Anda di halaman 1dari 206

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

Disusun Oleh:

NAMA NIM

ARYA TANDHIKA 1707025040


AYU NOVIANTHY 1707025045
VIVIT AULIA RUSADY 1707025013
ZULFIKA RAHMAWATI 1707025041

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN PERKEMBANGAN MOLEKULER


HEWAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

Disusun Oleh:

NAMA NIM

ARYA TANDHIKA 1707025040


AYU NOVIANTHY 1707025045
VIVIT AULIA RUSADY 1707025013
ZULFIKA RAHMAWATI 1707025041

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN PERKEMBANGAN MOLEKULER


HEWAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Disusun Oleh:

NAMA NIM
ARYA TANDHIKA 1707025040
AYU NOVIANTHY 1707025045
VIVIT AULIA RUSADY 1707025013
ZULFIKA RAHMAWATI 1707025041

Laporan akhir praktikum Biologi Dasar ini telah diserahkan di Samarinda pada
tanggal 18 Desember 2017, dan telah memenuhi syarat.

Menyetujui,
Asisten I Asisten II

Dwikie Setiawan Nova Dami Yana


NIM. 1407025 NIM. 1007025103

Dosen Pengampu II,

Eko Kusumawati, S.Si. M.P


NIP. 19820413 201212 2 001
Dosen Pengampu I,

Rudy Agung N., S.Si, M.Si, Ph.D


NIP: 19730725 200012 1 001

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Fisiologi, Perkembangan dan Molekuler Hewan

Rudy Agung N., S.Si, M.Si, Ph.D


NIP: 19730725 200012 1 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat-Nya Laporan Akhir Biologi Dasar ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam berjalannya praktikum ini penulis tidak lupa juga mengucapkan


terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing dan semua asisten
Praktikum Biologi Dasar yang telah banyak membantu kami selama praktikum
berlangsung dan dalam pengerjaan laporan ini. Kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam pengerjaan laporan ini, maka dari itu sangat diharapkan
kritik dan saran yang membangun agar laporan kami ini dapat terselesaikan
dengan sempurna.

Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila terjadi
kesalahan dalam penulisan kata atau kalimat.

Samarinda, 18 Desember 2017


Penyusun

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ACARA I
PENGENALAN MIKROSKOP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya mata memiliki batasan untuk melihat sesuatu. Mata manusia tidak
dapat melihat benda-benda yang berukuran mikro dan tidak bisa melihat struktur
dari benda-benda yang berukuran mikro. Sehingga diperlukan alat bantu yang bisa
mengatasi masalah tersebut. Seiring berkembangnya teknologi apa yang tidak bisa
dilihat oleh mata secara langsung dapat dilihat dengan jelas menggunakan sebuah
alat, yaitu mikroskop. Mikroskop digunakan hampir diseluruh laboraturium yang
ada di dunia untuk melihat organisme-organisme yang sangat kecil.
Bapak mikroskop yang bernama Antony Van Luenhouk merupakan orang
pertama yang menemukan mikroskop dalam bentuk sederhana. Kemudian pada
tahun 1600 Zachrias Janseen menemukan mikroskop dalam bentuk yang lebih
canggih dengan nama mikroskop ganda. Mikroskop dibagi berdasarkan sumber
cahayanya menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Keduanya berbeda
dalam prinsip yang mendasari perbesaran mikroskop cahay yang semuanya
menggunakan lensa optis, mencakup mikroskop: Medan terang , medan gelap,
fluoresensi dan kontrasfase. Mikroskop elektron menggunakan berkas elektron
sebagai pengganti gelombang cahaya untuk memperoleh bayangan yang
diperbesar. Dalam pembagiannya, mikroskop terentu digunakan tergantung pada
objek-objek yang ingin diamati Berdasarkan kegiatan pengamatannya mikroskop
cahaya dibagi menjadi dua yaitu mikroskop monokuler dan mikroskop binokuler.
Mikroskop monokuler hanya memiliki sattu lensa okuler, sedangkan mikroskop
binokuler memiliki dua lensa okuler.

Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop


memeiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop
cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa
kondensor.Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung
mikroskop,membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler
1.2 Tujuan Praktikum
 Untuk mengetahui fungsi dari lensa okuler pada praktikum mikroskop
 Untuk mengetahui fungsi dari kepala binokuler
 Untuk mengetahui fungsi dari revolver.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MIKROSKOP

Robert hooke menulis buku “micrographia”th.1665. dia berpendapat bahwa


adanya sel atau pori ketika melihat adanya irisan kayu dibawah mikroskop yang
dia kembangkan sendiri pertama kali dalam biologi. Mikroskop buatannya itu
disebut mikroskop sederhana, karena lensanya masih satu. Daya membesarkannya
pun hanya 30 X. Robert hooke menyebut bagian-bagian tumbuhan itu dengan
sebutan sel. Karena nampak atau terlihat seperti kamar-kamar kecil,yang berasal
dari kata cella dari bahasa latin yang artinya lubang (Wildan, 2003).

Sel sel atau pori itu menurut hooke berisi cairan kental.Antonie van
leeuwenhoek (1674), secara terpisah membuat mikroskop sederhana pula, dan
dipergunakannya untuk melihat mikroba (jasad renik) dalam air, serta bagian-
bagian yang mungkin terkandung dalam suatu cairan tubuh makhluk hidup.
karena itu dia dijuluki sebagai bapak Mikrobiologi. Seperti halnya Robert hooke,
leeuwenhoek juga membuat mikroskop yang digolongkan kepada mikroskop
sederhana, karena lensanya hanya satu. Lensa mikroskop modern terdiri dari dua
macam, sehingga disebut dengan mikroskop gabungan. (Wildan,2003).

Dalam pengembangannya mikroskop dibagi menjadi 2 macam yaitu mikroskop


cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya (MC) mempergunakan
pancaran cahaya untuk membuat bayangan benda yang dibesarkan, sedangkan
mikroskop elektron (ME) mempergunkan pancaran elektron untuk membuat
bayangan benda itu. Prinsip kedua macam mikroskop itu diuraikan pada begian
berikut ini. Yang biasa dipakai mahasiswa dan peneliti di laboratorium. Sumber
cahaya untuk menerangi objek bisa dari sinar alam (cahaya matahari) langsung,
bisa pula dari lampu listrik yang dipasang dibawah objek. Perbesaran 100 sampai
1000 X (Wildan,2003).

Dipakai untuk melihat sel atau makhluk renik yang masih hidup dan segar,atau
juga yang sudah mati dan dibuat sedien melalui proses mikroteknik. Bagian-
bagian sel dan organel dapat dibedakan berdasarkan kadar atau macam-macam zat
warna yang diserap, yang diberikan waktu untuk memproses mikrotekniknya.
Mikroskop biasa, prinsipnya ditemukan oleh Hans dan Zaccharias janssen (1590),
mempergunakan cahaya sebagai pemantul bayangan objek. Mikroskop ini
memiliki kombinasi 2 lensa yaitu lensa objektif dan okuler (Wildan,2003).

Kekuatan membedakan (resolving power) mata orang 0,1 mm. Mikroskop


selain dapat membedakan juga dapat memperbesar bayangan suatu benda, dan
pembesaran tersebut tergantung pada daya pembadaan itu. Objek yang kurang dari
½ panjang gelombang cahaya tidak dapat dibedakan dalam mikroskop biasa.
Panjang gelombang cahaya rata-rata 5500 A (1A = 10 -7 mm). Karena itu lensa
objektif tidak dapat membedakan perbedaan objek dengan diameter kurang dari
2750 A. Umumnya mikroskop cahaya sekarang mampu membantu mata orang
untuk melihat benda sebesar 0,0001 mm, dengan mempergunakan fase kontras
atau minyak emersi (Wildan,2003).

Karena kemampuan mata melihat setiap orang berbeda-beda dari 0,1 sampai
dengan 0,10 mm , maka daya membesarkan mikroskop biasa adalah 1000 X .
besar sel rata-rata 0,1 sampai 100 um (1 um ( mikrometer ) = 10 -3 mm ) ,
sedangkan bahan-bahan dalam ukuran seringkali berukuran um. bahkan juga ada
yang dalam ukuran nm (nanometer; 1 nm = 10 -6 mm). Karena itu sel dengan
bagian-bagian kasar dapa dilihat dengan mikroskop biasa, tetapi bahan-bahan
yang halus dan terinci ,tetapi harus dilihat dengan mikroskop elektron.
(Wildan,2003).

Kedua kategori mikroskop yang ada yaitu, mikroskop cahaya (atau optis) dan
(mikroskop elektron). Keduanya berbeda dalam prinsip yang mendasari
perbesaran mikroskop cahay yang semuanya menggunakan lensa optis, mencakup
mikroskop: Medan terang , medan gelap, fluoresensi dan kontrasfase. Mikroskop
elektron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti gelombang cahaya
untuk memperoleh bayangan yang diperbesar. Dalam pembagiannya, mikroskop
terentu digunakan tergantung pada objek-objek yang ingin diamati
(Michael,2007).
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk
benda yang berukuran relatif besar. Mikroskop stereo mempunyai perbesaran 7
hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara
tiga dimensi. Komponen utama mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop
cahaya (Champbell, 2000). Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk
mendeteksi benda asing atau antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam
jaringan. Dalam teknik ini protein antibodi yang khas mula-mula dipisahkan dari
serum tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna pendar.
Karena reaksi antibodi-antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akan
terjadi apabila antigen yang dimaksud ada dan dilihat oleh antibodi yang ditandai
dengan pewarna pendar (Volk, 1984).

Bagian-Bagian Optik adalah sebagai berikut :

 Lensa Okuler, yaitu lensa yang terdapat di bagian ujung atas tabung pada
gambar, pengamat melihat objek melalui lensa ini. Lensa okuler berfungsi untuk
memperbesar kembali bayangan dari lensa objektif. Lensa okuler biasanya
memiliki perbesaran 6, 10, atau 12 kali.

 Lensa Objektif, yaitu lensa yang dekat dengan objek. Biasanya terdapat 3 lensa
objektif pada mikroskop, yaitu dengan perbesaran 10, 40, atau 100 kali. Saat
menggunakan lensa objektif pengamat harus mengoleskan minyak emersi ke
bagian objek, minyak emersi ini berfungsi sebagai pelumas dan untuk
memperjelas bayangan benda, karena saat perbesaran 100 kali, letak lensa dengan
objek yang diamati sangat dekat, bahkan kadang bersentuhan.

 Kondensor, yaitu bagian yang dapat diputar naik turun yang berfungsi untuk
mengumpulkan cahaya yang dipantulkan oleh cermin dan memusatkannya ke
objek.

 Diafragma, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya


cahaya yang masuk dan mengenai preparat.
 Cermin, yaitu bagian yang berfungsi untuk menerima dan mengarahkan
cahaya yang diterima. Cermin mengarahkan cahaya dengan cara memantulkan
cahaya ter. Bagian-Bagian Mekanik (Non-Optik) adalah sebagai berikut :

 Revolver, yaitu bagian yang berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa


objektif yang diinginkan.

 Tabung Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi untuk menghubungkan


lensa objekti dan lensa okuler mikroskop.

 Lengan Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi untuk tempat pengamat


memegang mikroskop. 8 Politeknik Negeri Sriwijaya Laporan Akhir.

 Meja Benda, yaitu bagian yang berfungsi untuk tempat menempatkan


objek yang akan diamati, pada meja benda terdapat penjepit objek, yang menjaga
objek tetap ditempat yang diinginkan.

 Makrometer (pemutar kasar), yaitu bagian yang berfungsi untuk


menaikkan atau menurunkan tabung secara cepat untuk pengaturan mendapatkan
kejelasan dari gambaran objek yang diinginkan.

 Mikrometer (pemutar halus), yaitu bagian yang berfungsi untuk


menaikkan atau menurunkan tabung secara lambat untuk pengaturan mendapatkan
kejelasan dari gambaran objek yang diinginkan.

 Kaki Mikroskop, yaitu bagian yang berfungsi sebagai penyagga yang


menjaga mikroskop tetap pada tempat yang diinginkan, dan juga untuk tempat
memegang mikroskop saat mikroskop hendak dipindahkan (Rahman,2015).

A. Mikroskop fluoresensi

Mikroskop ini memiliki sumber cahaya khusus dari yang bergelombang .yang
digunakan pada mikroskop ini adalah sinar ultraviolet (UV).jika cahaya menyinari
objek berbinar (fluoresen),akan dipantulkan sebuah cahaya dengan gelombang
lebih panjang karena itu kalau dilihat dari bawah mikroskop karena itu kalau
dilihat dibawah mikroskop organel atau bagian sel yang berbinar itu tampak jelas
dan yang lain berwarna gelap (Wildan,2003).
Dalam mikroskop fluoresensi yang berbinar secara ilmiah ialah vitamin
A,vitamin B2,Profirin. Banyak senyawa kimia yang diserap oleh kandungan-
kandungan sel sehingga membuatnya lebih berbinar.berbinaran ini disebut
berbinaran buatan, yang berbinar buatan ini adalah ADN dan ARN. Mikroskop
ini digunakan untuk menemukan sel kanker, karena pada sel sel sepertti ini kadar
ADN yang dikandung sangat tinggi sehingga warna berbinar inti sel sangat
mencolok dibandingkan dengan sel normal. Mikroskop fluoresensi juga dipakai
untuk menetapkan suatu sel mengandung kromosom Y (penentun jenis kelamin
jantan) atau tidak (Wildan,2003).

B. Mikroskop fase-kontras

Bagian-bagian sel yang tidak diwarnai secara mikroteknik dapat dibedakan


dibawah mikroskop,kalau cahaya yang datang menuju kimia objek membuat
pembiasaan berbeda-beda. Organel biasanya memiliki indeks bias berbeda-
beda,karena itu dapatlah dibedakan mikroskop. Pembiasaan cahaya yang berbeda
beda ini dilaksanakan oleh suatu sistem optik khusus. Mikroskop yang memiliki
sistem optik ini disebut mikroskop fase-kontras. Mikroskop jenis ini cocok untuk
mengamati sel hidup atau sel pertanaman (Wildan,2003).

C. Mikroskop polarisasi

Mikroskop ini adalah jenis mikroskop yang mengandung prisma nicol dari
kalsit atau balsam,yang membuat cahaya datang ke objek di polarisasi.polaroid
kini mulai banyak digunakan untuk menggantikan prisma nicol.benda objek atau
bersegi-segi dapat dilihat dibawah mikroskop ini. Mikroskop ini juga dapat
digunakan untuk mengamati sel tulang, dinding sel tumbuhan, serat kolagen, otot,
saraf, cilia, dan flagella. Mikroskop ini dapat digunakan untuk mengamati butiran
dan tepung lemak yang dikandung sel. selain mikroskop elektron dapat digunakan
sebagai pemantul bayangan suatu objek karena elektron tidak dapat dengan mata
karena bayangan objek diterima layar fluoresen (berbinar) atau film potret. Dari
situlah mata baru dapat mengamati objek-objek yang ingin dilihat (Wildan,2003).
Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop
memeiliki kaki yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop
cahaya memiliki tiga dimensi lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa
kondensor.Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung
mikroskop,membentuk bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler)
(Wildan,2003).

  Pada ujung bawah mikroskop terdapat dudukan lensa obektif yang bias


dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja
mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah
kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa mikroskop yang
lain.Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih barasal dari sinar
matahari yang dipantulkan oleh suatu cermin dataar ataupun cukung yang terdapat
dibawah kondensor. Cermin akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam
kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapai lampu sebagai pengganti
cahaya matahari. Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama.
Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah
specimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai
dua benda yang terpisah.Lensa okuler,merupakan lensa likskop yang terdpat
dibagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfugsi
untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif. Perbesran
bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-25 kali.Lensa kondensor berfungsi
untuk mendukung terciptanya pencahayaan padda objek yang akan difokus,
sehinga pengaturnya tepat akan diperoleh daya pisah maksimal, dua benda
menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop
kurang baik (Wildan,2003).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum Biologi Dasar I tentang Mikroskop dilaksanakan pada hari
Senin,9 Oktober 2017 pada pukul 09.30-11.30 WITA di Laboratorium Fisiologi
Perkembangan dan Molekuler Hewan ,Gedung C , lantai 2, Fakultas Matematika
dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Mikroskop ( Prima star ZEISS made in Germany)

 Kaca obyek (object glass)

 Kaca penutup (cover glass).

3.2.2 Bahan
 Kertas dengan tulisan huruf A dan a

3.3 Cara Kerja


 Disiapkan Mikroskop dalam keadaan baik dan bersih.

 Diposisikan Mikroskop sesuai dengan Prosedur yang asisten arahkan.

 Disambungkan kabel penghubung mikroskop ke stop kontak listrik.

 Dinyalakan sakelar mikroskop, dan dihidupkan 3 lampu sebagai tanda


mengatur cahaya mikroskop yang akan digunakan.

 Disiapkan Bahan yaitu potongan kertas huruf “A” dan “a”.

 Diletakkan potongan kertas berhuruf “A” pada kaca obyek dan ditutup
dengan kaca penutup.

 Diamati dengan perbesaran (4 X 10).

 Diamati bayangan yang terjadi pada kertas huruf “A” dan bayangan yang
dihasilkan yaitu maya ,terbalik dan diperbesar.
 Sambil diamati ke dalam lensa okuler, digeser preparat dari kiri ke kanan
dan dari atas ke bawah untuk memfokuskan objek yang ingin diteliti.

 Jika lensa telah telah fokus sesuai dengan perbesaran yang diinginkan
maka objek yang ingin diamati akan terlihat jelas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Gambar 4.1 Mikroskop

Keterangan:
1. Lensa okuler
2. Kepala binokuler
3. Revolver
4. Pengunci tabung tubus
5. Lensa objektif
6. Penjepit preparat
7. Meja preparat
8. Kondensor
9. Pemutar kondensor
10. Diafragma
11. Pengatur penjepit
12. Makrometer (pemutar kasar)
13. Mikrometer (pemutar halus)
14. Sakelar lampu
15. Pengatur intensitas cahaya
16. Lampu
17. Kaki mikroskop
18. Lengan mikroskop
19. Kontrol massa X ( atas,bawah)
20. Kontrol meja Y ( maju,mundur)
21. Tabung
22. Level diafragma

Gambar 4.2 Perbesaran Mikroskop

Keterangan:
A. Sifat bayangan: nyata, tegak diperbesar
B. Sifat bayangan: terbalik, maya, diperbesar
C. Sifat bayangan: nyata,tegak,diperbesar
D. Sifat bayangan: terbalik, maya, diperbesar
4.2 Pembahasan
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani yaitu micros yang berarti kecil dan
scopein yang berarti melihat. Jadi, mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat
objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kasat mata. Mikroskop merupakan
alat bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium untuk dapat
mengamati organisme berukuran kecil (mikroskopis). Ilmu yang mempelajari
benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata
mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.

Mikroskop memiliki fungsi sebagai berikut :

 Fungsi utamanya adalah untuk melihat dan mengamati objek dengan ukuran
sangat kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang
 Fungsi lainnya dari mikroskop tetap akan berakar pada fugsi utamanya,
bedanya beberapa jenis mikroskop dibuat untuk fungsi yang lebih detail,
contohnya ada jenis mikroskop yang dibuat hanya untuk mengamati satu jenis
objek mikroskopis saja.
Fungsi lensa kondensor adalah lensa yang berfungsi guna mendukung
terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan dilihat sehingga dengan
pengaturan yang tepat maka akan diperoleh daya pisah maksimal. Jika daya pisah
kurang maksimal maka dua benda akan terlihat menjadi satu dan pembesarannya
pun akan kurang optimal. Fungsi lensa obyektif, berfungsi guna pembentukan
bayangan pertama dan menentukkan struktur seta bagian renik yang akan terlihat
pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek.
Sehingga, dapat memiliki nilai “apertura” yaitu suatu ukur daya pisah suatu lensa
obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu
menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Fungsi lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas
tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar
bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif berkisa antara 4 hingga 25 kali.

Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu tentang cara menggunakan


mikroskop binokuler dan melakukan pengamatan terhadap serat-serat benda yang
berukuran kecil (mikro) menggunakan mikroskop tersebut. Percobaan yang
dilakukan yaitu mengamati potongan huruf “A” dan “a” yang ditulis di media
kertas dan dipotong menjadi kecil, setelah dilihat dan diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 4 x 10 di dapatkan hasil bayangan dari pengamatan
potongan huruf tersebut adalah terbalik, itu disebabkan karna sifat-sifat bayangan
yang dibentuk oleh mikroskop adalah maya, terbalik dan diperbesar, sehingga
obyek yang diamati akan berbentuk terbalik dari sebelumnya atau aslinya. Sifat
bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa objekif dan lensa
okuler.

Ada dua bagian utama yang umumya menyusun mikroskop, yaitu:

 Bagian optik, yang terdiri kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler.

 Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma,
meja obyek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca obyek, dan sumber cahaya.

Untuk pengamatan potongan huruf dengan perbesaran 4 x 10 akan didapatkan


bayangan terbalik dari bayangan lensa cekung. Baik lensa objektif maupun lensa
okuler keduanya merupakan lensa cembung, selain itu apabila obyek digeser ke
kanan maka bayangan pada mikroskop akan bergeser ke kiri, dan juga sebaliknya
jika obyek digeser ke kiri maka bayangan akan bergeser ke kanan. Dan apabila
obyek di geser ke depan, maka bayangan pada mikroskop akan bergeser
kebelakang.

Jadi, pada praktikum yang telah dilakukan berhasil mengenali bagian – bagian
dari mikroskop binokuler itu sendiri beserta fungsi dan kegunannya sehingga tahu
cara mengoperasikan mikroskop binokuler dengan baik dan benar. Selain agar
dapat mengamati benda benda kecil dari mikroskop kita juga bisa melihat dengan
detail serat – serat pada benda yang diamati dengan cara mendekatkan mata pada
lensa okuler.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan yaitu objek yang teliti
harus dalam keadaan bersih dan siap untuk diteliti, selain itu bagian-bagian yang
digunakan pastikan berfungsi dengan baik. Untuk menghindari kesalahan-
kesalahan yang mungkin saja terjadi.

Mikroskop binokuler ini memiliki kelemahan dan juga tentu sejumlah


kelebihan. Kekurangannya bersumber pada sistem aperture numerical-nya yang
dibatasi oleh keberadaan jalur beam, atau dikenal juga dengan istilah cahaya
ganda. Kekurangan ini membuat orang atau peneliti yang hendak menggunakan
mikroskop binokuler mensetting diameter objektif agar lebih besar. Meski
demikian, mikroskop denga lensa majemuk ini juga memiliki kelebihan yakni
tidak adanya kondesor dan jarak kerja yang cukup panjang serta kedalaman
pandang yang memadai.

Faktor kesalahan yang terjadi dalam melakukan pengamatan terhadap potongan


huruf menggunakan mikroskop binokuler adalah sulit memposisikan lensa okuler
agar tepat di mata, selain itu sangat sulit memposisikan cahaya agar bertemu
dengan benda yang akan diamati. Serta dalam mengamati diperlukan ketelitian
dan fokus pada obek pengamatan.

Fungsi mikroskop secara umum adalah digunakan untuk melihat dan


mengamati benda-benda yang berukuran sangat kecil (mikroskopis) yang tidak
mampu dilihat secara kasat mata. Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang
pertama diciptakan, adalah mikroskop optik. Mikroskop ini merupakan alat optik
yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar
dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Fungsi dari lensa okuler, yaitu sebagai lensa yang untuk membentuk
bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif
 Fungsi dari mikrometer, yaitu sebagai menaikkan dan menurunkan tabung
mikroskop secara tepat dan lambat, bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.
 Fungsi dari revolver, yaitu sebagai mengatur perbesaran, pengecilan lensa
objektif, cara penggunaan nya dengan cara memutarnya ke kanan atau ke kiri.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya, menggunakan mikroskop elektron
agar dapat membandingkan hasil praktikum sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arianti,Elli.2014. Mikroskop Sederhana dari Botol Plastik Sebagai Alat

Pembelajaran Pada Pengamatan Sel. Jurnal EduBio Tropika, Vol.2, No.2


halaman 187-250.Banda Aceh:Universitas Samudra Pasai.

Campbell, N, A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I.Jakarta.Erlangga

Pelczar,Michael.J.2007.Dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta.Universitas Indonesia

Rahman,Aryanto.2015.Mikroskop. Jurnal Aplikasi Mikroskop


Semarang:Politeknik Negeri Semarang

Volk dan Wheeler. 1984. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid


I.Jakarta :Erlangga

Yatim,wildan. 2003. Biologi Modern dan Biologi Sel. Bandung:Tarsito


LAMPIRAN
ACARA II
SEL HEWAN DAN SEL
TUMBUHAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665
yangmengamatijaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan
fungsional makhluk hidup. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di
dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh
kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Sel merupakan sturuktural terkecil dari suatu organisme/mahluk hidup,


karena ukurannya sangat kecil maka sel tidak bisa dilihat langsung dengan
mata biasa,akan tetapi bisa dilihat dengan bantuan alat optic berupa mikroskop.
Sel bekerja pada bidangnya masing-masing sesuai dengan bentuk dan
fungsinya.Sel tumbuhan dan hewan memiliki beberapa perbedaan tetapi banyak
mempunyai persamaan.

Oleh karena itu, untuk mengetahui perbedaan bentuk dari sel hewan dan
tumbuhan tersebut maka harus melakukan percobaan yaitu pada tumbuhan dan
juga untuk mengamati sel hewan dapat dilakukan pada mulkosa mulut. Hasil dari
percobaan tersebut menghasilkan perbedaan-perbedaan yang ada, hal itu
merupakan pembuktian bahwa sel hewan dan tumbuhan tidaklah sama, contohnya
adalah vakuola pada sel tumbuhan lebih besar dibandingkan pada sel hewan, pada
sel hewan tidak mempunyai plastida yang berisi kloroplas dan leukoplas
sedangkan pada sel tumbuhan terdapat bagian plastida. Akan tetapi beberapa
bagian dari sel hewan dan tumbuhan juga mempunyai kesamaan yaitu seperti
sama-sama mempunyai nukleus, sitoplasma,retikulum endoplasma, vakuola,
badan golgi, ribosom dan sentriol. Kesamaan tersebut juga sedikit mempengaruhi
dalam fungsi dari bagian-bagian sel tersebut.
1.2 Tujuan Percobaan
 Untuk mengetahui struktur sel hewan yang berasal dari mukosa mulut dan
sel tumbuhan dari tanaman Allium cepa dan Tradescantia Spathachea.

 Untuk membedakan struktur sel hewan dan sel tumbuhan serta


menggambar perbedaan tersebut.

 Untuk menjelaskan perbedaan utama dari sel hewan dan sel tumbuhan
dari hasil pengamatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Sel
Diawali oleh penemuan Zacharias Jansen, seorang berkewarganegaraan
Belanda sekitar tahun 1580-an, yang dibantu ayahnya ketika membuat sebuah
mikroskop sederhana dengan cara meletakkan dua buah lensa cembung pada dua
ujung tabung (Rahmawati, 2015).

Seorang ilmuwan dari Inggris, Robert Hooke (1635 - 1703), menemukan

“ruang-ruang kecil” dari sayatan gabus yang diamati di bawah mikroskop. Hooke

menemukan ruang-ruang kosong pada sayatan gabus. Ruang-ruang kecil ini oleh
Hooke sebut sebagai sel. Sel-sel yang diamati oleh Hooke merupakan sel-sel
gabus yang sudah mati. Akan tetapi, Hooke tidak mengetahui dengan pasti apa

struktur dan fungsi dari ruang-ruang ini. Penemuan Hooke dipublikasikan dalam

Micrographia dan observasi sel-selnya tidak memberikan indikasi ditemukannya


inti dan organel lainnya yang ada pada sel hidup (Rahmawati, 2015).

Seorang ahli botani dan ahli palaebotan yang telah memberikan banyak

kontribusi penting terhadap perkembangan ilmu botani. Brown juga merupakan

seorang pioneer dalam menggunakan mikroskop serta telah member banyak

kontribusi pengetahuan tentang inti sel dan gerakan sitoplasma. Gerak Brown
yang terjadi pada molekul-mokeul yang terlarut dalam sitoplasma pertama kali
ditemukan oleh Robert Brown. Pada tahun 1833 Robert Brown telah melaporkan
penemuan tentang inti sel, ketika dia sedang mengamati epidermis anggrek
dengan mikroskopnya dia menemukan dalam sel-selnya “titik agak buram
(gelap)” yang dia namakan nukleus atau inti sel. Perbedaan-perbedaan dasar
antara gymnospermae dan angiospermae pertama kali ditemukan oleh Robert
Brown. Masih banyak temuan dia yang banyak membantu para ahli biologi
diantaranya dalam taksonomi tumbuhan yang masih diterima sampai saat ini
(Rahmawati, 2015).

2.2 Doktrin Sel


Istilah sel pertama kali digunakan oleh Robert Hooke (1635-1703), seorang
ilmuwan Inggris, untuk menjelaskan struktur potongan tipis gabus dibawah
mikroskop. Setelah berapa abad kemudian istilah sel tersebut digunakan untuk
menyatakan satuan dasar minimum suatu jasad hidup yang mampu melakukan
perbanyakan sendiri (self-duplication). Satuan dasar tersebut menentukan struktur
maupun fungsi semua jasad hidup, baik jasad tingkat rendah maupun jasad tingkat
tinggi. Doktrin sel menyatakan bahwa semua sel berasal dari sel yang sudah ada
sebelumnya dan masing-masing sel mempunyai sistem kehidupan sendiri. Pada
jasad hidup yang terdiri atas banyak sel, masing-masing sel juga mempunyai
peranan yang terpadu dengan sel-sel lainnya di dalam jasad tersebut (Yuwono,
2011).

Semua sel tersusun atas komponen-komponen kimiawi utama yaitu protein,


asam nukleat, lemak, dan polisakarida. Oleh karena sel-sel jasad hidup yang ada
di alam tersusun oleh komponen-komponen tersebut, meskipun dengan komposisi
yang berbeda, maka diduga bahwa semua sel berasal dari sel leluhur yang sama
(universal ancestor). Setelah itu melalui proses evolusi yang panjang akhirnya sel
leluhur tersebut berkembang menjadi bermacam-macam sel seperti yang diketahui
sekarang (Yuwono, 2011).

Sel suatu satuan yang dinamis oleh karena selalu mengalami perubahan.
Perubahan sel dapat berupa pertambahan ukuran dan volume, karena adanya
proses pertumbuhan, maupun perubahan fungsi, misalnya karena proses
diferensiasi. Bahkan pada waktu sel tidak mengalami pertumbuhan sebenarnya
juga terjadi perubahan di dalam sel karena adanya proses metabolisme yang lain.
Ditinjau dari segi metabolisme, maka sel dapat dikatakan sebagai suatu sistem
kimiawi (Yuwono, 2011).
2.3 Sel Hewan
Sel ini memiliki berbagai komponen, termasuk organel (organ kecil), yang
dibatasi oleh membran.organel yang paling meninjol dalam sel hewan biasanya
nukleus. Sebagian besar aktivitas metabolisme sell terjadi dalam sitoplasma,
keseluruhan wilayah antara nukleus dan membran plasma. Sitoplasma
mengandung banyak organel dan komponen sel lain yang tertanam dalam medium
semicair, sitosol. Labirin membran disebut retikulum endoplasma (RE) menjulur
ke sana-kemari di dalam sitoplasma (Campbell, 2008).

2.4 Sel Tumbuhan


Selain sebagian besar ciri yang terdapat pada sel hewan, sel tumbuhan
memiliki organel yang disebut plastida. Jenis plastida terpenting adalah kloroplas,
yang melaksanakan fotosintesis. Banyak sel tumbuhan memiliki vakuola sentral
yang besar; sel tumbuhan lain mungkin memiliki satu atau lebih vakuola yang
lebih kecil. Di antara tugas-tugas vakuola adalah melaksanakan fungi yang
dilakukan lisosom pada sel hewan. Di luar membran plasma sel tumbuhan
terdapat dinding sel tebal, yang ditembus saluran-saluran bernama plsamodesma
(Campbell, 2008).

Scenedesmus merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit.Sebagian besar


Scenedesmus dapat hidup di lingkungan akuatik seperti perairan tawar dan
payau.Scenedesmus juga ditemukan di tanah atau tempat yang lembab.Sel
Scenedesmus berbentuk silindris dan umumnya membentuk koloni.Koloni
Scenedesmus terdiri dari 2, 4, 8, atau 16 sel tersusun secara lateral.Ukuran sel
bervariasi, panjang sekitar 8--20 µm dan lebar sekitar 3--9 µm. Struktur sel
Scenedesmus sederhana.Sel Scenedesmus diselubungi oleh dinding yang tersusun
atas tiga lapisan, yaitu lapisan dalam yang merupakan lapisan selulosa, lapisan
tengah merupakan lapisan tipis yang strukturnya seperti membran, dan lapisan
luar, yang menyelubungi sel dalam koloni. Lapisan luar berupa lapisan seperti
jaring yang tersusun atas pektin dan dilengkapi oleh bristles. 2 MAKARA,
SAINS, VOL. 11, NO. 1, APRIL 2007: 1-9 Scenedesmus dapat melakukan
reproduksi aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual terjadi melalui
pembentukan autokoloni, yaitu setiap sel induk membentuk koloni anakan yang
dilepaskan melalui sel induk yang pecah terlebih dahulu.Beberapa spesies
Scenedesmus dapat melakukan reproduksi seksual dengan pembentukan zoospora
biflagel dan isogami (Prihantini, 2007).

Larutan nutrisi sebagai sumber mineral merupakan faktor penting untuk


pertumbuhan tanaman, karena nutrisi digunakan untuk menyuplai unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Menurut Wijaya (2008), nutrisi yang sangat penting bagi
tanaman adalah unsur N (nitrogen), P (pospor) dan K (kalium). Nitrogen berperan
dalam pembentukan sel, jaringan, dan organtanaman (Reddy, dkk.,
1989).Nitrogen juga berfungsi sebagai sebagai bahan sintetis klorofil, protein, dan
asam amino. Pospor merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein,
Adenosin Triphosphate (ATP), Ribose Nucleict Acid (RNA), dan Deoxyribose
Nucleic Acid (DNA). Pospor juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga,
dan buah.Sedangkan unsur kalium memiliki peranan pada aktifitas stomata, enzim
dan untuk meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit.Pada
penelitiannya terdahulu, Purwaningsih, dkk. (2008) mengamati ternyata enceng
gondok dapat bertahan hidup di media yang tercemar fenol dan mampu
menurunkan konsentrasi fenol hingga 76% setelah kontak selama 68 jam pada
media tanpa penambahan nutrisi. Dari penelitian ini, diharapkan dengan
penambahan nutrisi pada proses fitoremediasi, maka laju remediasi akan lebih
cepat dibandingkan jika tidak ada penambahan nutrisi, karena nutrisi sangat
berperan dalam pembentukan maupun pembaharuan sel-sel jaringan yang rusak
serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap racun (Purwaningsih, 2009).

2.5 Bagian Sel dan Organel Sel


Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan
berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen, nutrien,
dan limbah yang cukup untuk melayani seluruh volume sel. Membran sel juga
berperan dalam sintesis ATP, pensinyalan sel, dan adhesi sel. Membran sel berupa
lapisan sangat tipis yang terbentuk dari molekul lipid dan protein. Membran sel
bersifat dinamik dan kebanyakan molekulnya dapat bergerak di sepanjang bidang
membran. Molekul lipid membran tersusun dalam dua lapis dengan tebal sekitar 5
nm yang menjadi penghalang bagi kebanyakan molekul hidrofilik. Molekul-
molekul protein yang menembus lapisan ganda lipid tersebut berperan dalam
hampir semua fungsi lain membran, misalnya mengangkut molekul tertentu
melewati membran. Ada pula protein yang menjadi pengait struktural ke sel lain,
atau menjadi reseptor yang mendeteksi dan menyalurkan sinyal kimiawi dalam
lingkungan sel. Diperkirakan bahwa sekitar 30% protein yang dapatdisintesis sel
hewan merupakan protein membran (Rahmawati, 2015).

Nukleus mengendalikan sintesis protein di dalam sitoplsma dengan cara


mengirim molekul pembawa pesan berupa RNA, yaitu mRNA, yang disintesis
berdasarkan "pesan" gen pada DNA. RNA ini lalu dikeluarkan ke sitoplasma
melalui pori nukleus dan melekat pada ribosom, tempat pesan genetik tersebut
diterjemahkan menjadi urutan asam aminoprotein yang disintesis (Rahmawati,
2015).

Sitoplsma merupakan cairan sel yang terdapat di dalam sel, kecuali dalam nti
dan organel sel. Sitoplasma bersifat koloid, yaitu tidak padat dan tidak cair.
Sitoplasma terdiri atas air yang di dalamnya terlarut banyak molekul kecil, ion,
dan protein. Ukuran partikel terlalut adaah 0,001-0,1 mikron, dan bersifat
transfaran. Koloid sitoplasma dapat mengalami perubahan dari fase sol ke gel atau
sebaliknya. Fase sol jika konsentrasi air tinggi dan gel jika konsentrasi air rendah
(Rahmawati, 2015).

Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu


proses kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak merupakan
contoh molekul makanan berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dankarbon
dioksida oleh reaksi-reaksi di dalam mitokondria, dengan pelepasan energi.
Kebanyakan energi yang dilepas dalam proses itu ditangkap oleh molekul yang
disebut ATP (Rahmawati, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum Biologi Dasar tentang “Mikroskop” dilaksanakan pada hari
Senin,17 Oktober 2017 pukul 09.30-11.30, bertempat di Laboratorium Fisiologi
Hewan, Gedung B lantai 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Cutter
 Mikroskop
 Kaca Preparat
 Kaca penutup
 Pipet tetes
 Tusuk gigi
 Stick es krim
 Silet

3.2.2 Bahan
 Allium cepa
 Tradescanta spathacea
 Methylene blue
 Air
 Tissu

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Allium cepa
 Disiapkan alat dan bahan seperti allium cepa,mikroskop,kaca penjepit, pipet
tetes, tusuk gigi.
 Dibelah allium cepa secara membujur lalu iris tipis bagian tengahnya
menggunakan cutter.
 Ditaruh hasil irirsan diatas kaca penjepit lalu tutup menggunakan kaca
penutup.
 Diamati objek dengan perbesaran 4x10 dan 10x0.25 menggunakan
mikroskop.
 Didokumentasikan hasil objek yang didapat.

3.3.2 Tradescantia spathacea


 Disiapkan alat dan bahan seperti Tradescantia spathacea,mikroskop,kaca
penjepit, pipet tetes, tusuk gigi.
 Diiris tipis bagian bawah dari daun Tradescantia spathacea secara
membujur menggunakan cutter.
 Ditaruh hasil irisan diatas kaca penjepit lalu tutup menggunakan kaca
penutup.
 Diamati objek dengan perbesaran 4x10 dan 10x0.25 menggunakan
mikroskop
 Didokumentasikan hasil objek yang didapat

3.3.3 Mukosa
 Disiapkan alat dan bahan seperti,mikroskop,kaca penjepit, pipet tetes,
briptimol biru,stick es krim.
 Diambil mukosa dari dalam mulut menggunakan stick es krim kemudian
ditaruh pada kaca penjepit.
 Diteteskan briptimol biru pada kscs penjepit ysng telah diberikan mukosa
diatasnya.
 Diamati objek dengan perbesaran 4x10 dan 10x0.25 menggunakan
mikroskop
 Didokumentasikan hasil objek yang didapat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Allium cepa

Gambar 4.1 Allium cepa


Keterangan :

 Dinding sel

 Sitoplasma

 Inti sel

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Familiy : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L. var. Aggregatum

(Rahmawati, 2015)
4.1.2 Tradescantia spathacea

Gambar 4.1 Tradescantia Spathacea


Keterangan :

 Dinding sel

 Sitoplasma

 Inti sel

 Stomata

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Subkelas : Angiospermae

Ordo : Bromeliaceae

Familiy : Bromeliales

Genus : Rhoeo

Spesies : Rhoeo spathacea

(Rahmawati, 2015)
4.1.3 Mukosa Mulut

Gambar 4.1 Mukosa Mulut


Keterangan :

 Inti sel

 Sitoplasma

 Membran sel
4.2 Pembahasan
Pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan gabus dari batang
Quercus suber menggunakan mikroskop.Ia menemukan adanya ruang-ruang
kosong yang dibatasi dinding tebal dalam pengamatannya. Robert Hooke
menyebut ruang ruang kosong tersebut dengan istilah cellulae artinya sel. Sel
yang ditemukan Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang telah mati.Sejak
penemuan itu, beberapa ilmuwan berlomba untuk mengetahui lebih banyak
tentang sel.Ilmuwan Belanda bernama Antonie van Leeuwenhoek (1632–1723)
merancang sebuah mikroskop kecil berlensa tunggal.Mikroskop itu digunakan
untuk mengamati air rendaman jerami.Ia menemukan organisme yang bergerak-
gerak di dalam air, yang kemudian disebut bakteri. Antonie van Leeuwenhoek
merupakan orang pertama yang menemukan sel hidup,

Seluruh makhluk hidup tersusun atas sel. Seladalah unit dasar kehidupan
yang didalamnya terdapat bahan-bahan terlarut dan organel-organel sel, Sel
merupakan pengatur dan pengontrol seluruh aktivitas tubuh makhluk hidup, baik
yang disadari maupun tidak disadari. Fungsi ini dijalankan tidak hanya oleh satu
sel, namun sekelompok sel yang membentuk jaringan, kemudian jaringan dengan
tujuan yang sama akan membentuk organ, lalu beberapa organ membentuk sistem
organ, dan sistem organ membentuk makhluk hidup (organisme).Hewan dan
tumbuhan merupakan golongan dari makhluk hidup. Setiap makhluk hidup
memiliki sel yang terdapat didalamtubuhnya,Sel yang terdapat pada hewan dan
juga tumbuhan memiliki fungsi masing masing. Sel sel tersebut berfungsi sebagai
alat yang membantu kelangsungan hidupnya. 

Pada pecobaan yang dilakukan, untuk mengetahui bentuk, susunan, dan letak
sel tumbuhan dilakukan pada Allium cepa dan Tradescantia Spathachea, yaitu
dengan mengambil sampel tanaman tersebut sedikit atau setipis mungkin lalu
diletakkan di kaca preparat dan diberi air lalu ditutup menggunakan kaca penutup
dan diletakkan pada meja objek mikroskop dan diamati serta diambil gambar hasil
dari pengamatan tersebut. Begitu juga untuk pengamatan pada sel hewan dari
sampel air liur mulut manusia, yang diambil menggunakan stick es krim pada
dinding-dinding mulut dan di letakkan di kaca preparat lalu diberi methylene blue
setetes atau secukupnya saja, kemudian di tutup menggunakan kaca penutup, dan
diamati menggunakan mikroskop, dicari objeknya dan di ambil gambar hasil
pengamatan tersebut untuk kemudian di gambar.

Dari Hasil pengamatan pada Sel Hewan dan Sel Tumbuhanyang telah
dilakukan bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki perbedaan yaitu :

Sel Hewan

 Ukuran sel hewan lebih kecil dari sel tumbuhan

 Tidak memiliki plastid (kloroplas)


 Tidak memiliki dinding sel
 Memiliki lisosom

 Memiliki sentrosom

 Mempunyai bentuk tidak tetap

 Tidak memiliki vakuola (walaupun ada juga yang memiliki vakuola tapi


ukurannya kecil)
Sel Tumbuhan

 Ukuran sel tumbuhan lebih besar dari sel hewan

 Umumnya memiliki plastid (kloroplas)

 Memiliki dinding sel dan  membran sel

 Tidak memiliki lisosom

 Tidak memiliki sentrosom

 Mempunyai bentuk yang tetap

 Memiliki vakuola ukuran besar dan biasanya berjumlah banyak


Dalam sel terdapat beberapa bagian agar fungsi dari sel sebagai pengendali satuan
kehidupan dapat berjalan dengan baik yaitu:

a. Membran sel (membran plasma)

Membran sel tersusun atas fosfor, lemak (lipid), karbohidrat, dan protein.
Membran sel berfungsi untuk melindungi dan mengatur lalu lintas zat yang keluar
masuk sel. Membran sel bersifat semipermeabel yang artinya, membran sel hanya
dapat dilewati oleh zat tertentu.

b. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan cairan sel. Sitoplasma mengandung berbagai macam zat,


diantaranya protein, lemak,karohidrat, zat-zat anorganik, enzim, vitamin, dan
hormon. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme
sel karena organel sel terdapat di sitoplasma.

c. Inti sel (Nukleus)

Nukleus tersusun atas membran, cairan inti (nukleoplasma), kromosom, dan anak
inti (nukleolus). Cairan inti tersusun atas air, protein, dan mineral. Kromosom
merupkan pembawa sifat menurun yang tersusun atas benang-benang kromatin.
Nukleus berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel.

d. Mitokondria

Mitokondria adalah organel bermembran yang berfungsi sebagai tempat penghasil


energi. Semakin aktif suatu sel maka semakin banyak mitokondrianya.

e. Ribosom

Ribosom adalah salah satu organel yang berukuran kecil dan padat dalam sel. Ribosom
berbentuk butiran-butiran. Ribosom ada yang menempel pada membran retikulum
endoplasma dan ada pula yang bebas di sitoplasma. Ribosom berfungsi untuk
tempat membuat (mensisntesis) protein.
f. Retikulum endoplasma

Retikulum endoplasma merupkan saluran berliku yang membentang dari inti sel
menuju ke sitoplasma. Ada dua tipe Retikulum endoplasma, Yaitu Retikulum
endoplasma kasar dan halus. Pada Membran retikulum endoplasma kasar, terdapat
ribosom. Retikulum endoplasma halus tidak ditempeli ribosom. Retikulum
endplasma berfungsi untuk membuat dan menyalurkan bahan-bahan yang
dibbutuhkan oleh oragnel-organel sel.

g. Badan golgi (Kompleks golgi)

Badan golgi berbentuk seperti kumpulan kantong yangbertumpuk-tumpuk. Badan


golgi berperan untuk memodifikasi bahan-bahan yang dihasilkan oleh retikulum
endoplasma dan menyalurkannya ke organel-organel yang membutuhkan. selain
itu badan golgi juga yang membentuk dinding sel.

h. Lisosom

Lisosom merupakan organel berbentuk kantong yang berisi enzim pencernaan.


Lisosom berfungsi untuk mencerna zat sisa, makanan, atau zat asing. Jika lisosom
pecah, enzim di dalamnya akan mencerna atau menghancurkan organel sel dan
akibatnya sel akan mati. Lisosom hanya terdapat pada sel hewan dan tidak
terdapat pada sel tumbuhan.

i. Sentriol

Sentriol berperan dalam pembelahan sel. Sentriol hanya dimiliki sel hewan jadi
tidak ada pada sel tumbuhan.

j. Vakuola

Vakuola berarti ruangan sel. Pada tumbuhan yang sudah tua, vakuola berukuran
besar dan berisi cadangan makanan. Sedangkan pada hewan vakuola berukuran
kecil. Pada protozoa, terdapat dua jenis vakuola, yaitu vakuola makanan dan
vakuola kontraktil. Vakuola makanan berfungsi untuk mencerna makanan
sedangkan vakuola kontraktil berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa dan
mengatur keseimbangan air dalam sel.

k. Plastisida

Plastisida hanya terdapat pada tumbuhan. Plastisida mengandung pigmen tertentu.


Kloropas merupakan plastisida yang berwarna hijau karena memiliki klorofil dan
berperan dalam proses fotosintesis. Kromplas berwarna kuning karena memiliki
pigmen xantofil. Leukopas berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

l. Dinding sel

Membran sel tumbuhan dilindungi oleh dinding sel. Selain melindungi sel,
dinding sel juga menjaga bentuk sel tumbuhan tidak berubah dan tetap kaku.
m. Peroksisom

Peroksisom disebut juga badan mikro, berukuran hampir sama dengan lisosom.
Peroksisom dibatasi oleh membran tunggal dan terdapat baik pada sel tumbuhan
maupun sel hewan. Peroksisom berisi penuh dengan enzim, dan yang paling khas
ialah enzim katalase. Fungsi dari peroksisom yaitu :
1. Mengahasilkan enzim katalase dan oksidase. Enzim oksidase berfungsi untuk
menghasilkan hidrogen peroksida, yang membahayakan tubuh. Sehingga
peroksisom juga menghasilkan enzim katalase untuk mengatasi bahaya tersebut
2. Memecahkan lemak menjadi molekul karbohidrat untuk dijadikan sebagai
bahan respirasi sel
3. Menetralisir alkohol dan senyawa berbahaya lainnya
4. Membantu perubahan senyawa purin dalam sel
Pada hewan peroksisom banyak terdapat di hati dan ginjal, pada tumbuhan
terdapat dalam berbagai tipe sel.
n. Glioksisom

Glikosisom merupakan badan makro dari peroksisom.. Glioksisom hanya


terdapat pada sel tumbuhan misalnya pada lapisan aleuron biji padi-padian.
Glioksisom sering ditemukan di jaringan penyimpan lemak dari biji yang
berkecambah pada tumbuhan. Glioksisom tumbuhan mengandung enzim
pengubah lemak menjadi gula. 

Fungsi glikosisom yaitu :

1. Bersinergi dengan peroksisom dalam membantu metabolisme tubuh

2. Mengahasilkan gula sebagai sumber energi yang digunakan untuk proses


perkecambahan

Jadi kesimpulannya, sel memiliki struktur sebagai berikut: Membran sel


(membran plasma), Sitoplasma, Inti sel (Nukleus), Mitokondria, Ribosom,
retikulum endoplasma, badan, golgi (kompleks golgi), lisosom, sentriol, vakuola,
plastisida, dinding sel, peroksisom, dan glioksisom yang mempunyai fungsi dan
peran masing-masing bagi sel.

Pada saat melakukan pengamatan sel hewan dan sel tumbuhan


menggunakan metilen blue ,metilen blue adalah sebuah larutan  senyawa kimia
aromatik heterosiklik. Fungsi dari Metilen Blue adalah untuk lebih mempermudah
dan memperjelas jika akan mengamati bagian dari suatu sel.

Pada saat melakukan pengamatan sel hewan dan sel tumbuhan pastinya
terdapat kesalahan-kesalahan yang tidak dapat dihindari baik yang disengaja
maupun tidak yaitu:

- Menutup kaca objek penutup saat ada gelombang udara sehingga objek yang
akan diamati tidak terlihat.

- Memotong objek yaitu allium cepa dan tradescantia spatachea yang akan
diamati terlalu tebal sehingga mengakibatkan bagian bagian dari sel tersebut
tidak dapat terlihat.

- Praktikan yang melakukan percobaan mengalami kehabisan waktu sehingga


hasil percobaan yang dilakukan tidak selesai.

Dari hasil pengamatan yang di lakukan di dapatkan bahwa pada sel hewan
dan tumbuhan terdapat perbedaan yang sangat mencolok dari segi fisik, yaitu sel
hewan tidak memiliki dinding sel. Sehingga, sel hewan memiliki bentuk tidak
tetap. Sedangkan sel tumbuhan kaku dan bentuknya tetap.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Mengetahui bentuk sel tumbuhan dan hewan dari pengamatan menggunakan
mikroskop binokuler, dengan melakukan pengamatan Sel tumbuhan dari
tanaman tradescantia spathacea dan alium cepa yang diletakkan di kaca
preparat dengan setetes air, serta mengidentifikasi sel hewan dari cairan
dalam mulut yang diambil pada dinding dinding mulut menggunak stick es
krim dan diberi setetes methylene blue kemudian ditutup dengan kaca
penutup dan diamati dengn perbesaran tertentu.
 Sel hewan dan tumbuhan dapat dibedakan dari bentuk fisik atau strukturnya,
pada sel tumbuhan memiliki dinding sel dan membran plasma, dinding sel
berfungsi mempertahankan bentuk sel dan memberikan perlindungan
terhadap sel, sehingga bersifat kaku. Sedangkan sel hewan tidak memiliki
dinding sel tapi memiliki membran plasma yang berfungsi sebagai batas luar
sel hewan, sehingga bersifat fleksibel dan bentuknya dapat berubah-ubah.
 Dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan bahwa sel hewan dan
tumbuhan memiliki banyak perbedaan. Dapat diperhatikan dari ukuran sel
tumbuhan lebih besar, daripada sel hewan, umumnya sel tumbuhan memiliki
plastid (kloroplas), sedangkan sel hewan memiliki lisosom dalam sitoplasma
yang tidak dimiliki oleh sel tumbuhan, sel tanamana biasanya memiliki
vakuola tunggal sedangkan hewan mungkin atau mungkin tidak mengandung
satu atau vakuola kecil.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan pengamatan berikutnya menggunakan bawang
bombay (Allium cepa) agar mengetahui perbandingan dengan praktikum
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati,Dian.2015.Sel.Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Irianto,Koes.2006.Mikrobiologi menguak dunia organisme.Bandung:Yrama

Widya.

George,dkk.2005.Biologi edisi kedua.Jakarta:Erlangga.

Nining,dkk.2007.Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap


Pertumbuhan Scenedesmus Isolat Subang.Jakarta : Universitas Indonesia.

Purwaningsih,Is Sulistyati.2009.Pengaruh Penambahan Nutrisi Terhadap


Efektifitas Fitoremediasi Menggunakan Tanaman Enceng Gondok (Eichhornia
crassipes) Terhadap Limbah Orto-Klorofenol.Pekanbaru Riau : Universitas Riau.
LAMPIRAN
ACARA III
PEMBELAHAN SEL (MITOSIS)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam kehidupan, diawali dengan munculnya organisme uniseluler yang
selanjutnya menghasilkan organisme multiseluler. Peristiwa demikian di kenal
pada teori evolusi. Mekanisme tertentu telah ditempuh hingga menghasilkan
organisme multiseluler sampai dalam wujud seperti sekarang ini. Salah satu
mekanisme yang ditempuh adalah melalui proses reproduksi sel.
Sel merupakan unit fungsional terkecil penyusun mahluk hidup. Sel
mempunyai kemampuan memperbanyak diri atau dikenal dengan istilah
reproduksi. Reproduksi sel berlangsung melalui  pembelahan. Pembelahan sel
yang terjadi pada organisme eukariotik meliputi  pembagian inti sel (kariokinesis)
dan pembagian sitoplasma (sitokinesis) melalui tahapan seperti pada mitosis
maupun meiosis. Tahapan pembelahan didasarkan  pada perubahan letak (tingkah
laku) kromosom selama berlangsungnya proses pembelahan.. Pada setiap tahap
pembelahan mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat diamati proses-prosesnya
melalui teknik atau perlakuan tertentu yang diberikan pada kromosom
tersebut.Adapun pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam, yaitu mitosis dan
meiosis.
Sel juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda melakukan pembelahannya,
ada sel-sel yang mampu melakukan pembelahan secara cepat, ada yang lambat
dan ada juga yang tidak mengalami pembelahan sama sekali setelah melewati
masa pertumbuhan tertentu, misalnya sel-sel germinatikum kulit mampu
melakukan pembelahan  yang sangat cepat untuk menggantikan sel-sel yang rusak
atau mati.
Oleh karena itu, Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah
digandakan oleh sel ke dua sel identik yang dihasilkan oleh pembelahan sel.
Mitosis umumnya diikuti sitokinesis yang membagi sitoplasma dan membran sel.
Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan.
1.2 Tujuan Percobaan
 Untuk mengetahui tahap-tahap pembelahan mitosis

 Untuk mengetahui ciri-ciri pada tiap tahap pembelahan mitosis

 Untuk mengetahui hasil pembelahan mitosis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Siklus sel adalah periode dari permulaansatu pembelahan menuju ke


permulaan yanglainnya, sedangkan reproduksi seluler adalahproses perputaran
dari pertumbuhan mitosisdan pembelahan sel. Siklus sel terdiri dariinterfase dan
mitosis. Interfase itu sendiriterdiri dari tiga fase (G1, S, dan G2).
Sedangkan,mitosis terdiri dari 5 fase yaitu profase,prometafase, metafase, anafase
dan telofase.Mitosis adalah proses pembagian genom yang telah digandakan oleh
sel ke dua sel identikyang dihasilkan oleh pembelahan sel (Nurul,2014).
Mitosisumumnya diikuti oleh sitokinesis yangmembagi sitoplasma dan membran
sel. Prosesini menghasilkan dua sel anak yang identik,yang memiliki distribusi
organel dankomponen sel yang sama, serta bertujuanuntuk mempertahankan
pasangan kromosomyang sama melalui pembelahan inti secara berturut-turut
(Nurul,2014).
Lama waktu dari fase mitosis secara khusus diatur oleh gendan bervariasi
antara spesies yang satu dengan spesies lainnya, antara organ yang satu dengan
organ yang lainnya dalam satu spesies, bahkan antara tipe sel satu dengan tipe sel
yang lainnya (Nurul,2014).
Lama fase mitosis secara khusus diatur oleh gendan bervariasi antara
spesies yang satu denganspesies lainnya, antara organ yang satu denganorgan
yang lainnya dalam satu spesies, bahkanantara tipe sel satu dengan tipe sel yang
lainnya (tuti,2009).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks mitosis ujung akar
kecambah cabe besar (Capsicum annuum L) setelah perlakuan suspensi
Trichoderma sp. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Struktur Perkembangan
Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Udayana dari Oktober 2013-
November 2013. Metode yang digunakan adalah metode squash, biji cabe untuk
kontrol direndam dalam air ± 6 jam, untuk perlakuan biji setelah direndam air,
direndam lagi dalam suspensi Trichoderma sp. 10-7 selama ± 6 jam, selanjutnya
dikecambahkan (Petronela,2015).
Ujung akar kecambah 2 mm dipotong, difiksasi dalam larutan farmer ± 2-
24 jam, dihidrolisis dalam larutan 3N HCL ± 2-5 menit dan kemudian pewarnaan
dengan aceto orcein ± 5 menit. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop
binokuler, data pembelahan tiap fase mitosis dihitung (%), dicatat dan difoto, dan
dianalisis dengan menggunakan uji paired T tes. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Trichoderma sp. berpengaruh terhadap indeks mitosis sel ujung akar
Capsicum annuum L., pada fase metafase berbeda nyata antara kontrol dan
perlakuan, sedangkan pada fase profase, anafase dan telofase berbeda tidak nyata.
Pada perlakuan persentase fase profase, metafase, anafase dan telofase (77,14%;
12,96 %; 5,88 % dan 5,23 %) lebih tinggi dari kontrol (66,40 %; 5,44 %; 4,96 %
dan 4,66 %) (Petronela,2015).
Pembelahan Sel adalah pembelahan sel menghasilkan 2 buah sel anak
identik,yaitu sel-sel anak dengan jumlah kromosom sebanyak
selindukPembelahan mitosis mahkluk hidup berselbanyakmemerBESAR ukuran
tubuh,Mengganti,sel-sel tubuh yang rusak. Pada mahkluk hidup bersel satu
memperbanyak jumlah sel, bertahan dari kepunahan. Jika sel induk memiliki 2n
kromosom, setiap sel anak juga memiliki 2n kromosom Pembelahan mitosis
terjadi melalui beberapa tahapan. Mula-mulai bagian inti sel membelah, setelah
diikuti pembelahan sitoplasma (Rahmawati, 2015).
Tahap-tahap pembelahan mitosis terdiri dari profase, metafese, anafase,
telofase dan interfase (Campbell, 2008).
A. Profase
Profase merupakan fase pertama pembelahan. Pada fase ini kromosom
mulai terjadi pemendekan, menebal, dan masing-masing saling berpasangan (2n)
yang berdiri dari dua benang. Pada fase ini, membran ini masih tampak. Ciri-Ciri
Tahap Profase Benang-benang kromonema menjadi pendek dan bertambah tebal
membentuk kromosom homolog dengan duplikatnya sehingga menjadikan
kromosom menjadi 2  yaitu Nukleous dan membran inti menghilang, Sentriol
membelah 2 dan bergerak berlawanan kearah dua kutub yang berlawanan pula,
Setiap sentriol menuju ke benang spinder (benang gelendong) (Campbell, 2008).
B. Metafase
Pada fase ini membran inti melebur. Kromosom berkumpul di bidang
ekuator yang ada di tengah sel. Kromosom memperbanyak diri maka setiap
kromosom terdiri dari dua kromatid. Pada saat ini dapat dikatakan bahwa sel
memiliki 4n kromosom. Ciri-Ciri Tahap Metafase adalah setiap kromosom
homolog dengan duplikatnya sejajar di bidang metafase/dataran metafase
(Campbell, 2008).
C. Anafase
Pada fase anafase setiap kromosom memisahkan diri menjadi dua bagian
yang sama, masing-masingbergerak menuju ke arah kutub sel yang saling
berlawanan, jadi 2n kromosom bergerak ke kutup yang satu, dan 2n kromosom
bergerak kekutub yang lain. Ciri-Ciri Tahap Anafase yaitu setiap kromosom
homolog memisahkan diri dublikatnya kearah dua kutup berlawanan dengan
gerakan kontraksi dari daya tarik benang spindel (Campbell, 2008).
D. Telofase
Kromosom sampai di kutub masing-masing kemudian terbentuk membran
inti yang mengelilingi kelompok kromosom. Setiap kedua inti yang baru
terbentuk itu, muncul membran pemisah. Kemudian terbentuklah membran sel
yang memisahkan kedua sel anak tersebut. Maka lengkaplah sudah proses
pembelahan mitosis, dari satu sel menjadi dua sel anak. Setiap sel anak memiliki
2n kromosom. Ciri-Ciri Tahap Telofase kromosom homolog dan kromosom
dublikatnya saling menuju ke kutub selnya masing-masing ,Mulai terlihat
membran inti sel dan nukleolus,Dibagian tengah sel mulai terbentuk dan adanya
sekat pemisah, terbentuknya dua sel anak (Campbell, 2008).
Pembelahan sel secara mitosis meliputi sejumlah tahapan tertentu.
Sebenarnya, pembelahan mitosis hanyalah sebagian kecil dari siklus sel. Siklus sel
terdiri dari fase pembelahan mitosis (M) dan periode pertumbuhan yang disebut
interfase. Interfase merupakan bagian ter-besar dari siklus sel. Interfase terdiri dari
tiga sub fase, yaitu fase G1 (pertumbuhan primer), fase S (sintesis) , dan fase G2
(pertumbuhan sekunder ).Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang
menghasil-kan sel-sel tubuh (sel somatik). Secara garis besar, pembelahan
sel secara mitosis terdiri dari fase istirahat (interfase), fase pembelahaninti sel
(kariokinesis), dan fase pembelahan sitoplasma (Prihantini, 2007).
Kalian telah mengetahui bahwa pembelahan mitosis menghasil-kan sel
anakan yang identik dengan induknya. Secara garis besar, fase pembelahan
mitosis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase pembelahan inti (kariokinesis) dan
fase pembelahan sitoplasma (sitokinesis).Kariokinesis adalah fase pembelahan inti
sel. Secara rinci, fase kariokinesis dibagi menjadi empat subfase, yaitu profase,
metafase, anafase, dan telofase. Sekarang, marilah kita bahas keempat subfase
tersebut (Prihantini, 2007).
A.Profase
Pada permulaan profase, di dalam nukleus mulai terbentuk kro-mosom ,
yaitu benang-benang rapat dan padat yang terbentuk akibat menggulungnya
kromatin. Pada fase ini, kromosom dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Selanjutnya, nukleolus menghilang dan terjadi duplikasi kromosom (kromosom
membelah dan memanjang) menghasilkan 2 kromosom anakan yang disebut
kromatid. Kedua kromatid tersebut bersifat identik sehingga disebut kromatid
kembar (sister chromatid), yang bersatu atau dihubungkan oleh sentromer pada
lekukan kromosom. Sentromer merupakan bagian kromosom yang menyempit,
tampak lebih terang dan membagi kromosom menjadi 2 lengan. Pada akhir
profase, di dalam sitoplasma mulai terbentuk gelendong pembelahan (spindel)
yang berasal dari mikrotubulus. Mikrotubulus tersebut memanjang, seolah-olah
mendorong dua sentrosom di sepanjang permukaan inti sel (nukleus). Akibatnya,
sentrosom saling menjauh (Prihantini, 2007).
B.Metafase
Tahap awal metafase (prometafase) ditandai dengan semakin memadatnya
kromosom (kromosom ini terdiri dari 2 kromatid) dan terpecahnya membran inti
(membran nukleus). Hal ini menyebab-kan mikrotubulus dapat menembus inti sel
dan melekat pada struktur khusus di daerah sentromer setiap kromatid, disebut
kinetokor . Oleh karena itu, kinetokor ini berfungsi sebagai tempat bergantung
bagi kromosom Sebagian mikrotubulus yang melekat pada kinetokor disebut
mikro-tubulus kinetokor, sedangkan mikrotubulus yang tidak memperoleh
kinetokor disebut mikrotubulus non kinetokor. Sementara itu, mikrotubulus non
kinetokor berinteraksi dengan mikrotubulus lain dari kutub sel yang berlawanan.
Pada metafase, kromosom tampak jelas (Prihantini, 2007).
Pada tahap metafase sesungguhnya, sentrosom telah berada pada kutub sel.
Dinding inti sel menghilang. Sementara itu, kromosom me-nempatkan diri pada
bidang pembelahan yang disebut bidang metafase. Bidang ini merupakan bidang
khayal yang terletak tepat di tengah sel, seperti garis katulistiwa bumi sehingga
disebut juga bidang ekuator. Pada bidang ini, sentromer dari seluruh kromosom
terletak pada satu baris yang tegak lurus dengan gelendong pembelahan.
Kinetokor pada setiap kromatid menghadap pada kutub yang berlainan. Dengan
letak kromosom berada di bidang pembelahan, maka pembagian jumlah informasi
DNA yang akan diberikan kepada sel anakan yang baru, benar-benar rata dan
sama jumlahnya. Tahapan ini merupakan akhir dari metafase (Prihantini, 2007).
C.Anafase
Setelah berakhirnya tahap metafase, pembelahan sel berlanjut pada tahap
anafase. Tahap anafase ditandai dengan berpisahnya kromatid saudara pada
bagian sentromer kromosom. Gerak kromatid ini disebabkan tarikan benang
mikrotubulus yang berasal dari sentriol pada kutub sel. Kalian telah mengetahui
bahwa mikrotubulus melekat pada sentromer. Hal ini menyebabkan sentromer
tertarik terlebih dahulu. Akibatnya, sentromer berada di depan dan bagian lengan
kromatid berada di belakang. Struktur ini seperti huruf V. Gerakan ini menempuh
jarak sekitar 1μm (10-6 meter) tiap menit. Pada saat bersamaan, mikrotubulus non
kinetokor semakin memanjang sehingga jarak kedua kutub sel semakin jauh.
Selanjutnya, masing-masing kromatid bergerak ke arah kutub yang berlawanan
dan berfungsi sebagai kromosom lengkap, dengan sifat keturunan yang sama
(identik). Untuk menjalankan tugasnya ini, mikrotubulus telah mengalami
peruraian pada bagian kinetokornya (Purwaningsih, 2009).
Meiosis adalah proses pembelahan ketika reproduksi sel yang memiliki
tahapan profase metaphase hingga anaphase telofase yang mengalami reduksi atau
pengurangan pada jumlah kromosomnya, sedangkan mitosis adalah proses
reproduksi sel yang bisa membelah secara teratur yang juga mengalami tahap
seperti meiosis namun dalam prosesnya membutuhkan interfase atau masa
istirahat karena bahan yang digunakan inti sel adalah bahan inti itu
sendiri.Meiosis menyebabkan pembelahan sel yang dapat menghasilkan sel anak
yang memiliki kromosom sampai dengan setengah dari sel yang dimiliki induk
sel. Pembelahan yang terjadi pada meiosis terdapat pada gametosit atau dua sel
kelamin. Pembelahan kromosom pada meiosis tidak diselingi interfase dan
prosesnya terjadi hingga dua kali berturut-turut. Meiosis juga pertama kalinya
muncul melalui siklus profase yang terus berlanjut ke tahap metaphase pertama,
lalu anaphase, dan juga telofase (Rahmawati, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tahap-tahap dari pembelahan
mitosis serta ciri-ciri pada setiap tahapnya. Penelitian ini dilaksanakan pada hari
Senin,23 Oktober 2017 pada pukul 09.30-11.30 WITA di Laboratorium Fisiologi
Perkembangan dan Molekuler Hewan ,Gedung C , lantai 2, Fakultas Matematika
dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Mikroskop ( Prima star ZEISS made in Germany)

 Kaca obyek (object glass)

 Kaca penutup (cover glass).

 Jarum

 Silet

 Cawan petri

 pensil

 Tusuk gigi

 Cutter

 Pipet tetes

3.2.2 Bahan
 Ujung akar bawang Bombay (Allium sp).
 Air
3.3 Cara Kerja
 Dipilih akar. Dipilih akar yang panjangnya berkisar 1-3 cm.
 Direndam dalam larutan HCL 1 N selama 15 menit agar spesimen
terfiksasi dan menjadi lunak. Diambil, cuci dengan air bersih

 Dipindahkan spesimen pada kaca objek bersih yang sudah ditetesi aceto-
arcein 2%. Dibiarkan selama 5-10 menit.

 Dipotong spesimen sekitar 1 mm dari ujung dan sisanya dibuang.

 Ditutup dengan kaca penutup, kemudian lakukan squash. Diketuk-ketuk


kaca penutup dengan bagian pensil (bukan yang runcing) dari arah tengan
ke pinggir.

 Diamati di bawah mikroskop. Dibuat gambar hasil pengamatan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tahap pembelahan Mitosis
4.1.2 Hasil penelitian yang didapat

4.2 Pembahasan
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan yang terjadi pada sel hewan
maupun tumbuhan, yang akan menghasilkan sel anakan ataupun sel baru yang
sifatnya mirip dengan induknya. Pada percobaan yang membahas dan
mempelajari tentang pembelahan mitosis ini, terdapat beberapa fase yang akan
diamati yaitu fase profase, metafase, anafese, dan telofase. Profase merupakan
fase pertama pembelahan.Pada fase ini kromosom mulai terjadi pemendekan,
menebal, dan masing-masing saling berpasangan (2n) yang berdiri dari dua
benang.Pada fase ini, membran ini masih tampak.Pada fase ini membran inti
melebur.Kromosom berkumpul di bidang ekuator yang ada di tengah sel.
Kromosom memperbanyak diri maka setiap kromosom terdiri dari dua
kromatid.Pada saat ini dapat dikatakan bahwa sel memiliki 4n kromosom. Pada
fase anafase setiap kromosom memisahkan diri menjadi dua bagian yang sama,
masing-masingbergerak menuju ke arah kutub sel yang saling berlawanan, jadi 2n
kromosom bergerak ke kutup yang satu, dan 2n kromosom bergerak kekutub yang
lain. Kromosom sampai di kutub masing-masing kemudian terbentuk membran
inti yang mengelilingi kelompok kromosom.Setiap kedua inti yang baru terbentuk
itu, muncul membran pemisah.Kemudian terbentuklah membran sel yang
memisahkan kedua sel anak tersebut. Maka lengkaplah sudah proses pembelahan
mitosis, dari satu sel menjadi dua sel anak. Setiap sel anak memiliki 2n
kromosom.

Berikut ini adalah perbedaan antara pembelahan secara mitosis dan meiosis
A. Mitosis:
 Terjadi pada semua sel tubuh (autosom) yang sedang memperbanyak
diri.
 Hanya terdapat satu tahap pembelahan dalam satu siklus pembelahan
sel.
 Tidak terdapat pasangan kromosom homolog, yang berpisah adalah
kromatid-kromatid yang bergerak menuju kutub yang berbeda.
 Tidak terjadi pertukaran segmen kromosom.
 Sel baru yang dihasilkan sari suatu mitosis akan mempunyai struktur
genetik yang sama dengan sel awal. Hasil akhir dari pembelahan satu
sel adalah dua sel baru yang sama.
B. Meiosis :
 Hanya terjadi pada sel gonad pada saat pembentukan gamet.
 Terdapat dua tahap pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II.
 Terdapat pasangan kromosom homolog pada meiosis I, kemudian setiap
anggota pasangan kromosom akan bermigrasi menuju kutub yang
berbeda. pada meiosis II baru terjadi pemisahan kromatid seperti pada
mitosis.
 Terjadi pindah silang antara kromosom homolog yang berpasangan.
 Sel yang dihasilkan melalui proses meiosis akan mempunyai jumlah
kromosom separuh dari sel semula.
 Hasil akhir dari pembelahan satu sel adalah empat sel baru yang
mempunyai jumlah kromosom separuh dari sel induk.
Pada percobaan yang bertujuan untuk mengamati tahap pembelahan sel
secara mitosis ini, bahan atau objek yang digunakan adalah akar bawang bombay.
Penggunaan akar bawang bombay diharapkan bisa memperlihatkan dengan jelas
proses dan tahap- tahap yang terjadi selama sel melakukan pembelahan secara
mitosis. Akar bawang digunakan untuk mempelajari mitosis dengan alasan
karenaakar bawang memiliki kromosom yang besar, jumlah kromosomnya tidak
terlalu banyak, sehingga lebih memungkinkan untuk mendapatkan hasilpercobaan
yang lebih baik , mudah didapatkan , dan mudah dilakukan(membuat preparat dan
meneliti jaringannya) dan karena akar merupakansalah satu jaringan yang sel-sel
penyusunnya adalah sel-sel somatik,khusus pada ujung akar terdiri dari sel-sel
yang bersifat meristematik,yaitu sel-selnya selalu aktif membelah, sehingga
diharapkan fase-fasemitosis dapat diamati secara lengkap.
Alasan lainnya kenapa menggunakan akar bawang bombayantara lain
karena akar merupakan salah satu jaringan yang sel-sel penyusunnya adalah sel-
sel somatik, khusus pada ujung akar bersifat meristematik. Mitosis merupakan
pembelahan sel yang umumnya terjadi pada sel-sel yang hidup terutama sel-sel
yang sedang tumbuh, dan dan sel-sel ini umnya terdapat pada ujung akar dan
ujung batang tumbuhan.Hal inilah yang melatarbelakangi digunakannya akar
dalam praktikum mitosis ini.
Proses mitosis akan banyak ditemukan pada bagian-bagian jaringan
selsomatik yang bersifat meristematik yaitu ujung akar dan ujung batang.
Pembuatan sediaan dengan metode squash atau pencetan yaitu teknik pembuatan
sediaan dengan menggunakan metode pencetan atau menekan bahanyang akan
digunakan sampai terbentuk lapisan yang sangat tipis sehingga bagiansel yang
ingin diamati terlihat dengan jelas.Bahan yang sering digunakan dalam teknik
squash adalah anther bungakembang sepatu ataupun akar dari bawang merah
maupun bawang bombai.Metode squash lebih mengarah pada pembelahan yang
terjadi pada anther danujung akar.
Pembuatan sediaan dengan metode squash atau pencetan yaitu teknik
pembuatan sediaan dengan menggunakan metode pencetan atau menekan bahan
yang akan digunakan sampai terbentuk lapisan yang sangat tipis sehingga bagian
sel yang ingin diamati terlihat dengan jelas. Bahan yang sering digunakan dalam
teknik squash adalan anther bunga kembang sepatu ataupun akar dari bawang
merah maupun bawang bombai. Metode squas lebih mengarah pada pembelahan
yang terjadi pada anther dan ujung akar.Untuk ujung akar yang sering digunakan
adalah bagian akar yang baru tumbuh atau bagian apeksnya yaitu bagian yang
berwarna putih, pada bagian tersebut seringkali terjadi pembelahan terutama
pembelahan mitosis, sedangkan untuk anther seringkali memperlihatkan
pembelahan meiosis.
Berikut merupakan beberapa perlakuan yang digunakan dalam percobaaan
ini, Sebelum mengamati sel-sel akar dibawah mikroskop, potongan-potongan akar
direndam dengan HCl, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam memotong
tudung akar bawang merah (Allium cepa), karena dengan pemberian HCl dapat
memperjelas batas tudung akar dengan sel-sel diatasnya, tudung akar akan terlihat
lebih putih dibandingkan bagian lain dari akar bawang merah(Allium cepa),
pemberian HCl ini juga dapat melunakkan dinding sel sehingga memudahkan
dalam memotong.
Perlakuan berikutnya adalah pemberian acetocarmin, acetocarmin adalah
pewarna, sehingga jelas fungsinya dalah untuk memberi pigmen kepada sel-sel
akar bawang sehingga mudah untuk diamati.Tidak cukup dengan itu agar
penyerapan warna lebih cepat maka perlu ditambahkan FeCl2, yang pada
praktikum kemarin kami dapatkan dengan mencacah bahan amatan dengan
menggunakan silet berkarat.
Berikut merupakan faktor kesalahan yang dapat terjadi dalam percoban ini:
 Kurang fokusnya praktikan dalam memotong bagian ujung akar bawang
bombay yang menyebabkan perbedaan objek yang ingin diamati.
 Kurang fokusnya praktikan dalam mengamati waktu dalam proses
perendaman sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
 Ketidaktepatan praktikan dalam melakukan metode ataupun perlakuan
squas sehingga objek bisa hancur atau hasilnya tidak sempurna.
 Kurang fokusnya praktikan dalam mengamati objek menggunakan
mikroskop.
 Kurang telitinya praktikan dalam mengamati objek dengan perbesaran
tertentu yang telah ditetapkan agar objek yang ingin diamati bisa terlihat
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Tahap-tahap pembelahan mitosis terdiri dari profase, metafese, anafase,
telofase dan interfase
 Ciri-Ciri Tahap Profase Benang-benang kromonema menjadi pendek dan
bertambah tebal membentuk kromosom homolog dengan duplikatnya
sehingga menjadikan kromosom menjadi 2  yaitu Nukleous dan membran inti
menghilang, Sentriol membelah 2 dan bergerak berlawanan kearah dua kutub
yang berlawanan pula, Setiap sentriol menuju ke benang spinder (benang
gelendong. Ciri-Ciri Tahap Metafase adalah setiap kromosom homolog
dengan duplikatnya sejajar di bidang metafase/dataran metafase. Ciri-Ciri
Tahap Anafase yaitu setiap kromosom homolog memisahkan diri dublikatnya
kearah dua kutup berlawanan dengan gerakan kontraksi dari daya tarik
benang spindel. Ciri-Ciri Tahap Telofase kromosom homolog dan kromosom
dublikatnya saling menuju ke kutub selnya masing-masing ,Mulai terlihat
membran inti sel dan nukleolus,Dibagian tengah sel mulai terbentuk dan
adanya sekat pemisah, terbentuknya dua sel anak.
 Hasil dari pembelahan mitosis adalah terbentuknya dua sel anakan yang
mempuyai sifat identic dengan induknya.
5.2 Saran
Sebaiknya pemotongan akar bawang bombay (Allium sp.) dilakukan pada
waktu pagi hari karena pada waktu pagi hari akar bawang bombay lagi dalam
masa aktif pembelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati,Dian. Purwaningsih .2015.Sel.Jakarta:Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah

George,dkk.2005.Biologi edisi kedua.Jakarta:Erlangga.

Muhlisyah,Nurul dkk.2014.Preparasi Kromosom fase Mitosis Markisa ungu


(fasiflora edulis).Makasar:UIN Alauddin

Nuraini,Tuti.2009.Mitosis dan Meiosis.Jakarta:Universitas Indonesia

Yudiarti,Turrini.Semarang:Universitas Dipenogoro.
LAMPIRAN
ACARA IV
MORFOLOGI TUMBUHAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia termasuk negara yang beriklim tropis sehingga indonesia memiliki
banyak hutan-hutan yang didalamnya terkandung tumbuhan dan hewan yang
beraneka ragam. Tumbuhan di indonesia terdiri dari berbagai jenis antara lain
dapat dilihat dari bentuk,warna,dan struktur yang berbeda-beda. Pada Tumbuhan
terdiri dari Akar (Radix),Batang (Caulix),daun (Folium) dan Bunga (Flox) yang
memiliki bentuk dan susunan struktur tubuh yang berbeda-beda disebut juga
Morfologi Tumbuhan.

Morfologi Tumbuhan adalah Ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan


baik mengenal akar,daun,batang,bunga,dan biji,namun Pada dasarnya tumbuhan
tersusun atas 3 organ pokok yaitu akar (radiks), batang (kaulis), dan daun (folium).
Tumbuhan yang mempunyai ketiga unsur pokok tersebut digolongkan sebagai
Kormofita (cormo = kormus, yaitu: akar, batang dan daun; phyta = tumbuhan),
sedangkan bagian lain dari tubuh tumbuhan dapat dipandang sebagai turunan
(derivat) dari salah satu atau 2 bagian pokok tersebut yang telah mengalami
perubahan bentuk, sifat dan fungsi.

Akar adalah bagian tumbuhan yang mempunyai fungsi untuk menyerap air
dan unsur-unsur hara serta untuk menopang tegaknya tumbuhan. Umumnya
dilengkapi dengan bulu akar yang berfungsi memperluas daerah penyerapan air dan
unsur hara dalam tanah.Batang adalah bagian tumbuhan yang mempunyai fungsi
untuk mendukung daun sehingga berada dalam keadaan yang sesuai untuk dapat
berfotosintesis. Daun adalah bagian tumbuhan dimana proses fotosintesis
berlangsung.Bunga adalah bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat reproduksi.

Oleh karena itu,untuk mengenal berbagai bentuk tumbuhan dilakukan percobaan


untuk mengetahui jenis tumbuhan yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-
beda.
1.2 Tujuan Praktikum
- Untuk mengetahui susunan tubuh tumbuhan
- Untuk mengetahui perbedaan tumbuhan yang termasuk monokotil dan dikotil
- Untuk mengetahui bagian tumbuhan pada praktikum morfologi tumbuhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk


dan susunan tubuh tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukkan
apakah fungsi masing-masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan
selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal bentuk dan susunan tubuh
yang demikian tadi. Selain itu morfologi harus pula dapat memberikan jawaban
atas pertanyaan mengapa bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan
yang beraneka ragam itu (Tjitrosoepomo, 2009).

Dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya morfologi dapat menggunakan


anggapan-anggapan maupun teori-teori yang berlaku dalam dunia Ilmu Hayat,
misalnya :

1. Berdasarkan teori evolusi tubuh tumbuhan akan mengalami perubahan bentuk


dan susunannya, hingga suatu alat atau bagian tumbuhan dapat dicari asal
filogenetiknya.
2. Diterimanya anggapan, bahwa bentuk dan susunan tubuh tumbuhan selalu
disesuaikan dengan fungsinya serta alam sekitarnya (Tjitrosoepomo, 2009).

Kormus adalah tubuh tumbuh-tumbuhan yang hanya dimiliki oleh


Pteridophyta (tumbuhan paku) dan Spermatophyta (tumbuhan biji). Oleh sebab
itu sementara ahli ilmu tubuh tumbuhan menempatkan kedua golongan tumbuhan
tersebut dalam satu kelompok yaang disebut: Cormophyta (tumbuhan kormus)
(Tjitrosoepomo, 2009).

Bagian-bagian lain pada tumbuhan mempunyai tugas untuk menghasilkan


alat perkembangbiakkan atau merupakan alat perkembangbiakkan, jadi fungsinya
bagi tumbuhan adalah untuk menghasilkan keturunan baru. Alat
perkembangbakkan atau alat untuk memperbanyak diri dalam bahasa asingnya
disebut: Organum Reproductivum, misalnya: bunga, buah, biji (Tjitrosoepomo,
2009).
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya
tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada
batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan.
Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku
(nodus) batang. Dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan
daun dinamakan ketiak (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan zat warna
hijau yang dinamakan klorofil. Oleh karna itu, daun biasanya berwarna hijau dan
menyebabkan tumbuhan atau daerah- daerah yang ditempati tumbuhan-tumbuhan
nampak hijau pula (Tjitrsoepomo, 2009).

Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun
yang helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun
warnanya adalah tidak mudah untuk menemukan dua jenis tumbuh-tumbuhan
yang helaian daunnya persis sama bentuk dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun
tidak besar nilainya, terutama dalam hal yang meragukan, sering orang
membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis
tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal. Karna helaian daun merupakan bagian
daun yang terpenting dan lekas menarik perhatian (Tjitrosoepomo, 2009).

Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja, misalnya
bunga coklat (Zephyranthus rosea lindl.), tetapi pada umumnya pada tumbuhan
dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga
saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) sedang lainnya
tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora) (Tjitrosoepomo, 2009).

Suatu bunga majemuk harus dapat dibedakan dari cabang yang mendukung
sejumlah bunga diketiaknya. Pada suatu cabang dengan sejumlah bunga diketiak
jelas kelihatan, bahwa diantara bunga-bunganya sendiri yang terdapat pada
cabang itu terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk berasimilasi
(Tjitrosoepomo, 2009).

Fungsi utama akar adalah sebagai alat penyerap dan unsur har, yang selanjutnya
akan diteruskan ke batang dan daun, sehingga terjadilah proses metabolisme.
Sifat-sifat akar umunya bertolak belakang dengan sifat batang, antara lain adalah
tumbuh menuju ke pusat bumi yang dpositikenal dengan istilah geotrofi positif
atau menuju ke sumber air (hidrotrofi), dan tumbuh menjauhi cahaya (fototrofi
negatif). Akar tidak berbuku atau beruas, karna itu tidak mendukung duduknya
daun. Dalam hal ini biasanya akar berwarna terang, yaitu putih kekuning-
kuningan. Akar akan tumbuh terus, walaupun pertumbuhannya tidak secepat
batang (Rosanti, 2013).

Secara anatomi, akar tediri dari jaringan utama berupa xilem, dan floem.
Jaringan xilem bertugas untuk menyerap air, sedangkan jaringan floem bertugas
menyerap unsur hara. Berdasarkan struktur xilem dan floem, akar tumbuhan
monokotil berbeda dengan akar tumbuhan dikotil. Secara morfologi, akar
merupakan salah satu cara yang paling mudah dalam membedakan akar tumbuhan
monokotil dan dikotil, yang dikenal dengan akar tunggang dan akar serabut
(Rosanti, 2013).

Bunga dikenal dengan nama ilmiah fructus, buah dihasilkan dari proses
penyerbukan atau pembuahan pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan
berkembang menjadi buah dan buah adalah struktur yang membawa biji. Dengan
demikian buah adalah organ pada tumbuhan yang berbunga yang merupakan
perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus
dan melindungi biji, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan (Rosanti, 2013).

Struktur pokok tumbuhan hanya terdiri dari daun, akar, batang, bunga, dan
buah. Kelima struktur pokok ini dapat berkembang dengan mengalami perubahan
bentuk yang dikenal sebagai metamorfosis tumbuhan, menjadi struktur baru
dalam bentuk kuncup (gemma), rimpang (rhizoma), umbi (tuber), alat pembelit
(cirrhus), duri (spina) dan alat alat tambahan (organa accessoria) (Rosanti,
2013).

Pada sistem akar tunggang, akar pokok atau batang akar dapat dibedakan
dengan jelas dari cabang-cabangnya. Hal ini disebabkan karna pertumbuhan akar
pokok jauh lebih cepat daripada pertumbuhan cabang, sehingga batang akar
sangat jelas terlihat. Akar pokok berasal dari akar lembaga disebut akar tunggang
(radiks primaria). Susunan akar yang demikian biasanya terdapat pada tumbuhan
berbiji belah (Dycotyledoneae) dan tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae).
Akar tunggang yang bercabang berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus
kebawah, barcabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga
dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang, dan juga daerah
perakaran menjadi amat luas, sehingga dapat menyerap air dan unsur hara yang
lebih banyak (Rosanti, 2013).

Akar udara disebut juga akar gantung, yang keluar dari bagian-bagian
diatas tanah. Biasanya menggantung keudara dan tumbuh diatas tanah, bergantung
pada tingginya tempat permukaan keluarnya akar gantung dapat mencapai
panjang sampai 30m. Selama masih menggantung akar ini hanya dapat menolong
menyerap air dan zat gas dari udara, dan seringkali mempunyai jaringan khusus
untuk menimbun udara dan air setelah mencapai tanah (Rosanti, 2013).

Walaupun karakter bunga merupakan karakter yang paling berguna di


dalam klasifikasi angiosperame karakter vegetatif tertentu seperti panjang daun,
lebar daun, ukuran duri, letak duri pada daun, jumlah urat daun, warna aurikula,
warna braktea,posisi perbungaan, jumlah karpel perfalang, buah matang dan biji
matang. Perbedaan bentuk dan ukuran daun antara tumbuhan muda dan tumbuhan
dewasa juga penting, sebab morfologi tumbuhan yang masih muda kadang kadang
sangat berbeda dengan morfologi tumbuhan yang dewasa, walaupun jenisnya
sama (Rahayu, 2008).

Pengamatan morfologi dilakukan dengan metode deskriptif, dengan


pengamatan dan pengukuran terhadap bentuk, ukuran dan jumlah dari karakter.
Karakter yang diamati. Bagian – bagian yang diamati adalah batang (warna
batang, macam duri, pola persebaran duri), akar tunjangbetina (bentuk, ukuran,
warna, jumlah braktea, bentuk dan ukuran braktea, bentuk tangkai bunga, ukuran
tangkai bunga, dan warna tangkai bunga ), perbungaan jantan (bentuk, ukuran,
warna, jumlah perbungaan lateral, bentuk “staminal fascicles”, jumlah braktea,
bentuk braktea, warna braktea, bentuk tangkai bunga, warna tangkai bunga, cara
penempelan braktea pada tangkai bunga), buah (bentuk buah, ukuran, warna ,
bentuk falang, ukuran falang, bentuk drupa, ukuran drupa, warna falang, jumlah
stigma dan bentuk stigma pada apex falang), biji (bentuk, ukuran, warna, letak
endokarpium, ukuran endokarpium). Pengamatan morfologi dilakukan dengan
bantuan mikroskop binokuler (Rahayu, 2008).

Ficus racemosa merupakan tumbuhan dari famili Moraceae yang


berhabitat di daerah dataran rendah berawa. Di Indonesia tumbuhan Ficus
racemosa dikenal dengan sebutan pohon loa. Ciri-ciri morfologi dari tumbuhan ini
adalah berdaun hijau tua, halus dan mengkilap, panjang daun sekitar 7-10 cm
dengan bentuk meruncing. Buah bergerombol pada batang pohon, berukuran
kecil dan berjumlah banyak, buah yang belum masak berwarna hijau dan ketika
sudah masak berwarna merah. Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran yang
istimewa dan cocok untuk tumbuh di dataran rendah (ulfah, 2015).

Bagian dari aksis tumbuhan yang menopang daun dan organ reproduktif,
dan biasanya terletak di atas permukaan tanah dan berdiri tegak disebut batang.
Secara umum, batang dan akar mempunyai struktur yang relatif sama, keduanya
memiliki stele dengan xilem dan floem,perisikel, endodermis, korteks dan
epidermis. Perbedaannya adalah dalam hal struktur berkas pengankutnya. Pada
akar, berkas xilem dan floem primer terletak dalam radius yang berbeda dan
terpisah satu dengan yang lainnya, sedang pada batang berkas xilem dan floem
terletak bersebelahan dan dalam radius yang sama. Dalam perkembangan
sekundernya, batang dan akar dari perisikel, sedang akar adventif berkembang
dari bagian akar yang telah dewasa selain perisikel atau dari bagian tubuh yang
lain misalnya dari batang atau daun (putra, 2016).

Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel yang


memiliki struktur dan fungsi yang sama dan disebut jaringan. jaringan pada
tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi menjadi
bermacam - macam bentuk yang memiliki fungsi khusus. Berdasarkan aktivitas
pembelahan sel selama fase pertumbuhan dan perkembangan sel/jaringan
tumbuhan, maka jenis jaringan pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa (permanen) (Putra, 2016).

Pada tumbuhan kelas tingkat tinggi dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu tumbuh-tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil
monocotyledonae dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan
dikotil dicotyledonae. Tubuh tumbuhan dibagi ke dalam sistem akar dan sistem
tunas yang ada di atas permukaan tanahyang terdiri dari batang, daun dan bunga,
yang dihubungkan oleh jaringan vaskuler yang kontinu di seluruh tubuh
tumbuhan, mengangkut zat-zat antara akar dan tunas. Jenis jaringan vaskuler
adalah xilem, yang mengirim air dan mineral terlarut ke atas dari akar ke tunas,
dan floem, yang mengangkut makanan yang dibuat di daun yang sudah dewasa ke
akar dan ke bagian- bagian sistem tunas (putra, 2016).

Tumbuhan biji belah (dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang


yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi
batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat
memanjang, dapat mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal
(monocotyledoneae) sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal sampai ke
ujung boleh di kata tak ada perbedaan besarnya. Hanya pada beberapa golongan
saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas sama, seperti
terlihat pada bermacam-macam palma (palmae) (Tjitrosoepomo, 2009).

Salah satu bagian dari tumbuhan adalah akar. Akar pada tumbuhan
memiliki peranan penting bagi tumbuhan. Akar merupakan bagian tubuh
tumbuhan sebelah bawah, biasanya berkembang dibawah permukaan tanah
meskipun ada pula akar yang tumbuh di udara (seperti halnya batang ada pula
yang tumbuh di bawah permukaan tanah). Susunan dan perkembangan jaringan
primer akar dan batang dapat dibedakan dengan jelas misalnya perkembangan
epidermisnya. Pada tumbuhan berbiji, xylem akar primer bersifat eksarch dan
xilem batang bersifat endarch. Xilem dan floem diakar muda membentuk berkas
pengangkut yang tersusun berseling, sedang pada batang membentuk berkas
pengangkut yang tersusun secara kolateral, bikolateral, atau konsentris. Pada akar
tidak dijumpai bangunan yang serupa daun, cabang-cabangnya terbentuk dari
bagian yang telah dewasa (bukan dikuncup sperti pada batang), tidak mempunyai
stomata tetapi mempunyai tudung akar yang tidak ada persamaannya pada batang.
Berdasarkan asal pembentukannya, ada dua tipe akar yaitu akar primer dan akar
adventif (Tjitrosoepomo, 2009).

Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan
organ reproduksi. Organ-organ tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,
seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan
jaringan pengangkut. Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan
menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar. Berdasarkan
ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm .
Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan.
Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi
seperti stomata dan trikomata (Tjitrosoepomo, 2009).

Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga
terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada monokotil, akar lembaga
mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki
ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan
dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya
melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang
mengandung butir . Butir amilum, dinamakan kolumela (putra, 2016).

Pengukuran pada tumbuhan monokotil semusim dilakukan dengan cara


manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut
kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih
dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang tumbuhan, dan
dengan kedalaman dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah (putra,
2016).
Perakaran tumbuhan dalam menembus tanah dan beradaptasi terhadap
perbedaan lapisan tanah tersebut, serta mengamati perilaku akar terhadap tempat
tumbuh yang didominasi oleh bebatuan, terhadap tempat tumbuh yang didominasi
oleh bebatuan, terhadap tanah yang subur, terhadap tanah dengan tingkat
kekeringan yang tinggi maupun terhadap tanah yang susah ditembus oleh akar
tumbuhan tersebut (putra, 2016).

Pengukuran pada tumbuhan monokotil semusim yakni Helianthus annus


dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam
akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan
penggalian terlebih dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang
tumbuhan, dan dengan kedalaman 50 cm, dimana tidak ditemui lagi akar pada
bidang tanah. Hasil pengukuran di dapat data tinggi, diameter, lebar tajuk, lebar
akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal
(putra, 2016).

Bagian dari aksis tumbuhan yang menopang daun dan organ reproduktif,
dan biasanyaterletak di atas permukaan tanah dan berdiri tegak disebut batang.
Secara umum, batang danakar mempunyai struktur yang relatif sama, keduanya
memiliki stele dengan xilem dan floem, perisikel, endodermis, korteks dan
epidermis. Perbedaannya adalah dalam hal struktur berkas pengankutnya. Pada
akar, berkas xilem dan floem primer terletak dalam radius yang berbeda dan
terpisah satu dengan yang lainnya, sedang pada batang berkas xilem dan floem
terletak bersebelahan dan dalam radius yang sama. Dalam perkembangan
sekundernya, batang dan akar memiliki struktur yang relatif sama (putra, 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum Biologi Dasar tentang “Morfologi Tumbuhan” dilaksanakan pada
hari Senin,30 Oktober 2017 pukul 09.30-11.30, bertempat di Laboratorium
Fisiologi Hewan, Gedung B lantai 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur.

3.2 Bahan-bahan Percobaan


3.2.1 Bahan

Pada penelitian ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: Bahan yang


digunakan mewakili monokotil adalah tanaman padi (Oryza sativa), jagung (Zea
mays) sedangkan untuk tanaman dikotil adalah kembang waru (Hibiscus
tiliaceus), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima).

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengamatan Tanaman Monokotil
 Diamati bentuk akar dan batang tanaman monokotil.
 Diperhatikan daunnya secara teliti, bagaimana tangkainya, letaknya pada
batang, pertulangan daunnya, tepi daun dan teksturnya.
 Diamati bunga jagung dan padi. Bagaimana macamnya, jumlah sepal dan
petalnya, serta benang sari dan putiknya.
 Digambarkan tanaman tersebut dan tunjukkan bagian-bagiannya dengan
lengkap.

3.3.1 Pengamatan Tanaman Dikotil


 Diamati bentuk akar dan batang tanaman dikotil.
 Diperhatikan daunnya secara teliti, bagaimana tangkainya, letaknya pada
batang, pertulangan daunnya, tepi daun dan teksturnya.
 Diamati bunga sepatu,merak dan waru. Bagaimana macamnya, jumlah sepal
dan petalnya, serta benang sari dan putiknya.
 Digambarkan tanaman tersebut dan tunjukkan bagian-bagiannya dengan
lengkap.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Oryza Sativa

Gambar 4.1.1Oryza sativa

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyledone

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa

Nama umum : Padi


4.1.2 Zea Mays

Gambar 4.1.2 Zea mays

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Poales

Family : Poaceae
Genus : Zea

Spesies : Zea mays L.

Nama umum : Jagung

4.1.3 Hibiscus tiliaceus

Gambar 4.1.3 Hibiscus tiliaceus

Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Malvales
Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus tiliaceus

Nama umum : Kembang Waru

4.1.4 Hibiscus rosa-sinensis

Gambar 4.1.4 Hibiscus rosa-sinensis

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Sprmatophyta
Class : Dycotiledon

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa-sinensis

Nama umum : Kembang Sepatu

4.1.5 Caesalpinia pulcherrima

Gambar 4.1.5 Caesalpinia pulcherrima


Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dycotiledone

Ordo : Legominosae

Family : Caesalpiniaceae

Genus : Caesalpinia

Spesies : Caesalpinia pulcherrima

Nama umum : Kembang Merak


4.3 Pembahasan
Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempeajari tentang struktur dan
bentuk tubuh tumbuhan. Morfologi mempelajari keseluruhan struktur luar yang
bisa dilihat dengan mata dari tumbuhan itu. Mulai dari akar (Radiks), batang
(Kaulis) dan bunga (Flos). Hal inilah yang membuat kita bisa mengidentifikasi
tumbuhan tersebut, apakah termasuk tumbuhan monokotil (biji berkeping satu)
atau tumbuhan dikotil (biji 1 berkeping dua). Pada percobaan ini sampel untuk
tuumbuhan diguakan tanaman padi (Oryza sativa) dan tanaman jagung (zea mays)
untuk contoh tumbuhan monokotil, serta kembang waru (Hibiscus tiliaceus),
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dan kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima) untuk contoh tumbuhan dikotil.
Monokotil merupakan tumbuhan berkeping satu adalah salah satu dari dua
kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya
memiliki satu daun lembaga. Ciri-ciri tumbuhan monokotil antara lain berakar
serabut, tulang daun berbentuk sejajar atau melengkung, dan memiliki tudung
akar. Contohnya pada padi, jagung, pisang, dll. Sedangkan dikotil dapat diartikan
sebagai tumbuhan biji berkeping dua yang meiliki sepasang daun lembaga dimana
bijinya dapat membelah. Ciri-cirinya antara lain bearakar tunggang, tulang daun
menyirip atau menjari dan tidak memiliki tudung akar. Contohnya pada kembang
waru, kembang sepatu, kembang merak, manga, dll.
Tanaman monoktil dan dikotil memiliki perbedaan, yaitu :
1. Perbedaan Akar
Tumbuhan monokotil umumnya bearakar serabut yang tipis dan kecil,
sedangkan tumbuhan dikotil berakar tunggang yang kuat dan menembus
tanah. Pada monokotil juga terdapat tudung akar sedangkan pada dikotil
tidak mrmiliki tudung akar.
2. Perbedaan Batang
Batang tumbuhan dikotil umumnya tidak bercabang melainkan terus
tumbuh meninggi serta tidak berkambium. Sedangkan pada batang
tumbuhan dikotil umumnya bercabang dan memiliki kambium pada
perbatasan antara jaringan xilem dan floem.
3. Perbedaan Daun
Bentuk daun tumbuhan monokotil umumnya memanjang dengan tulang
daun sejajar, sedangkan bentuk daun tumbuhan dikotil umumnya melebar
dengan tulang daun menjari atau menyirip.
4. Perbedaan Bunga
Bunga tumbuhan monokotil pada umumnya memiliki kelopak dengan
jumlah 3 atau kelipatannya, sedangkan bunga pada tumbuhan dikotil
umumnya memiliki kelopak 4 atau 5 atau kelipatannya.
5. Perbedaan Berkas Pengangkut
Berkas pengangkut tumbuhan monokotil umunya tersebar, baik pada
pembuluh tapis maupun pembuluh kayunya, sedangkan berkas
pengangkut pada tumbuhan dikotil umumnya teratur.
Pada praktikum ini digunakan 5 bahan sebagai contoh yaitu tanaman padi (Oryza
sativa), tanaman jagung (zea mays), kembang waru (Hibiscus tiliaceus), kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dan kembang merak (Caesalpinia pulcherrima).
Bagian-bagian dari tumbuhan terdiri dari akar, batang, daun, dan bunga.
Pada Oryza sativa memiliki ciri-ciri yaitu berakar serabut, batangnya tersusun dari
beberapa ruas, daunnya memiliki sisik dan telinga daun, dan bunganya kecil. Pada
Zea mays akarnya serabut, batangnya panjang beruas-ruas, daunnya memanjang,
bunganya kecil dan benang sari serta putiknya terpisah. Pada Hibiscus tiliaceus
akarnya tunggang, batangya bercabang, daunnya bertangkai panjang dan berwarna
hijau kusam, bunganya berukuran besar dan umumnya berwarna kuning. Pada
Hibiscus rosa-sinensis akarnya tunggang, batangnya bercabang, daunnya
berbentuk bulat dan sisi daunnya runcing dan bunganya memiliki putik serta
benang sari sekaligus. Pada Caesalpinia pulcherrima akarnya tunggang,
batangnya tinggi dan bercabang, daunnya majemuk dan bentuk tulang daunnya
menyirip, bunganya berwarna merah atau kuning serta buahnya adalah kacang
polong yang bentuknya pipih.
Faktor kesalahan yang terjadi pada praktikum saat itu adalah salah
mengambil tanaman kembang sepatu, inidikarenakan kembang sepatu memiliki
banyak spesies yang bentuk dan warnanya sangat mirip. Faktor kesalahan lainnya
yaitu bunga yang dibawa pada saat praktikum sudah layu dan tidak segar,
sehingga sulit untuk melihat putik dan benang sarinya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Bentuk dan susunan tubuh pada tumbuhan terdiri dari Akar (Radix),Batang
(Caulix),daun (Folium) dan Bunga (Flox) . Morfologi Tumbuhan adalah Ilmu
yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik mengenal
akar,daun,batang,bunga,dan biji,namun Pada dasarnya tumbuhan tersusun
atas 3 organ pokok yaitu akar (radiks), batang (kaulis), dan daun (folium).
Tumbuhan yang mempunyai ketiga unsur pokok tersebut digolongkan
sebagai Kormofita (cormo = kormus, yaitu: akar, batang dan daun; phyta =
tumbuhan), sedangkan bagian lain dari tubuh tumbuhan dapat dipandang
sebagai turunan (derivat) dari salah satu atau 2 bagian pokok tersebut yang
telah mengalami perubahan bentuk, sifat dan fungsi.
 Tumbuhan dikotil mempunyai ciri: akar tunggang, batang bercabang, daun
menyirip atau menjari, tidak memiliki tudung akar, biji berkepeing dua,
jumlah kelopak bunga kelipatan dua, berkas pengangkut kolateral terbuka,
memiliki dua keping kotiledon, sedangkan tumbuhan monokotil memiliki ciri
akar serabut, tilang daun lurus atau sejajar, memiliki tudung akar, keping
berbiji satu, tidak memiliki kambium, jumlah kelopak bungan kelipatan tiga.
 Batang (caulis), akar (radix), daun (folium), tangkai daun (petiolus), helai
daun(lamina), tulang daun(nervatio veratio), mahkota(corola),
putik(pistillum) dan sebagainya.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat menggunakan tumbuhan selain
dari tumbuhan yang tergolong ke dalam tumbuhan monokotil dan dikotil,
sehingga kita dapat mengetahui berbagai macan bagian tumbuhan dari berbagai
jenisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rosanti,Dewi.2013.Morfologi Tumbuhan.Jakarta:Erlangga

Tjitrosoepomo,Gembong.2009.Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta:Universitas
Gadjah Mada

Putra,dony ray(dkk).2016.Morfologi Perakaran Tumbuhan Monokotil dan


Tumbuhan Dikotil Growth Roots Monocots Plant And Dicots Plant
Morphological. Supervision.Medan:Universitas Sumatra Utara.

Rahayu,Endarti Sri (dkk).2008.Keanekaragaman Morfologi dan Anatomi


Pandanus di Jawa barat.Jakarta: Universitas Nasional

Ulfah,maria(dkk).2015. Kajian morfologi tumbuhan pada spesies tanaman lokal


berpotensi penyimpan air: Konservasi air di Karangmanggis, Boja, Kendal, Jawa
Tengah.Semarang:Universitas PGRI Semarang
LAMPIRAN
ACARA V
ANATOMI TUMBUHAN
MONOKOTIL DAN DIKOTIL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia termasuk negara yang beriklim tropis sehingga indonesia
memiliki banyak hutan-hutan yang didalamnya terkandung tumbuhan dan hewan
yang beraneka ragam. Tumbuhan di indonesia terdiri dari berbagai jenis antara
lain dapat dilihat dari bentuk, warna dan struktur yang berbeda-beda. Pada
Tumbuhan terdiri dari sel, jaringan dan organ yang merupakan bagian dalam
tumbuhan yang disebut anatomi tumbuhan (Hidayat, 1995).

Anatomi Tumbuhan adalah Ilmu yang mempelajari struktur organ


tumbuhan bagian dalam. Tumbuhan tersusun dari sel-sel yang membentuk
jaringan dengan fungsi yang sama. Secara garis besar, jaringan tumbuhan dapat
dibedakan atas jaringan muda (meristem) dan jaringan dewasa. Jaringan meristem
biasanya tersusun oleh sel-sel yang masih embrional yaitu sel-sel yang masih aktif
membelah. Jaringan dewasa terdiri atas : epidermis (jaringan pelindung),
parenkim (jaringan dasar), sklerenkim dan kolenkim (jaringan penguat), floem
dan xylem (jaringan pengangkut) (Hidayat, 1995).
Epidermis merupakan jaringan penyusun tubuh tumbuhan paling luar,
umumnya terdiri atas selapis sel dan berfungsi untuk melindungi organ tumbuhan
bagian dalam. Parenkim merupakan jaringan dasar karena merupakan jaringan
penyusun sebagian besar organ tumbuhan. Jaringan parenkim merupakan tempat
berlangsungnya fotosintesis, repirasi, penimbunan cadangan makanan dan sekresi
serta ekresi. Kolenkim dan sklerenkim merupakan jaringan mekanik yang berfungsi
sebagai jaringan penguat. Xylem dan floem merupakan jaringan pengangkut
tumbuhan. Jaringan xylem berfungsi sebagai saluran pengangkut air dan zat hara dari
akar ke bagian lain tumbuhan. Jaringan floem berfungsi sebagai pengangkut hasil
similasi dari daun ke bagian tumbuhan yang membutuhkan (Hidayat, 1995).
Oleh karena itu, untuk mengenal berbagai jaringan tumbuhan pada tanaman
monokotil dan dikotil dilakukan percobaan untuk mengetahui jaringan tumbuhan
yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda.
1.2 Tujuan Praktikum
 Untuk mengetahui perbedaan akar dari tumbuhan dikotil dan monokotil
 Untuk mengetahui perbedaan daun dari tumbuhan dikotil dan monokotil
 Untuk mengetahui perbedaan batang dari tumbuhan dikotil dan
monokotil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Pelindung


Sel pada jaringan pelindung (jaringan epidermis) adalah sel sel yang
berada di sekitar permukaan, membentuk lapisan pelindung yang melapisi organ
tanaman,membentuk “kulit” dalam pengertian sehari-hari. Lapisan paling luar dari
jaringan pelindung ini disebut jaringan epidermis (Hariyadi, 2015).
Pada jaringan ini, sel-sel terusun secara rapi satu sama lain sehingga tidak
menyisakan ruangan kosong diantara sel-sel. Sel-sel pada jaringan epidermis ini
umumnya pejal dan pada permukaan luar biasanya kaya akan komponen-
komponen penguat, terutama lilin dan kutin. Lapisan lilin pada apel dan ketimun
merupakan contoh yang nyata dan mudah diamati. Jaringan pelindung ini
mempunyai peranan yang penting yaitu melindungi bagian yang ada didalamnya
dari gangguan fisik maupun mekanik dari luar (Hariyadi, 2015).

2.2 Jaringan Vaskuler


Jaringan vaskuler ini terdiri dari dua macam, yaitu jaringan xilem dan
filem. Xilem yang berperan dalam transport air, biasanya terdiri dari sel-sel yang
berbentuk memanjang seperti tabung. Jaringan floem bertanggung jawab transport
bahan-bahan organik (Hariyadi, 2015).

2.3 Jaringan Parenkim


Jaringan parenkim merupakan jaringan utama pada kebanyakan buah dan
sayuran,yaitu jaringan yang bisa dimakan (edible portion). Sel-sel ini berbeda
bentuk (morfologi) dan fisiologinya, tergantung pada kegiatan dan kondisi
fisiologi tanaman. Sel-sel pada jaringan parenkim umumnya persegi banyak dan
beragam.karena ini, sel-sel dalam jaringan parenkim umumnya tidak tersusun
secara rapi, sehingga diantara sel-sel terdapat banyak rongga udara. Rongga udara
ini mempunyai peranan yang penting dalam pengendalian mutu selama proses
penanganan pasca panen. Pada varietas apel tertentu ronnga udara ini dapat
mencapai sekitar 25 % dari keseluruhan volume. Namun jaringan parenkim pada
kentang tersusun cukup rapi sehingga hanya mempunyai rongga udara sekitar
saja. Sel parenkim dewasa biasanya mempunyai dinding cukup tipis dan
mengandung vakuola yang cukup besar (Zulkarnain, 2009).
Secara umum, sel parenkim dapat damati adanya middle lamella yaitu
senyawa perekat antar sel yang mengikat dinding sel yang satu dengan yang
lainnya guna menjaga kesatuan jaringan. Umumnya middle lamella terdiri dari
senyawa-senyawa pektat.struktur sel sangat penting dalam menjaga sel-sel pada
jaringan parenkim mempunyai dinding atau pun sekunder umumnya dinding sel
sekunder ini sangat minimal dan tipis. Namun, dalam proses penuaan dinding sel
sekunder ini dapat menebal dan mengalami proses signifikasi (pembentukan
lignin) sehingga menghasilkan tekstur yang keras (sering disebut woody texture)
karenanya, struktur dindig sel pada jaringan parenkim sangat berperan pada
karateristik tekstur pada buah dan sayuran. Misalnya, hilangnya karateristik
tekstur renyah (karena adanya proses pengempukan) selama proses pematangan
erat (Hariyadi, 2015).

2.4 Anatomi Jaringan Tanaman


Pada tahun 1875, Sach menyusun suatu klasifikasi jaringan tanaman
tingkat tinggi berdasarkan kesinambungan topografinya. Menurut klasifikasi
tersebut, tubuh tanaman tingkat tinggi terdiri atas 3 sistem jaringan, yakni sistem
jaringan dermis, sistem jaringan vaskular dan sistem jaringan dasar. Sistem
dermis membentuk suatu mekanisme perlindungan permukaan tanaman yang
dikenal pula sebagai jaringan epidermis. Selama proses pertumbuhan sekunder,
epidermis digantikan oleh sistem dermis lainnya yaitu periderm dengan sel-sel
gabus yang membentuk jaringan pelindung baru. Sistem vaskular terdiri atas dua
jaringan penghantar utama yaitu floem dan xilem.jaringan ini terdiri atas berbagai
tipe sel. Beberapa diantaranya adalah sel sel yang tipenya khas, sedangkan yang
lainnya analog dengan sel-sel yang terdapat pada sistem dermis dan sistem
jaringan dasar. Sistem jaringan dasar terdiri atas semua jaringan, selain dari sistem
dermis dan vaskular. Parenkim adalah salah satu jaringan dasar yang paling
umum. Beberapa parenkim mengalami modifikasi sebagai jaringan pendukung
yang terdiri atas sel sel berbanding tebal yang disebut kolenkim (Zulkarnain,
2009).

2.5 Epidermis
Epidermis adalah lapisan sel-sel yang terletak paling luar pada permukaan
tubuh tanaman. Istilah epidermis berasal dari bahasa yunani, yaitu “epi” yang
berarti diatas dan “derma” yang berarti kulit. Fungsi utama dari epidermis adalah
untuk membatasi tingginya laju transpirasi, memberikan perlindungan secara
mekanis bagi tanaman,mendorong pertukaran udara dengan adanya stomata, serta
sebagai tempat penyimpanan air dan produk-produk metabolit. Sel-sel epidermis
umumnya berbentuk tubular. Bentuk, ukuran, serta ketebalan dinding dan kutikula
sel-sel epidermis ini adakalanya berbeda tergantung pada letaknya pada organ
tanaman (Zulkarnain, 2009).

2.6 Xilem
Istilah xilem berasal dari bahasa yunani yaitu “xylos” yang berarti kayu.
Xilem merupakan jaringan yang berperan untuk pengangkutan air di dalam tubuh
tanaman. Xilem bersama-sama dengan floem dikenal sebagai jaringan vaskular
atau jaringan pengangkut. Ada 4 macam sel dalam proporsi berbeda yang
dijumpai pada jaringan xilem yaitu pembuluh, trakeid, serat dan parenkim.
Sebagian besar sel xilem merupakan sel-sel pembuluh dan trakeid, serat dan
parenkim. Sebagian besar sel xilem merupakan sel-sel pembuluh dan trakeid yang
memiliki dinding yang mengalami lignifikasi tebal. Sel-sel xilem pun merupakan
elemen penghantar air. Sel trakeid bentuknya panjang mirip dengan sel
serat,namun dengan diameter yang lebih lebar. Pada potongan melintang jaringan
xilem, tampak bahwa sel-sel pembuluh yang besar dengan bentuk hampir
membulat. Sel trakeid bentuknya panjang mirip dengan sel serat, namun dengan
diameter yang lebih lebar. Pada potongan melindung jaringan xilem, tampak
bahwa sel-sel pembuluh yang besar dengan bentuk hampir membulat. Sel trakeid
sulit dibedakan dari sel serat ataupun vessel pada potongan melintang xilem
(Zulkarnain, 2009).
Perbedaan berikut ini dapat ditemukan pada potongan melintang jaringan
xilem yaitu :
a. Pembuluh metaxilem, yaitu sel-sel dengan ukuran lebih besar, ditemukan pada
bagian yang terbentuk paling akhir di xilem.
b. Pembuluh protoxilem, yaitu sel-sel yang mengalami lignifikasi, dibentuk
pertama kali dan biasanya agak padat. Perlu diperhatikan bahwa pada
batang,protoxilem terdapat di sebelah dalam metaxilem;sedangkan pada akar,
protoxilem terdapat di sebelah luar.
c. Penebalan lignin pada trakeid dan pembuluh merupakan salah satu dari lima
tipe sel xilem. Penebalan spiral merupakan karateristik pembuluh protoxilem.
d. Sel-sel parenkim yaitu sel sel berdinding tipis yang berdinding tipis berasosiasi
dengan pembuluh dan trakeid
(Zulkarnain, 2009).

2.7 Floem
Istilah floem berasal dari bahasa yunani yaitu floem yang artinya kulit
adalah jaringan penghantar makanan yang pokok pada tanaman tingkat floem dan
xilem secara spasial saling berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem
vaskular pada tubuh tanaman. Pada jaringan floem dapat ditemukan tipe sel, yaitu
pembuluh tapis, sel penyerta, sel parenkim dan sel serat. Sel yang terbentuk
tubulur (silindris), memanjang dan memiliki dinding yang tipis merupakan sel sel
pembuluh tapis.sel-sel tersebut aktif pada saat masih muda. Semakin menuanya
pembuluh tapis,inti sel mengalami disintegrasi, walaupun sitoplasmanya tetap
bertahan. Setiap pembuluh tapis disertai oleh satu sel penyerta yang tetap
memiliki inti pada saat dewasa. Bagian dinding pembuluh tapis yang menopang
dua atau lebih bidang tapis umumnya disebut lempeng tapis. Seperti semua
organisme multiseluler, tumbuhan dicirikan selular, yakni spesialisasi sel-sel
dalam struktur dan fungsi. Diferensiasi selular mungkin melibatkan perubahan-
perubahan di dalam sitoplasma dan organel-organelnya maupun di dalam dinding
sel (Campbell, 2012). Meristem-meristem menghasilkan sel-sel untuk organ-
organ baru bahwa pertumbuhan tumbuhan tidak terbatas pada periode embrionik
atau juvenil. Sebagai gantinya, pertumbuhan terjadi disepanjang kehidupan
tumbuhan suatu proses yang dikenal pertumbuhan intermediate (Campbell, 2012).
Syringodium issoetifolium merupakan tumbuhan tingkat tinggi
(Angiospermae) yang mampu beradaptasi untuk dapat hidup terbenam di laut
sampai kedalaman 8-15 meter dan 40 meter di bawah permukaan laut di perairan
tenang dan terlindung, serta sangat bergantung pada cahaya matahari yang masuk
ke perairan. S.isoetifolium merupakan tumbuhan laut monokotil yang memiliki
perkembangan daun, sistem perakaran dan batang yang lengkap. Kemampuan
S. Isoetifolium berkembang biak di perairan laut, karena mempunyai struktur
morfologi dan anatomi yang khusus sehingga dilakukan penelitian mengenai S
isoetifolium. Penelitian ini termasuk penelitian observasional. Analisis data
dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Karakteristik anatomi yang
diteliti ialah struktur epidermis (Frasiandini, 2014).
Struktur mesofil merupakan struktur berkas pembuluh. Struktur anatomi
yang dimiliki oleh S issoetifolium ialah akar berupa akar serabut dan memiliki
struktur anatomi berupa lapisan epidermis yang mempunyai trikhoblast, lapisan
eksodermis, lapisan korteks, lapisan endodermis dan berkas pembuluh utama yang
terletak secara radial. Batang S. isoetifolium merebah, struktur anatomi batang dari
S.isoetifolium berupa lapisan epidermis selapis, lapisan korteks yang mempunyai
berkas pembuluh kecil yangmenyebar secara melingkar bertipe konsentris
amfikribal, berkas pembuluh utama terletak secara konsentris amfikribal. S.
isoetifolium mempunyai bangun daun acicular dengan ujung daun runcing,
pangkal daun runcingmemiliki ligula dan memiliki pelepah, struktur anatomi daun
S. isoetifolium berupa lapisan kutikula yang tipis danberklorofil, lapisan
epidermis, jaringan mesofil yang kaya akan kloroplas dan terdapat berkas
pembuluh kecil yang menyebar sebanyak delapan buah, serta berkas pembuluh
utama terletak secara konsentris amfikribal (Frasiandini, 2014).
Tumbuhan tersusun dari berbagai organ seperti akar, batang, daun dan
organ reproduksi. Organorgan tersebut juga tersusun dari berbagai jaringan,
seperti jaringan meristem, parenkim, sklerenkim, kolenkim, epidermis dan
jaringan pengangkut Epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan
menutupi permukaan daun, bunga, buah, biji, batang dan akar. Berdasarkan
ontogeninya, epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm (Putra,
2016).
Epidermis berfungsi sebagai pelindung bagian dalam organ tubuh
tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, Epidermis dapat berkembang dan mengalami
modifikasi seperti stomata dan trikomata. Bagian dari aksis tumbuhan yang
menopang daun dan organ reproduktif dan biasanya terletak di atas permukaan
tanah dan berdiri tegak disebut batang. Secara umum, batang dan akar mempunyai
struktur yang relatif sama, keduanya memiliki stele dengan xilem dan floem,
perisikel, endodermis, korteks dan epidermis (Putra, 2016).
Perbedaannya adalah dalam hal struktur berkas pengankutnya. Pada akar,
berkas xilem dan floem primer terletak dalam radius yang berbeda dan terpisah
satu dengan yang lainnya, sedang pada batang berkas xilem dan floem terletak
bersebelahan dan dalam radius yang sama. Dalam perkembangan sekundernya,
batang dan akamemiliki struktur yang relatif sama (Putra, 2016).
Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel yang
memiliki struktur dan fungsi yang sama dan disebut jaringan. jaringan pada
tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi menjadi
bermacam-macam bentuk yang memiliki fungsi khusus. Berdasarkan aktivitas
pembelahan sel selama fase pertumbuhan dan perkembangan sel/jaringan
tumbuhan, maka jenis jaringan pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa (permanen). Xylem dan floem merupakan jaringan
pengangkut tumbuhan. Jaringan xylem berfungsi sebagai saluran pengangkut air
dan zat hara dari akar ke bagian lain tumbuhan. Jaringan floem berfungsi sebagai
pengangkut hasil similasi dari daun ke bagian tumbuhan yang membutuhkan
(Putra, 2016).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Peneliti


Praktikum Biologi Dasar tentang “Anatomi Tumbuhan Monokotil dan
Dikotil” dilaksanakan pada hari Senin,13 November 2017 pukul 09.30-11.30,
bertempat di Laboratorium Fisiologi perkembangan dan Molekuler Hewan,
Gedung C lantai 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur.

3.2 Alat Dan Bahan Percobaan


3.2.1 Alat
Alat yang diperlukan adalah silet, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes dan
mikroskop.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah batang dan daun jagung (Zea mays); batang
dan daun bayam (Amaranthus sp.) serta aquades.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Bayam (Amaranthus sp.)
Prosedur percobaan yang dilakukan yaitu dibuat sayatan melintang dari
batang setipis mungkin dengan menggunakan silet. Kemudian diletakkan pada kaca
objek yang sudah dibersihkan dan telah ditetesin aquades, kemudian tutuplah dengan
kaca penutup. Dengan perbesaran lemah, gambarlah satu sektor dari penampang
tersebut dan sebutkan bagian-bagiannya. Diperhatikan jaringan terluar atas selapis sel
epidermis, di sebelah dalamnya terdapat jaringan hypodermis yang disusul oleh
jaringan parenkim, kemudian beberapa lapis kolenkim. Jaringan penguat terdiri atas
sel-sel sklerenkim, berkas pengangkut terdiri atas xylem dan floem, jari-jari empulur
dengan empulur di bagian tengahnya.

3.3.2 Jagung (Zea mays)


Prosedur percobaan yang dilakukan yaitu dibuat sayatan melintang dari
batang setipis mungkin dengan menggunakan silet. Kemudian diletakkan pada kaca
objek yang sudah dibersihkan dan telah ditetesin aquades, kemudian tutuplah dengan
kaca penutup. Dengan perbesaran lemah, gambarlah satu sektor dari penampang
tersebut dan sebutkan bagian-bagiannya. Diperhatikan struktur jaringan epidermis,
hypodermis (berupa sklerenkim berkas pengangkut dengan selubung sklerenkim yang
tersebar di antara parenkim jaringan dasar) diamatilah juga dengan perbesaran kuat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Data pengamatan


Melalui percobaan mengamati sayatan daun dan batang Amaranthus sp.
(bayam) dan Zea mays (jagung) didapatkan hasil sebagai berikut.

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

No Gambar Keterangan
1. Folium 1. Epidermis Atas
Daun 2. Epidermis Bawah
Bayam 3. Xylem
(Amarant hus
4. Floem
sp.)
5. Ruang Udara
6. Palisade

Perbesaran 4x10

2. Caulis 1. Epidermis
Batang Bayam (Amaranthus sp.) 2. Korteks
3. Kambium
4. Xylem
5. Floem
6. Empulur

Perbesaran 4x10
3. Folium 1. Epidermis Bawah
Daun Jagung (Zea mays) 2. Epidermis Atas
3. Xylem
4. Floem
5. Ruang Udara
6. Palisade

Perbesaran 4x10

4. Caulis 1. Epidermis
Batang Jagung (Zea mays) 2. Korteks
3. Endodermis
4. Xylem
5. Floem
6. Empulur

Perbesaran 4x10
4.2 Pembahasan
Anatomi adalah Ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh manusia,
berasal dari bahasa yunani “ana” yang berarti habis atau keatas dan “tomos” yang
berarti memotong atau mengiris. Maksudnya anatomi adalah ilmu yang
mempelajari struktur tubuh (manusia) dengan cara menguraikan tubuh (manusia)
menjadi bagian yang kecil kebagian yang paling kecil, dengan cara memotong
atau megiris tubuh (manusia) kemudian diangkat, dipelajari dan diperiksa
menggunakan mikroskop ) (Hidayat, 1995).
Anatomi yang akan diajarkan untuk memperdalam atau untuk memahami
ilmu  gerak adalah anatomi macroscopia yang tergolong dalam anatomi
systematica yang meliputi Osteologi, arthrologi dan myology dan anatomi
regionale yang meliputi: Regio membri superioris (anggota gerak atas), Regio
membri inferioris (anggota gerak bawah), Regio thoracalis (dada) dan Regio
abdominalis (perut) (Hidayat, 1995).
Ilmu Anatomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kronologi
masalah anatomi mulai dari kejadian pemeriksaan kurban persembahan pada masa
purba hingga analisa rumit akan bagian-bagian tubuh oleh para ilmuwan modern.
Dalam perkembangannya, manusia semakin memahami fungsi-fungsi dan struktur
tubuh melalui ilmu anatomi. Metode pemeriksaan selalu berkembang, dari
pemeriksaan tubuh hewan, pembedahan mayat, sampai ke teknik-teknik kompleks
yang dikembangkan pada satu abad terakhir.
Berikut salah satu gagasan tentang bagian tumbuhan yang dijelaskan oleh
Putra (2016) yaitu bagian dari tumbuhan salah satunya adalah akar. Akar pada
tumbuhan memiliki peranan penting bagi tumbuhan. Akar merupakan bagian
tubuh tumbuhan sebelah bawah, biasanya berkembang di bawah permukaan
tanah meskipun ada pula akar yang tumbuh di udara (seperti halnya batang
ada pula yang tumbuh di bawah permukaan tanah). Susunan dan
perkembangan jaringan primer akar dan batang dapat dibedakan dengan jelas
misalnya perkembangan epidermisnya. Pada tumbuhan berbiji, xylem akar
primer bersifat eksarch dan xilem batang bersifat endarch. Xilem dan floem
diakar muda membentuk berkas pengangkut yang tersusun berseling, sedang
pada batang membentuk berkas pengangkut yang tersusun secara kolateral,
bikolateral, atau konsentris (Putra, 2016).
A. Jaringan Meristem (Embrionik) Tumbuhan
Pengertian Jaringan Meristem - Jaringan meristem adalah jaringan muda
sekelompok sel-sel tumbuhan aktif membelah. Sel-sel meristem akan
menghasilkan sel baru yang sebagian dari hasil pembelahan akan tetap berada di
dalam meristem, hal ini disebut sebagai sel permulaan atau inisial. Sedangkan dari
sel-sel baru, digantikan kedudukannya oleh sel meristem yang disebut dengan
derivatif atau turunan.
B. Jaringan Dewasa (Permanen) Tumbuhan
Jaringan meristem dewasa adalah jaringan yang telah mengalami deferensiasi.
Jaringan ini sudah tidak mengalami pembelahan lagi atau tidak aktif.Macam-
macam jaringan dewasa (Permanen).Jaringan dewasa dapat terdiri dari beberapa
macam yang dibedakan berdasarkan dari bentuk dan fungsinya. Macam-macam
jaringan dewasa (permanen) adalah sebagai berikut.
C. Jaringan Epidermis (Pelindung)
Jaringan epidermis adalah lapisan paling luar pada setiap organ tumbuhan
seperti akar, batang, daun, buah, bunga, biji).Jaringan epidermis berfungsi sebagai
pelindung yang menutupi seluruh organ tumbuhan.Jaringan epidermis berasal dari
protoderm. Setelah tua bisa tetap ada atau rusak, dan jika sampai rusak maka
jaringan epidermis akan digantikan oleh gabus. Umumnya lapisan epidermis
hanya terdiri dari selapisn namun ada juga yang lebih dengan bentuk dan ukuran
yang beragam.
D. Jaringan Parenkim (Dasar)
Jaringan parenkin (dasar) adalah jaringan yang terdapat diseluruh organ
tumbuhan.Jaringan parenkim terbentuk dari sel-sel yang hidup dengan struktur
morfologis dan siologis yang beragam.Dapat disebut sebagai jaringan dasar
karena memiliki peranan sebagai penyusun sebagian besar jaringan pada akar,
batang, daun, buah, dan biji.
E. Jaringan Penyokong/Penguat (Mekanik) Tumbuhan
Jaringan penyokong/penguat adalah jaringan yang memberikan kekuatan bagi
tumbuhan sehingga mampu berdiri tegak. Jaringan penyokong (penguat)
tumbuhan di bagi berdasarkan sifat dan bentuknya antara lain sebagai berikut:
F. Jaringan Kolenkim
Jaringan kolenkim adalah jaringan penyokong atau penguat pada organ
tumbuhan muda dan tanaman herba.Kolenkim merupakan sel hidup yang sifatnya
mirip dengan parenkim. Ada sel yang mengandung kloroplas dan berperan dalam
proses fotosintetis. Kolenkim tersusun dari sel-sel hidup dengan protoplasma yang
aktif dan memiliki bentuk memanjang dengan penebalan yang tidak
merata.Jaringan penyokong berfungsi dalam memperkokoh tumbuhan.Sel-sel
yang kuat, tebal dan telah mengalami spesialisasi.Jaringan ini juga berfungsi
sebagai pelindung biji dam belas veskuler.
1). Jaringan Sklerenkim
Jaringan sklerenkim adalah jaringan penguat yang diri dari sel-sel
mati.Sklerenkim memiliki dinding sel yang kuat, tebal dan mengandung
lignin.Sklerenkim terbagi dari dua macam berdasarkan bentuknya yaitu, serabut
dan sklereid (sel batu).Serabut atau serat berasal dari jaringan meristem yang
terdiri dari sel-sel panjang dan bergerombol membentuk anyaman atau
pita.Misalnya pelepah daun pisang.Sedangkan pada sklereid (sel batu) adalah
jaringan sklerenkim yang bentuk selnya membulat dengan dinding sel mengalami
penebalan.Misalnya pada tempurung kelapa atau kulit biji beras.
2). Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut adalah jaringan yang bertugas dalam mengangkut zat.
Jaringan ini dibagi menjadi dua antara lain sebagai berikut:
 Xilem : Xilem adalah pengakut zat makanan dengana menyalurkan air dan
mineral dari akar menuju ke daun dan bagian tubuh lainnya.
 Floem : Floem adalah pengangkut zat makanan dari hasil fotosintetis dari daun
ke seluruh tubuh.
G. Jaringan Gabus
Jaringan gabus adalah jaringan yang tersusun dari sel-sel gabus
yang berbentuk memanjang. Jaringan gabus berfungsi melindungi jaringan lain
yang terdapat dibawahnya agar tidak terlalu agak tidak terlalu banyak kehilangan
air. Sel gabus dapat ditemukan dipermukaan luar batang.Jaringan gabus terdiri
atas dua macam antara lain sebagai berikut:
 Floem: jaringan gabus yang dibentuk oleh kambium gabus berarah luar dan
sel-sel matinya.
 Feloderm: jaringan gabus yang dibentuk kambium gabus ke arah dalam dan
sel-selnya hidup menyerupai parenkim.Pada percobaan anatomi dan molekuler
tumbuhan monokotil dan dikotil ini terdapat fungsi perlakuan yang
diantaranya adalah;
 Diiris tipis batang tumbuhan, berfungsi untuk memperjelas objek (batang
tumbuhan monokotil dan dikotil) yang berguna agar bagian-bagian dari batang
tumbuhan bisa terlihat jelas serta sel-sel yang ingin diamati tidak bertumpuk.
 Diiris tipis daun tumbuhan, berfungsi untuk memperjelas objek (daun
tumbuhan monokotil dan dikotil) yang berguna agar bagian-bagian dari batang
tumbuhan bisa terlihat jelas serta sel-sel yang ingin diamati tidak bertumpuk.
 Ditetesi irisan batang tumbuhan di atas kaca objek dengan aquades, berfungsi
untuk memperjelas bagian objek (sel tumbuhan).
Dari percobaan ini didapatkan bahwa terdapat berbagai macam
perbedaan dari batang dan daun tumbuhan monokotil serta batang dan daun
tumbuhan dikotil. Daun dari tumbuhan jagung (Zea mays) dan bayam
(Amaranthus sp.) memiliki perbedaan di bagiannya, yaitu didalam bagian
tumbuhan jagung memiliki mesofil sedangkan pada tumbuhan bayam memiliki
bagian spons.
Batang dari tumbuhan bayam memiliki bagian kambium yang
berfungsi untuk memperbesar batang pada tumbuhan, sedangkan pada tumbuhan
jagung tidak memiliki jaringan kambium sehingga batang pada tumbuhan jagung
tidak bisa membesar. Selain dari itu bagian pada tumbuhan memiliki bagian yang
sama yaitu epidermis atas, epidermis bawah, xilem, floem, ruang udara, dan
palisade.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Perbedaan mencolok yang dimiliki tumbuhan monokotil dan dikotil dapat
didentifikasi langsung dari struktur akarnya. Tumbuhan monokotil
umumnya memiliki sistem akar serabut yang tipis dan kecil, sedangkan
tumbuhan dikotil memiliki sistem akar tunggang yang bercabang, kuat,
dan menembus tanah.
Perbedaa daun dari tumbuhan monokotil dan dikotil adalah bentuk tulang
daun yang berbeda. Bentuk daun tumbuhan monokotil umumnya
memanjang layaknya pita dengan tulang daun yang sejajar, sedangkan
bentuk daun tumbuhan dikotil umumnya melebar dengan tulang daun
menjari atau menyirip.
Perbedaan batang pada tumbuhan monokotil dan dikotil yaitu: tumbuhan
monokotil memiliki berkas pembuluh yang tidak teratur, dimana xilem dan
floemnya menyebar tidak beraturan. Sedangkan pada tubuhan dikotil
memiliki berkas pembuluh yang tertata dengan rapi, dimana xilem dan
floemnya tersusun rapi pada tempatnya. Pada batang tumbuhan dikotil
memiliki kambium yang dapat memperbesar batang, sedangkan pada
tumbuhan monokotil tidak memiliki kambium.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat menggunakan tumbuhan
selain dari tumbuhan yang tergolong ke dalam tumbuhan monokotil dan dikotil,
sehingga kita dapat mengetahui berbagai macan bagian tumbuhan dari berbagai
jenisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Frasiandini, I., Puspitawati. P., R. 2014. Struktur Morfologi dan Anatomi


Syringodium Isoetifolium di Pantai Kondang Merak Malang. Journal PROS
SEM MASY BIODIV INDO. Surabaya. Vol.1(3). hal.418-422

Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB


Hariyadi, Purwiyatno. 2015. Dasar-Dasar Penanganan Pasca Panen Buah dan
Sayur. Bandung: Alfabeta

Putra, D. R., Utomo, B., dan Dalimunte, A. 2016. Morfologi Perakaran Tumbuhan
Monokotil dan Tumbuhan Dikotil. Jurnal Supervision. Medan: Universitas
Sumatra Utara. Vol. 5(3). hal: 25-35

Zulkarnain. H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara


LAMPIRAN

Gambar 7.1 Caulis Gambar 7.2 Caulis

Batang Bayam (Amaranthus sp.) Batang Jagung (Zea mays)

Gambar 7.3 Folium Gambar 7.4 Folium

Daun Bayam (Amaranthus sp.) Daun Jagung (Zea mays)


ACARA VI
MORFOLOGI HEWAN
(INSECTA DAN CRUSTACEA)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai berbagai macam hewan
yang tergolong kedalam filum antrhopoda. Beberapa hewan yang sering kita lihat
seperti belalang dan udang adalah subfilum yang tergolong kedalam insecta dan
crustacea dari subfilum antrhopoda, akan tetapi kita belum bisa mengetahui
bagian-bagian dari hewan yang kita lihat tersebut. Sering kali yang kita perhatikan
hanyalah bentuk tubuh luar dari hewan itu dan kitapun tidak mengetahui
bagiannya dan nama bagian tersebut secara mendetail. Segmen antropoda dari
depan kebelakang menunjukkan variasi yang besar dalam struktur dan
morfologinya (Kimball, 1983).
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta
fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik. Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu
organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah
dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan
bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna
tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai
jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-
ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis
dan mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian
pada sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi
perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit (Widawati, 2011).
Oleh karena itu, pada praktikum kali ini akan menjelaskan tentang
morfologi dari udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan belalang ( valanga
sp.). Untuk mengetahui bagian-bagian tubuh dari udang galah, untuk mengetahui
bagian-bagian tubuh dari belalang, serta untuk mengetahui fungsi dari bagian-
bagian tubuh hewan tersebut. Dengan mengetahui bagian tubuh dari udang dan
belalang diharapkan praktikan dapat mengetahui secara mendetail akan fungsi dari
bagian tubuh belalang dan udang galah tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui bagian-bagian tubuh dari udang galah (Macrobrachium
rosenbergii)
Untuk mengetahui bagian-bagian tubuh dari belalang (Valanga sp.)
Untuk mengetahui fungsi dari bagian-bagian tubuh belalang (Valanga sp.)
dan udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serangga
Serangga dan kerabatnya (Subfilum Hexapoda) memiliki lebih banyak
spesies daripada semua makhluk hidup lain apabila digabungkan. Mereka hidup
hampir di semua habitat darat dan di perairan air tawar, dan serangga yang
terbang memenuhi udara. Serangga jarang, meskipun bukan berarti tidak ada,
berada di habitat laut, tempat krustasea merupakan artropoda yang dominan.
Anatomi internal serangga mencakup beberapa sistem organ yang kompleks
(Campbell, 2012).
Fosil serangga tertua berasal dari Periode Devon, yang bermula sekitar
416 juta tahun lalu. Akan tetapi, ketika kemampuan untuk terbang dievolusikan
selama Periode Karbon dan Perm, hal itu memicu ledakan keanekaragaman
serangga. Catatan fosil dari mulut serangga yang beraneka ragam
mengindikasikan bahwa perilaku memakan gimnosperma dan tumbuh-tumbuhan
lain yang terspesialisasi pada masa Karbon juga berperan dalam radiasi adaptif
awal serangga. Selanjutnya peningkatan keanekaragaman serangga tampaknya
dirangsang oleh ekspansi evolusioner tumbuhan berbunga selama periode
pertengahann Kretaseus (sekitar 90 juta tahun lalu). Walaupun keanekaragaman
serangga dan tumbuhan menurun selama kepunahan massa Kretaseus, kedua
kelompok kembali mengalami peningkatan selama 65 juta tahun berikutnya.
Berbagai penelitian mengindikasikan bahwa kembali meningkatnya kelompok-
kelompok serangga tertentu seringkali berkaitan dengan radiasi tumbuhan
berbunga yang dimakannya (Campbell, 2012).
Terbang jelas merupakan satu kunci kesuksesan serangga. Hewan yang
dapat terbang bisa meloloskan diri dari banyak predator, mencari makanan dan
pasangan, dan menyebar ke habitat baru lebih cepat daripada hewan yang harus
merayap di tanah. Banyak serangga yang memiliki satu atau dua pasang sayap
yang muncul dari sisi dorsal toraks. Karena sayap merupakan perpanjangan
kutikula dan bukan tonjolan sejati, serangga bisa terbang tanpa perlu
mengorbankan kaki untuk berjalan. Sebaliknya, vertebrata yang terbangburung
dan kelelawarmemiliki satu dari dua pasang kaki jalan yang termodifikasi
menjadi sayap, sehingga beberapa spesies menjadi kikuk di atas tanah (Campbell,
2012).

2.2 Habitat Serangga


Habitat serangga berada di tanah dan air tawar, dari puncak pegunungan
hingga gurun pasir paling gersang dan sungai yang beraliran paling cepat.
Beberapa jenis serangga nergerak cepat di habitatnya (Parker, 2013).
Dibandingkan dengan beberapa klas dari artropoda lainnya, insekta paling
berhasil dalam mengatasi masalah hidup di daratan. Adaptasi lain pada kehidupan
di darat termasuk perkembangan sayap untuk terbang. (Insekta merupakan hewan
pertama yang menggunakan cara ini untuk lokomosi). Fertilisasi interna dan
perkembangan embrio di dalam telur tanpa bantuan air. Efisiensi struktur dan
fungsi insekta tidak dapat dibantah lagi. Baik dalam jumlah species maupun
dalam jumlah individu, insekta merupakan kelompok yang paling berhasil di bumi
ini. Mereka merupakan saingan utama manusia dalam mendapatkan makanan.
Kecuali di laut, insekta telah dapat beradaptasi pada hampir tiap habitat yang ada
di bumi (Kimball, 1983).

2.3 Tubuh Serangga


Seekor serangga dewasa sangat mudah dikenali karena memiliki tiga
bagian tubuh : kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen). Di bagian dada
biasanya terdapat enam kaki dan dua atau empat sayap. Tetapi ada berbagai
variasi pada bagian tubuh serangga yang kelihatannya sederhana ini. Kepala
serangga adalah pusat sistem indranya, yaitu mata, mulut pengecap dan antena
yang mendeteksi bau dan gerakan. Kaki dan sayap melekat di toraks. Bagian
abdomen berisi organ pencernaan, alat limbah buangan, dan alat
perkembangbiakan (Parker, 2013).
Serangga memiliki mata yang terbentuk dari banyak unit berbentuk sel
batang terpisah yang disebut ommatidia. Setiap unit mampu melihat bagian
terkecil dari sebuah objek. Pandangan ini kemudian digabungkan untuk
membentuk objek secara keseluruhan (Parker, 2013).
Setiap kaki memiliki sebuah coxa yang pendek dan trochanter, sebuah
tulang paha (femur) dan tibia, serta sebuah cakat pengait atau tarsi. Serangga,
laba-laba, dan hewan serupa artropoda, memiliki kaki beruas-ruas. Sebuah kaki
serangga terdiri dari enam hingga sembilan ruas yang mirip tabung silindris
berlubang dengan sendi yang lentur. Otot yang berada di dalam tabung silindris
menggerakkan kaki yang melekat pada toraks (Parker, 2013).
Sayap serangga mungkin awalnya berevolusi sebagai perpanjanga kutikula
yang membantu tubuh serangga menyerap panas, namun kemudian menjadi organ
untuk terbang. Hipotesis yang lain menyatakan bahwa sayap memungkinkan
serangga darat meluncur dari vegetasi ke tanah atau berperan sebagai insang pada
seragga akuatik. Menurut hipotesis yang lain, sayap serangga berfungsi untuk
berenang sebelum mereka berfungsi untuk terbang (Campbell, 2012).

2.4 Belalang Kembara


Sejak ledakan populasi yang pertama tersebut, selanjutnya populasi besar
belalang kembara sering terjadi di seperti Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan
Barat. Diduga di daerah-daerah tersebut telah terdapat sentra-sentra populasi
belalang kembara yang setiap saat bisa menjadi wabah apabila faktor alam
mendukung. Fenomena wabah belalang kembara sangat erat kaitannya dengan
biologi dan perilaku yang sangat khas dari hama ini. Sebagai salah satu jenis
belalang kembara, L.m.manilensis merupakan spesies polimorfik yang secara
morfologi terdapat perbedaan- perbedaan yang jelas antara satu fase dengan
lainnya. Belalang kembara diketahui mengalami tiga transformasi populasi yang
antara lain dipicu oleh tingkat kepadatannya, yaitu fase soliter (populasi rendah
dan berperilaku individual), fase transisi (mulai berkelompok), dan fase gregarius
(kelompok-kelompok belalang bergabung dan membentuk swarm yang menjadi
sangat rakus dan merusak). Dengan demikian, belalang kembara dapat berubah
dari fase soliter menjadi fase gregarius jika kenaikan kepadatan populasi
menyebabkan populasi belalang kembara fase soliter saling berdekatan dan
beragregasi. Agregasi ini selanjutnya menyebabkan berfungsinya feromon khusus
yang memicu terjadinya proses gregarisasi. Selain perubahan perilaku, terdapat
juga perubahan morfometrik belalang kembara yang baru terlihat beberapa waktu
kemudian. Perubahan- perubahan ini antara lain bentuk dan morfologi tubuh,
jumlah ovariol, berat tubuh, ukuran nimfa, jumlah fase nimfa, lama hidup, dan
beberapa karakteristik biologis lainnya. Perubahan morfologi bagian-bagian tubuh
belalang kembara yang telah diketahui dan digunakan sebagai indikator fase
transformasinya antara lain: ukuran panjang femur tungkai belakang (F, femur),
panjang sayap depan (E, elitra; istilah yang lebih tepat untuk sayap depan belalang
seharusnya tegmina), dan lebar kepala (C, Caput). Dari ukuran-ukuran bagian
tubuh tersebut maka selanjutnya dapat ditentukan besaran rasio F/C dan E/F
sebagai indikator fase transformasi yang sedang dialami oleh belalang kembara
pada suatu wilayah. Sehubungan dengan perubahan morfometrik dan perilaku
tersebut maka keberhasilan program pengendalian belalang kembara memerlukan
sistem pemantauan populasi yang mampu menduga kapan populasi belalang akan
mengalami fase gregarius. Tindakan pengendalian hanya akan efektif apabila
dilakukan ketika populasi meningkat tetapi sebelum terbentuknya fase gregarius.
Oleh karena itu harus dikembangkan sistem pendugaan populasi yang baik untuk
mengetahui kapan fase gregarius akan terbentuk pada suatu hamparan atau
wilayah. Upaya ini dapat dimulai dengan mempelajari perubahan biologi dan
morfologi belalang kembara pada kondisi kepadatan populasi yang berbeda-beda.
Mengingat belalang kembara merupakan serangga yang sangat aktif bergerak
dengan jangkauan terbang yang sangat jauh, maka cara yang paling realistis untuk
mempelajari perubahan perilaku dan morfologi belalang ini adalah dalam kondisi
terkontrol di laboratorium atau rumah kaca (Sudarsono, 2005).

2.5 Klas Crustacea


Krustasea yang paling awal terdapat dalam zaman Kambrium. Kerabat
terdekatnya mungkin trilobita. Akan tetapi mereka berbeda dengan trilobita dalam
beberapa modifikasi dari anggota tubuh. Udang batu masa kini dengan kaki
renang, kita jalan, kaki capit dan sirip ekor, bagian mulut yang khusus (termasuk
mandibulata) dan antena (dua pasang) sangat berbeda dengan trilobita.
Keanekaragaman struktur anggota-anggota tubuh ini mencerminkan
keanekaragaman fungsinya (Kimball, 1983).
Seperti halnya keliserata, kepala toraks krustasea melebur menjadi
sefalotoraks. Kelas ini meliputi udang laut yang besar, lobster, teritip, kepiting
dan sejumlah besar hewan yang mirip udang. Di bagian dunia tertentu lobster,
kepiting dan udang merupakan makanan manusia yang penting. Krustacea juga
merupakan mmakanan utama sejumlah ikan dan mamalia. Ikan paus biru besar,
yang panjangnya 30 meter merupakan hewan terbesar yang pernah hidup, selalu
makan krustasea kecil (Kimball, 1983).

2.6 Udang Galah


Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) atau dikenal juga sebagai
Giant Freshwater Prawn merupakan salah satu jenis Crustacea, yang mempunyai
ukuran terbesar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya. Udang galah
merupakan komoditas hasil perikanan air tawar yang sangat potensial untuk
dikembangkan karena memiliki nilai jual, ukuran tubuhnya yang besar dan rasa
dagingnya yang mirip lobster. Kegiatan pengembangan udang galah di Indonesia
dimulai sejak tahun 1974. Komoditi udang galah dikembangkan antara lain oleh
Lembaga Penelitian Perikanan Darat Pasar Minggu, Jakarta; Pusat Penelitian
Limnologi, lembaga di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan antara lain,
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Sukamandi, Unit Pengembangan Udang
Galah Pamarican, Ciamis dan Balai Budidaya Air Tawar di Sukabumi. Budidaya
udang galah mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya pada sektor
pembesaran. Namun demikian, pada kondisi lapangan masih sering muncul
berbagai kendala yang disebabkan belum tersosialisasikan sistem budidaya dan
kurangnya penguasaan teknologi spesifik dalam budidaya udang galah. Upaya
peningkatan produktivitas dalam usaha budidaya udang galah dapat dilakukan
dengan penerapan teknik pemeliharaan dan pengembangan sentra budidaya dalam
bidang pembesaran. Dalam budidaya udang untuk meningkatkan jumlah produksi
salah satu faktor yang harus di perhatikan yaitu kepadatan serta asupan tambahan
pakan pada saat pemeliharaan. Seperti yang dikemukan oleh hickling padat tebar
berhubungan dengan jumlah produksi dan pertumbuhan organisme budidaya.
Kelangsungan hidup sudah lama menjadi penyebab tersendatnya budidaya udang
galah. Kelangsungan hidup udang galah tidak lebih dari 15-20% (Irianti, 2016).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum Biologi Dasar tentang “Morfologi Hewan (Insecta dan
Crustacea)” dilaksanakan pada hari Senin,20 November 2017 pukul 09.30-11.30,
bertempat di Laboratorium Fisiologi, Perkembangan & Molekuler Hewan,
Gedung C lantai 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Pada penelitian ini menggunakan alat-alat sebagai berikut: bak preparat,
loupe, pinset dengan ujung runcing.
3.2.2 Bahan
Pada penelitian ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: belalang dan
udang galah.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Valanga sp. (Belalang)
Prosedur untuk mengamati belalang yaitu dimasukkan belalang ke dalam
botol yang telah diberi kloroform. Kemudian ditunggu beberapa menit sampai
belalang tersebut pingsan, selanjutnya letakkan pada bak preparat. Digambarlah
morfologi dan obyek-obyek tersebut dan ditunjuk bagian-bagiannya.
3.3.2 Macrobrachium rosenbergii (Udang Galah)
Prosedur untuk mengamati belalang yaitu dimasukkan belalang ke dalam
botol yang telah diberi kloroform. Kemudian ditunggu beberapa menit sampai
belalang tersebut pingsan, selanjutnya letakkan pada bak preparat. Digambarlah
morfologi dan objek-objek tersebut dan ditunjuk bagian-bagiannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Pengamatan
Dengan diamatinya objek yaitu Belalang (Valanga sp.) dan Udang Galah
(Macrobrachium rosenbergii) didapatkan bagian-bagiannya yang ada di bawah
ini.

No Gambar Keterangan
1. Belalang (Valanga sp.)
1. Kepala (caput)
2. Tympanum
3. Femur
4. Maxila
5. Antena
6. Sayap depan
7. Duri (spina)
8. Tarsus
9. Tibia
10. Claw
11. Cercus
12. Perut (abdomen)
13. Dada (thoraks)
14. Sayap belakang
15. Mata tunggal
(ocelli)
16. Prothoraks
17. Mesothoraks
18. Metathoraks
19. Trokanter
20. Coxa
21. Spirakel
22. Gena
23. Labrum
24. Ovipositor
25. Frons
26. Spirakel
27. Mandibulata
28. Clypeus
2. Udang Galah Macrobrachium rosenbergii)
1. Chepalothoraks
2. Abdomen
3. Periopod
4. Pleopod
5. Uropod
6. Antena
7. Antenula
8. Rostrum
9. Maxilliped
10. Tangkai mata
11. Mata majemuk
12. Carapac
13. Hinge Joint
14. Duri Antena
15. Duri Hepatik
16. Abdominal Pleura
17. Coxapodit
18. Basiopodit
19. Ischiopodit
20. Meropodit
21. Karpopodit
22. Propodit
23. Daktilopodit
24. Telson
25. Endopodit
26. Exopodit
27. Flagellum

4.1.1 Klasifikasi Valanga sp.


Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Subdivi : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga sp.
Nama Lokal : Belalang
Author : (Burneister,1838).
4.1.2 Klasifikasi Macrobrachium rosenbergii
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Subdivisi : Mandibula
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Spesies : Macrobrachium rosenbergii
Nama lokal : Udang galah
Author : (De man,1879).
4.2 Pembahasan
Serangga merupakan kelompok dengan jumlah terbesar dalam kerajaan
hewan. Serangga atau Insecta, adalah bagian dari hewan beruas (Arthropoda)
yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda,
yang dari bahasa yunani berarti “berkaki enam”. Serangga memiliki sistem
peredaran terbuka, darah mengalir, dalam homosol untuk berespirasi, serangga
menggunakan system trakea yang berhubungan dengan spirakel.Yang termasuk
gerakan erangga adalah berjalan, merangkak, dan terbang. Belalang adalah
serangga herbivore yang terkenal sebagai hama dengan kemampuan melompat
dengan jarak yang dapat mencapai hingga 20 kali dari panjang tubuhnya. Pada
umumnya belalang berwarna hijau dan coklat (Parker, 2013).
Tubuh belalang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kepala (caput) yang
berfungsi sebagai tempat melekatnya antenna, mata majemuk, mata ocelli, dan
alat mulut. Kemudian dada (thoraks) terbagi atas prothoraks (bagian depan
thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan),
mesothoraks (bagian tengah dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi
sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan), dan metathoraks (bagian
belakang dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai
belakang dan sepasang sayap belakang), thoraks atau dada menjadi penghubung
antara caput dan abdomen. Perut (abdomen) merupakan bagian tubuh yag memuat
alat pencernaan, ekskresi, dan reproduksi, belalang memiliki enam kaki bersendi,
dua pasang sayap, dan dua pasang antenna. Meskipun belalang tidak memiliki
telinga, tetapi belalang dapat mendengar dengan alat pendengaran yang disebut
tympanum dan terletak di abdomen pada sayap (Parker, 2013).
Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat yang terdiri dari beberapa
prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara.Secara
fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Sedangkan untuk bernafas
belalang spirakula.Mata belalang terdiri dari compound eye (mata majemuk) dan
ocelli (mata tunggal). Dan untuk melihat jenis kelamin pada belalang disebut
ovipositor yang terletak pada bagian belakang tubuh belakang (Parker, 2013).
Kaki belakang belalang panjang digunakan untuk melompat, kaki depan
pendek digunakan untuk menahan mangsa dan berjalan. Abdomen, daerah ekor
tersegmentai dari belalang, yang berisi jantung.Organ reproduksi, dan sebagian
besar system pencernaan.Belalang memilki dua antenna yang masing-masing
memiliki fungsi yaitu merasakan sentuhan dan bau.Belalang memiliki dua mata
faceted terdiri dari banyak lensa heksagonal. Kepala belalang terletak di ujung
depan tubuh dan merupakan lokasi otak, dua mata majemuk, bagian-bagian mulut,
dan titik-titik penempelan dua antennanya. Rahang terletak dekat dengan ujung
kepala, oleh palps, rahang menghancurkan makanan.Spirakel adalah serangkaian
lubang yang terletak di sepanjang kedua isi perut, digunakan untuk bernafas.
Thoraks terletak pada daerah tengah tubuh belalang dimana kaki dan sayap yang
terpasang (Parker, 2013).
Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar
(exoskeleton), selain belalang termasuk juga kepiting dan udang/lobster
(crustaceae).Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala
dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tap-tiap ruas
(segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang berua-rua pula.
Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang
berbentuk runcing (Kimball, 1983).
Menurut Irianti (2016) menyebutkan bahwa Hal yang sering di jumpai
seperti udang yang sedang dalam proses ganti kulit dimangsa oleh udang yang
normal, karena pada saat ganti kulit udang mengeluarkan bau yang mengandung
asam amino sehingga memicu udang sehat untuk memangsa udang yang sedang
ganti kulit.
Untuk alat gerak udang memiliki lima pasang kaki jalan, kaki jalan
pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan cheladan pada bagian dalam
terdapat hepatopankreas, jantung dan insan. Bagian badan tertutup oleh enam
ruas, yang satu sama lainnya di hubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang
kaki renang yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima,
sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi
ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada
bagian ujugnya yang disebut telson (Irianti, 2016).
Habitat hidup udang terdapat disemua jenis habitat perairan dengan 89%
diantaranya hidup di perairan laut, 10% di perairan tawar dan 1% di perairan
teresterial. Udang dapat ditemukan di hampir semua “genangan” air yang
berukuran besar baik air taawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman
bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan
(Irianti, 2016).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Bagian tubuh udang galah terdiri dari : sepasang antena, sepasang capit
(celiped), ekor tengah (telson) 1 buah, ekor samping 2 pasang, kaki renang
(pleopod) 5 pasang, kaki jalan (wallung legs) 4 pasang.
 Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian tubuh utama yaitu : kepala (caput),
dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki
bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Belalang punya 5 mata (2
compound eye, dan 3 ocelli).
 Bagian tubuh belalang yaitu tympanum yang berfungsi sebagai alat
pendengaran, antena berfungsi sebagai organ sensor, mata tunggal (ocelli)
adalah untuk menlihat, yaitu menangkap suatu bentuk dan warna. bagian
tubuh udang yaitu Cephalothorax merupakan gabungan dari kepala dan
dada udang galah. Bagian ini dibungkus oleh kulit keras yang disebut
dengan keramas atau cangkang. Bagian depan kepala udang galah terdapat
tonjolan karapas yang bergerigi (rostrum). Rostrum digunakan untuk
mengidentifikasi jenis udang galah. Kaki renang pada ujung betina agak
melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telurnya (brood
chambers). Uropod berfungsi sebagai pengayah atau yang biasa disebut
dengan ekor kipas.  Sepasang antena di bagian depan kepala yang
berfungsi sebagai alat peraba, perasa, dan pencium lingkungan sekitar.
Alat ini juga membantu lobster mencari mangsanya.
5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya kita tidak hanya mengamati
morfologi dari belalang dan udang galah saja, tetapi juga mengamati anatomi dari
udang dan belalang agar praktikan mengetahui organ dalam dari udang dan
belalang.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A & Jane B, Reece. 2012. Biologi Edisi 8 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Irianti, D. S. A., Yustiati, A. dan Hamdani. H. 2016. Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) yang Diberi
Kentang pada Media Pemeliharaan. Jurnal Perikanan Kelautan. Bandung.
Vol VII (1) hal:23-29.
Kimball, J. W. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : Bogor
Parker, Steve & Daniel Gilpin. 2013. Animal Kongdom I. Jakarta : PT.Buana Ilmu
Populer
Sudorsono, H., Hasibuan, R. dan Buchori, D. 2005. Biologi dan Transformasi
Belalang Kembara Locusta Migratoria Manilensis Meyen (Orthoptera :
Acrididae) pada Beberapa Tingkat Kepadatan Populasi di Laboraturium.
Jurnal HPT Tropica. Lampung. Vol 5 (1) hal:24-31.
LAMPIRAN

Gambar 7.1 Pada saat membius objek pengamatan dengan klorofom

Gambar 7.2 Pada saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan


Gambar 7.3 Pada saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan
ACARA VII
GENETIKA PERCOBAAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Genetika merupakan Ilmu temtang Pewarisan informasi pada organisme.
Gen merupakan sebuah unit informasi genetik yang tersandi dalam DNA. Gregor
mendel merupakan pencetus berbagai prinsip dasar genetika. Pada akhir abad
kesembilan belas, beliau mengenali adanya unit informasi yang diwariskan untuk
pembentukan sifat yang dapat diamati pada organisme. Mendel memperjari
pewarisn sifat pada tumbuhan kacang ercis. Pada setiap tumbuhan, sifat masing-
masing muncul sebagai salah satu dari dua bentuk, misalnya biji kuning atau
hijau, biji bulat atau keriput, tangkai pendek atau tinggi, singkatan berikut ini
dipergunakan dalam genetika Mendel (Bresnick, 1996).
Genotip suatu organisme adalah susunan genetiknya, termasuk informasi di dalam
gennya, segala karateristik potensial dan sifat suatu organisme tersandi pada
genotipnya. Fenotip suatu organisme adalah sifat yang sesungguhnya atau yang
terekspresi. Sebuah fenotip yan spesifik merupakan hasil ekspresi gen tertentu.
Metode Mendel adalah menyilangkan dua galur murni dengan bentuk yang
berbeda dari suatu sifat. Hukum Segregasi secara bebas terjadi jika kedua alel
saling memisah ketika suatu hibrid memproduksi gamet, sehingga pemisahan ini
berlangsung secara acak sehingga setengah dari gamet tersebut menerima alel G,
dan setengahnya lagi menerima alel g. Persilangan F1 yang memiliki satu sifat
bersegregasi disebut Persilangan Monohibrid, sedangkan Persilangan Dihibrid
terjadi jika memiliki dua atau lebih sifat bersegregasi (Bresnick, 1996).
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini dengan adanya variasi morfologi pada
setiap spesies, bahwa sebagai bentuk pembuktian secara ilmiah, maka kami
melakukan pengamatan tentang perkawinan monohibrid dan dihibrid,
menggunakan percobaan pada kancing baju, yang mana pada pengamatan ini
juga akan membuktikan kebenaran hukum Mendel 1 dan hukum Mendel 2 dari
hasil yang didapatkan pada praktikum.
1.2 Tujuan Praktikum
- Untuk mengetahui hasil persilangan dengan satu sifat beda (monohibrid)
- Untuk mengetahui hasil persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid)
- Untuk membuktikan hukum mendel 1 dan hukum mendel 2 diterima atau
ditolak dari hasil percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori tentang Pewarisan Sifat Perolehan


Bila Makhluk hidup berkembang biak cara aseksual, Keturunannya
berkembang menjadi salinan tepat dari induknya selama mereka dibesarkan dalam
keadaan yang sama. Sebaliknya, apabila berbiak secara seksual, maka
keturunannya mengembangkan ciri-ciri yang saling berbeda dan berlainan pula
dari salah satu tetuanya. Dari beberapa teori yang telah diformulasikan untuk
menerangkan bagaimana sifat diwariskan, maka dua hal perlu mendapat perhatian
khusus. Salah satu diantaranya teoti Mendelm memberikan dasar-dasar yang
menjadi landasan karya-karya yang kemudian dalam genetika (Kimball, 1983).
Teori hanya menyatakan bahwa sifat-sifat yang diperoleh induk selama masa
hidupnya dapat diturunkan kepada keturunannya. Teori ini biasanya digabungkan
dengan Lamarck, seorang biologiwan Perancis, yang menggunakannya dalam
upaya menerangkan banyak penyesuaian yang mencolok pada alam sekitarnya
yang diperlihatkan tumbuhan dan hewan. Ilustrasinya yang paling terkenal adalah
jerapah (Kimball, 1983).
Teori kita mengenai sifat turun-menurun pertama-tama dikerjakan oleh
pendeta Austria yang bernama Gregor Mendel dari tahun 1858 sampai 1866,
Mendel bekerja di kebun gerejanya di kora Brunn (kini Brno), bertanam ercis dan
memeriksa keturunan-keturunannya. Keputusan Mendel untuk bekerja dengan
erci biasa sangat tepat. Tanaman itu kuat dan tumbuh cepat. Sebagaimana pada
banyak tanaman polong, daun bunganya seluruhnya menutupi organ-organ
seksnya. Benang sari menghasilkan serbuk sari (yang membawa gamet-gamet
jantan) dan Putik meghasilkan gamet betina, yaitu telur. Mendel dapat membuka
kuncup-kuncupnya dan membuang benang sari sebelum menjadi masak.
Kemudian dengan menyapu-nyapukan serbuk sari dari tanaman lain pada putik
maka dapat berlangsung penyerbukan silang (Kimball, 1983).
Pilihannya atas ercis benar juga karena terdapat banyak varietas yang
berlainan secara nyata. Beberapa menghasilkan biji-biji keriput. yang lain
menghasilkan biji mulus, bulat (Kimball, 1983).

2.2 Percobaan Mendel


Dalam salah satu percobaanya, Mendel menyilangkan varietas biji bulat
dengan varietas biji keriput. Generasi parental ini disebut generasi P. Serbuk sari
dari benang sari varietas biji bulat diserbuki pada putik varietas biji keriput.
Silang berlawanan dilakukan; serbuk dari benang sari varietas biji keriput
dioleskan pada putik varietas biji bulat. Dalam kedua kasus ini setiap biji yang
dihasilkan oleh bunga-bunga yang diserbuk silang ini bulat-bulat. Tidak ada biji-
biji yang bentuknya pertengahan. Bentuknya dapat ditentukan dalam musim yang
sama dengan musim ketika dilakukan penyerbukan. Biji-bijinya merupakan
generasi berikutnya. Bentuk polong, psnjsng batang, dan warna bunga pada
generasi kedua baru dapat ditentukan pada musim berikutnya, ketika bijinya
berkecambah dan berkembang menjadi tumbuhan dewasa. Mendel menanamkan
generasi kedua itu disebut generasi hibrid karena terjadi oleh tumbuhan yang
induk yang berlainan. Juga disebut generasi F1 (Kimball, 1983).

2.1.1 Hukum Segregasi


Jika model pencampuran dari pewarisan sifat adalah benar, hibrid F1 dari
persilangan antara ercis berbunga ungu dan berbunga putih harusnya memiliki
bunga ungu pucat. Mendel menggunakan ukuran sampel yang sangat besar dan
mencatat hasil-hasilnya dengan akurat. Dalam istilah Mendel, warna bunga ungu
merupakan sifat dominan sedangkan warna bunga putih merupakan sifat resesif.
Mendel mengembangkan suatu model untuk menjelaskan pola pewarisan sifat 3:1
yang secara konsisten muncul pada keturunan F2 pada percobaannya dengan
ercis. Ia mendeskripsikan empat konsep terkait menyusun model ini. Konsep
keempat adalah Hukum segregasi (Campbell, 2008).
Mendel menyimpulkan hukum segregasi dari percobaan-percobaan yang
hanya mengikuti satu karakter tunggal. misalnya warna bunga. Semua progeni F1
yang dihasilkan dalam persilangan-persilangan yang ia lakukan dari induk galur
murni merupakan monohibrid. artinya bersifat heterogen hanya untuk satu
karakter. Kita menyebut persilangan di antara heterozigot semacam itu sebagai
persilangan monohibrid. Mendel mengidentifikasi hukum kedua pewarisan sifat
dengan cara mengikuti dua karakter secara bersamaan, misalnya warna biji dan
bentuk biji. Biji (ercis) bisa berwarna kuning atau hijau. Biji (ercis) juga bisa
bulat atau keriput. Dari persilangan karakter tunggal, Mendel mengetahui bahwa
alel biji kuning dominan sedangkan alel biji hijau resesif. Untuk karakter bentuk
biji, alel biji keriput bersifat resesif. Bayangan persilangan dua varietas ercis galur
murni yang berbeda pada kedua karakter ini persilangan antara tanaman dengan
biji kuning bulat dan tanaman berbiji hijau keriput. Tanaman F 1 akan disebut
dihibrid, individu yang heterozigot untuk dua karakter (Campbell, 2008).
Genetika populasi merupakan frekuensi relatif alel dominan dan alel resesif
pada populasi organisme yang kawin satu sama lain (interbreeding). Prinsip
Hardy Weinberg menyatakan bahwa pada kondisi ekuilibrium genetik, frekuensi
alel dalam lungkang gen tetap konstan dari generasi ke generasi. Frekuensi suatu
alel pada sebuah populasi menentukan proporis gamet yang mengandung alel
tersebut. Probabilitas acak atas kombinasi alel menghasilkan perkiraan frekuensi
genotip turunan. Penerapan persaman Hardy Weinberg berlaku pada populasi
yang tidak berevolusi. Jika lungkang gen pada suatu populasi mengalami
perubahan, frekuensi sesungguhnya pada populasi tidak sesuai dengan yang
diperkirakan dalam persamaan (Bresnick, 1996).
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28 sampel darah itik Magelang
yang telah diberi label sesuai dengan lebar kalungnya (14 sampel darah itik
Magelang kalung sedang dan 14 sampel darah itik Magelang kalung sempit). Alat
dan bahan yang digunakan adalah jarum suntik 5 ml, tabung EDTA warna ungu
10ml, ice box dan alat tulis. Peralatan elektroforesis yang digunakan meliputi
sumber tenaga listrik model P-300 yang bertegangan maksimum 500 volt dan
berkekuatan 250 mili Amphere, dua lempeng kaca pencetak gel elektroforesis,
penjepit, sisir pembuat 8 sumur gel, 5 buah pipet Mohr 10 ml, tabung eppendorf, 2
buah gelas piala 100 ml, gelas ukur 1000 ml, sarung tangan plastik dan label.
Sampel darah diambil dalam periode bertelur itik Magelang dengan disposible
syringe 5 ml melalui vena brachialis. Sampel darah dimasukkan dalam tabung
EDTA warna ungu 10 ml yang telah diberi anti-koagulan sebelumnya kemudian
diberi label sesuai dengan lebar kalung itik Magelang (kalung sedang atau kalung
sempit). Sampel darah yang sudah terkumpul disimpan dalam ice box. Penelitian
ini dilaksanakan pada peternakan rakyat di Satker itik Banyubiru, Ambarawa,
Kabupaten Semarang. Proses analisis darah dilakukan di Laboratorium Biokimia
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan
Laboratorium Ilmu Pemulian dan Reproduksi Ternak Universitas Diponegoro.
Perhitungan chi square banyak digunakan untuk menilai keseimbangan Hardy
Weirnberg dalam sampel acak yangtidak terkait individu Hukum Hardy-Weinberg
menggambarkan keseimbangan suatu lokus dalam populasi diploid yang
mengalami perkawinan secara acak yang bebas dari faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya proses evolusi seperti mutasi, migrasi, dan pergeseran genetik.
Hasil analisis elektroforesis plasma darah itik Magelang kalung sempit dan sedang
di Satker itik Banyubiru Ambarawa, ditemukan keragaman genetik pada populasi
tersebut. Pada lokus transferin itik Magelang kalung sempit dan itik Magelang
kalung sedang lokus posttransferin serta amylase-I tidak berada dalam kondisi
keseimbangan Hardy –Weirnberg. faktor tingginya heterosigositas dipengaruhi
oleh overdominan (heterosis positif), perbedaan frekuensi gen antara jantan dan
betina, serta perkawinan yang tidak terpilih (Maulani, 2016).
Uji Chi-Square termasuk salah satu alat uji dalam statistik yang sering
digunakan dalam praktek. Dalam bahasan statistika non parametrik, pengujian
hipotesa terhadap beda lebih dari dua proporsi populasi tidak dapat menggunakan
distribusi t atau distribusi f tetapi menggunakan distribusi Chi-Square. Data
pengujian hipotesa menggunakan distribusi Chi-Square tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal . Genetika populasi adalah salah satu cabang ilmu genetika
yang mempelajari variasi genetik dalam suatu populasi. Cabang ilmu genetika ini
banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang, khususnya kesehatan, pemuliaan,
dan konservasi. Genetika populasi mengenali arti penting dari sifat kuantitatif,
karena cara menentukan penyebaran alel tersebut dilakukan secara matematis.
Salah satu saja frekuensi dari suatu gen diketahui dapat digunakan untuk
memprediksi frekuensi gen yang lain. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam
mendiagnosa penyakit genetik. Perpindahan individu atau sekelompok individu ke
dalam sebuah populasi akan menyebabkan terjadinya aliran gen (gene flow) dari
suatu populasi ke populasi lainnya. Dampak aliran gen adalah frekuensi alel dan
genotip populasi asli akan mengalami perubahan. Salah satu sifat menurun adalah
tipe golongan darah ABO yang ditentukan oleh alel ganda. Pemeriksaan tipe
golongan darah dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan murah. Oleh karena itu,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter genetik populasi warga
bedeng 61B Desa Wonokarto, Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung
Timur, Lampung berdasarkan frekuensi alel dan genotip serta penyebaran alel
sistem golongan darah ABO (Khoiriyah, 2014).
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif yang digunakan untuk
menelusuri kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antara dua variabel yang
belum pernah diketahui. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan
besarnya masalah (variabel orang, tempat, waktu). Frekuensi gen dan frekuensi
genotip merupakan hal penting dalam melakukan karakterisasi suatu populasi.
Berdasarkan frekuensi gen dan frekuensi genotip inilah kekhasan suatu populasi
dapat diketahui, Perubahan frekuensi alel dan genotip suatu populasi merupakan
indikasi adanya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada tingkat kecil (gen).
(Khoiriyah, 2014).
Populasi pada penelitian ini adalah warga bedeng 61B Desa Wonokarto,
Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Timur. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode sensus yaitu semua anggota populasi yang
memenuhi kriteria yang akan digunakan sebagai sampel. Data primer terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu data tipe golongan darah dan data kejadian evolutionary forces.
Data tipe golongan darah diperoleh melalui pemeriksaan darah individu selaku
responden secara langsung. Sedangkan data kejadian evolutionary forces dalam
populasi diperoleh melalui pemberian kuesioner kepada masing- masing individu
responden. Penelitian dilakukan di bedeng 61B Desa Wonokarto, Kecamatan
Sekampung, Kabupaten Lampung Timur (Khoiriyah, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Praktikum Biologi Dasar tentang “Genetika Percobaan” dilaksanakan pada
hari Senin,27 November 2017 pukul 09.30-11.30, bertempat di Laboratorium
Fisiologi Perkembangan dan Molekuler Hewan, Gedung B lantai 2 Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda
Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


Pada praktikum ini dilakukan dua kali percobaan yaitu persilangan
monohibrid dan persilangan dihibrid. Untuk persilangan monohibrid
menggunakan alat dan bahan sebagai berikut : dua kancing merah dan putih yang
dilekatkan; warna merah untuk ale R dan warna putih untuk alel r. Alel R
merupakan pembawa sifat warna bunga merah dan alel r untuk warna bunga putih.
Sedangkan untuk persilangan dihibrid menggunakan alat dan bahan sebagai
berikut : Kancing dengan kombinasi warna: merah-hitam, merah-hijau, putih-
hitam dan putih-hijau yang telah dilekatkan serta kantong kain.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Persilangan Monohibrid
Dalam Praktikum Genetika Percobaan ini hal hal yang dilakukan adalah
pertama, dilemparkan dua pasang kancing secara serempak,kemudian dicatat
kombinasi sisi kancing yang muncul yaitu (RR,rr), selanjutnya diulangi
pelemparan hingga 200 kali. Pelemparan ini dianalogikan sebagai gabungan
gamet-gamet jantan dan betina F1 secara acak fertilisasi. Alel R bersifat dominan
terhadap alel r, maka akan dihasilkan dua fenotip dengan perbandingan 3:1 untuk
merah : putih dan terakhir diujilah data percobaan yang diperoleh dengan Chi-
square test (χ2).
3.3.2 Persilangan Dihibrid
Pada percobaan pada dihibrid Setiap kelompok akan menerima 2 buah
kantong yang masing-masing berisi 16 pasang kancing, dengan kombinasi sebagai
berikut : 4 merah – hitam (RB) = bunga merah, buah bulat , 4 merah – hijau (Rb)
= bunga merah, buah oval , 4 putih – hitam (rB) = bunga putih, buah bulat , 4
putih – hijau (rb) = bunga putih, buah oval . Kantong tersebut diumpamakan
sebagai alat kelamin individu dihibrid (RrBb), sedangkan kombinasi kancing
merupakan gamet-gamet yang dibentuk oleh dihibrid,selanjutnya diambil kancing
secara bersamaan dari dua kantong yang berbeda ,sehingga diperoleh kombinasi
kancing. Kombinasi tersebut menggambarkan zigot,kemudian dicatat hasilnya dan
kembalikan kedua kancing tersebut ke kantong asal masing-masing ,selanjutnya
dikocok kedua kantong agar kombinasi kancing itu bercampur kembali dan
diulangi pengambilan kancing hingga 200 kali dan terakhir diujilah data
percobaan yang diperoleh dengan Chi-square test (χ2).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Persilangan Monohibrid

(O−E) ²
Pengamatan Diamati Harapan (E) X ² hitung=
E

(O−E) ²
X ² hitung=
E
(110−150 )2
RR 3 ¿
110 .200 = 150 150
(merah) 4 2
(−40 )
¿
150
¿ 10,67
(O−E) ²
X ² hitung=
E
( 90−50 )2
¿
rr 1 50
90 .200 = 50
(putih) 4 ( 40 ) 2
¿
50
¿ 32

Total 200 200 X2hitung = 42,67

Db = k-1 X2tabel = 3,84

= 2-1 X2hitung = 42,67

=1

Hipotesis :
Ho : Bila X2 hitung ≤ X2 tabel maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebuah harapan.
H1 : Bila X2 hitung ≥X2tabel maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak
berbeda nyata dengan sebuah harapan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang didapat bahwa 42,67 ≥ 3,84 ,maka diterima bahwa
sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebuah harapan Dan percobaan
ini ditolak sebagai hukum mendel I.
4.1.2 Persilangan Dihibrid

(O−E) ²
Pengamatan Diamati Harapan (E) X ² hitung=
E

(O−E) ²
X ² hitung=
E
R_B_ (O−E) ²
55 9/16 .200 =112,5 ¿
(Merah-hitam) E
(55−112,5) ²
¿ ¿ 29,19
112,5
(O−E) ²
X ² hitung=
E
R_bb (O−E) ²
37 3/16.200 = 37.5 ¿
(merah-hijau) E
(37−37,5)²
¿ ¿ 0,0067
37,5
(O−E) ²
X ² hitung=
E
rrB_ (O−E) ²
68 3/16.200 = 37.5 ¿
(putih-hijau) E
(68−37,5)²
¿ ¿ 24,31
37,5

(O−E) ²
X ² hitung=
E
(O−E) ²
rrbb ¿
40 1/16.200 = 12,5 E
(putih- hijau) ( 40−12,5)²
¿ ¿ 60,5
12,5

Total 200 200 X ² hitung=109,2067

Db = k-1 X2tabel = 7,82


= 4-1 X2hitung = 109,2067

=3

Hipotesis :

Ho : Bila X2 hitung ≤ X2tabel maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak


berbeda nyata dengan sebuah harapan.

H1 : Bila X2 hitung ≥X2tabel maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak


berbeda nyata dengan sebuah harapan.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil yang didapat bahwa 109,2067 ≥7,82,maka diterima bahwa


sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebuah harapan Dan percobaan
ini ditolak sebagai hukum mendel II.
4.2 Pembahasan
Tiap sifat dari makhluk hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan
yang dikenal dengan gen. Sepasang gen ini, satu berasal dari induk jantan dan
yang lain dari induk betina. Gen yang sepasang ini disebut satu alel. Gen yang
sealel akan memisah satu dengan lainnya pada waktu gametogenesis. Peristiwa
pemisahan ini disebut dengan hukum segregasi secara bebas (Campbell, 2008).
Pewarisan genetika adalah sebuah cabang ilmu biologi yang terfokus pada
bidang pewarisan sifat yang terjadi pada organisme makhluk hidup (tumbuhan,
hewan, dan manusia) maupun suborganisme makhluk hidup (virus dan prion).
Sederhananya, genetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gen dan
berbagai macam aspek yang terkait dengannya. Persilangan monohibrid adalah
persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda
sedangkan Persilangan dihibrid merupakan perkawinan dua individu dengan dua
sifat atau tanda beda. Genotip adalah sifat yang tidak tampak dari luar. Setiap sifat
dikendalikan oleh sepasang gen. Oleh karena itu genotip disimbolkan dengan
sepasang huruf.sedangkan, Fenotip dapat dikatakan sebagai setiap karakteristik
atau ciri yang dapat diukur atau sifat yang nyata yang dipunyai oleh organisme
(Campbell, 2008).
Genotip suatu organisme adalah susunan genetiknya, termasuk informasi di
dalam gennya, segala karateristik potensial dan sifat suatu organisme tersandi
pada genotipnya. Fenotip suatu organisme adalah sifat yang sesungguhnya atau
yang terekspresi. Sebuah fenotip yan spesifik merupakan hasil ekspresi gen
tertentu. Metode Mendel adalah menyilangkan dua galur murni dengan bentuk
yang berbeda dari suatu sifat. Hukum Segregasi secara bebas terjadi jika kedua
alel saling memisah ketika suatu hibrid memproduksi gamet, sehingga pemisahan
ini berlangsung secara acak sehingga setengah dari gamet tersebut menerima alel
G, dan setengahnya lagi menerima alel g. Persilangan F1 yang memiliki satu sifat
bersegregasi disebut Persilangan Monohibrid, sedangkan Persilangan Dihibrid
terjadi jika memiliki dua atau lebih sifat bersegregasi (Bresnick, 1996).
Dalam melakukan percobaan ini, praktikan berpedoman pada teori hukum
mendel I dan hokum mendel II. Hukum mendel I menyatakan adanya
pemisahan bebas antara dua anggota dari sebuah pasangan gen atau alel dalam
pembentukan gamet. Sebagian dari gamet membawa satu alel dan sebagian lagi
membawa alel yang lain. Dengan demikian satu gamet membawa hanya satu alel
dari setiap lokus lain. Hukum mendel I gen dominan akan mempengaruhi aksi
dari gen resesif. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (satu sifat
beda). Sedangkan Hukum Mendel II (Hukum Asortasi Bebas) menyatakan
bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat
yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak
saling mempengaruhi.Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat
beda) atau lebih (Campbell, 2008).
Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan pengujian chi-square
atau chi kuadrat yaitu sebuah uji hipotesis tentang perbandingan antara frekuensi
observasi dengan frekuensi harapan yang didasarkan oleh hipotesis yang sesuai
dengan pendapat Koiriyah (2014), yang menulis tentang pengujian chi-squaren
dimana dia menyebutkan bahwa perubahan frekuensi alel dan genotip suatu
populasi merupakan n indikasi adanya mikro evolusi, yaitu evolusi yang terjadi
pada tingkat kecil (gen). Apabila frekuensi alel atau genotip menyimpang dari
nilai yang diharapkan dari kesetimbangan Hardy Weinberg, maka populasi itu
dikatakan sedang berevolusi. Uji Chi-Square merupakan uji yang dapat
menunjukkan adanya penyimpangan struktur genetik terhadap Hukum Hardy
Weinberg. Pada setiap kasus atau data yang ambil untuk diamati. Uji ini sangat
bermanfaat dalam melakukan analisis statistic jika kita tidak memiliki informasi
tentang populasi atau jika asumsi-asumsi yang dipersyaratkan untuk penggunaan
statistic parametric tidak terpenuhi. Chi kuadrat biasanya di dalam frekuensi
observasi berlambangkan dengan frekuensi harapan yang didasarkan atas
hipotesis yang hanya tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat kebebasan
(df).
Pada percobaan yang kami lakukan bahwa dapat disimpulkan hasil
pelemparan kancing pada monohibrid ditolak sebagai hukum mendel I
dikarenakan nilai hasil dari pelemparan yaitu lebih dari 3,84 yaitu nilai
ketetapan chi-square pada derajat kebebasan dan hasil dari x2hitung adalah 42,67,
dan apabila hasil nilai perhitungan kurang dari 3,84 maka percobaan kancing pada
monohibrid dapat diterima sebagai hukum mendel I atau sering disebut dengan
Hukum Segregasi.
Pada hasil pelemparan kancing pada dihibrid ditolak sebagai hukum
mendel II dikarenakan nilai hasil dari pelemparan yaitu lebih dari 7,82 yaitu nilai
ketetapan chi-square pada derajat kebebasan dan hasil dari x2hitung kami adalah
109,2067, dan apabila hasil nilai perhitungan kurang dari 7,82 maka percobaan
kancing pada dihibrid dapat diterima sebagai hukum mendel II atau sering disebut
dengan Hukum Pemilahan Bebas.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada percobaan ini menunjukkan
adanya keterkaitan dari hipotesa yang telah dikemukakan oleh Khairiyah di
dalam jurnalnya. Khoiriyah (2014) menyebutkan bahwa “Dua bentuk
evolutionary forces yang berlangsung pada populasi tersebut tidak memiliki
pengaruh besar untuk dapat menyebabkan penyimpangan terhadap Hukum
Kesetimbangan Hardy-Weinberg”. Dari hipotesa tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil pengamatan diterima karena sebaran pengamatan tidak berbeda nyata
dengan sebuah harapan dan percobaan ini ditolak sebagai hukum mendel II yang
didasarkan pada perbedaan hasil uji yang telah dilakukan.
Pada praktikum ini pasti terhindar dari faktor-faktor kesalahan yaitu
pelemparan kancing terlalu cepat ,sehingga membuat data hasil percobaan yang
diperoleh tidak seragam dan membuat hasil hipotesis ditolak. Jumlah kancing
yang dipasangkan tidak banyak sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan
peluang semakin besar dan nisbahnya makin menjauhi dari prediksi teoritis.
Ketidaktelitian praktikan pada saat pengambilan kancing.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Persilangan dengan satu sifat beda atau monohibrid pada pecobaan
kancing baju warna merah dan putih yang dilempar secara acak sebanyak
200 kali menghasilkan 110 kancing baju berwarna merah (RR) dan 90
kancing baju berwarna putih (rr)
 Persilangan dengan dua sifat beda atau dihibrid pada percobaan kancing
baju yang berwarna merah hitam, merah hijau, putih hitam, dan putih
hijau yang di ambil secara acak sebanyak 200 kali menghasilkan 55
kancing baju berwarna merah hitam (RRBB), 37 kancing baju berwarna
merah hijau (RRbb), 68 kancing baju berwarna putih hitam (rrBB), dan
40 kancing baju berwarna putih hijau (rrbb).
 Pada percobaan monohibrid, hukum mendel 1 ditolak karna hasil yang
didapat berbeda nyata dengan harapan yaitu sesuai dengan hipotesis H 1
yaitu “Bila X 2 Hitung ≥ X 2 , maka diterima bahwa sebaran pengamatan
berbeda nyata dengan sebuah harapan. Dan pada percobaan dihibrid
hukum mendel 2 juga ditolak karna hasil yang didapat berbeda nyata
dengan harapan yaitu sama berada pada hipotesis H 1 seperti yang telah
dijelaskan.

5.2 Saran
Sebaiknya percobaan genetika dilakukan menggunakan percobaan pada
tumbuhan langsung untuk mendapat hasil yang lebih nyata dan akurat, Karena
dari percobaan kancing baju masih kurang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, S. 1996. Intisari Biologi. Jakarta: Hipokrates.

Campbell, N.A, dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.Jakarta : Erlangga

Khoiriyah, Y. N. 2014.Karakter Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto


Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi Pemerintah
Belanda.Jurnal Biogenesis. Bandar Lampung. Vol 2(2). hal 132-137

Kimball, J.W.1983.Biologi Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga.

Maulani, N.L. 2016. Keragaman Genetik Itik Magelang Berdasarkan Lebar


Kalung Leher Melalui Analisis Protein Plasma Darah di Satuan Kerja Itik
Unit Banyubiru Ambarawa. Jurnal Sains Perternakan Indonesia.
Diponegoro.Vol. 11(1). hal: 23-29
LAMPIRAN

Gambar 7.1 Pada saat pelemparan kancing untuk melakukan uji coba
Monohibrid
Gambar 7.2 Pada saat pelemparan kancing untuk melakukan uji coba Dihibrid
ACARA VIII
ANATOMI HEWAN (AMFIBI)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki dua musim salah satunya
adalah musim penghujan. Pada musim penghujan banyak hewan hidup di air dan
terbagi menjadi beberapa macam hewan yang hidup di dalamnya salah satunya
yaitu Amphipi. Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu “amphi” yang berarti
dua dan “bios” yang berarti hidup. Amphibi merupakan hewan yang hidup dengan
dua habitat, termasuk hewan poikiloterm atau berdarah dingin artinya mempunyai
suhu yang berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Amfibi merupakan
perintis vertebrata daratan. Sesuai namanya, amfibi hanya separuh hidupnya di
daratan (semiterestrial). Pembagian tubuh terdiri atas kepala, badan dan ekor
(Kimball, 1983).
Bagian badan pada amphibi selain sebagai tempat terletaknya organ-organ,
badan amphibi juga berfungsi sebagai organ pernapasan. Amphibi memiliki dua
alat pernapasan yaitu dengan menggunakan paru-paru pada saat berada di daratan
dan dengan menggunakan kulitnya pada keadaan basah (pada saat berada dalam
air). Kulit katak bersifat permiabel terhadap air dan gas, serta kaya akan
persediaan pembuluh darah. Adanya dua alat pernapasan ini disebabkan karena
faktor lingkungan hidupnya. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka
warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan
bernapas di udara (Kimball, 1983).    
Untuk bernapas amphibi tidak hanya menggunakan paru-parunya sebagai
alat untuk bernapas, akan tetapi amphibi juga menggunakan orgaan atau bagian
tubuh yang lain seperti kulit. Tubuh hewan terdiri dari beberapa organ tubuh.
Organ-organ bekerja sama dalam melakukan fungsi yang lebih tinggi membentuk
sistem organ. Hewan dibagi ke dalam dua golongan, yaitu hewan vertebrata dan
hewan invertebrata. Salah satu hewan vertebrata adalah katak sawah (Rana sp.)
dan kodok (Bufo sp.) katak dan kodok memiliki perbedaan yang menonjol dan
dapat diamati secara kasat mata, yaitu perbedaannya seperti bentuk tubuh,
habitatnya dan lain-lain. Namun dibalik perbedaannya terdapat juga kesamaan
yang dimiliki kedua hewan tersebut. Oleh karena itu, dalam prak tikum ini
dilakukan agar dapat mengetahui anatomi dari kelas spesies amfibi yaitu katak
dan kodok yang memiliki persamaan dan perbedaan yang terlihat.

1.2 Tujuan Praktikum


- Untuk mengetahui organ dalam dari katak (Rana sp.)
- Untuk mengetahui organ dalam dari kodok (Bufo sp.)
- Untuk mengetahui perbedaan dari katak (Rana sp.) dan kodok (Bufo sp.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amfibi
Amfibia (berasa dari kata amphibious), berarti ‘kedua cara hidup’ mengacu
pada tahap-tahap kehidupan dari banyak spesies katak yang awalnya hidup air
dan kemudian di daratan. Tahap larva katak, disebut kecebong, biasanya
merupakan herbivor akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang mempunyai
vertebrata akuatik, dan ekor yang panjang dan bersirip (Campbell, 2012).

2.2 Spesies Amfibi


Amfibia (amphibian, Kelas Amphibia) kini diwakili oleh 6.150 spesies
salamder (Ordo Urodela, ‘yang berekor’), katak (Ordo Anura, ‘yang tak berekor),
dan sesilia (Ordo Apoda, yang tak berkaki’). Hanya terdapat sekitar 550 spesies
urodela. Beberapa spesies akuatik, namun yang lain hidup di daratan sepanjang
hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar salamander yang hidup diratan
berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan, ciri yang diwarisi
dari t etrapoda darat awal (Peraga 34.21a). pedomorfosis umum terjadi pada
salamander akuatik; axoloti, misalnya mempertahankan sifat-sifat larva bahkan
ketika ia telah matang secara seksual (Campbell, 2012).
Anura yang dijumpai pada bagian Hulu Opak baik spesies diurnal maupun
nokturnal total didapatkan 8 spesies, yaitu Hydrophylax chalconotus (kongkang
kolam), Occidozyga sumatrana (bancet rawa sumatera), Occidozyga lima (bancet
hijau), Fejervarya limnocharis (katak tegalan), Polypedates leucomystax (katak
pohon bergaris), Microhyla palmipes (percil berselaput), Duttaphrynus
melanostictus (kodok buduk), dan Ingerophrynus biporcatus (kodok puru hutan)
(Tabel 2). Spesies Hydrophylax chalconotus (kongkang kolam) dan Polypedates
leucomystax (katak pohon bergaris) dijumpai di kelima titik sampling dibagian
hulu, baik saat siang maupun malam (Gambar 1 dan 2). Keragaman spesies Anura
di bagian tengah Sungai Opak, dari total 5 titik sampling didapatkan 9 jenis, yaitu
Hydrophylax chalconotus, Occidozyga sumatrana, Occidozyga lima, Fejervarya
limnocharis, Fejervarya sp., Polypedates leucomystax, Microhyla palmipes,
Duttaphrynus melanostictus dan Ingerophrynus biporcatus
Apoda, atau sesilia (sekita 170 spesies), tidak berkaki dan hampir buta.
Sekilas mereka mirip cacing tanah. Ketiadaan kaki merupakan adaptasi kedua saat
mereka berevolusi dari nenek moyang yang berkaki. Sesilia menghuni daerah
tropis, tempat sebagian besar spesies meliang di dalam tanah hutan yang lembab
(Campbell, 2012).

2.3 Habitat Amfibi


Sebagian besar amfibia ditemukan di habitat yang lembab seperti rawa-
rawa dan hutan hujan. Bahkan amfibia yang telah teradaptasi terhadap habitat yan
g lebih kering masih menghabiskan banyak waktunya di dalam liang atau dibawah
dedauann lembab yang tingkat kelembapannya tinggi. Ampfibia umumnya sakit
bergantung pada kulitnya yang lembab untuk pertukaran gas dengan lingkungan.
Beberapa spesies terestrial tidak memiliki paru-paru dan hanya bernafas melalui
kulit dan rongga mulutnya (Campbell, 2012).
Fertilisasi berlangsung secara eksternal pada sebagian besar amfibia;
jantan memegang erat-erat betina dan menumpahkan spermanya diatas telur-telur
yang dikeluarkan oleh betina. Amfibia biasanya bertelur di dalam air atau
lingkungan darat yang lembab. Telur tidak memiliki cangkang dan cepat
mengering didalam udara kering. Beberapa spesies amfibia bertelur dalam jumlah
yang sangat banyak di kolam sementara, dan mortalitas telurnya tinggi.
Sebaliknya spesies-spesies yang bertelur dalam jumlah yang relatif sedikit
menunjukkan berbagai macam pengasuhan anak. Bergantung pada spesies, jantan
atau betina mungkin membawa telur-telurnya di punggung, di dalam mulut, atau
bahkan di dalam lambung (Campbell, 2012).
Banyak amfibi menunjukkan perilaku sosial yang kompleks dan beraneka
ragam, terutama selama musim kawin. Katak biasanya diam, namun jantan pada
kebanyakan spesies bersuara untuk mempertahankan wilayah kawinnya untuk
menarik betina. Pada bebarap spesies, migrasi ketempat perbiakan tertentu
melibatkan komunikasi suara, navigasi selestial, atau sinyal kawin (Campbell,
2012).

2.4 Karakteristik Amfibi.


Amfibi merupaka perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota
tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, membertikan sarana untuk
lokomosi dan bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan
darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa
ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara percampuran darah yang
mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu
agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efesieni peredaran dan
dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan
yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball, 1983).
Di daratan kemampuan untuk mendeteksi suara merupaka hal yang sangat
penting, dan amfibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur yang
diwarisinya dari moyang mereka. Spirakel tertutup dengan membran yang
berfungsi sebagai gendang telinga dan tulang rahang yang tidak terpakai lagi
(yang berasal dari lengkung insang agnatha) berguna untuk meneruskan getaran
dari membran ini ke telinga dalam. Tulang pendengaran yang paling dalam dari
telinga kita (sanggurdi) adalah homolog dengan tulang tadi ini (Kimball, 1983).
Sesuai dengan namanya, amfibia itu hanaya separuh hidupnya di daratan
(semiterrestrial). Mereka harus kembali ke air untuk bertelur, dan setidak-tidaknya
keturunan masa kininya tidak tahan lama terhadap udara kering. Peralihan berkala
dari air ke daratan dan sebaliknya menimbulkan masalah tambahan dalam
mempertahankan keseimbangan air dan ekskresi limbah nitrogen. Di dalam air,
seperti pada ikan air tawar, pemasukan air secara teus menerus harus dikeluarkan
dari glomerulus. Di daratan, air harus di pertahankan, dan untuk laju filtrasi. Tentu
saja hal yang mengurangi aliran darah dari glomerulus ke tubulus, Akan tetapi,
fungsi tubulus harus dipertahankan dan peningkatan aktivitas sistem portarenal
tambahan memungkinkan hal ini (Kimball, 1983).
Zaman ini diikuti oleh suatu periode (perm) ketika bumi menjadi lebih
dingin dan lebih kering. Penurunan kajayaaan amfibia terjadi yang berlangsung
terus sampai sekarang. Pada waktu ini hanya tertinggal tiga ordo ialah: (1) katak
dan bangkoang (Ordo Anura), (2) salamander dan kadal air (newt) (Ordo
Urodela), (3) sesilia (Ordo Apoda), yang merupakan hewan seperti cacing an
tanpa kaki (Kimball, 1983).

2.5 Ciri-ciri Biologis Rana catesbeianaI


Rana catesbeianaI memang pantas dijuluki Giant Bullfrog dikarenakan
ukuran tubuh yang besar. Panjang badan pada kodok dewasa (induk) mampu
mencapai 20 cm. Kandungan daging yang cukup banyak, terutama pada pahanya
yang gempal, menjadikan kodok ini primadona, terlebih juga karena rasa
dagingnya yang teramat lezat dan gurih (Susanto, 1997).
Warna badan kodok ini sangat bervariasi, terutama bagian punggungnya.
Ada yang punggungnya berwarna kehijauan, namun tidak jarang warna
kecoklatan mendominasi bagian ini ditambah lagi hiasan bintik-bintik kecil
berwarna kegelapan. Kalau bagian punggung warnanya bervariasi, maka bagian
kepala umumnya berwarna hijau cerah (Susanto, 1997).
Di alam bebas kodok lembu ini hidup di genangan-genangan air dan aliran
sungai yang airnya tidak begitu deras. Mereka berasal dari daerah aliran sungai
Mississippi yang berbatasan dengan Kanada disebelah utara, teluk Meksiko
disebelah selatan, Rocky Mountains di barat dan Samudera Atlantik di timur
(Susanto, 1997).
Untuk membedakan antara kodok yang jantan dan betina dapat dengan
melihat tanda-tanda kelamin sekunder, seperti besar kecilnya gendang telinga,
warna kulit, ibu jari, dan tanda-tanda lainnya (Susanto, 1997).
Induk kodok-lembu jantan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : ukuran
gendang telinga dua kali lebih besar dari pada lingkaran mata, warna kulit di
sekitar kerongkongan besar, memiliki kantung suara yang terletak antara selaput
gendang danan lengan bawah (Susanto, 1997).
Induk kodok betina bisa dibedakan karena mempunyai ciri-ciri yang agak
bertolak belakang sepeti, ukuran lingkaran gendang telinga relatif sama atau
sedikit lebih besar dari lingkaran mata, warna kulit sekitar kerongkongan putih
dengn bintik-bintik kehitaman, ibu jari kaki bagian depan relatif lebih kecil, tidak
memiliki kantung suara (Susanto, 1997).

2.6 Sifat-sifat Biologis Kodok Lembu


Kodok lembu, sebagaimana lazimnya kerabat-kerabatnya, mempunyai dua
jenis habitat, yaitu daratan dan air. Daratan lebih banyak mereka butuhkan
sewaktu memasuki stadia percil (kodok muda) hingga dewasa, sedangkan pada
masa berudu/kecebong lebih banyak memerlukan air sebagai habitatnya (Susanto,
1997).
Sekalipun mereka dapat hidup di daerah tropis dan sub-tropis, akan tetapi
pertumbuhan badannya akan optimum bila hidup pada daerah tropis. Sekalipun
kodok termasuk mengikuti suhu lingkungannya, namun untuk mendapatkan
pertumbuhan yang optimum mereka menghendaki suhu antara 26 - 33°C
(Susanto, 1997).
Ada pendapat ahli yang mengatakan bahwa dalam hidupnya bullfrog
jarang sekali menetap di daratan, sehingga mereka sepenuhnya dianggap sebagai
hewan akuatik. Dengan postur kaki belakangnya yang gempal kodok unggul ini
akan berenang dalam air untuk memburu mangsanya baik yang berada di
permukaan maupun di dalam air. Sesekali mereka akan beristirahat di antara
tanaman air yang mengapung dalam kolam seperti teratai, karena biasanya tempat
tersebut sarat dengan makanan seperti serangga. Selain memperoleh makanan
mereka juga mendapatkan tempat perlindungan di tempat itu (Susanto, 1997).
Berbeda dengan ikan yang mempunyai kebiasaan makan yang lebih
sederhana, kodok boleh dibilang agak rewel makanannya. Pada fase berudu
mereka membutuhkan plankton, namun setelah menjadi percil merekan menuntut
makanan yang bergerak seperti insekta (serangga). Sehingga jels di sini pada
waktu berudu mereka tergolong sebagai hewan pemakan segala (omnivora)
namun stelah dewasa mereka menjadi karnivora (pemakan hewan). Mereka akan
aktif mencari makan pada malam hari, namun di kolam pemeliharaan biasanya
mereka mau juga mengkonsumsi makanannya pada siang hari asalkan makanan
tersebut bergerak akan halnya sulitnya mereka menerima makanan mati, yang
diam tidak bergerak barangkali secara tidak langsung sudah dibuktikan oleh para
pemburu kodok baik yang profesional ataupun amatir. Bagi mereka yang tidak
tahu teknilk memancing kodok biasanya akan menemui kesulitan memperoleh
binatang buruannya, atau boleh jadi seharian tidak mendapatkan barang satu pun.
Memancing kodok memang berbeda dengan ikan, harus dengan menggerakkan
joran naik-turun sehingga umpan yang tersembunyi di antara batang-batang
tanaman padi begerak-gerak, dan biasa ya umpan ini akan lansung disergap kodok
(Susanto, 1997).
Seperti ikan pada umumnya, kodok akan menelan langsung umpan
makanannya tanpa berusaha mengunyah atau menghancurkan terlebih dulu
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Satu hal yang patut dicatat berkenaan
dengan sifat makanannya ini ialah bahwa pada saat kelaparan dan sulit
menemukan makanan kawanan kodok cenderung bersifat kanibal. Yang menjadi
korban dari kanibalisme ini biasanya kodok-kodok yang berukuran lebih kecil dan
lemah. Oleh karenanya di kolam pemeliharaan disarankan untuk memisahkan
antara kodok yang tumbuh bongsor dan yang ketinggalan, sekalipun mereka
selalu mencukupi (Susanto, 1997).
Pada musim hujan biasanya mereka akan memijah ketika turun hujan
lebat ataupun ketika masih hujan rintik-rintik. Pemijahan biasanya akan ditandai
dengan suara riuh-rendah dendang kodok jantan. Dari sifat pemijahan yang
membutuhkan curahan air hujan inilah yang kemudian ditiru oleh para
pembudidaya kodok agar mereka tidak ngadat sewaktu dipijahkan di kolam-
kolam pemijahan (Susanto, 1997).
Telur-telur yang sudah dikeluarkan biasanya akan menetas dakam tempo
48-72 jam pada air yang suhunya 24 - 27°C, apabila tidak ada gangguan. Ada
kalanya, atau malah boleh dikata sering, telu-telur yang telah selesai dikeluarkan
oleh induk tidak berapa lama kemudian malah dimakan oleh induknya. Ini
membuktikan bahwa mereka bukanlah sebagai induk yang merawat keturunnanya.
Hal ini mengisyaratkan pada kita untuk berhati-hati sewaktu memijahkan induk
kodok di kolam dan menutut kita untuk tidak lengah memindahkannya ketempat
penetasan. Terlambat kita memindahkannya telur nantinya pastilah akan kecewa
besar karena telur terlanjur dimakan oleh induknya (Susanto, 1997).
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang
baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi
mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada
mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup.
Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna.
Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai
terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan
perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae,
tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam
fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada
beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada
waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa
jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak
terdapat stadium larva dalam air (Wheindrata, 2015).

Penelitian Morfometrik
Penelitian tentang morfometrik Amfibia di Sumatera Barat telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Secara morfometri beberapa genus dari Famili Ranidae
dan Bufonidae di Sumatera Barat memiliki panjang kaki belakang dua kali dari
panjang kaki depan, Fejervarya limnocharis yang terdapat di Sumatera Barat
memperlihatkan variasi morfometri yang tinggi, terlihat dengan adanya
diferensiasi yang tinggi pada panjang badan, panjang kaki belakang,
panjangfemur, panjang tibia, panjang dari metatarsus sampai ujung jari ke empat
kaki belakang dan panjang dari tarsus sampai jari ke empat kaki belakang (Nesty,
2013).
Adanya perubahan pada kondisi kesehatan katak akan menyebabkan
perubahan pada kondisi darah katak. Perubahan tersebut dapat dilihat dari
parameter haematologi seperti kadar haematokrit, leukokrit, total eritrosit dan total
leukosit. Untuk mengetahui kondisi darah katak dalam keadaan sehat ataupun
sakit diperlukan gambaran normal darah katak sebagai acuan (Sulastri, 2013).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Dasar I tentang Anatomi hewan (Amfibi) dilaksanakan
pada hari Senin,4 Desember 2017, pukul 09.30-11.30 WITA di Laboratorium
Fisiologi Perkembangan dan Molekuler Hewan, Gedung C, lantai 2, Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Section set, bak
paraffin, jarum pentul, sterofom/gabus, dan kapas.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu Bufo sp., Rana sp. dan
Kloroform.

3.3 Cara Kerja


Dibius katak dan kodok didalam toples menggunakan klorofom selama
kurang lebih 5 menit. Dikeluarkan katak dan kodok dari toples lalu diletakkan
katak dan kodok di bak parafin. Dibaringkan secara telentang katak dan kodok dia
atas sterofom. Ditusuk kaki depan dan kaki belakang katak dan kodok dengan
menggunakan jarum pentul hingga melekat pada sterofom. Dibelah bagian dada
dan perut kodok serta katak sampai terlihat bagian-bagian organ dalamnya.
Diamati bagian organ katak dan kodok.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN

4.1 Hasil Pengamatan


Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada organ tubuh bagian dalam Bufo
sp. dan Rana sp. tidak jauh berbeda, dan memiliki bagian-bagian serta fungsi yang
hampir sama, berikut adalah gambar serta keterangan dari hasil pengamatan
anatomi katak dan kodok.

No. Gambar Keterangan


1. Kodok (Bufo sp.)
1. Jari (digiti)
2. Jantung (cor)
3. Paru (pulmo)
4. Hati (hepar)
5. Lambung (ventriculus)
6. Lemak
7. Kantong udara
8. Usus besar (large
intestinum)
9. Usus halus (small
intestinum)
10. Ovarium
11. Cloaca

2 Katak (Rana sp.) 1. Jari (digiti)


2. Jantung (cor)
3. Paru (pulmo)
4. Hati (hepar)
5. Lambung
(ventriculus)
6. Pankreas
7. Usus halus (small
intestinum)
8. Ovarium
9. Usus besar (large
intestinum)
10. Cloaca
4.2 Pembahasan
Amphibia berasal dari kata amphi artinya rangkap dan bios artinya
kehidupan, karena Amphibia ialah hewan yag hidup dengan dua bentuk
kehidupan, mula-mula di dalam air tawar kemudian di darat. Kulit harus selalu
basah apabila hewan berada di luar air untuk memungkinkan terjadinya
pernapasan melalui kulit. Kulit dilengkapi dengan kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan lendir untuk mempertahankan keadaan agar selalu basah (Kimball,
1983).
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat awam seringkali sulit
membedakan antara kodok dan katak. Jika dipelajari dan dilihat ternyata kodok
dan katak memiliki perbedaan-perbedaan yang signifikan. Secara umum, meski
tidak selalu benar, perbedaan fisik antara keduanya adalah sebagai berikut :
1. Kulit; Umumnya katak memiliki kulit halus, lembab, dan berlendir,
sedangkan kodok atau bangkong memiliki kulit kasar, berbintil-bintil, dan
kering.
2. Bentuk kaki belakang; Umumnya kaki belakang katak kuat, panjang, dan
berseput yang diadaptasikan untuk melompat, memanjat, dan berenang.
Sedangkan kaki belakang kodok pendek karena lebih disesuaikan untuk
berjalan sehingga kurang pandai melompat.
3. Bentuk tubuh; Umumnya katak memiliki bentuk tubuh yang ramping.
Sedangkan kodok memiliki tubuh yang gemuk dan pendek.
4. Kemampuan melompat; Umumnya katak mampu melompat hingga jauh
bahkan jenis-jenis katak pohon mampu melompat dari satu pohon ke pohon
lainnya. Sedangkan kodok umumnya kurang pandai melompat.
5. Konsumsi manusia; Beberapa jenis katak (seperti sawah, katak hijau dan
katak totol) diperdagangkan dagingnya untuk dikonsumsi. Sedangkan kodok
umumnya tidak dikonsumsi manusia.
Katak memiliki empat kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan
dengan melompat, tidak memiliki ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang ka
tak lebih panjang yang berfungsi untuk mencari mangsa. Mata katak sangat besar
dan pupil mata vertikal dan juga horizontal. Jari katak berbentuk silindris dan
pipih serta kadag memiliki lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit katak beracam-
macam, ada yang halus dan ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat
lipatan kulit lateral lebar dan kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas
pangkal paha yang disebut lipatan dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa
yang disebut lipatan suprasimponik dimulai dari belakang mata memanjang di
atas gendang telingan dan berakhir dekat pangkal lengan. Kulit katak memiliki
kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin.Warna kulit katakdapat
berubah sesuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat berubah.
Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak
juga berfungsi dalam pertukaran gas.
Menurut Yudha (2014) Karakter morfologi dari kodok yaitu: Spesies ini
memiliki postur tubuh gembung, ukuran tubuh sedang, corak warna gelap, pada
jantan terdapat corak kemerahan di kulit leher, kulit kasar berbintil, kepala
berbentuk segitiga, moncong pendek, mata besar menonjol, memiliki pematang di
kepala mulai dari preorbital, supraorbital, postorbital, hingga supratympanum,
memiliki kelenjar paratoid lonjong. Tungkai relatif pendek yang berfungsi untuk
pergerakan hopping, memiliki nuptial pad dan discus, serta terdapat web di
tungkai belakang setengah bagian Habitat : Banyak ditemukan di daerah
pemukiman warga
Sistem pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan
kelenjar penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah
rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus
besar, dan kloaka. Kelenjar penceranaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan
pankreas.Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi sejati.Lidah
katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga. Saluran
pencernaan mulai dari esophagus yang sagat pendek, terdiri dari konstruksi yang
kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu sel-sel secretoris,
kemudian ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok dan selanjutnya ke
usus besar yang lebar. Setelah ke usus besar langsung menuju ke kloaka, yaitu
tempat lubang pelepasan.
Ada beberapa faktor kesalahan yang terjadi pada saat praktikum dilakukan.
Yang pertama pada saat membedah katak (Rana sp.) dan kodok (Bufo sp.)
alangkah lebih baik bila darahnya tidak keluar, boleh keluar tapi jangan terlalu
banyak. Pada praktikum yang telah dilaksanakan terlalu banyak darah yang keluar
dari tubuh katak dan kodok, dikarenakan pada saat menguliti katak dan kodok
kurang teliti sehingga mengenai daging dan organ yang seharusnya tidak kena.
Faktor lainnya adalah kloroform yang digunakan kurang sehingga katak dan
kodok yang telah pingsan dan telah dibedah bangun kembali.
Berdasarkan hasil pengamatan pada anatomi hewan, dapat disimpulkan
bahwa organ-organ yang menyusun tubuh katak dan kodok secara lengkap yaitu
jantung, paru-paru, hati, pankreas, kantung empedu, lambung, usus, kloaka
ovarium (khusus perempuan). Sistem pernapasan pada katak dan kodok yaitu
pada saat katak masih berbentuk larva sampai berudu menggunakan insang dan
setelah dewasa bernafas dengan menggunakan kulit yang terletek di permukaan
tubuhnya, kemudian dengan paru-paru.Pernapasan katak dibedakan menjadi dua
fase yaitu fase inspirasi da fase ekspirasi. Sistem pencernaan pada katak sudah
lengkap yaitu mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan kloaka.
Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati, kantung empedu, dan pankreas
yang membantu proses pencernaaan makanan. 
Adapun fungsi dari bagian-bagian anatomi katak dan kodok adalah sebagai
berikut :
1. Jantung, berfungsi untuk memompa darah
2. Hati, berfungsi untuk menetralisir racun
3. Ovarium, berfungsi sebagai tempat pembentukan sel telur
4. Lambung, berfungsi sebagai alat pencerna
5. Usus halus, berfungsi untuk menyerap air hasil pencernaan makanan
6. Usus besar, berfungsi untuk menyerap sari-sari makanan hasil pencernaan
makanan
7. Ginjal, berfungsi sebagai tempat pembentukan urine
8. Kantung udara, berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan udara pada
saat berada di dalam air.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa organ-organ dalam katak (Rana sp.) terdiri
dari jantung (cor), hati (hepar), lambung (ventriculus), paru-paru
(pulmo),ovarium,ginjal (ren), empedu (vesica fella), usus besar (large
intestinum), usus halus (small intestinum), ovidak, cloaca, limpa (lien),
pankreas, kantung udara, jari (digiti), lemak.
Dapat disimpulkan bahwa organ-organ dalam kodok (Bufo sp.) terdiri
dari jantung (core), hati (hepar), lambung (ventriculus), paru-paru
(pulmo), ovarium, ginjal (ren), empedu (vesica fella), usus besar (large
intestinum), usus halus (small intestinu m), ovidak, cloaca, limpa (lien),
pankreas, kantung udara, jari (digiti) dan lemak.
Dilihat dari kulitnya, katak memiliki kulit yang halus, berlendir dan terasa
lembab. Sedangkan kulit kodok akan terasa kasar, berbintil-bintil dan juga
terasa kering. Katak memiliki tungkai yang kuat, tidak hanya itu jika
diperhatikan maka tungkai katak akan terlihat lebih panjang dan juga
berselaput. Sedangkan untuk kodok, tungkai bagian belakang pendek dan
hewan ini tidak pandai melompat. Perbedaan katak dan kodok lainnya juga
dapat dilihat dari habitatnya. Habitat katak yaitu di pohon, sungai, danau,
rawa, sawah dan lain-lain. Sedangkan habitat kodok antara lain di
pematang sungai, sekitar rumah dan di kayu lapuk. dan lain-lain.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya kadar klorofom yang digunakan
untuk membius objek pengamatan bisa ditentukan terlebih dahulu dengan tepat.
Agar perkiraan waktu saat reaksi dari klorofom habis tidak berpengaruh dengan
tersadarnya objek pengamatan yang akan menggangu proses pengamatan pada
objek.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell,dkk. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Bogor: Erlangga

Nesty, R., Djong, T. H., Henny, H. 2013. Variasi Morfometrik Kodok


Duttaphrynus melanostictus (Schneider, 1799) (Anura: Bufonidae) di
Sumatera Barat yang Dipisahkan oleh Bukit Barisan. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. Padang. Vol.2(1). hal:37-42

Susanto Heru. 1997. Budidaya Kodok Unggul . Jakarta: Penebar Swadaya

Syilfia, S., Titrawani., Windarti. 2013. Gambaran Darah Rana erythraea (Schlegel
1837) Di Wilayah Kampus Universitas Riau Pekanbaru. Jurnal JOM
FMIPA. Riau. Vol. 1(2). hal:303-313

Wheindrata. 2015. Panduan lengkap beternak katak untuk komersil. Andi


Publisher: Yogyakarta

Yudha, S. D., Rury, E., Trijokol., Muhammad, A. F. 2014. Keanekaragaman


Jenis Katak dan Kodol (ordo anura) di Sepanjang Sungai Opak Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biologi. Vol.18(2). hal:52-59
LAMPIRAN

Gambar 8.1 Pada saat katak dan kodok dibius menggunakan klorofom

Gambar 8.2 Katak dan kodok di simpan diatas sterofom dan ditusuk
menggunakan jarum pada bagian kaki dan tangan
Gambar 8.3 katak dan kodok dibedah menggunakan section set

Gambar 8.4 Diamati bagian-bagian organ dalam pada katak/kodok yang


terlihat

Anda mungkin juga menyukai