Anda di halaman 1dari 8

1.

Degradasi Protein

Penguraian dan sintesis protein terjadi secara terus menerus di jaringan tubuh. Asam amino
yang tidak langsung digabungkan ke protein baru dengan cepat diuraikan. Porsi utama rangka
karbon asam amino diubah menjadi zatzat antara amfibolik, sementara pada manusia, nitrogen
amino diubah menjadi urea dan diekskresi dalam urine.

Kerentanan suatu protein terhadap penguraian dinyatakan sebagai waktu paruh (t 1/2). Rentang
waktu paruh protein adalah 30 menit – 150 jam. Housekeeping enzyme memiliki waktu paruh di
atas 100 jam sedangkan enzim-enzim regulatorik kunci memiliki waktu paruh setengah sampai
dua jam. Sekuens PEST, regio-regio yang kaya prolin (P), glutamat (E), serin (S), dan treonin
(T), membuat beberapa protein menjadi target penguraian cepat. Protein dalam sel dihidrolisis
oleh protease intraselular dan peptida-peptida yang terbentuk diputus oleh endopeptidase serta
asam aminonya dikeluarkan oleh aminopeptidase dan karboksipeptidase.

Penguraian protein terbagi menjadi dua, yang tidak menggunakan ATP dan yang
menggunakan ATP dan ubiquitin. Contoh yang tidak memerlukan protein adalah penguraian
glikoprotein darah, yang mana terjadi setelah lenyapnya gugus asam sialat dari ujung-ujung
nonreduktif rantai oligosakaridanya. Asialoglikoprotein kemudian mengalami internalisasi oleh
reseptor asialoglikoprotein sel hati dan diuraikan oleh protease lisosom. Protein-protein
ekstraselular, protein yang terikat-membran, dan protein intraselular yang berumur panjang
diuraikan di lisosom melalui proses-proses yang tidak memerlukan ATP.

Penguraian protein yang menggunakan ubiquitin dan ATP terjadi di sitosol, contohnya
protein regulatorik yang berumur pendek dan abnormal atau misfolded. Ubiquitin adalah suatu
polipeptida kecil yang menargetkan protein intraseluler untuk diuraikan. Molekul-molekul
ubikuitin melekat melalui ikatan non-α peptida yang terbentuk antara terminal karboksil
ubikuitin dan gugus ε-amino residu lisil di protein sasaran. Residu yang ada pada terminal amino
menentukan terjadinya ubiquitinasi. Terminal amino Met atau Ser memperlambat ubiquitinasi,
sedangkan Asp atau Arg mempercepat ubiquitinasi. Protein juga dapat mengalami
poliubiquitinasi (penempelan empat atau lebih ubiquitin, dikatalisis ligase).
Kemudian protein yang sudah ditargetkan untuk tersebut diuraikan dalam proteasome
(makromolekul yang tersusun atas kompleks silindris protein). Proteasome terdiri dari cincin
bertumpuk yang membentuk pori di tengah yang menjadi situs aktif proteolitik. Jadi untuk
mengalami degradasi, protein harus masuk ke pori pusat melalui jalan masuk yang diatur dua
cincin luar yang mengenali protein yang mengalami poliubiquitinasi.
Pemeliharaan konsentrasi stabil asam amino plasma dalam darah di antara waktu makan
bergantung pada keseimbangan neto antara pembebasan asam amino dari simpanan protein
endogen dan penggunaannya oleh berbagai jaringan. Otot membentuk lebih dari setengah semua
asam amino bebas dan hepar adalah tempat enzim siklus urea yang penting untuk pembuangan
kelebihan nitrogen. Otot dan hepar memiliki peran penting dalam mempertahankan kadar asam
amino plasma dalam sirkulasi.
Biosintesis urea berlangsung dalam empat tahap, yaitu transaminasi, deaminasi oksidatif
glutamat, transpor amonia, dan reaksi siklus urea. Ekspresi RNA semua enzim siklus urea di
hepar meningkat beberapa kali lipat pada saat kelaparan, membantu menambah degradasi protein
untuk memberi energi.
Reaksi-reaksi transaminasi saling mengonversi pasangan-pasangan asam α-amino dan
asam α-keto yang bersifat reversible. Alanin-piruvat aminotransferase (alanin aminotransferase,
EC 2.6.1.2) dan glutamat α ketoglutarat aminotransferase (glutamat aminotransferase, EC
2.6.1.1) mengatalisis pemindahan gugus amino ke piruvat (membentuk alanin) atau ke α
ketoglutarat (membentuk glutamat). Masing-masing aminotransferase bersifat spesifik untuk satu
pasangan substrat, tetapi tidak spesifik untuk pasangan lain. Karena alanin juga merupakan
substrat untuk glutamat aminotransferase, nitrogen α-amino dari semua asam amino yang
mengalami transaminasi dapat terkonsentrasi dalam glutamate, yang mana L-glutamat merupakan
asam amino yang memiliki laju deaminasi oksidatif paling cepat di mamalia.

Dengan begitu, L-glutamat dehydrogenase hepar (GDH) yang mengatalisis pemindahan


nitrogen amino ke α-ketoglutarat membentuk L-glutamat merupakan enzim yang berperan sentral
pada metabolisme nitrogen. GDH melepaskan nitrogen ini sebagai ammonia dengan
menggunakan NAD+ atau NADP+ (transdeaminasi). Aktivitas enzim ini dihambat secara
alosterik oleh ATP, GTP, dan NADH serta diaktifkan oleh ADP.

Asam L-amino oksidase di hati dan ginjal mengubah asam amino menjadi suatu asam α-
imino yang mengalami dekomposisi menjadi asam α-keto disertai pembebasan ion arnonium.
Flavin tereduksi mengalami reoksidasi oleh oksigen molekular, dan membentuk hidrogen
peroksida (H2O2), yang kemudian terurai menjadi O2 dan H2O oleh katalase, EC 1.11.1.6.

Pembentukan glutamin dikatalisis oleh glutamin sintase mitokondria. Glutamin dapat


dihidrolisis oleh glutaminase membetuk kembali glutamate. Reaksi yang serupa juga terjadi pada
asparginase.

Sintesis 1 mol urea memerlukan 3 mol ATP, masing-masing 1 mol ion amonium, 1 mol
aspartat, serta menggunakan lima enzim. Dari enam asam amino yang ikut serta, hanya N-
asetilglutamat yang berfungsi sebagai aktivator enzim. Asam amino lain berfungsi sebagai
pembawa atom yang akhirnya menjadi urea. Peran metabolik utama ornitin, sitrulin, dan
argininosuksinat pada mamalia adalah sintesis urea.
2. Jawab Anmal

a. Apa sumber protein dan peran protein dalam tubuh? Apa dampak bagi tubuh jika
kekurangan protein?
Protein berperan sebagai komponen structural utama pada otot dan jaringan tubuh lainnya.
Protein juga digunakan untuk menghasilkan hormone, enzim, dan hemoglobin. Protein juga
dapat dijadikan energy meski bukan pilihan sumber energy utama.
b. Bagaimana hubungan pemberian makanan protein tinggi terhadap kasus?

Pemberian protein yang tinggi akan meningkatkan katabolisme (breakdown) untuk menghasilkan
asam amino sehingga dapat diedarkan melalui sirkulasi ke jaringan di tubuh untuk keperluan
metabollisme jaringan (sintesis protein). Asam amino esensial yang terkandung dalam diet
protein tinggi juga penting untuk metabolism.

Referensi:

Rodwell, V.W. et al. 2015. Biokimia Harper. Jakarta: EGC

Hoffman, Jay R., Falvo, Michael J. 2004. Protein – Which is Best?. Journal of Sports Science &
Medicine, 3 (3): 118 – 130. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3905294/

Anda mungkin juga menyukai