“THALASEMIA”
Disusun Oleh :
Kelompok 4
DOSEN PENGAMPU :
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar pustaka
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Thalasemia berasal dari kata yunani, yaitu talasa yang bearti laut. Yang
dimaksud dengan laut tersebut ialah laut tengah, karena penyakit ini
dikenal pertama kali didaerah sekitar laut tengah.penyakit ini pertama
sekali ditemukan oleh seorang dokter didetroit USA yang bernama
thomas. Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana
terjadinya kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah
sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).
(wiliams, 2005)
Gen thalasemia sangat luas tersebar, dan kelainan ini diyakini
merupakan penyakit genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi
utama meliputi daerah-daerah perbatan laut mediterania, sebagian
besar afrika, timur tengh, sub benua india, dan asia tenggara. Dari 3%
sampai 8% orang amerika keturunan italia atau yunani dan 0.5% dari
kulit hitam amerika membawa gen untuk thalasemia. Dibeberapa
daeah asia tenggara sebanyak 40% dari populasi mempunyai satu atau
lebih gen thalasemia.(kliegam.2012).
Faktor genetika ternyata menjadi pemicu thalasemia. Temuan
mengejutkan ini disampaikan tim penelitian dari lembaga biologi
molekuler eijkman setelah melakukan penelitian di Sumatera dan Nusa
Tenggara Timur (NTT). Penderita thalasemia diwilayah Sumatera
Utara cukup kecil, tapi di Sumatera Selatan bisa mencapai 15%.
Sementara di Sumba, NTT penderita thalasemia mencapai 36%.
Perbedaan jumlah ini cukup signifikan karena membuktikan kaitan
thalasemia dengan faktor genetika.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian thalasemia?
2. Apa etiologi thalasemia?
3. Apa patofisiologi thalasemia?
4. Apa saja manifestasi klinis / tanda dan gejala thalasemia?
5. Apa saja klasifikasi thalasemia?
6. Bagaimana Penatalaksaan thalasemia?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukakn?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu menjelaskan dan melaksankan asuhan keperawatan
pada penderita thalasemia
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep klinis thalasemia
b. Mampu melakukan pengkajian pada penderita thalasemia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penatalaksanaan Perawatan
a) Perawatan Umum : makanan dengan gizi seimbang
b) Perawatan Khusus : - transfusi darah - splenektomi -
pemberian roborania - pemberian desferioxamina -
transplantasi sumsum tulang
2. Penatalaksanaan Pengobatan
a) Penderita Thalasemia Akan mengalami anemia sehingga selalu
membutuhkan transfusi darah seumur hidup. Jika tidak maka
akan terjadi kompensasi tubuh untuk membentuk sel darah
merah.
b) Akibat transfusi berulang mengakibatkan penumpukan besi
pada organ tubuh yang terlihat dari luar menjadi hitam.
c) Akibat transfusi yang berulang, kemungkinan tertular penyakit
hepatitis B, dan HIV yang cenderung besar.
d) Karena Thalasemia merupakan penyakit genetik, maka jika dua
orang pembawa sifat Thalasemia menikah, mereka mempunyai
kemungkinan 25% anak normal, 50% anak pembawa sifat
Thalasemia minor, dan 25% pembawa mayor.
3. Penatalaksanaan Pencegahan
a) Pencegahan Primer
Penyuluhan sebelumnya perkawinan (marriage counselling)
untuk mencegah perkawinan diantara pasien Thalasemia agar
tidak mendapatkan keturunan yg homozigot.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami
istri dengan Thalasemia heterozigot salah satu jalan keluarnya
adalah inseminasi buatan dengan sperma berasal dari donor
yang bebas Thalasemia troit.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Thalassemia merupakan kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor
genetika, sehingga menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah
merah (hemoglobin) tidak berfungsi secara normal. Zat besi yang
diperoleh tubuh dari makanan sehaerusnya digunakan oleh sumsum
tulang untuk menghasilkan hemoglobin. Fungsi hemoglobin dalam sel
darah merah sendiri sangat penting, karena ia akan mengantarkan
oksigen dari paru-paru ke seluruh anggota tubuh.
Mereka yang mengidap thalassemia memiliki sedikit kadar
hemoglobin yang berfungsi dengan baik lebih. Oleh karena itu, tingkat
oksigen dalam tubuh pengidap thalassemia pun ikut rendah.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan bagi pembaca khususnya
mahasiswa/i keperawatan, hendaknya dapat menguasai materi
thalasemia. karna ini akan berguna untuk menambah wawasan kita
sebagai mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kliegman Behrman. (20012). Ilmu Keperawatan Anak edisi 15, Alih Bahasa
Indonesia, A.Samik Wahab. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif, Dkk. (2000). Kapita Selekta kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suriadi S.kep dan Yuliana Rita S.kep. (2001) Asuhan Keperawatan Anak,
Edisi 1. Jakarta : PT. Fajar Interpratama
BAB IV
A. PENGKAJIAN
I. Identitas pasien
Nama penderita : An. D
No. RM : 02 77 64 11 43
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & tanggal lahir : Palangkaraya, 11 Desember 2007
Umur : 13 tahun
Pekerjaan : SD
Alamat : Desa sumberkulan , jati tujuh,
Majalengka
Agama : islam
Diagnosa medis : thalasemia
Tanggal masuk : 04 desember 2020
Tanggal pengkajian : 05 desember 2020
VAKSI
DASAR (umur) ULANGAN (umur)
N
BCG 0 bulan 6 bulan - - - -
DPT/ DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - - -
Campak - 9 bulan - - - -
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -
Kesan : Imunisasi dasar pada pasien sudah lengkap, imunisasi ulangan
tidak dilakukan
h. Riwayat Makanan
BUAH/
Umur (Bulan) ASI/ PASI BUBUR SUSU NASI TIM
BISKUIT
0–2 ASI - - -
2–4 ASI - - -
4–6 ASI √ √ -
6–8 ASI √ √ -
8 – 10 ASI+PASI √ √ -
10-12 ASI+PASI √ √ √
Data Antropometri :
BB : 24 kg
TB : 122cm
Lingkar kepala : 50 cm
Lingkar dada : 72 cm
Lingkar lengan atas : 14 cm
Status Gizi :
BB/ U = 24/ 47x 100 % = 51,06 % (Gizi buruk)
TB/ U = 122/ 157x 100 % = 77,70 % (Tinggi kurang)
BB/ TB = 24/ 23x 100 % = 104,00 % (Gizi normal)
Status gizi diatas berdasarkan kurva CDC 2000, pasien
termasuk dalam kategori gizi baik. Dari ketiga parameter yang
digunakan diatas didapatkan gizi buruk untuk parameter BB/U dan
gizi baik untuk BB/TB, sedangkan untuk parameter TB/U
didapatkan tinggi kurang.
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA
Bentuk dan ukuran : Fascies Cooley
Rambut dan kulit kepala : Warna merah kecoklatan, rambut
tipis, halus, kulit kepala bersih,
rambut tidak mudah dicabut
Mata :Palpebra tidak tampak oedem,
konjungtiva tampak pucat, kornea
jernih,sklera kuning, pupil bulat
isokor, RCL +/+, RCTL +/+, mata
cekung (-), esotropi oculi dextra
Telinga : Normotia, sekret -/-, serumen +/-,
Hidung :Normosepti, sekret -/-, deviasi
septum (-), nafas cuping hidung (-)
Bibir : Warna merah muda, lembap
Mulut : Mukosa mulut lembab, stomatitis
aphtosa (-)
Gigi-geligi : hygiene baik
Lidah : Normoglotia, lembab, tidak ada
papil atrofi, lidah tidak kotor
Tonsil : T1-T1 tenang
Faring : tenang, uvula di tengah
LEHER :
tidak teraba kelenjar getah bening dan tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid, trakea ditengah
THORAKS
Dinding thoraks
I : bentuk dada datar, simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis
dan dinamis
PARU
I : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian yang
tertinggal, tidak terdapat retraksi
P : Vocal fremitus sama di kedua lapang paru
P: Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru kanan-hepar : setinggi ICS V linea
midklavikularis dextra
Batas paru kiri-gaster : setinggi ICS VII linea axillaris anterior
A: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-. Wheezing (-/-)
JANTUNG
I : Ictus cordis terlihat pada linea midclavicularis sinistra setinggi
ICS V
P : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra setinggi
ICS V
P : Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra setinggi
ICS III, IV, V
Batas kiri jantung : linea midklavikularis 1 jari ke
lateral sinistra setinggi ICS V
Batas atas jantung : linea parasternalis sinistra setinggi
ICS III
A: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (+), gallop (-)
ABDOMEN
I : buncit, tampak massa, tidak tampak pelebaran pembuluh darah
A : Bising usus (+)
P :Supel, turgor baik, splenomegaly schuffner 6, tepi tumpul,
permukaan licin, konsistensi padat dan tidak nyeri tekan.
P: pekak pada kuadara atas kiri dan kanan, bawah kanan, shifting
dullness (-)
ANUS
Tidak ada kelainan
GENITAL
Jenis kelamin perempuan
ANGGOTA GERAK
Akral hangat dan tidak terdapat oedem pada keempat ekstremitas
KULIT
Warna kulit sawo matang, agak pucat kekuningan, tidak ada
efloresensi bermakna.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks fisiologis : Biceps +/+ , Triceps +/+ , Patella +/+ ,
Achilles +/+
Refleks patologis : Babbinsky -/- , Chaddok -/- , Schaeffer -/- ,
Gordon -/- , Oppenheim -/-, Tanda rangsang meningeal (-)
V. DIAGNOSIS
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan komponen seluler yangdiperlukan untuk
pengiriman O2 ke sel.