Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DARI PRA-
KEMERDEKAAN HINGGA PASCA KEMERDEKAAN

Disusun oleh:

Nama : Siftiana Sariyatul Arzaqiyah


No. presensi : 78
Rombel : 06
Kelas : Pendidikan Pancasila (401)
Dosen Pengampu : Asep Ginanjar, M.Pd.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia dari Pra-Kemerdekaan hingga Pasca Kemerdekaan” dengan dengan tepat
waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan


Pancasila. Selain itu, makalah ini dibuat dengan bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia bagi para pembaca dan
tentunya juga bagi saya.

Bagi saya sebagai penyusun, merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan saya. Untuk itu,
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Paguyangan, 19 September 2021

Siftiana Sariyatul Arzaqiyah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORITIS...................................................................... 4


A. Tinjauan Nilai-Nilai Pancasila .................................................... 4
B. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Bangsa ................................ 11
C. Pendapat Ahli tentang Pancasila ................................................. 12

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 14


A. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Pra-Kemerdekaan ......... 14
B. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Pasca Kemerdekaan...... 23

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 28


A. Kesimpulan ................................................................................. 28
B. Saran ........................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah bangsa Indonesia penuh dengan perjuangan menentang
penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan
rangkaian peristiwa panjang yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat
yang berdasarkan nasionalisme. Semangat nasionalisme yang ditunjukkan oleh
seluruh komponen bangsa kita didasarkan pada kesadaran bahwa kemerdekaan
adalah hak yang harus dimiliki oleh setiap bangsa termasuk bangsa Indonesia.
Hal ini juga sejalan dengan persamaan derajat, harkat, dan martabat, serta hak
dan kewajiban yang sama sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Proklamasi
adalah puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam membebaskan belenggu
penjajahan sejak bertahun-tahun lamanya. Pada akhirnya, harapan untuk
merdeka terwujud dengan dicetuskannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
pada 17 Agustus 1945 dengan Pancasila sebagai dasar negaranya. Kemudian
lahirlah Indonesia sebagai suatu negara dan bangsa yang merdeka.
Kekosongan kekuasaan yang dialami bangsa Indonesia ketika kekalahan
Jepang dalam Perang Asia Timur Raya adalah sebuah awal terjadinya
proklamasi. Meskipun kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan,
ternyata bangsa Indonesia masih mengalami berbagai macam rongrongan atau
gangguan yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Luasnya wilayah
Indonesia dan kurangnya sarana komunikasi menjadi sebuah persoalan dalam
penyebaran proklamasi kemerdekaan. Hal inilah menjadi celah yang
dimanfaatkan oleh Belanda dalam upaya ingin mengambil kembali kekuasaan
terhadap Indonesia. Namun, kali ini kedatangan pasukan Belanda ke wilayah
Indonesia bersama-sama dengan pasukan Sekutu-Inggris. Kedatangannya
disambut dengan berbagai bentuk perlawanan oleh bangsa Indonesia. Masa
Revolusi Fisik dan diplomasi yang berlangsung sejak 1945 hingga tahun 1950
telah terjadi berbagai macam pertempuran antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda yang dibantu oleh pasukan Sekutu-Inggris.

1
Kemerdekaan yang dahulu diperjuangkan oleh para pahlawan disertai
dengan pertumpahan darah demi kemajuan bangsa Indonesia di masa yang
akan datang. Berjuang demi kehidupan yang nyaman, tentram, dan layak bagi
generasi penerus pembangun bangsa, menjadikan sebuah kata “Kemerdekaan”
sebagai hadiah dari panjangnya perjuangan melawan penjajah dan sebagai
titipan agar selalu dijaga dan dipertahankan.
Bangsa Indonesia sudah selayaknya bersyukur atas kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang telah diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Masa depan bangsa Indonesia berada ditangan generasi muda
bangsa ini. Indonesia memiliki cita-cita luhur yang harus selalu
diperjuangakan, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan keejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam upaya
mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaulatan bangsa tentu akan
menghadapi banyak tantangan dan hambatan. Semangat kepahlawanan harus
senantiasa berada di dalam hati para pemuda Indonesia. Semangat juang yang
menggelora, berjiwa nasionalisme dan patriotisme, keberanian, rela berkorban,
pantang menyerah, cinta tanah air, dan bergotong-royong harus dijunjung
tinggi di mana pun kita berada. Sudah menjadi tugas kita sebagai generasi
penerus bangsa, untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Banyak hal
yang dapat kita lakukan untuk melanjutkan perjuangan mereka yang telah
gugur mendahului kita.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perjuangan bangsa Indonesia?
2. Bagaimana gambaran sejarah perumusan pancasila?
3. Bagaimana konsep nilai-nilai pancasila sebagai ideologi bangsa?
4. Bagaimana pendapat para ahli tentang Pancasila?
5. Bagaimana cara untuk mempertahankan nilai-nilai perjuangan bangsa
Indonesia?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah perjuangan bangsa Indonesia
2. Untuk mengetahui gambaran sejarah peristiwa perumusan Pancasila
3. Untuk mengetahui konsep nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa
4. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai Pancasila
5. Untuk mengetahui cara untuk mempertahankan nilai-nilai perjuangan
bangsa Indonesia

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan informasi bagi penulis dan pembaca baik dari
kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum tentang Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia
2. Memperkaya wawasan bagi penulis dan pembaca makalah serta akademisi
UNNES tentang nilai-nilai perjuangan yang terdapat di dalam Sejarah
Perjuangan Bangsa Indonesia
3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama

3
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Tinjauan Nilai-Nilai Pancasila


1. Pengertian Nilai
Nilai atau “Value” (Bahasa Inggris) termasuk bidang kajian filsafat.
Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari dalam salah satu
cabang filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology, Theory of Value). Filsafat
sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai dalam
bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya
“keberhargaan” (Worth) atau “kebaikan” (goodness), dan kata kerja yang
artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan
penilaian.
Muchson AR (2000 : 16) mendefinisikan nilai yang dalam bahasa
Inggrisnya adalah value sebagai harga, penghargaan, atau taksiran.
Maksudnya adalah harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan
terhadap sesuatu. Sementara itu, menurut Mulyana (2004: 24) nilai
merupakan sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri
seseorang. Nilai tersebut pada umumnya mencakup tiga aspek, yaitu nilai
intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika
(baik-buruk). Sementara itu, menurut Kaelan (2002 : 123), nilai itu pada
hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan
objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau
kualitas yang melekat pada sesuatu itu.

2. Bentuk dan Susunan Pancasila


a. Bentuk Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem nilai mempunyai bentuk yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Merupakan kesatuan yang utuh
2) Setiap unsur pembentuk Pancasila merupakan unsur mutlak yang
membentuk kesatuan, bukan unsur yang komplementer.

4
3) Sebagai kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau pun
dikurangi
b. Susunan Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan logis
keberadaan unsur-unsurnya. Oleh karena itu, sila pertama (Ketuhanan
Yang Maha Esa) ditempatkan pada urutan yang paling atas, karena
bangsa Indonesia meyakini segala sesuatu berasal dari Tuhan dan akan
kembali kepada-Nya. Tuhan dalam bahasa filsafat disebut dengan Causa
Prima, yaitu Sebab Pertama, artinya sebab yang tidak disebabkan oleh
segala sesuatu yang disebut oleh berbagai agama dengan “Nama”
masing-masing agama.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ditempatkan
setelah Ketuhanan, karena yang akan mencapai tujuan atau nilai yang
didambakan adalah manusia sebagai pendukung dan pengemban nilai-
nilai tersebut. Manusia yang bersifat monodualis, yaitu yang mempunyai
susunan kodrat yang terdiri dari jasmani dan rohani. Makhluk jasmani
yang terdiri dari unsur: benda mati, tumbuhan, hewan. Rohani yang
terdiri dari unsur: akal, rasa, karsa. Sifat kodrat manusia, yaitu sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Kedudukan kodrat, yaitu sebagai
makhluk otonom dan makhluk Tuhan.
Setelah prinsip kemanusiaan dijadikan landasan, maka untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan, manusia-manusia itu perlu untuk
bersatu membentuk masyarakat (negara), sehingga perlu adanya
persatuan (sila ketiga). Persatuan Indonesia erat kaitannya dengan
nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak mempergunakan awalan ke- dan
akhiran -an, tetapi awalan per- dan akhiran -an. Hal ini dimaksudkan ada
dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau nasionalisme
Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, agama,
bahasa, tetapi dilatarbelakangi oleh historis dan etis. Historis artinya
karena persamaan sejarah, senasib sepenanggungan akibat penjajahan.
Etis, artinya berdasarkan kehendak luhur untuk mencapai cita-cita moral
sebagai bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, adil dan makmur.

5
Oleh karena itu, persatuan Indonesia bukan sesuatu yang terbentuk sekali
dan berlaku untuk selama-lamanya. Persatuan Indonesia merupakan
sesuatu yang harus selalu diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan,
dan diupayakan secara terus menerus. Semangat persatuan atau
nasionalisme Indonesia harus selalu dipompa, sehingga semakin hari
semakin kuat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sila keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh ketika suatu
negara ingin mengambil kebijakan. Kekuasaan negara diperoleh bukan
karena warisan, tetapi berasal dari rakyat. Jadi, rakyatlah yang berdaulat.
Sila kelima Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
ditempatkan pada sila terakhir, karena sila ini merupakan tujuan dari
negara Indonesia yang merdeka.
Oleh karena itu, masing-masing sila mempunyai makna dan peran
sendiri-sendiri. Semua sila berada dalam keseimbangan dan berperan
dengan bobot yang sama. Akan tetapi, karena masing-masing unsur
mempunyai hubungan yang organis, maka sila yang di atas menjiwai sila
yang berada di bawahnya. Misalnya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa
menjiwai dan meliputi sila kedua, ketiga, keempat dan kelima. Demikian
seterusnya untuk sila ketiga, keempat, kelima (Rukiyati, 2008:28).

c. Nilai-Nilai dalam Pancasila


Pancasila yang berisi seperangkat nilai-nilai dasar ideal, merupakan
komitmen kebangsaan, identitas bangsa dan menjadi dasar pembangunan
karakter ke-Indonesiaan. Berdasarkan pada perspektif teori
fungsionalisme struktural, sebuah negara yang majemuk seperti
Indonesia membutuhkan nilai bersama yang dapat dijadikan nilai
pengikat integrasi (integrative value), titik temu (common denominator),
jati diri bangsa (national identity) dan sekaligus nilai yang dianggap baik
untuk diwujudkan (ideal value) (Winarno Narmoatmojo, 2010: 1)
Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima
nilai ini merupakan satu kesatuan yang utuh, tak terpisahkan mengacu

6
kepada tujuan yang satu. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk
ke dalam nilai moral (nilai Kebaikan) dan merupakan nilai-nilai dasar
yang bersifat abstrak.
Menurut Moerdiono (dalam Mulyono: 2-3) terdapat tiga tataran nilai
dalam ideologi Pancasila, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praksis. Ketiga nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1) Nilai Dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap,
yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan
prinsip yang bersifat amat abstrak dan bersifat amat umum, tidak
terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan kebenaran yang
bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar
yang berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita,
tujuan, tatanan dasar, dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila
ditetapkan oleh para pendiri negara. Nilai dasar Pancasila tumbuh baik
dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan yang
telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan
dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan kebersamaan, persatuan, dan kesatuan seluruh
warga masyarakat.
2) Nilai Instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat konstektual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai Pancasila, yang
merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk
kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan bahkan harus
disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental
haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu
bisa dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru
untuk mewujudkan semangat yang sama dalam batas-batas yang
dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka
nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi,
sistem, rencana, program, bahkan proyek-proyek yang
menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang

7
berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden,
dan DPR.
3) Nilai Praksis, yaitu nilai yang terdapat dalam kenyataan sehari-hari,
berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan)
nilai pancasila. Nilai praksis terdapat pada sedemikian banyak wujud
penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertertulis maupun tidak
tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh
organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh
pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warga negara secara
perseorangan.
Pancasila sebagai nilai yang termasuk nilai moral atau nilai
kerohanian juga mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Hal
ini bersumber dari dasar Pancasila, yaitu manusia yang mempunyai
susunan kodrat, sebagai makhluk yang tersusun atas jiwa (rohani) dan
raga (materi). Disamping itu, Pancasila sebagai sistem nilai juga
mengakui nilai-nilainya secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai
kebenaran (epistimologis), estetis, etis, maupun nilai religius. Oleh
karena itu, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sangat lengkap
karena terdiri dari nilai-nilai di atas.

d. Makna Sila-Sila Pancasila


1) Arti dan Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa
a) Pengakuan causa prima (sebab pertama)
b) Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agamanya
c) Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan
memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku
d) Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia
e) Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragam,
toleransi umat beragama

8
f) Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan
iman warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik
antaragama
2) Arti dan Makna sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a) Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan yang bersifat universal
b) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa
c) Mewujudkan keadilan
3) Arti dan Makna sila Persatuan Indonesia
a) Nasionalisme
b) Cinta tanah air
c) Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
d) Menghilangkan SARA
e) Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan
4) Arti dan Makna sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
a) Demokrasi
b) Mufakat
c) Kejujuran bersama
5) Arti dan Makna sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
a) Kemakmuran yang merata dalam arti dinamis dan meningkat
b) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya untuk bersama
c) Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat
bekerja sesuai dengan bidangnya

e. Butir-butir pengamalan Pancasila


1) Ketuhanan Yang Maha Esa
a) Toleransi
b) Menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
c) Membina kerukunan hidup antarumat beragama

9
2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
b) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya
c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
d) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira
e) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
g) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
h) Berani membela kebenaran dan keadilan
3) Persatuan Indonesia
a) Mampu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan
pribadi
b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa
c) Mengembangkan rasa cinta tanah air
d) Mengembangkan rasa bangga bertanah air Indonesia
e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial
f) Memajukan kesejahteraan umum
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyaratan Perwakilan
a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain
c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama
d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan

10
e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah
5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan
b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
d) Menghormati hak orang lain, dll.

B. Konsep Nilai-Nilai Pancasila sebagai Ideologi Bangsa


Pada suatu objek pembahasan pancasila akan kita jumpai berbagai
macam penekanan sesuai dengan kedudukan dan fungsi Pancasila terutama
berkaitan dengan kajian diakronis dalam sejarah pembahasan dan perumusan
Pancasila mulai dari niali-nilai yang terdapat dalam pandangan hidup bangsa
sampai menjadi dasar negara bahkan dalam pelaksanaannya dalam sejarah
ketatanegaraan Indonesia.
Kaelan (2013, hlm. 63) mengemukakan bahwa ideologi sebagai suatu
sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi terbuka itu merupakan
suatu sistem pemikiran terbuka. Sedangkan ideologi tertutup merupakan suatu
pemikiran tertutup. Merujuk pendapat di atas Pancasila sebagai sebuah
ideologi merupakan ideologi terbuka karena nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dari suatu kekayaaan rohani, moral, dan
budaya masyarakat Indonesia itu sendiri. Lebih lanjut Irhandayaningsih (2012,
hlm 3) mengemukakan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka setidaknya
memiliki dua dimensi nilai-nilai, yaitu nilai-nilai ideal dan aktual. Nilai-nilai
ideal dan aktual inilah yang mendasari bahwa Pancasila senantiasa bisa
menerima pengaruh –pengaruh dari luar, Pancasila akan selalu sejalan dengan
laju perkembangan zaman. Lebih lanjut Supriyatno (2011, hlm 165) yang
mengemukakan bahwa Pancasila lebih merupakan kristalisasi pemikiran kita
sebagai bangsa daripada merupakan hasil pemikiran perseorangan, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila itu, baik sebagai filsafat maupun sebagai
ideologi, tumbuh dari sejarah bangsa kita sendiri, khususnya dalam sejarah

11
perjuangan kemerdekaan. Kemudian Widisuseno (2014, hal 63)
mengemukakan bahwa Pancasila merupakan norma dasar (grundnorm) yang
menjadi payung kehidupan berbangsa yang menaungi seluruh warga yang
beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa, agama, dan afiliasi politik.
Pancasila sebagai ideologi merupakan way of life yang dijadikan
pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Begitu juga dalam politik
kenegaraan, nilai-nilai Pancasila harus menjadi acuan dalam mewujudkan
sistem politik. Dalam budaya politik, nilai-nilai Pancasila sebagai sebuah
ideologi harus bisa membingkai perilaku politik warga negara yang
dilembagakan dalam sebuah budaya politik. Budaya politik Pancasila harus
menjadi rujukan bagi pengembangan budaya politik yang ideal di Indonesia.
Indonesia sebagai sebuah bangsa tentu juga membutuhkan ideologi
nasional. Di dalam ideologi nasional itu tercantum seperangkat nilai yang
dianggap baik dan cocok bagi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai itu diterima
dan diakui serta menjadi tujuan mulia dari bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia
sudah sepakat bahwa nilai-nilai itu adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Ideologi nasional mengandung makna ideologi yang memuat cita-
cita tujuan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila merupakan
ideologi yang terbuka, bukan ideologi tertutup. Pancasila dapat memenuhi
sebagai ideologi terbuka karena nilai-nilai Pancasila tersebut berasal dari
bangsa Indonesia sendiri dan nilai-nilai dari Pancasila tidak bersifat
operasional dan langsung dapat diterapkan di kehidupan masyarakat berbangsa
dan bernegara.

C. Pendapat Para Ahli tentang Pancasila


1. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun
lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian,
Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah
bangsa Indonesia.

12
2. Moh. Yamin
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti “lima” serta Sila berarti
“sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting serta baik.”
3. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah dari negara Indonesia, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila adalah dasar falsafah serta ideologi
negara yang diharapkan dapat menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia
sebagai dasar kesatuan.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Pra-Kemerdekaan


1. Masa Penjajahan Bangsa Portugis
Sebelum negara ini merdeka, Indonesia harus mencicipi kejamnya
penjajahan oleh beberapa negara asing. Diawali dari Portugis yang pertama
kali datang ke Malaka pada tahun 1509, dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque Portugis dapat menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511.
Setelah mendapatkan Malaka, Portugis mulai bergerak dari Madura sampai
ke Ternate.

Sejatinya Bangsa Indonesia meluncurkan berbagai perlawanan kepada


Portugis. Salah satu perlawanan yang terkenal adalah perlawanan Fatahillah
yang berasal dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). kala itu Fatahillah dapat
menyapu bangsa Portugis dan merebut kembali Sunda Kelapa. Kemudian
oleh Fatahillah nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.

14
2. Masa Penjajahan Bangsa Spanyol
Keberhasilan Portugis mendorong bangsa Eropa yang lain untuk ikut
mencari untung. Kalau Portugis lebih memusatkan perhatian di Ternate,
Spanyol lebih tertarik bersekutu dengan Tidore. Terjadilah persaingan antara
Portugis dan Spanyol di kawasan Maluku. Spanyol kemudian membangun
benteng di Tidore. Pembangunan benteng ini semakin memperuncing
persaingan persekutuan Portugis dan Ternate dengan Spanyol dan Tidore.
Akhirnya, pada tahun 1527 terjadilah pertempuran antara Ternate dengan
bantuan Portugis melawan Tidore yang dibantu oleh Spanyol. Benteng yang
dibangun Spanyol di Tidore dapat direbut oleh persekutuan Ternate dan
Portugis.
Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat
persaingan itu. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya
menyepakati Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain, Maluku
menjadi daerah pengaruh dan pusat kegiatan Portugis dan Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina.
Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku.
Dalam melaksanakan monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi
untuk menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja
Ternate kemudian menentang Portugis.

3. Masa Pemerintahan Belanda


Masuknya belanda ke Indonesia juga sebagai akhir dari masa
penjajahan bangsa Portugis (Penjajahan Portugis Berakhir pada 1602).
Cornelis de Houtman memimpin Belanda masuk ke Indonesia melalui
Banten. Pada tahun 1602, Belanda mendirikan Verenigde Oostindische
Compagnie (VOC) di Banten karena ingin menguasai pasar rempah-rempah
di Indonesia. Kemudian lantaran pasar di Banten mendapat saingan dari
pedagang Inggris dan Tionghoa, maka kantor VOC pindah ke Sulawesi
Selatan. Di Sulawesi Selatan, VOC mendapat perlawanan dari Sultan
Hasanuddin. Setelah berpindah-pindah tempat, akhirnya sampailah VOC di
Yogyakarta. Di Yogyakarta, VOC menyepakati perjanjian Giyanti yang

15
isinya, yaitu Belanda mengakui Mangkubumi sebagai Sultan
Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga membagi kerajaan Mataram
menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. kemudian pada
tanggal 1 Januari 1800, VOC dibubarkan setelah Perancis mengalahkan
Belanda.

Penjajahan Belanda tidak berhenti setelah VOC dibubarkan. Belanda


kemudian memilih Daendels sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda. Saat
masa Deandels, rakyat Indonesia dipaksa untuk membuat jalan raya dari
Anyer hingga Panarukan. Namun masa pemerintahan Daendels berlangsung
singkat dan kemudian diganti Johannes Van den Bosch. Johannes Van den
Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Dalam sistem tanam
paksa, tiap desa wajib menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami
komoditi ekspor seperti tebu, kopi, nila, dll. Hasil tanam paksa ini harus dijual
kepada pemerintah kolonial dengan harga yang telah ditetapkan.

4. Masa Pemerintahan Jepang


Setelah 3,5 abad Belanda menjajah Indonesia, kemudian Jepang
menggantikan Penjajahan Belanda di Indonesia. Saat itu, melalui perjanjian
Kalijati pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang. Masa pendudukan Jepang dimulai pada tahun 1942. Namun,

16
menjelang tahun 1945, Jepang mengalami kemunduran dalam perang Asia
Timur Raya yang pada saat itu melawan Blok Sekutu sehingga Jepang banyak
menggunakan cara untuk menarik simpati khususnya kepada bangsa
Indonesia dengan membuat janji bahwa jepang akan memberikan
kemerdekaann bagi bangsa Indonesia yang diberikan oleh Menteri Kaiso
pada tanggal 7 September 1944 sebelum Jepang akhirnya menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu dan mengakhiri penjajahannya di Indonesia pada 17
Agustus 1945.

Saat melakukan penjajahan di NKRI, Jepang membentuk beberapa


organisasi. Organisasi yang dibentuk Jepang antara lain ialah Putera, Heiho
(pasukan Indonesia buatan Jepang), PETA (Pembela Tanah Air), Jawa
Hokokai (pengganti Putera).

Upaya yang dilakukan Jepang untuk mengusahakan Indonesia


merdeka, yaitu sebagai berikut:

a. Pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
Jepang meyakinkan akan janjinya terhadap bangsa Indonesia untuk
dimerdekakan dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang

17
BPUPKI berarti Dokuritsu Junbi Coosakai. Jenderal Kumakichi Harada
adalah komandan pasukan Jepang di Jawa dan mengumumkan
pembentukan BPUPKI lalu pada tanggal 28 April 1945 diumumkan
pengangkatan anggota BPUPKI. Pergelaran upacara peresmiannya digelar
di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta (sekarang, Gedung
Departemen Luar Negeri).
BPUPKI beranggotakan 67 orang, termasuk 7 orang Jepang dan 4
orang Cina dan Arab. Jabatan Ketua BPUPKI diduduki oleh Radjiman
Wedyodiningrat, Wakil ketua BPUPKI adalah Icibangase (Jepang), dan
sebagai sekretarisnya adalah R.P. Soeroso.
1) Sidang Pertama BPUPKI (29 Mei-1 Juni 1945)
Pada persidangan BPUPKI yang pertama, terdapat berbagai
pendapat mengenai dasar negara yang akan dipakai di Indonesia.
Rumusan dasar negara Indonesia disampaikan oleh Mr. Mohammad
Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno
a) Moh. Yamin (29 Mei 1945)
• Peri Kebangsaan
• Peri Kemanusiaan
• Peri Ketuhanan
• Peri Kerakyatan
• Kesejahteraan Rakyat
b) Mr. Soepomo (31 Mei 1945)
• Persatuan
• Kekeluargaan
• Keseimbangan lahir dan batin
• Musyawarah
• Keadilan Rakyat
c) Ir. Soekarno
• Kebangsaan Indonesia (Nasionalisme)
• Kemanusiaan (Internasionalisme)
• Mufakat (Demokrasi)
• Kesejahteraan Sosial

18
• Ketuhanan yang Berkebudayaan

2) Sidang Kedua BPUPKI (10-16 Juli 1945)


Sidang pertama BPUPKI berakhir, namun rumusan dasar negara
Indonesia untuk merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan
istirahat satu bulan penuh. Akhirnya BPUPKI membentuk panitia
perumus dasar negara yang anggotanya terdiri dari sembilan orang yang
disebut dengan Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah
menerima berbagai aspirasi mengenai pembentukan dasar negara
Indonesia. Anggota Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Soekarno (Ketua),
Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim,
Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subardjo, Abikusno
Cokrosuryo, dan A.A. Maramis.
Berkat kerja keras dan cerdas dari Panitia Sembilan membuahkan
hasil pada 22 Juni 1945 yang berhasil merumuskan dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi nama
"Piagam Jakarta atau Jakarta Charter".

19
Perumusan dan sistematika Pancasila yang telah dibahas dalam
Piagam Jakarta kemudian diterima oleh Badan Penyelidik dalam
sidangnya yang kedua pada tanggal 10-16 Juli 1945. Namun, walaupun
rumusan Pancasila sudah diterima oleh Badan Penyelidik, belum berarti
rumusan Pancasila sudah mencapai final. Karena, belum adanya
perwakilan yang representatif (mewakili berbagai unsur).

b. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)


Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk
melanjutkan hasil kerja dari BPUPKI, maka Jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam
bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbi Inkai. Anggota PPKI
terdiri dari 21 orang untuk seluruh masyarakat Indonesia, 12 orang wakil
dari Jawa, 3 wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang
wakil Sunda Kecil, Maluku serta penduduk Cina. Pada tanggal 18 Agustus
1945, ketua PPKI menambah 6 anggota lagi sehingga anggota PPKI
berjumlah 27 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi,
1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari
Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa, dan pada akhirnya bertambah
enam orang lagi.
a) Hasil Sidang Pertama PPKI (18 Agustus 1945)
• Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 dengan lima butir sila
Pancasila yang sah dan resmi:
➢ Ketuhanan Yang Maha Esa
➢ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
➢ Persatuan Indonesia
➢ Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
➢ Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
• Memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Moh.
Hatta sebagai Wakil Presiden

20
• Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) sebelum dibentuknya MPR dan DPR
b) Hasil Sidang Kedua PPKI (19 Agustus 1945)
• Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara
• Membentuk Pemerintahan Daerah. Indonesia dibagi menjadi 8
provinsi yang masing-masingnya dipimpin oleh seorang gubernur.
Provinsi tersebut, yaitu Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Borneo.
c) Hasil Sidang Ketiga PPKI (22 Agustus 1945)
• Membentuk Komite Nasional Indonesia
• Membentuk Partai Nasional Indonesia
• Membentuk badan Keamanan Rakyat

5. Kronologi Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

21
6 Agustus 1945: Kota Hiroshima di Jepang dijatuhi bom atom pertama oleh
Amerika Serikat.

7 Agustus 1945: BPUPKI dibubarkan dan dibentuk PPKI.

9 Agustus 1945: Kota Nagasaki Jepang dijatuhi bom atom kedua oleh
Amerika Serikat.

9 Agustus 1945: Jenderal Terauchi memanggil Soekarno, Moh Hatta dan


Radjiman Wedyodiningrat ke Dalat, Saigon (Vietnam).

12 Agustus 1945: Soekarno, Moh Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat ke


Dalat bertemu Marsekal Terauchi yang menegaskan Jepang akan
menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

14 Agustus 1945: Soekarno, Moh Hatta, Radjiman Wedyodiningrat kembali


ke Indonesia. Sutan Syahrir mendesak Soekarno Hatta untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

15 Agustus 1945: Jepang menyerah tanpa syarat ke Sekutu dan terjadi


kekosongan kekuasaan (vacuum of power) di Indonesia.

15 Agustus 1945: Golongan muda mendesak Soekarno segera


memproklamasikan kemerdekaan paling lambat 16 Agustus 1945. Soekarno
menolak karena ingin meminta pendapat para anggota PPKI.

22
16 Agustus 1945: Dini hari, Soekarno dan Moh Hatta diculik oleh golongan
muda ke Rengasdengklok Karawang dan dipaksa segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia melalui radio.

16 Agustus 1945: Malam, Soekarno dan Moh Hatta kembali ke Jakarta. Di


rumah Laksamana Maeda Tadashi para tokoh nasional berkumpul untuk
berunding tentang persiapan proklamasi kemerdekaan RI.

16 Agustus 1945-17 Agustus 1945: Malam hingga pagi Soekarno dan Moh
Hatta bersama golongan muda dan golongan tua membahas perumusan
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

17 Agustus 1945: Pada jam 10 pagi Soekarno dan Moh. Hatta membacakan
teks naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan
Pegangsaan Timur 56.

B. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Pasca Kemerdekaan


1. Konflik Indonesia dan Belanda
Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, ternyata
bangsa Indonesia masih mengalami berbagai macam rongrongan atau
gangguan yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Luasnya wilayah
Indonesia dan kurangnya sarana komunikasi menjadi sebuah persoalan dalam
penyebaran proklamasi kemerdekaan. Hal inilah menjadi celah yang
dimanfaatkan oleh Belanda dalam upaya ingin mengambil kembali
kekuasaan terhadap Indonesia. Namun, kali ini kedatangan pasukan Belanda
ke wilayah Indonesia bersama-sama dengan pasukan Sekutu-Inggris.
Kedatangannya disambut dengan berbagai bentuk perlawanan oleh bangsa
Indonesia. Masa Revolusi Fisik dan diplomasi yang berlangsung sejak 1945
hingga tahun 1950 telah terjadi berbagai macam pertempuran antara pihak
Indonesia dengan pihak Belanda (NICA) yang dibantu oleh pasukan Sekutu-
Inggris (AFNEI).
Pertempuran yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda beserta
Sekutu-Inggris, diantaranya:

23
a. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
b. Pertempuran Ambarawa
c. Pertempuran Medan Area
d. Bandung Lautan Api

2. Tragedi Nasional (Masa Orde Lama)


Pemberontakan yang terjadi pada masa ini, diantaranya sebagai berikut:
a. Pemberontakan PKI Madiun 1948
Peristiwa PKI Madiun tidak dapat dipisahkan dari pembentukn
Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948. FDR adalah
kumpulan beberapa partai seperti partai Sosialis, Pesindo, Partai Buruh,
PKI dan Sobsi. Peristiwa PKI Madiun itu diawali dari kota Solo yang
dilakukan oleh para pengikut Muso dan Amir Syarifuddin. Pada tahun
1948 Muso kembali dari Rusia. Sekembalinya itu, Muso bergabung
dengan Partai Komunis Indonesia. Ajaran yang diberikan pada para
anggota PKI adalah mengadu domba kesatuan nasional dengan
menyebarkan teror. Pada tanggal 18 September 1948, di Madiun tokoh-
tokoh PKI memproklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia.
Orang-orang yang dianggap musuh politiknya dibunuh oleh PKI.
Pemberontakan PKI Madiun dapat diatasi dengan Operasi Militer
yang dilancarkan oleh TNI untuk menumpas pemberontakan PKI Madiun
pada tahun 1948 yakni Gerakan Operasi Militer I (GOM I). Operasi
tersebut dipimpin oleh Gubernur Militer Kolonel Subroto yang
wilayahnya meliputi Semarang, Pati, dan Madiun.

b. Pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan)


Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) terjadi pada 25
April 1959, dipimpin oleh Chris Soumokil, mantan Jaksa Agung Negara
Indonesia Timur. Pemberontakan ini berpusat di kota Ambon, dan pulau
sekitarnya seperti pulau Seram.
Salah satu penyebab meletusnya pemberontakan RMS adalah
banyak bekas prajurit KNIL (Tentara Kolonial Hindia Belanda) asal

24
Maluku yang kecewa karena pengakuan kemerdekaan Belanda kepada
Indonesia. Mereka juga menolak bergabung dengan APRIS (Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat). Hal ini ditambah dengan
kekecewaan Chris Soumokil, akibat bubarnya Negara Indonesia Timur
(NIT).
Soumokil dan para bekas prajurit KNIL ini membuat mereka
menekan Kepala Daerah Maluku Selatan, Johannes Manuhutu, untuk
mendeklarasikan kemerdekaan Maluku Selatan. Pada 25 April 1950,
Manuhutu dibawah tekanan Chris Soumokil dan prajurit KNIL
mendeklarasikan Republik Maluku Selatan.
Karena upaya damai mengalami jalan buntu maka pemerintah
melakukan operasi militer untuk menumpas gerakan RMS yaitu Gerakan
Operasi Militer (GOM) III yang dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang,
Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.

c. Gerakan 30 September 1965 (G 30 S/PKI)

Monumen Pancasila Sakti

G30S merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan


pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah Indonesia menjadi negara

25
komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan
ketua dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada 1 Oktober 1965 dini
hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa (pasukan
pengawal Istana) memimpin pasukan yang dianggap loyal pada PKI.
Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari
enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya.
Sedangkan lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya. Jenazah
ketujuh perwira TNI AD itu ditemukan selang beberapa hari kemudian.
Keenam perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang menjadi korban
dalam peristiwa ini adalah:
1) Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani
2) Mayor Jendral Raden Soeprapto
3) Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
4) Mayor Jendral Siswondo Parman
5) Brigadir Jendral Donald Isaac Pandjaitan
6) Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo
Sementara itu, Panglima TNI A. H. Nasution yang menjadi target
utama berhasil meloloskan diri. Tapi, putrinya Ade Irma Nasution tewas
tertembak dan ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean diculik dan
ditembak di Lubang Buaya.
Keenam jenderal di atas beserta Lettu Pierre Tendean kemudian
ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Sejak berlakunya UU Nomor 20
tahun 2009, gelar ini juga diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Setelah peristiwa G30S/PKI rakyat menuntut Presiden Soekarno
untuk membubarkan PKI. Soekarno kemudian memerintahkan Mayor
Jenderal Soeharto untuk membersihkan semua unsur pemerintahan dari
pengaruh PKI. Soeharto bergerak dengan cepat. PKI dinyatakan sebagai
penggerak kudeta dan para tokohnya diburu dan ditangkap, termasuk DN
Aidit yang sempat kabur ke Jawa Tengah tapi kemudian berhasil
ditangkap.
Anggota organisasi yang dianggap simpatisan atau terkait dengan
PKI juga ditangkap. Organisasi-organisasi tersebut antara lain Lekra,

26
CGMI, Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia, Gerakan Wanita
Indonesia dan lain-lain. Berbagai kelompok masyarakat juga
menghancurkan markas PKI yang ada di berbagai daerah. Mereka juga
menyerang lembaga, toko, kantor dan universitas yang dituding terkait
PKI.
Pada akhir 1965, diperkirakan sekitar 500.000 hingga satu juta
anggota dan pendukung PKI diduga menjadi korban pembunuhan.
Sedangkan ratusan ribu lainnya diasingkan di kamp. konsentrasi.

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara dan juga menjadi falsafah hidup bangsa
Indonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara,
masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas
satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan
kedudukannya sebagai dasar negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa.
Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini berarti bahwa sila yang
satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain. Sila-sila pancasila itu tidak statis,
akan tetapi dinamis, dengan gerakan-gerakannya yang positif dan serasi, karena
ketatanegaraan akan selalu berkaitan dengan tata negara. Karena tata negara
merupakan pengatur kehidupan bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas
negara, dan pemerintahannya. Karena banyak peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi, yaitu seperti krisis-krisis yang menimpa bangsa bangsa dan negara
sebagai reaksi terhadap gejolak kehidupan bangsa tampak menonjol satu atau
beberapa sila saja. Dari penjelasan di atas telah diketahui bahwa pancasila sangat
berperan untuk keutuhan negara. Dengan kelima sila tersebut kehidupan
masyarakat akan lebih terarah.

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang saya
peroleh hubungannya dengan makalah ini. Saya banyak berharap kepada para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang dapat membangun kepada
saya demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
saya terutama dan para pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. http://digilib.unimed.ac.id/20069/10/9.%20NIM.%203122121011%20CHAPTER%2
0I.pdf . YI Purba. 2015. Diakses pada tanggal 20 September 2021 pukul 6:15
WIB
2. Tiara, Siti Maulia. Pemahaman Konsep Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Ideologi
Bangsa. Diakses pada tanggal 20 September 2021 pukul 09:00 WIB
3. https://eprints.uny.ac.id/18589/3/BAB%20II%2010401241027.pdf Diakses
pada tanggal 20 September 2021 pukul 10:00 WIB
4. GuruPendidikan.com. 2014. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-
pancasila/ Diakses pada tanggal 20 September 2021 pukul 10:30 WIB
5. Fauzia, Noor Natasya. Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Indonesia. Diakses pada tanggal 21 September 2021 pukul 11:46 WIB.
6. MARKIJAR.com. 2020. https://www.markijar.com/2016/08/sejarah-
perjuangan-bangsa-indonesia.html . Diakses pada tanggal 21 September 2021
pukul 12.00 WIB
7. TRIBUNSTYLE.COM. 15 Agustus 2021. Line Today. Urutan Kronologi
Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan. Diakses pada tanggal 21 September 2021
pukul 14.00 WIB

29

Anda mungkin juga menyukai