NIM : 221122030639
KELAS : HUKUM 1 – B
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................................1
2. Pengertian Pancasila...............................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................5
3. Persatuaan indonesia....................................................................................................................7
KESIMPULAN:...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MAKNA
PANCASILA DALAM PROSES KONSEP DAN NILAI” dengan tepat
waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Nina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
PENYUSUN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara indonnesia, sehingga
dapatdiartikan kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan
ideologinegara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia,
sebagai dasarpemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan
bangsa dannegara.Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa
indonesia takkada yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiiri atas
berbagai dan sukubangsa dapat dipersatukan oleh pancasil. Itu sebabnya sering
kali pancasiladianggap sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba
menggulingkannya,akanberhadapan langsung dengan seluruh komponen-
komponen kekuatan bangsa dannegara indonesia.Sebagai dasar negara republi
indonesia ( way of life ), pancasila nilainilainya telah dimiliki oleh bangsa
indonesia sejak zaman dulu. Nilai –nilaitersebut meliputi nilai budaya, adat –
istiadat dan religiusitas yangdiimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jati
diri bangsa indonesia melekatkuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan
pandangan hidup. Tindak –tanduksert perilaku masyarakat nusantara sejak dahulu
kala telah tercermin dalam nilainilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik
indonesia berusaha merumuskan nilainilai luhur itu kedalam sebuah ideologi
bernama pancasila.
2. Pengertian Pancasila
Nama Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari dua kata, yaitu
'panca' yang berarti lima dan 'sil'a yang berarti prinsip atau asas. Hal itu berarti
ada lima pedoman penting rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kelima sila tersebut ialah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Setiap sila tersebut memiliki lambang yang terdapat dalam Burung Garuda.
Kelima simbol yang terdapat dalam Burung Garuda ialah bintang, rantai, pohon
beringin, kepala banteng, padi dan kapas.
1
Lihat Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta:Paradigma, 2004, hlm.89
1
Tak hanya itu, terdapat juga semboyan bertuliskan 'Bhinneka Tunggal Ika' pada
bagian pita yang dicengkeram oleh Garuda. Bhinneka Tunggal Ika jika
diterjemahkan memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Pancasila berasal dari kata 'panca' yang berarti lima dan 'sila' yang berarti sendi,
atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian,
Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah
laku yang penting dan baik.
3. Menurut Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan
dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
Definisi Pancasila diartikan sebagai sebuah filsafat negara yang tercipta untuk
menjadi ideologi kolektif demi kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia.
2
Nurcholish mengartikan pancasila sebagai modal untuk mewujudkan demokrasi
Indonesia, Pancasila memberi dasar dan prasyarat asasi bagi demokrasi dan
tatanan politik Indonesia, Pancasila menyumbang beberapa hal penting.2
BAB II
PEMBAHASAN
Causa materialis artinya asal mula bahan, artinya sebelum Pancasila dirumuskan
sebagai asas kehidupan bangsa, maka unsur-unsur Pancasila sudah ada sejak
zaman dahulu, yang dapat dilihat dari adat istiadat, kebudayaan, dan dalam
agama-agama.
2
Mohammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta:Djambatan,
1952, hlm.75.
3
2. Causa Formalis (asal mula bentuk)
Causal formalis artinya asal mula bentuk atau bangunan. Hal ini mengandung arti
bahwa pembentuk negara dalam hal ini adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
sebagai anggota BPUPKI bersama-samaanggota BPUPKI lainnya merumuskan
dan membahas Pancasila. Hal ini juga disebut sebagai asal mula tujuan.
Causa efisien atau asal mula karya mengandung arti bahwa sejak mulai
dirumuskannya, dibahas dalam sidang BPUPKI pertama dan kedua, juga dalam
rangka proses pengesahan Pancasila oleh PPKI yang menjadikan Pancasila
sebagai dasar filsafat negara pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai asal mula
karya. Juga di dalam Panitia Sembilan 22 Juni 1945 yang merumuskan Piagam
Jakarta yang memuat rancangan dasar negara Pancasila sebagai asal mula
sambungan.
Causa finalis atau asal mula tujuan yakni berkaitan dengan tujuan dirumuskannya
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Panitia Sembilan termasuk di
dalamnya Ir.Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, menyusun Piagam Jakarta
(Pembukaan UUD 1945) pertama kali dibentuk, dan yang memuat Pancasila.
Kemudian BPUPKI menerima rancangan tersebut dengan segala perubahannya.
Hal ini dimaksudkan agar Pancasila dijadikan dasar filsafat Negara Republik
Indonesia.
4
kebebasan kepada setiap individu namun dengan batasan yang bertanggung
jawab.
BAB III
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan spiritual, moral dan
etik. Salah satu ciri pokok dalam negara hukum Pancasila ialah adanya jaminan
terhadap kebebasan beragama (freedom of religion). Mochtar Kusumaatdja
berpendapat, asas ketuhanan mengamanatkan bahwa tidak boleh ada produk
hukum nasional yang bertentangan dengan agama atau menolak atau bermusuhan
dengan agama.Dalam proses penyusuan suatu peraturan perundang-undangan,
nilai ketuhanan merupakan pertimbangan yang sifatnya permanem dan mutlak.
Dalam negara hukum Pancasila tidak boleh terjadi pemisahan antara agama dan
negara, karena hal itu akan bertentangan dengan Pancasila. Kebebasan beragama
dalam arti positif, ateisme tidak dibenarkan. Komunisme dilarang, asas
kekeluargaan dan kerukunan. Terdapat dua nilai mendasar, yaitu pertama,
kebebasan beragama harus mengacu pada makna yang positif sehingga
pengingkaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak dibenarkan; kedua, ada
hubungan yang erat antara agama dan negara.
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan prinsip pertama dari dasar negara
Indonesia. Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara
menyatakan:
5
dengan tiada “egoisme agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara
yang ber-Tuhan”.
Agustus 1945, tidak mencantumkan tujuh kata yang ada dalam Piagam Jakarta,
yaitu “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi para pemeluk-
pemeluknya”.
Berdasarkan nilai Ketuhanan yang Maha Esa, maka negara hukum Pancasila
melarang kebebasan untuk tidak beragama, kebebasan anti agama, menghina
ajaran agama atau kitab-kitab yang menjadi sumber kepercayaan agama ataupun
mengotori nama Tuhan. Elemen inilah yang menunjukkan salah satu elemen yang
menandakan perbedaan pokok antara negara hukum Indonesia dengan hukum
Barat. Dalam pelaksanaan pemerintahan negara, pembentukan hukum,
pelaksanaan pemerintahan serta peradilan, dasar ketuhanan dan ajaran serta nilai-
nilai agama menjadi alat ukur untuk menentukan hukum yang baik atau hukum
buruk bahkan untuk menentukan hukum yang konstitusional atau hukum yang
tidak konstitusional.
Nilai Ketuhanan yang maha Esa menunjukkan nilai bahwa negara mengakui dan
melindungi kemajemukan agama di Indonesia. Negara mendorong warganya
untuk membangun negara dan bangsa berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Sila
pertama dari Pancasila, secara jelas ditindaklanjuti Pasal 29 ayat (1) UUD 1945
yang berbunyi negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketentuan ini
menjadi dasar penghormatan dasar untuk memperkuat persatuan dan
persaudaraan.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai adanya pengakuan adanya
kekuasaan di luar diri manusia yang menganugerahkan rahmat-Nya kepada
bangsa Indonesia, suatu nikmat yang luar biasa besarnya. Selain itu ada
6
pengakuan bahwa ada hubungan dan kesatuan antara bumi Indonesia dengan
3
Tuhan Yang Maha Esa, pengakuan bahwa ada hubungan dan kesatuan antara
bumi Indonesia dengan bangsa Indonesia dan adanya hubungan antara Tuhan
manusia-bumi Indonesia itu membawa konsekuensi pada pertanggung jawaban
dalam pengaturan maupun pengelolaannya, tidak saja secara horizontal kepada
bangsa dan Negara Indonesia, melainkan termasuk juga pertanggungjawaban
vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab membawa implikasi bahwa negara
memperlakukan setiap warga negara atas dasar pengakuan dan harkat martabat
manusia dan nilai kemanusiaan yang mengalir kepada martabatnya
3. Persatuaan indonesia
3
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2010, hlm.70.
7
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai bahwa Indonesia
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan Indonesia terkait
dengan paham kebangsaan untuk mewujudkan tujuan nasional. Persatuan
dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan
demi kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam pandangan Mochtar Kusumaatmadja,
nilai kesatuan dan persatuan mengamanatkan bahwa hukum Indonesia harus
merupakan hukum nasional yang berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia yang majemuk, semangat persatuan yang bersumber pada
Pancasila menentang praktik-praktik yang mengarah pada dominasi dan
diskriminasi sosial, baik karena alasan perbedaan suku, asal-usul maupun agama.
Asas kesatuan dan persatuan selaras dengan kenyataan bahwa Indonesia memiliki
keanekaragaman. Semangat persatuan Indonesia menentang segala bentuk
separatisme dan memberikan tempat pada kemajemukan.
Rakyat merupakan asal mula kekuasaan neagra. Maka itu, dalam sila 'kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan',
terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup
berbangsa dan bernegara. Nilai persatuan Indonesia bersumber pada asas
kedaulatan rakyat, serta menentang segala bentuk feodalisme, totaliter dan
kediktatoran oleh mayoritas maupun minoritas. Nilai persatuan Indonesia
8
mengandung makna adanya usaha untuk bersatu dalam kebulatan rakyat untuk
membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nilai
keadulatan rakyat menjadi dasar demokrasi di Indonesia. Nilai ini menunjuk
kepada pembatasan kekuasaan negara dengan partisipasi rakyat dalam
pengambilan keputusan. Nilai-nilai demokratik mengandung tiga prinsip, yaitu
pembatasan kekuasaan negara atas nama hak asasi manusia, keterwakilan politik
dan kewarganegaraan.
Kedudukan hak dan kewajiban yang sama, tidak boleh ada satu kehendak yang
dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum mengambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Musyawarah untuk
mencapai mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri
khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi
setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan
menerima dan melaksanakan dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab.
9
Dengan sikap yang demikian maka tidak ada usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain, juga untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup
bergaya mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum. Demikian juga dipupuk sikap suka kerja keras dan
sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai
kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai bahwa
setiap peraturan hukum, baik undang-undang maupun putusan pengadilan
mencerminkan semangat keadilan. Keadilan yang dimaksudkan adalah semangat
keadilan sosial bukan keadilan yang berpusat pada semangat individu. Keadilan
tersebut haruslah dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,
bukan oleh segelintir golongan tertentu.
Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai
dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur secara lahiriah maupun batiniah.
Penegakan hukum dan keadilan ini ialah wujud kesejahteraan manusia lahir dan
batin, sosial dan moral. Kesejahteraan rakyat lahir batin, terutama terjaminnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, rasa keamanan
dan keadilan, serta kebebasan beragama/kepercayaan. Cita-cita keadilan sosial ini
harus diwujudkan berdasarkan UUD dan hukum perundangan yang berlaku dan
ditegakkan secara melembaga berdasarkan UUD 1945.
4
Sunaryati Hartono, Pengertian Tentang Negara Hukum, Bandung: Alumni, 1973, hlm.
35.
10
Kesimpulan:
Pancasila sebagai dasar mengatur pemerintahan negara dan dasar untuk mengatur
penyelenggaraan negara harus dapat diinternalisasi dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,
Pancasila merupakan landasan filosofis yaitu pandangan hidup, kesadaran dan
cita-cita hukum.
Pengembangan negara hukum Indonesia pada masa yang akan datang harus lebih
bersifat substansial, yaitu menjamin terwujudnya negara berdasar atas hukum dan
perlindungan hak asasi manusia, menjamin terwujudnya kehidupan kenegaraan
yang demokratis, mempercepat terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dan menjamin terwujudnya pemerintahan yang layak. Dalam konteks
pengembangan negara hukum yang demokratis perlu dilakukan penataan
kelembagaan negara agar mampu mewujudkan tujuan bernegara,berdemokrasi
dan hukum
11
DAFTAR PUSTAKA
Suryana,Effendy & Kaswan, pancasila & ketahanan jati diri bangsa Bandung:
PtRefika Aditama,2015
12