Pembimbing:
Dr. Arroyan Wardhana Sp. THT-KL
Disusun oleh:
Zahra Aruma Puspita (1102016233)
Narti Rajak (1102015158)
Objective
Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan penyakit infeksi kronis yang mendunia
dan menyebabkan gangguan pendengaran serta penurunan kualitas hidup. Antibiotik sebagai
terapi utama seringkali tidak berhasil dan menyebabkan resistensi antibiotic sehingga diperlukan
agen alternatif lain untuk menangani hal ini. Antimikroba sintetis dan antibiofilm peptide
P60.4Ac menjadi hal yang menarik karena mempunyai efek anti inflamasi dan juga merupakan
agen penetralisir lipopolisaakrida. Tujuan dari penelitian iniadalah untuk menyelidiki keamanan
dan kemanjuran tetes ototopical yang mengandung P60.4Ac pada orang dewasa dengan OMSK
tanpa kolesteatoma.
Methods
Kami melalukan studi pada 16 subjek dengan cara acak, double blindd, placebo-
controlled, multicenter fase IIa pada 34 subjek. P60.4Ac yang terkandung dalam tetes ototopical
atau tetes plasebo diterapkan dua kali sehari selama 2 minggu. Efek samping dan penggunaan
obat dicatat. Tes laboratorium, swab dari telinga tengah dan tenggorokan untuk kultur bakteri,
dan audiometri dilakukan dengan interval hingga 10 minggu setelah terapi. Respon pengobatan
dinilai dengan blinded symptom scoring pada otoskopi.
Results
Effisiensi dan keamanan yang dinilai dalam penelitian ini memberikan justifikasi yang
meyakinkan untuk pengembangan klinis lanjutan dari P60.4Ac pada OMSK yang resistan
terhadap terapi.
INTRODUCTION
Otitis media adalah salah satu infeksi bakteri yang paling umum. Otitis media akut sangat
umum pada bayi dan anak kecil , sedangkan otitis media supuratif kronis (OMSK) dilaporkan
pada pasien dari segala usia. Meskipun OMSK merupakan penyakit multifaktorial, microbial
yang megandung toksin dan dinding sel tersusun oleh lipopolisakarida (LPS), peptidoglikan (PG)
dan asam lipoteichoic (LTA),yang dianggap penting dalam patogenesis. Sedangkan racun
bakteri secara langsung dapat merusak sel mukosa ,dan juga memicu reaksi inflamasi pada
telinga tengah. Kerusakan pada mukosa menyebabkan gangguan pada sistem pembersihan
mukosiliar dan ketidakmampuan dalam keseimbangan. Perkiraan global mengungkapkan bahwa
kejadian otitis media kronis di seluruh dunia sebesar 0,476%, yaitu sekitar 31 juta kasus setiap
tahun. Poin penting, OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan mengakibatkan
penurunan kualitas hidup. OMSK bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam
jiwa, seperti abses otak.
Antibiotik sistemik atau lokal atau agen anti-inflamasi (steroid kelompok III) sering
diresepkan untuk pasien OMSK. Sayangnya, manfaat antibiotik pilihan pertama semakin
terancam karena munculnya strain bakteri yang mulai resisten. Selanjutnya,kontribusi biofilm
terhadap kurangnya keberhasilan terapi pada infeksi telinga tengah telah dibuktikan pada otitis
media dengan efusi dan spesimen biopsi langsung bagian tengah mukosa telinga. Efek ini terkait
dengan kerusakan mekanisme pertahanan yang dimediasioleh sistem kekebalan endogen dan
antibiotik. Untuk alasan ini, jelas bahwa dibutuhkan terapi yang inovatif dalam OMSK.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai apakah P60.4Ac dalam tetes
ototopical dapat dengan aman dioleskan ke mukosa telinga tengah pasien OMSK. Tujuan
sekunder dari penelitian ini adalah untuk menilai kemanjuran P60.4Ac pada tetes ototopical
dalam memperbaiki aspek mukosa telinga tengah orang dewasa dengan OMSK tanpa
kolesteatoma dibandingkan dengan plasebo.
Sintesis dan persiapan obat tetes ototopical yang mengandung senyawa P60 4Ac
Asetilisasi N-terminal dan C-terminal peptide pada senyawa P604Ac. Kemurnian dari
senyawa peptide adalah> 95%, seperti yang ditentukan oleh kromatografi cairan. Peptide yag
telah di murnikan diliofilisasi dan kemudian disimpan pada suhu -20˚C. Batch ini dirilis untuk
penggunaan klinis oleh orang yang memenuhi syarat di Departemen Farmasi Klinis LUMC.
Senyawa peptide yang terkadung dalam obat tetes ototopikal dan placebo tidak bisa dibedakan
dalam penampilan, bau, viskositas, dan pengeemasan.
Studi populasi
Subjek direkrut dari Departemen Telinga Hidung Tenggorokan LUMC (THT / LUMC),
dan sembilan Rumah Sakit Belanda lainnya. Subjek dimasukkan dalam studi jika mereka
memenuhi kriteria berikut: usia : 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan; kompeten secara
hukum; memiliki diagnosis OMSK dengan perubahan mukosa proliferatif kronis> 6 bulan,
perforasi yang jelas pada membran timpani sehingga memungkinkan pemeriksaan yang tepat
mukosa telinga tengah; resisten terhadap terapi antibiotik, yang didefinisikan sebagai penerima
pengobatan yang memadai untuk OMSK minimal 2 periode dari total > 6 minggu dalam setahun
terakhir, dengan setidaknya dua periode.
Mayoritas subjek (80%) telah menjalani operasi untuk otitis media kronis dengan
keberhasilan terbatas. Kriteria eksklusi adalah kolesteatoma atau adanya rongga radikal pada CT-
scan) di telinga, pengguna obat penekan system imun, penggunaan antibiotik topikal,
kortikosteroid atau lainnya, tetes ototopical di salah satu telinga dalam 4 minggu sebelum studi
dimulai; Sindrom Down atau anomali kongenital lainnya pada saluran telinga luar, telinga
tengah, gangguan kekebalan; pusing parah atau sakit kepala parah, gangguan saraf wajah di sisi
telinga yang akan diobati, riwayat kehamilan.
Etik
Studi ini terdaftar di registri ISRCTN dengan ID studi ISRCTN2149720. Doi: 10.1186
/ISRCTN12149720. Protokol studi klinis (P02-216) dan protokol amandemen disetujui oleh
Komite Etik Independen (IEC) dari LUMC. Penelitian dilakukansesuai dengan Deklarasi
Helsinki. Dengan menandatangani formulir informed consent, maka subjek menyetujui
pengumpulan, penanganan dan penyimpanan sampel bahan / cairan tubuh ini untuk tujuan
penelitian ini.
Penemuan dosis dilakukan pada 16 subjek di fasilitas THT LUMC. Subjek dialokasikan
dalam urutan inklusi ke salah satu dari empat kelompok dengan dosis yang di naikkan yaitu 0,25,
0,5, 1,0 dan 2,0 mg / ml. Beberapa tetes (± 100 μl) diaplikasikan disaluran telinga dua kali sehari
(di pagi dan sore hari) oleh subjek. Subjek harus berbaring dengan telinga yang terkena
mengarah ke atas. Subjek harus tetap di posisi yang sama selama 3 menit agar tetesan dapat
diatur. Botol obat tetes telinga berisi hasil ramuan peptida atau plasebo disimpan pada suhu 4˚C
sampai 30 menit sebelum digunakan.kembali. Jumlah obat tetes telinga yang dibagikan dan
dikembalikan dicatat oleh apoteker LUMC atau orang yang ditunjuk. Berdasarkan hasil
kepatuhan ditemukan hasil sangat baik dan semua subjek menyelesaikan pengobatan dalam dua
minggu. Subjek dilihat oleh dokter penelitian di klinik saat skrining (minggu 0) dan pada minggu
1, 2, 4, 8 dan 12 untuk evaluasi keamanan dan kemanjuran tetes ototopical yang mengandung
P60.4Ac.
Studi ini dilakukan secara acak, double blinded, placebo-controlled, fase I dan II
multicenter. Studi disiapkan untuk dijalankan di 10 pusat di Belanda dengan pusatnya di THT
LUMC. Penelitian ini tidak diketahui oleh para peneliti dan personel medis lain yang
terlibatdalam perawatan subjek. Subjek diacak dan diobati dengan obat tetes ototopical yang
mengandung peptida (0,5 mg P60.4Ac / ml) atau hanya terdiri dari olasebo. Penerapan ototopical
Diasumsikan bahwa tingkat keberhasilan pada kelompok P60.4Ac adalah 60% dan kelompok
placebo 20%.
1. Keamanan.
Dalam 4 subjek, satu atau lebih kejadian berikut telah terjadi: efek samping yang parah
kejadian yang mengarah ke rawat inap subjek, tuli tiba-tiba atau peningkatan persepsi
gangguan pendengaran, pusing, gangguan saraf wajah atau sakit kepala parah.
2. Khasiat.
Evaluasi Keamanan
Perawatan ini dianggap berhasil jika mukosa telinga tengah rata dan kering (skor = 0)
atau ketika peningkatan >2 poin yang diamati pada inspeksi otoskopi dengan skor sebagai
berikut :
2: mukosa telinga tengah yang menebal, polipoid, kering atau keluarnya cairan
Selain itu, kuesioner kualitas hidup (QoL) berikut telah diisi: SF-36, survei telinga kronis
(CES) termasuk satu pertanyaan khusus studi tambahan (yaitu "Apakah menurut Anda
pengobatan itu efektif? ”) dan Kuesioner Persepsi Penyakit Singkat (IPQ-b).
Analisis Statistik
Semua data terdaftar berdasarkan subjek dan diringkas dengan menggunakan statistik
deskriptif termasuk rata-rata, deviasi standar, median atau frekuensi dan persentase yang sesuai.
Persentase subjek dengan keberhasilan pengobatan pada akhir penelitian dibandingkan antar
kelompok melalui uji pasti Fisher. Selain itu, dilakukan analisis pengukuran berulang varians
dilakukan dengan menggunakan skor hasil sebagai variabel dependen dan waktu (awal sampai
minggu 12) sebagai kovariat independen. Data SF-36 QoL dianalisis dengan membandingkan
skor rata-rata individu dan jumlah skor antar kelompok. Perbandingan statistik dilakukan dengan
cara yang persis sama seperti untuk variabel efikasi primer.