoritis
dan Kecepatan Angin pada Pengujian V pada Pengujian V.

32 Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan Posisi


Pelat Photovoltaic Horizontal, oleh Sartono Putro
Grafik hubungan kecepatan angin ter- 1. Temperatur akan mempengaruhi kelem-
hadap temperatur pada Gambar 1, Gambar 6, baban udara, semakin tinggi Temperatur
dan Gambar 11 menunjukkan bahwa pola udara maka kelembaban akan semakin
kecepatan angin selama waktu pengujian tidak rendah. Terlihat bahwa temperatur yang
memiliki kesamaan. Adapun pola perubahan tinggi dengan kelembaban udara yang rendah
temperatur memiliki kesamaan yaitu memiliki akan menghasilkan arus listrik yang besar
puncak pada pukul 11.00 s.d. 13.00 WIB. dan pada kelembaban yang tinggi pada
Temperatur akan terus menurun setelah pukul temperatur yang rendah akan menghasilkan
13.00 WIB. Fenomena ini sesuai dengan jarak arus listrik yang rendah. Kecepatan angin
antara surya dan bumi pada pukul 12.00 WIB dan arah angin tidak berpengaruh terhadap
memiliki jarak yang terpendek, sehingga energi kinerja sel surya sedangkan hubungan antara
radiasi surya yang diterima permukaan bumi kecepatan angin dan temperatur tidak
besar. Hubungan kelembaban dengan temperatur berpengaruh terhadap kinerja sel surya.
yang ditunjukkan pada Gambar 2, Gambar 7 2. Pada pengamatan yang dilakukan pada
dan Gambar 12 menunjukkan hubungan ber- Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan
banding terbalik. Pada kondisi temperatur ren- posisi plat photovoltaic yang dipasang
dah kelembaban tinggi sedangkan pada tem- horizontal memiliki kestabilan dalam
peratur yang tinggi akan menguapkan kelem- tegangan sedangkan arus yang dihasilkan
baban udara. modul surya relatif berubah-ubah. Arus
Gambar 3, Gambar 8, dan Gambar 13 terbesar yang di hasilkan Pembangkit Listrik
menunjukkan bahwa besarnya arus listrik ber- Tenaga Surya (PLTS) ini didapatkan pada
banding lurus dengan temperatur lingkungan. pukul 11.00-13.00 WIB dan hubungan
Kondisi ini terjadi pada cuara cerah, berawan dan antara daya hasil penelitian dan daya hasil
hujan. Ini berarti temperatur lingkungan merupakan perhitungan memiliki kecenderungan yang
faktor yang mempengaruhi keluaran arus listrik sama dengan prosentase rata-rata adalah
modul surya. Adapun tegangan listrik keluaran sebesar 50,94%. Dalam hal ini daya teoritis
modul surya tidak dipengaruhi oleh kondisi menggunakan asumsi langit cerah yang tidak
lingkungan seperti ditunjukkan pada Gambar 4, terdapat partikel yang merefleksikan radiasi
Gambar 9, dan Gambar 14. Daya listrik yang matahari serta tidak memperhitungan jenis
merupakan perkalian tegangan dan arus hasil sel surya yang digunakan sehingga terjadi
penelitian dan perhitungan teoritis menunjukkan perbedaan daya yang cukup besar dan pada
kemampuan kinerja atau efisiensi modul surya. dasarnya daya maksimal yang dapat
dihasilkan sel surya sebesar 50 Watt.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada PERSANTUNAN
pembangkit listrik tenaga surya dengan posisi plat Terimakasih kepada Bapak Agung Nur
sel surya tipe 50-110-210 yang dipasang horizontal, Muntaha, S.T. dan Saudara Amin Sholikin atas
maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: kerjasamanya dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Culp. Jr, AW., 1991, Prinsip-Prinsip Kenversi Energi, Erlangga, Jakarta.

Pudjanarsa, A., Nursuhud, D., 2006, Mesin Konversi Energi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

MEDIA MESIN, Vol. 9, No. 1, Januari 2008, 28 - 34 33


ISSN 1411-4348
Rhazio, 2007, Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Institut Sains & Teknologi, Jakarta. http://
rhazio.word press.com., maret 2008

Rotib, Widy, 2001. Aplikasi Sel Surya Sebagai Sumber Energi Alternatif; Dimensi Vol 4 No. 1
Juni 2001, Institute for Science and Technology Studies (ISTECS), Jepang. Diakses tanggal
20 september 2007 di istecs. http://istecs.org/Publication/Dimensi/dim_vol4no1_juni2001.
pdf

Sungkar, R., 2007, Energi Surya. Diakses 20 September 2007 di Griya Asri. http://griya-asri.com/
index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=168

Yushardi, 2002, Pengaruh Faktor Metereologi Terhadap Pola Efisiensi Tiap Jam harian Pada
Modul Sel Surya. Diakses tanggal 01-10-2007 di tumoutou. http://www.tumoutou.net/
702_05123/yushardi.DOC

34 Pengujian Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan Posisi


Pelat Photovoltaic Horizontal, oleh Sartono Putro

Anda mungkin juga menyukai