Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KIMIA SAWIT

PENGOLAHAN CPO : TAHAP PEREBUSAN BUAH

DOSEN PENGAMPU:
M. HARIS EFFENDI Hsb, S.Pd., M.Si., Ph.D.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. DESMA LINDA (A1C119075)
2. BINTANG NUGRAHA (A1C119079)
3. PUTRI OKTAVIANI (A1C119082)
4. RISSAFFA JIHAN NINGRUM (190384204002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu
menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan tepat
waktu.

Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah yang berjudul : “Tahapan pengolahan
CPO : Perebusan Buah”. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
Bapak Muhammad Haris Effendi, S.Pd., M.Si., Ph.d, serta teman-teman yang turut membantu
selesainya makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Sawit
serta sebagai upaya untuk membantu mahasiswa untuk memahami materi Tahapan
pengolahan CPO : Perebusan Buah.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran
dari pembaca sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga
makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa dan pembaca pada umumnya.

Jambi, 9 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Perebusan TBS .................................................... 3
2.2 Lay Out Sistem Perebusan ....................................................................... 4
2.3 Sterilizer ................................................................................................... 5
2.4 Operasional dan Sistem Perebusan ........................................................ 12
2.5 Pengawasan Titik Kritis ......................................................................... 18
2.6 Lay Out Pabrik Sawit ............................................................................. 20

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 27
3.2 Saran ..................................................................................................... 27

BAB IV TANYA JAWAB

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Kebutuhan kelapa sawit meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya
kebutuhan CPO (Crude palm Oil) dunia. Indonesia diharapkan mampu bersaing di
industri internasional dalam memproduksi kelapa sawit dengan target dan sasaran
yang mampu menghasilkan mutu minyak yang baik diantara industri sawit di negara-
negara lain. Proses produksi pengolahan kelapa sawit setiap pabrik rata-rata 45-90 ton
tandan buah segar (TBS) per jam dengan lama pengolahan 20 jam/hari, sehingga
kelapa sawit yang diolah sekitar 900 s/d 1800 ton TBS per hari.
Crude Palm Oil (CPO) merupakan hasil olahan daging buah kelapa sawit
melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS), perontokan buah, dan
pengepresan minyak. CPO ini diperoleh dari bagian daging buah kelapa sawit yang
telah mengalami bebrapa proses, yaitu sterilisasi, pengepresan, dan klarifikasi. Crude
Oil ini merupakan produk level pertama yang dapat memberikan nilai tambah sekitar
30% dari nilai jual tandan buah segar.
Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatera merupakan provinsi dengan
area perkebunan sawit terluas di Indonesia. Provinsi Riau memiliki area perkebunan
sawit dengan total lahan mencapai 25% dari total luas lahan perkebunan sawit yang
tersebar di seluruh Indonesia. Dengan luasnya area lahan tersebut, Provinsi Riau
merupakan daerah pengahsil kelapa sawit terbesar di Indonesia. Provinsi Riau
menyumbang produksi miyak sawit mentah sebesar 20% terhadap produksi sawit
nasional. Hal ini sejalan dengan produksi kelapa sawit di Provinsi Riau yag tumbuh
pesat. Provinsi Riau mampu menghasilakan produksi kelapa saawit sebesar 6 juta ton
pada tahun 2010 dan meroket sampai 7 juta ton pada tahun 2015 ( Anggraini, 2019).
Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa penting bagi kita untuk
mempelajari dan mengetahui tentang minyak kelapa sawit seperti pengolahan CPO
didahului dengan proses perebusan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dan tujuan perebusan buah (TBS)?
1.2.2 Bagaimana lay out sistem perebusan?

1
1.2.3 Apa itu sterillizer?
1.2.4 Bagaimana operasional dan sistem perebusan?
1.2.5 Bagaimana pengawasan titik kritis di stasiun perebusan?
1.2.6 Bagaimana lay out pabrik sawit?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan makalah ini sebagai berikut :
1.3.1 Dapat mengetahui pengertian dan tujuan perebusan buah.
1.3.2 Dapat mengetahui lay out sistem perebusan.
1.3.3 Dapat mengetahui sterillizer.
1.3.4 Dapat mengetahui operasional dan sistem perebusan.
1.3.5 Dapat mengetahui pengawasan titik kritis di stasiun perebusan.
1.3.6 Dapat mengetahui lay out pabrik sawit.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)

Dalam proses pengolahan kelapa sawit, salah satu tahapan yang paling penting adalah
perebusan tandan buah segar (TBS) atau sterilisasi, karena sangat menentukan jumlah
(rendemen) dan kualitas minyak (CPO) yang dihasilkan. Secara teknis, perebusan TBS
dilakukan pada bejana bertekanan (sterilizer) dengan menggunakan steam (Subiyanto,2013).

Sterilizer merupakan stasiun yang berguna untuk merebus Tandan Buah Segar (TBS)
kelapa sawit dengan menggunakan uap panas yang bertekanan secara konduksi dan konveksi
(Rahardja,2018).

Menurut Sibuea (2014), proses perebusan merupakan proses pengolahan sebelum buah
kelapa sawit diolah menjadi CPO dan inti sawit. Karena itu, proses ini harus dijaga agar
berjalan sebaik mungkin sehingga sejumlah proses pengolahan selanjutnya dapat berjalan
baik pula. Adapun tujuan dari proses perebusan adalah :

1. Menghentikan kegiatan enzim lipase guna mengurangi proses dekomposisi asam lemak
menjadi asam lemak bebas.
2. Mendenaturasikan protein yang terdapat dalam buah sehingga tidak membentuk emulsi
pada minyak.
3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis sehingga mempermudah proses
pemurnian minyak.
4. Melunakkan daging buah sehingga mempermudah proses pelumatan buah pada
digester dan minyak mudah keluar dari seratnya.
5. Memudahkan brondolan terlepas dari tandannya.
6. Memudahkan melekang inti dari biji sehingga memperemudah pemecahan biji.

Pada poin pertama artinya menghentikan kegiatan enzim, aktifitas enzim semakin
tinggi apabila buah mengalami luka. Untuk mengurangi aktifitas enzim diusahakan agar
kelukaan buah relative kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu > 500C maka
perebusan yang bersuhu diatas 1200C akan menghentikan kegiatan enzim. Sehingga
dapat menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid(FFA).

3
2.2 Lay Out Sistem Perebusan

Sterilizer merupakan suatu bejana uap yang bertekanan, fungsinya merebus Tandan
Buah Segar (TBS) dengan memakai media pemanas.Media tersebut adalah uap basah yang
berasal dari sisa pembuangan turbin uap yang bertekanan ± 3 kg/cm2 dan temperature
±1450C. Alat ini disebut juga bejana rebusan/ketel rebusan dan biasanya alat ini sebagai
media perebusan buah kelapa sawit. Ada dua macam tipe sterilizer yang biasa digunakan
yaitu sterilizer vertical dan horizontal. Sterilizer vertical berbentuk silinder dengan muatan 2-
6 ton TBS. Buah diisi melalui pintu atas dan di keluarkan melalui pintu pengeluaran sebelah
sisi depan bawah. Pada bagian sterilizer dialasi dengan plat berlubang yang dipasang
menurun kearah pintu sehingga memudahkan untuk mengeluarkan isinya. Sistem kerja
sterilizer yaitu sebuah proses yang digunakan di pabrik-pabrik kelapa yang berguna untuk
membersihkan buah kelapa sawi ttanpa banyak menggunakan tenaga manusia
(Baldani,2020).

Proses sterilisasi TBS membutuhkan energi (steam) bertekanan dan menuntut


keterandalan alat. Ketidaktepatan dalam penyediaan dan pendistribusian steam yang sesuai
dengan kebutuhan akan berpengaruh kepada pemborosan energi serta tidak meratanya
perebusan, yang pada akhirnya berpengaruh kepada biaya sterilisasi, tingkat rendemen,
kapasitas olah, sertakualitas CPO yang dihasilkan (Subiyanto,2013).

Stepu dalam Zein(2019), mengatakan bahwa penggunaan steam memungkinkan


terjadinya proses hidrolisa/penguapan terhadap air di dalam buah, jika menggunakan uap
kering akan dapat menyebabkan kulit buah hangus sehingga menghambat penguapan air
dalam daging buah dan dapat juga mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu,
pengontrolan kualitas steam yang dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat
penting agar diperoleh hasil perebusan yang sempurna. Media pemanas yang di pergunakan
adalah uap basah yang berasal dari sisa pembuangan turbin uap yang bertekanan ± 3 kg/cm2
dan temperatur 132,880C. Bila temperatur yang digunakan diatas 132,88 0C saat perebusan
akan mengakibatkan buah menjadi hangus atau kegosongan sehingga kualitas minyak CPO
rusak dan bila menggunakan suhu dibawah 132,88 0C saat perebusan akan mengakibatkan
enzim-enzim pada buah tidak mati dan masih banyak mengandung kadar air.

Berikut gambar lay out sistem perebusan/ sterillizer :


4
Stasiun perebusan pada pabrik kelapa sawit akan memproses daging buah kelapa sawit
menjadi lunak, sehingga partikel cair bias terpisah dari partikel pada tsaat proses
pengepresan. Enzim peptin yang ada di buah pun dimatikan, ini juga menjadi faktor yang
mempermudah buah lepas dari tangkainya .Secara umum, proses kerja yang terjadi di stasiun
perebusan dimulai dari mengeluarkan udara di dalam bejana, melunakkan daging buah, dan
memberikan jarak kernel dengan kulit dan terakhir, membuang steam.

2.3 Sterilizer
Secara teknis, perebusan TBS dilakukan pada bejana bertekanan (sterilizer)
dengan menggunakan steam.
2.3.1 Jenis- Jenis Sterilizer
Saat ini di Indonesia terdapat tiga alternatif teknologi sterilizer, yaitu model
horisontal, vertikal, dan kontinyu.Sampai dengan pertengahan dekade 2000 - 2010,
perebusan TBS semua PKS di Indonesia masih menggunakan sterilizer model
horisontal. Setelah itu mulai dikenalkan teknologi sterilizer model vertikal.Kedua
model ini bekerja dengan sistem batch. Terakhir muncul sterilizer yang bekerja secara
kontinyu, yang diintroduksi dari Malaysia.
a) Sterilizer vertikal
Sterilizer vertikal berbentuk silinder dengan muatan 2-6 ton TBS. Buah di isi
melalui pintu atas dan di keluarkan melalui pintu pengeluaran sebelah sisi
depanbawah. Pada bagian sterilizer dialasi dengan plat berlubang yang di pasang
menurunkearah pintu dengan sehingga memudahkan untuk mengeluarkan isinya.

5
Tipe tegak mempunyai kelemahan yakni :
(1). Kapasitas rebusan sangat kecil, karena alat besar membutuhkan ruangan yang
cukup tinggi. Kapasitas rebusan rata-rata 5 ton TBS.
(2). Bejana memuat buah yang diisi dengan menggunakan bunch elevator,
sehingga buah mengalami tingkat kelukaan yang tinggi selama proses
transportasi, sebagai salah satu penyebab kenaikan asam lemak bebas yang
tinggi.
(3). Teknik pengoperasian yang lebih sulit dan membutuhkan tenaga yang lebih
banyak terutama pada saat menutup dan membuka, serta mengeluarkan buah
dari dalam yang dilakukan secara manual.
b) Sterilizer Horizontal
Sedangkan sterilizer horizontal berbentuk silinder yang dipasang mendatar,
ditumpu sesuai panjangnya. Sterilizer horizontal ada yang berpintu satu dan ada
yang berpintu dua. Sterilizer ini di isi dengan tandan buah yang di masukan kedalam
lori. Lori ini ada yang berkapasitas 1,5 ton dan 2,5 ton TBS. Sterilizer horizontal
dapat di muati 8 – 10 lori untuk satu kali perebusan dengan muatan perlori 2,5ton
TBS.

6
Tipe horizontal memiliki keuntungan antara lain :
(1). Kapasitas sterilizer antara 15 – 30 ton TBS.
(2). Pengoperasian lebih mudah dan praktis.
(3). Buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding, bahan olah tidak
mungkin menyebabkan bejana menjadi korosi.
(4). Pengisian uap masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air
kondensat lebih mudah dilakukan.
Dari keuntungan – keuntungan diatas maka pada umumnya pabrik kelapa
sawit lebih memilih jenis sterilizer tipe horizontal.
c) Sterilizer lanjutan

Gambar 2. (a) Sterilizer horizontal, (b) vertical, (c) kontinyu /lanjutan

7
Tabel 1.Perbandingan sistem teknologi sterilizer

Parameter SterilizerHorisontal Sterilizer Vertikal Sterilizer


Teknologi Kontinyu
1. Kebutuhan area besar (± 4000 m2) kecil (± 500 m2) sedang (600-
instalasi alat 1000 m2)
2. Sistemkerja/ batch Batch tapidibantu Kontinyu
kontinyuitas proses dengan alatsemi
otomatis

3. Alat angkut buah lori dan tracknya Conveyor Conveyor


4. Pengoperasian Agak rumit Relatif mudah Mudah (proses
Mudah (proses (transportasi buah (transportasi buah secara kontinyu
secara kontinyu sawit, penutupan & sawit menggunakan dan serba
dan serba otomatis) pembukaan pintu conveyor, penutupan otomatis)
sterilizer dilakukan &pembukaan pintu
secara manual) sterilizer secara
hidraulik, dilengkapi
dengan PLC)

5. Jumlah operator banyak (14 orang) sedang (4 orang) sedikit (1 orang


pengawas/ tidak
secara khusus
mengoperasikan
sterilizer karena
prosesnya
kontinyu)

8
6. Sistem 3 puncak tekanan 1–2 puncak tanpa puncak
perebusan steam (peak) tekanan (datar dari awal-
steam (peak) akhir rebusan)

7. Tekanan puncak 3 bar 3 bar 1 bar


steam
8. Safety kurang (area kerja sedang (bejana baik (keterlibatan
licin karena ceceran bertekanan tinggi orang minimal
minyak, risiko dengan frekuensi dan alat bekerja
tersabet kawat lebih rendah) pada tekanan
penarik lori yg atmosfer
putus, benda
berat/lori jatuh dari
crane, bejana
bertekanan tinggi/
meledak)
9. Perawatan mudah, tapi mahal mudah (penggantian sukar dan mahal
(penggantian lori rantai conveyor, dan (penggantian
secara berkala) bisa dilakukan rantai conveyor,
sendiri) dimana bahan
dan teknisi masih
impor)

Proses sterilisasi TBS membutuhkan energi (steam) bertekanan dan menuntut


keterandalan alat. Ketidaktepatan dalam penyediaan dan pendistribusian steam yang
sesuai dengan kebutuhan akan berpengaruh kepada pemborosan energi serta tidak
meratanya perebusan, yang pada akhirnya berpengaruh kepada biaya sterilisasi,
tingkat rendemen, kapasitas olah, serta kualitas CPO yang dihasilkan.
Perbandinganteknologi sterilizer model horisontal, vertikal, dan kontinyu secara fisik
ditunjukkan pada Gambar 2, sedangkan deskripsi singkat tentang sistem dan
teknologinya disampaikan pada Tabel 1.

9
2.3.2 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses perebusan

Menurut Rahardja dan Sopyan (2012), Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
proses perebusan :
1. Pembuangan Udara (Dearasi)
Selama proses perebusan, tahapan pembuangan pembuangan udara harus
semaksimal mungkin di keluarkan dari sistem perebusan dan digantikan oleh uap
air sebagai media perebusan. Media gas udara merupakan penghantar panas yang
lambat untuk proses perebusan dan dapat menghambat penghantaran panas masuk ke
dalam TBS. Pembuangan udara ini dilakukan dengan memasukkan uap dari bagian
atas sterilizer (perebusan) dan mengeluarkannya dari bagian bawah sterilizer (pipa
condensate). Hal ini dilakukan karena berat jenis uap lebih ringan dari berat jenis
udara, yaitu: berat jenis uap pada suhu 100°C adalah 0,598 kg/m³, sedangkan udara
yang bercampur air pada suhu 50°C memiliki berat jenis 1,043 kg/m³. Terdapat dua
metode pembuangan udara yaitu metode sweeping dan metode difusi. Metode
sweeping dilakukan pada awal proses perebusan yaitu saat pemasukan steam pertama
kali bersamaan dengan pembukaan katup condensate. Masuknya steam ke dalam
perebusan akan mendorong udara untuk keluar melalui lubang condensate. Metode
yang kedua adalah metode difusi yaitu pembuangan udara selama proses
perebusan terutama udara di celah-celah brondolan. Hal ini dikarenakan terjadi
pencampuran udara saat penaikan tekanan dan saat condensing, udara akan keluar
bersamaan dengan steam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat dearasi,
yaitu:
a. Semakin lama proses dearasi berlangsung,maka pembuangan udara akan
semakin sempurna, dikarenakan udara yang berada di dalam proses rebusan di
dorong/paksa ke luar sistem perebusan,serta perlu dipertimbangkan mengenai
kapasitas pengolahan kelapa sawit, sebab hal ini akan memperpanjang waktu
yang dibutuhkan untuk tiap proses di stasiun yang lain.
b. Proses dearasi dapat dilakukan dengan cara bertahap dan terpadu dengan
pembuangan air condensate, dimana udara yang masih ada di dalam sistem
perebusan akan terikut terbuang ke lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat instalasi khusus yaitu memasang pipa by pass pada pipa
condensate dengan pipa berukuran ¾ inch, sehingga air condensate dan
udara dapat keluar secara terus menerus dan bersamaan selama proses
perebusan berlangsung.
10
c. Menaikkan tekanan puncak peak I dan peak II dalam pola sterilisasi,
semakin tinggi puncak tekanan, maka pembuangan uap yang bercampur
dengan udara akan lebih sering.
2. Pembuangan Air Condensate
Uap air yang terkontaminasi dengan TBS dan berada di dasar rebusan ini
merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat dalam rebusan
akan menyerap panas yang diberikan sehingga jumlah air akan bertambah.
Pertambahan air yang tidak diimbangi dengan pembuangan air condensate akan
memperlambat pencapaian tekanan puncak . Supaya air tersebut dapat dibuang, maka
dapat di pasang pipa by pass pada pipa condensate, karena diperkirakan 13% dari
TBS yang diolah adalah air condensate. Hal ini akan berpengaruh pada perebusan
buah yang kering akan lebih mudah diproses di screw press. Atau dapat juga
dilakukan denganmemprogram waktu rebusan dengan menambahkan waktu
venting pada tiap peaknya.
3. Waktu Perebusan
Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap masuk kebagian tandan yang
paling dalam. Pada suhu 100°C membutuhkan waktu 25-30 menit penetrasi uap
hingga bagian dalam untuk tandan dengan berat 3-6 kg,sedangkan untuk tandan yang
beratnya 15 kg membutuhkan waktu 50 menit. Penetrasi uap akan semakin cepat
terjadi jika tekanan uap semakin tinggi. Hubungan waktu rebusan dengan effisiensi
minyak adalah sebagai berikut:
a. Semakin lama waktu perebusan buah, maka jumlah buah yang memberondol
akan semakin tinggi atau persentasi buah yang tidak memberondol akan
semakin kecil.
b. Semakin lama waktu perebusan buah, maka kehilangan minyak dalam
condensate akan semakin tinggi.
c. Semakin lama perebusan buah, maka nut akan semakin masak dan
menghasilkan nut yang lebih mudah pecah dan inti menjadi lekang (perpisah)
dari shell. d. Semakin lama perebusan buah, maka kandungan minyak dalam
tandan kosong akan semakin tinggi, hal ini terjadi karena minyak yang
ada pada mesocarp terserap oleh janjangan kosong.
d. Semakin lama perebusan buah, maka mutu minyak CPO akan semakin
menurun. Hal ini dapat diketahui dengan menurunnya nilai Deterioration of
Bleachability Index (DOBI).

11
Menurut Pahan (2006), Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh
perebusan normal adalah:
a. 13 menit pemasukan uap pertama dari 02,3 kg/cm², termasuk menguras
udara selama 2 menit.
b. 2 menit pembuangan uap pertama sampai tekanan menjadi 0.
c. 12 menit pemasukan uap kedua kali sampai tekanan 2,5 kg/cm² .
d. 2 menit pembuangan uap kedua kali sampai tekanan menjadi 0.
e. 13 menit pemasukan uap ketiga kali sampai tekanan 2,8 kg/cm² .
f. 43 menit tekanan uap ditahan pada 2,8 kg/cm² .
g. 5 menit pembuangan akhir uap sampai tekanan menjadi 0.

Dengan demikian dalam proses perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap
2,8 kg/cm² dibutuhkan waktu minimal 90 menit untuk memperoleh hasil perebusan yang
optimal.

2.4. Operasional dan Sistem perebusan

Menurut Naibaho (1998), terdapat dua metode dalam proses perebusan di sterilizer
yaitu dengan cara manual dan otomatisasi. Pada cara manual, semua kegiatan seperti
pemasukan uap, pengeluaran uap dan condensate pada proses perebusan dikendalikan oleh
tenaga manusia. Sedangkan pada cara otomatisasi, semua kegiatan tersebut dilakukan dengan
metode penggunaan bantuan alat yang diprogram kemudian pembukaan dan penutupan kran
uapnya dibantu dengan alat compressor.

Pada stasiun perebusan TBS mengalami perebusan dengan menggunakan uap panas
dari boiler. Menurut Lubis (1987) dalam Supriyanto (2008), maksud dari perebusan antara
lain untuk menon-aktifkan enzim lipase yang ada dalam buah maupun microbia kontaminan,
memudahkan pemisahan dengan tandan, memudahkan pelumatan daging buah, dan
memudahkan proses klarifikasi.

Uap yang masuk memungkinkan mendorong udara keluar karena berat jenis udara
lebih besar dan berat jenis uap. Pemasukan terletak dibagian atas dan pipa pengeluaran
terletak di bagian bawah ketel rebusan. Untuk memberikan hasil kerja yang sempurna, pipa
pemasukan uap dibagian atas rebusan dilengkapi dengan plat berlobang untuk menghindari
adanya kemungkinan buah sawit/bondolan jatuh pada lantai agar tidak terikat dengan uap
sewaktu pembuangan.

12
A. Start Operasional

1. Pastikan kompressor berfungsi dengan baik


2. Grafik sterilizer sesuai dengan waktu perebusan dimulai
3. Pastikan switch program setting pada posisi automatis
4. Setting waktu untuk perebusan sesuai dengan kebutuhan/kondisi buah

B. Pembukaan pintu Sterilizer

1. Usahakan pintu sterilizer bagian belakang terbuka lebih dahulu agar tidak terjadi salah
pengertian
2. Perhatikan pressure gauge tekanan nol sebelum membuka pintu sterilizer
3. Untuk memastikan tekanan sterilizer nol dengan membuka valve kontrol steam
4. Angkat tuas safety bar posisikan duduk diatas stopper Dorong trolly pastikan posisi
rel trolly tepat sejajar dengan rel sterilizer, kunci trolly dengan engsel.
5. Jika dua pintu telah terbuka tercantol pada pengaman dan trolly berada pd posisinya,
maka beri aba-aba pada operator loading ramp untuk memasukkan lori ke rebusan.
6. Tutup pintu streilizer bagian depan terlebih dahulu kemudian yang belakang.
7. Pastikan packing pintu rebusan terpasang dan tidak ada yang bocor

C. Penutupan Pintu Sterilizer

1. Dorong pintu rebusan lalu putar tuas kunci pintu rebusan keatas sampai posisi lock
ring 75% terkunci.
2. Pastikan posisi lock ring harus menutup disc flange c/w tapered wedge minimal 75%
dan safety bar disamping stopper
3. Sesudah pintu sterilizer tertutup dengan baik maka tekan tombol start yang ada pada
panel sterilizer
4. Program sterilizer harus dioperasikan full automatic/semi automatic dan yakinkan
door limit switch, safety interlock, safety valve berfungsi dengan baik
5. Periksa secara berkala bearing engsel pintu dan lock ring (dari keretakan dari
seringnya lori anjlok

2.4.1 Macam Perebusan

Menurut Hikmawan (2019), sistem perebusan yang dipilh harus sesuai dengan
kemampuan boiler memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai.

13
Sistem perebusan yang lazim dikenal di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah single peak,
double peak, tripple peak. Sistem perebusan triple peak banyak digunakan, selain berfungsi
sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya goncangan yang
disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat.

 Single Peak tekanan 1,5 bar

Proses perebusan yang dilakukan hanya satu tahap. Uap masuk sesuai dengan waktu
yang ditentukan, sampai tercapai tekanan konstan dan kemudian turun, dan uap
dibuang dari ruang perebusan.

Sistem Perebusan Single Peak adalah sebagai berikut :

1. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0 ÷ 2 kg/cm2 selama ± 10 menit

2. Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit

3. Dilakukan pembuangan uap dari 2 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air kondensat ± 5 menit

4. Selesai

 Double Peak tekanan 2,5 bar

Proses perebusan dilakukan dengan dua tahap pemasukan uap, demikian juga dengan
dua tahap pembuangan kondensat (uap air). Proses ini digambarkan sebagai berikut.

14
Sistem Perebusan Double Peak adalah sebagai berikut :

1. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0 ÷ 2 kg/cm2 selama ± 10 menit

2. Dilakukan pembuangan uap dari 2 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air kondensat ± 2 menit

3. Menaikkan tekanan uap Puncak II dari 0 ÷ 2.6 kg/cm2 selama ± 12 menit

4.Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit

5. Dilakukan pembuangan uap dari 2.6÷0 kg/cm2 ; buang air kondensat ± 5 menit

6. Selesai

 Triple Peak tekanan 3 bar

Proses perebusan dilakukan dengan tiga tahap pemasukan uap, demikian juga dengan
tiga tahap pembuangan kondensat (uap air). Proses ini digambarkan sebagai berikut;

Sistem Perebusan Tripple Peak adalah sebagai berikut :

1. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0 ÷ 2 kg/cm2 selama ± 8 menit

2. Dilakukan pembuangan uap dari 2 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air kondensat ± 4 menit

15
3. Menaikkan tekanan uap Puncak II dari 0 ÷ 2.6 kg/cm2 selama ± 12 menit

4. Dilakukan pembuangan uap dari 2.6 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air kondensat ± 7 menit

5. . Menaikkan tekanan uap Puncak III dari 0 ÷ 3 kg/cm2 selama ± 14 menit

6. Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit

7. Dilakukan pembuangan uap dari 3 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air kondensat ± 5 menit

8. Selesai

Single Double Triple


No Components Peak Peak Peak
(Menit) (Menit) (Menit)
1 Waktu Pemasukan TBS 5 – 10 5 – 10 5 – 10
2 Waktu Penaikan Tekanan 10 – 15 10 – 15 10 – 15
Waktu Penurunan Tekanan
3 0 6–8 6–8
(Condensate)
4 Waktu Penaikan Tekanan 0 10 – 15 10 – 15
Waktu Penurunan Tekanan
5 0 0 6–8
(Condensate)
6 Waktu Penaikan Tekanan 0 0 10 – 15
7 Waktu Penahanan Tekanan 30 – 45 30 – 45 30 – 45
Waktu Penurunan dan
8 Pembuangan (Condensate and 5–8 6–8 6–8
Exhaust)
9 Waktu Pengeluaran TBS Masak 5 – 10 5 – 10 5 – 10
Total Waktu Perebusan 66 - 88 82 - 111 98 – 134

16
2.4.2 Metode Pembuangan Udara dalam Sistem Perebusan
Ada 2 (dua) metode pembuangan udara dari sterilizer yaitu:

1. Sweeping, yaitu membuang udara dari tabung sterilizer.


2. Difusi (bercampurnya udara dan uap), akan mengeluarkan udara.

2.4.3 Aspek yang mempengaruhi operasi rebusan

a. Kontrol dari Steam Valve

a. Manual Control : buka dan tutup semua valve diatur dan dilakukan sepenuhnya
oleh operator.
b. Automatis :buka dan tutup semua valve diatur dan digerakkan secara otomatis oleh
Programmable Logic Controller (PLC).

b. Cycle Time/Step pada Rebusan

1. Waktu pemasukan TBS (charging in time)\


2. Waktu pelepasa nudara (deaeration)
3. Waktu penaikan tekanan (pressure build-up)
4. Waktu penahanan tekanan (holding time)
5. Waktu penurunan tekanan (condensate)
6. Waktu pembuangan uap (exhaust)
7. Waktu pengeluaran TBS masak (discharging time)

17
Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) SOGM, proses perebusannya menggunakan metode
otomatisasi, dan kondisinya sama seperti metode otomatisasi yang lainya, yaitu pembukaan
dan penutupan katup uap masuk, keluar, dan air kondensat didasarkan pada waktu yang telah
ditetapkan. Terdapat tiga tipe program pada metode otomatisasi di PKS SOGM yang
mempunyai total waktu untuk proses perebusan masingmasing, yaitu 84 menit, 87 menit dan
91 menit. Agar proses perebusan dapat memperoleh efisiensi waktu dan juga memperolah
hasil yang berkualitas maka akan lebih baik apabila dari ketiga program tersebut diperoleh
satu yang terbaik. Untuk mengetahui keberhasilan metode proses perebusan yang telah
digunakan di PKS SOGM dapat dilakukan dengan melihat hasil dari proses perebusan yang
ada dengan melihat dari beberapa parameter, antara lain Unstripped Bunch (USB), Oil Loss
di Empty Bunch Stalk, Oil Loss di Effluent dan Fruit Loss di Empty Bunch.

Kegunaan pengoperasian perebusan secara sequence (berangkai) dengan waktu yang


teratur dan benar adalah sebagai berikut :

 Menghindari kebutuhan uap yang berlebihan pada proses perebusan.


 Menghindari penurunan tekanan yang fluktuatif (bergejolak) pada cycle
perebusan.
 Pemakaian steam yang efisien sehingga membantu operasi di boiler dan turbin
serta station lain dalam processing di PKS (Pabrik Kelapa Sawit).

c. Deaeration (Pembuangan Udara)


Udara adalah penghantar panas yang buruk, oleh karena itu harus dibuang dari dalam
tabung sterilizer dan celah - celah fruitlet pada TBS. Ada 3 (tiga) metode pembuangan udara
dari sterilizer :

1. Sweeping (membuang udara dari tabung sterilizer).


2. Difusi (bercampurnya udara dan steam) akanmengeluarkanudaradaricelah-celah
fruitlet (brondolan)
3. Continous Deaeration.

2.5 Pengawasan titik kritis

 Tekanan steam perebusan mencapai 2.80 kg/cm


 Saat beroperasi pintu harus tertutup minimal 75% dari lock ring
 Saluran pembuangan kondensat harus lancar

18
 Bila dalam keadaan emergency kerangan inlet dan outlet harus dapat dioperasikan
secara manual.

Waktu Perebusan Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap masuk kebagian tandan
yang paling dalam. Pada suhu 100°C membutuhkan waktu 25-30 menit penetrasi uap hingga
bagian dalam untuk tandan dengan berat 3-6 kg,sedangkan untuk tandan yang beratnya 15 kg
membutuhkan waktu 50 menit. Penetrasi uap akan semakin cepat terjadi jika tekanan uap
semakin tinggi.

Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi minyak adalah sebagai berikut :

1. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpipih semakintinggi, atau
persentase tandan yang tidak terpipil semakin rendah.
2. Semakin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan menghasilkanbiji yang
lebih mudah pecah dan sifat lekang.
3. Semakin lama perebusan buah maka maka kehilangan minyak dalam air kondensat
semakin tinggi.
4. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam tandan kosongsemakin
tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh tandan kosong akibat terdapatnya
rongga – rongga kosong.
5. Semakin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan semakin
menurun.

19
2.6 Lay out pabrik sawit

Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil dan palm kernel
melalui banyak perlakuan dan tahapan. Menurut Suandi (2016), Proses pengolahan kelapa
sawit dibagi menjadi beberapa tahapan dan stasiun, yaitu sebagai berikut :
1. Stasiun penerimaan buah (fruit reception station)
2. Stasiun perebusan (sterilizing station)
3. Stasiun penebahan (threshing station)
4. Stasiun pengempaan (pressing station)
5. Stasiun pemurnian minyak (clarification station)
6. Stasiun pengolahan inti (kernel recovery station)

1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)


Stasiun penerimaan buah berfungsi sebagai tempat penerimaan buah (TBS) dari
perkebunan sebelum diolah. Pada stasiun ini dapat diketahui jumlah TBS dari masing-masing
kebun. Pada stasiun penerimaan buah ini meliputi :
1. Jembatan timbang (weight bridge)
2. Sortasi tandan buah segar.

20
3. Tempat pemindahan buah (loading ramp)..
4. Lori Buah.
2. Stasiun Perebusan (Sterilization Station)
Baik buruknya mutu dan jumlah hasil olah suatu pabrik kelapa sawit, terutama
ditentukan oleh hasil rebusan. Oleh karena itu merebus, buah harus sesuai dengan ketentuan
yang ada dan merupakan hal yang mutlak dilakuakan. Merebus tandan dengan uap
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Merusak enzim dan menghentikan peragian yang membentuk asam lemak bebas
b. Membekukan getah dan protein
c. Memudahkan buah lepas dari tandan
d. Melonggarkan inti dari tempurung
Pada stasiun rebusan terdapat alat – alat sebagai berikut :
1. Alat Penarik (Capstand).
Capstand adalah alat penarik lori keluar dan masuk sterilizer.
2. Ketel Rebusan (Sterilizer).
Merupakan bejana uap tekan yang digunakan untuk merebus buah. Sterilizer ini dapat
memuat 8 buah lori dengan tekanan kerja maksimal 3 kg/cm2 dan suhu kerja maksimal
140oC. Untuk menjaga tekanan dalam rebusan tidak melebihi tekanan kerja yang diizinkan,
rebusan diberi katup pengaman. Seluruh proses perebusan dilakukan dalam sterilizer
horizontal.
3. Tippler.
Tippler merupakan tempat untuk menumpahkan buah kelapa sawit yang sudah direbus
dengan sterilizer dengan cara memutar lori 180o. Buah kelapa sawit tersebut diangkut
menggunakan conveyor menuju threser.
3. Stasiun Penebahan (Threshing Stasiun)
Stasiun penebahan merupakan stasiun yang berfungsi untuk memisahkan buah dari
tandannya dengan cara bantingan – bantingan dan berputar sekitar 23 – 25 rpm yang dinamai
rotary drum threshing.
4. Stasiun Pengempaan (Pressing Station)
a. Digester
Merupakan sebuah alat yang terbuat dari besi pelat yang berbentuk silinder dimana
sekeliling dindingnya dipasang pelat mantel untuk memanaskan adukan. Didalam silinder

21
tersebut terdapat as yang dipasang pisau aduk dan dibagian bawah dipasang satu pisau
buang, untuk mengeluarkan masa-adukan dari digester ke screw press.
Digester berfungsi sebagai pencincang brondolan yang telah terebus, sehingga
menjadi campuran yang homogen antar nuts dengan daging buah yang telah terpisah. Pada
digester, dilakukan proses exstraksi pertama untuk mengusahakan keluarnya minyak dari
brondolan buah. Mesin press adalah alat untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari
daging buah (pericarp). Buah yang keluar dari digester diperas didalam mesin press dengan
tekanan 40 -50 bar dan dengan menggunakan air pengencer yang bersuhu 90 – 95 oC. Untuk
menurunkan visikosits minyak, penambahan dapat pula dilakukan pada oil gutter kemudian
dialirkan melalui oil gutter ke stasiun klarifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan
dengan menggunakan cake breaker conveyor untuk memudahkan memisahkan nuts dan
ampas.

b. Pemisah Ampas Kempa (Cake Beaker Conveyor). Ampas hasil press yang masih
bercampur nuts dan berbentuk gumpalan – gumpalan dipecah dan dibawa untuk dipisahkan
antara ampas dan nuts. Alat ini terdiri dari pedal–pedal yang diikat pada poros yang berputar
52 rpm. Kemiringan pedal–pedal diatur sehingga pemecah gumpalan terjadi dengan
sempurna.
5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)
Stasiun pemurnian minyak berfungsi untuk memisahkan minyak dari kotoran dan
unsur–unsur yang dapat mengurangi kualitas minyak dan mengupayakan kehilangan minyak
seminimal mungkin. Proses pemisahan minyak, air, dan kotoran dalakukan dengan system
pengendapan, sentrifuge, dan penguapan.
Beberapa peralatan permurnian minyak yang digunakan pada stasiun klarifikasi adalah
sebagai berikut :
1. Talang Minyak (Oil Gutter).
Talang minyak berfungsi untuk menampung minyak hasil ekstraksi dari mesin press
selanjutnya dilakukan pengenceran. Pengenceran bertujuan untuk memudahkan
pemisahan minyak dengan pasir dan serat yang terdapat didalam minyak, suhu air
pengenceran 80 – 90oC.
2. Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank. Sand trap tank (Tangki Pemisah Pasir)
berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan ke

22
ayakan (saringan), dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar
yang dapat menyebabakan kehausan ayakan.
3. Ayakan Getar (Vibrator Screen). Merupakan ayakan getar yang berfungsi untuk
menyaring material-material yang terbawa oleh minyak kasar dari tangki pemisahan
pasir
4. Crude Oil Tank (COT). Crude oil tank (tangki minyak mentah), berfungsi
menampung minyak mentah yang telah disaring untuk dipompakan ketangki pemisah.
Cairan yang mempunyai berat jenis yang lebih ringan akan naik ke permukaan yang
selanjutnya akan mengalir ke continous settling tank. Untuk menjaga suhu tetap
konstan pada 80 – 90oC maka perlu diberikan penambahan panas dengan cara
menginjeksiakan uap kedalam tangki.
5. Continous Settling Tank (CST). Continous Settling Tank berfungsi untuk
mengendapkan sludge (lumpur) yang terkandung dalam minyak kasar, untuk
mempermudah pemisahan, suhu harus dipertahankan antara 80 – 90oC dengan sistem
injeksi uap. Didalam CST minyak dibagi menjadi tiga bagian, bagian atas adalah
minyak yang diambil dengan bantuan skimer untuk dialirkan kedalam oil tank, bagian
tengah merupakan sludge yang masih mengandung minyak yang akan dialirkan ke
sludge tank, dan bagian bawah merupakan air untuk menaikan level minyak.
6. Oil Tank (OT). Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam
tangki ini untuk dipanaskan lagi dengan uap yang suhunya 90˚C untuk memisahkan
bagian air, selanjutnya minyak akan dipompa ke dalam tanki tunggu sebelum diolah
lebih lanjut pada oil purifier.
7. Oil Purifier. Oil purifier berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dan kotoran
– kotoran halus yang masih ada dalam minyak, pemisahan minyak dilakukan dengan
cara perbedaan berat jenis yang dimiliki minyak dan air.
8. Vacum Dryer. Vakum dryer digunakan untuk memisahkan air dengan minyak dengan
cara penguapan hampa. Uap air yang terkandung dalam minyak akan terhisap pada
tekanan atmosfir. Uap air yang terhisap akan dibuang ke atmosfir. Air akan menguap
sebesar 0,25-0,30 % , dibawah pelampung terdapat Toper spindle untuk mengatur
minyak yang disalurkan kedalam bejana vacum dryer sehingga kehampaan dalam
vakum dryer tetap 76 cmHg. Kemudian melalui nozzel, minyak akan disemburkan
kedalam bejana sehingga penguapan air akan lebih sempurna. Untuk menjaga
keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana digunakan float valve dibagian

23
bawah bejana. Pada proses ini bertujuan untuk mendapatkan minyak (CPO) dengan
kandungan air 0,1%.
9. Storage Tank. Storage tank merupakan tangki penampung minyak sementara sebelum
dikirim ke konsumen atau tempat penampungan minyak hasil produksi. Tangki ini
dilengkapi dengan alat pemanas sistem coil yang dipasang pada dasar tangki.
Temperatur minyak dalam yangki dipertahankan sekitar 40 – 50oC.
10. Tangki lumpur (Sludge Tank). Sludge tank berfungsi untuk menampung sludge yang
berasal dari CST. Minyak akan masuk melalui pipa yang mengarahkan sampai bagian
dasar dari sludge tank. Didalam tangki ini dilakukan pemanasan dengan
menggunakan pipa uap tertutup agar minyak tergoncang dan suhu tetap dipertahankan
95oC. Pemanasan diharapkan dapat membuat minyak tetap pada keadaan mendidih
hingga nantinya akan memudahkan cairan minyak melayang ke atas hingga
permukaan tangki. Minyak yang telah mencapai permukaan akan mengalir kedalam
pipa yang selanjutnya akan dikirim pada disanding cyclone.
11. Sand Cyclone. Alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara sludge tank yang
kemudian dialirkan melalui buffer tank. Sand cyclone berfungsi untuk mengurangi
jumlah pasir dan padatan yang mungkin masih terdapat pada minyak yang berasal dari
sludge tank. Alat ini terbuat dari keramik yang memisahkan lumpur atau pasir secara
garvitasi.
12. Sludge Buffer Tank. Sludge buffer tank berfungsi untuk menampung sludge yang
masih mengandung minyak sebelum diolah ke sludge separator.
13. Sludge Separator. Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil
bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu – sudu menuju CST. Cairan
dan ampas yang berat jenis lebih besar terbuang keparit.
14. Sludge Drain Tank. Tangki ini dilengkapi dengan sistem pemanas injeksi untuk tujuan
pemanasan. Minyak yang terapung dibagian atas dialirkan ke tangki penampung
minyak (reclaimed oil tank) sedangkan sludge dibuang ke bak fat pit.
15. Reclaimed Oil Tank. Cairan dengan kadar minyak tinggi dari tangki minyak kutipan
ditampung dalam tangki ini untuk kemudian dipompa ke tangki pemisah.
16. Decanter. Decanter berfungsi untuk memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan
fraksi padat atau fraksi padat dengan cairan. Pemisahan antara kotoran dan minyak
dilakukan dengan dasar perbedaan berat jenis pada dua kecepatan putaran yang
berbeda antara scroll dan bowl decanter, dimana pada proses ini terdapat 3 keluaran

24
yang berbeda yaitu : cairan ringan keluar dari bowl-exis, cairan kaya solid keluar dari
bowl shell dan solid akan keluar pada bagian decanter.
17. Fat Pit. Fat pit digunakan untuk menampung cairan yang masih mengandung minyak
yang berasal dari air kondensat dari stasiun perebusan dan stasiun klarifikasi. Minyak
yang dikutip akan dipompakan kembali ke reclaimed oil tank.

6. Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Station)


Campuran fibre dan inti yang keluar dari screw press akan diolah untuk menghasilkan
shell (shell) dan ampas (fibre) sebagai bahan boiler dan inti kelapa sawit diolah lagi sehinga
menjadi minyak inti sawit. Adapun bagian – bagian dari stasiun pengolahan inti adalah
sebagai berikut :
1. Cake Breaker Conveyor. Fungsinya adalah untuk mengantarkan ampas dan nuts ke
depericarper serta mengurangi kadar air fibre sehingga memudahkan kerja blower
pada depericarper. Alat ini terdiri dari pedal - pedal yang diikat pada poros yang
berputar 52 rpm. Kemiringan pedal – pedal diatur sehingga pemecahan gumpalan
terjadi dengan sempurna.
2. Depericarper. Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan nuts, serta
membersikan nuts dari sisa – sisa serabut yang masi melekat pada nuts. Alat ini terdiri
dari kolom pemisah dan drum pemolis (polishing drum).
3. Nuts Polishing Drum. Nuts polishing drum merupakan alat untuk memisahkan fibre
yang masih melekat pada nuts.
4. Nuts Silo. Nuts silo adalah alat yang digunakan untuk tempat pemeraman nuts yang
selanjutnya bila nuts tersebut telah cukup kering akan dipecah dengan alat pemecah
(ripple mill).
5. Ripple Mill. Ripple Mill adalah alat pemecah nut. Didalam ripple mill, nuts akan
dipecahkan menjadi inti (kernel) dan shell (shell).
6. Light Tenera Separation (LTDS 1). LTDS adalah pemisahan campuran pertama yang
berkerja berdasarkan atas berat dan kemampuan hisap blower.
7. Light Tenera Dust Separation (LTDS 2). Bentuk dan cara kerja sama dengan LTDS 1,
bentuk tromol tegak dan berfungsi untuk membersihkan kernel dari shell – shell kasar
dan kernel pecah yang ringanakan masuk ke shell hopper, sedangkan kernel yang
lebih berat tidak terhisap pleh blower sehingga akan jatuh ke kernel transfer
conveyor.

25
8. Claybath. Prinsip kerja Claybath hampir sama dengan pemisah kernel dengan
menggunakan hidrocyclone. Pemisahan kernel dengan shell menggunakan claybath
menggunakan CaCO3, pemisahannya berdasarkan berat jenis, shell yang lebih berat
akan tenggelam dengan batuan larutan CaCO3 dan kernel akan terapung, shell dan
inti pecah tersebut akan dipompakan ke vibrating screen, shell dan inti pecah akan
terpisah sendiri dan agar kernel bersih terhadap CaCO3 maka dibilas dengan
menggunakan air dingin. Shell yang terpisah masuk ke shell transfort dengan bantuan
blower sedangkan kernel jatuh ke kernel distributing conveyor dan masuk ke kernel
silo dengan bantuan kernel elevator.
9. Kernel Silo. Kernel silo adalah silinder tegak yang berlubang – lubang tempat
penyimpanan dan pengeringan kernel sebelum disimpan di bulk silo kernel.
Pengeringan menggunakan suhu 50 – 60oC agar kernel tidak berjamur dan dapat
tahan lebih lama serta mencegah menaikan kadar asam lemak bebas.
10. Kernel Bin. Kernel Bin adalah tempat penyimpanan kernel sebelum diolah menjadi
minyak inti (kernel oil), kernel bin ini suhunya harus juga dijaga, agar kernel dalam
keadaan kering dan tidak lembab.

7. Mesin Westfalia Separator


Mesin Westfalia Separator berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dan
kotoran – kotoran halus yang masih ada dalam minyak, pemisahan minyak dilakukan dengan
gaya sentrifugal. Dengan adanya perbedaan berat jenis antara sludge dengan minyak, maka
minyak akan naik keatas dan diteruskan ke Vakum dryer untuk mengurangi kadar air. Proses
kerja Mesin Wesfalia Separator didukung oleh pompa sentrifugal. Pompa sentrifugal
digunakan untuk mensuplai minyak dari Mesin Westfalia Separator ke Vakum dryer.

Dalam proses pengolahan kelapa sawit, selain menghasilkan minyak kelapa sawit dan
minyak inti kelapa sawit juga menghasilkan hasil sampingan yaitu ampas (fibre) dan tandan
yang dapat dijadikan serabut dan dijadikan abu yang berguna untuk menjadi pupuk kalium,
sedangkan ampas inti sawit (bungkil) dapat digunakan sebagai makanan ternak serta shell
(tempurung) yang dapat diolah menjadi arang untuk bahan bakar boiler.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil dan palm kernel
melalui banyak perlakuan dan tahapan. Proses pengolahan kelapa sawit dibagi menjadi
beberapa tahapan dan stasiun, yaitu sebagai berikut :
1. Stasiun penerimaan buah (fruit reception station)
2. Stasiun perebusan (sterilizing station)
3. Stasiun penebahan (threshing station)
4. Stasiun pengempaan (pressing station)
5. Stasiun pemurnian minyak (clarification station)
6. Stasiun pengolahan inti (kernel recovery station)
Dalam proses pengolahan kelapa sawit, salah satu tahapan yang paling penting adalah
perebusan tandan buah segar (TBS) atau sterilisasi, Sterilizer merupakan suatu bejana uap
yang bertekanan, fungsinya merebus Tandan Buah Segar (TBS) dengan memakai media
pemanas. Ada dua jenis sterilizer yaitu sterilizer vertikal dan horizontal.

Pada stasiun perebusan TBS mengalami perebusan dengan menggunakan uap panas
dari boiler untuk menon-aktifkan enzim lipase yang ada dalam buah maupun microbia
kontaminan, memudahkan pemisahan dengan tandan, memudahkan pelumatan daging buah,
dan memudahkan proses klarifikasi.

Uap yang masuk memungkinkan mendorong udara keluar karena berat jenis udara
lebih besar dan berat jenis uap. Pemasukan terletak dibagian atas dan pipa pengeluaran
terletak di bagian bawah ketel rebusan. Untuk memberikan hasil kerja yang sempurna, pipa
pemasukan uap dibagian atas rebusan dilengkapi dengan plat berlobang untuk menghindari
adanya kemungkinan buah sawit/bondolan jatuh pada lantai agar tidak terikat dengan uap
sewaktu pembuangan.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwasannya makalah diatas banyak sekali kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada

27
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulismengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.

28
BAB IV
TANYA JAWAB
Bertanya
1. Nama : Cory alviani
NIM : 190384204006
Pertanyaan
stabilizer manakah yang cocok digunakan untuk pemilihan pengusaha sawit?
Menjawab:
Nama : Rissaffa Jihan Ningrum
NIM : 190384204002
Jawaban
Sterilizer yang cocok untuk di gunakan pada industri pemula adalah stabilizer horizontal
karena pengoprasiannya lebih mudah dan aman dia juga memiliki kapasitas sedang dan alat alat
yang digunakan untuk mengolah tidak cepat rusak, untuk pembuangan uap air juga lebih mudah
dan tingkat berbahaya bagi pekerja relatif lebih rendah
Bertanya
2. Nama : Astri Andriyani
NIM : A1C119081
Pertanyaan
Media gas udara merupakan penghantar panas yang lambat untuk proses perebusan dan
dapat menghambat penghantaran panas masuk ke dalam TBS. Jika media gas merupakan pengantar
panas yang lambat untuk perebusan, bagaimana langkah untuk menjadikan proses perebusan
menjadi paling efektif ?
Menjawab
Nama : Bintang Nugraha
Nim : A1C119079
Tahapan pembuangan pembuangan udara harus semaksimal mungkin di keluarkan dari sistem
perebusan dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan. Media gas udara merupakan
penghantar panas yang lambat untuk proses perebusan dan dapat menghambat penghantaran panas
masuk ke dalam TBS.
Pembuangan udara ini dilakukan dengan memasukkan uap dari bagian atas sterilizer
(perebusan) dan mengeluarkannya dari bagian bawah sterilizer (pipa condensate).
a. Semakin lama proses dearasi berlangsung, maka pembuangan udara akan semakin
sempurna, dikarenakan udara yang berada di dalam proses rebusan di dorong/paksa ke

29
luar sistem perebusan, serta perlu dipertimbangkan mengenai kapasitas pengolahan kelapa
sawit, sebab hal ini akan memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk tiap proses di
stasiun yang lain.
b. Proses dearasi dapat dilakukan dengan cara bertahap dan terpadu dengan pembuangan air
condensate, dimana udara yang masih ada di dalam sistem perebusan akan terikut
terbuang ke lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat instalasi khusus yaitu
memasang pipa by pass pada pipa condensate dengan pipa berukuran ¾ inch, sehingga air
condensate dan udara dapat keluar secara terus menerus dan bersamaan selama proses
perebusan berlangsung.
b. Menaikkan tekanan puncak peak I dan peak II dalam pola sterilisasi, semakin tinggi
puncak tekanan, maka pembuangan uap yang bercampur dengan udara akan lebih sering
Tambahan
Nama : Maria Andriani Sinaga (pert. Astri)
NIM : A1C119057
Jawaban
Media gas udara melibatkan udara dalam proses perebusan. Udara merupakan penghambat
aliran steam dan menghalangi buah yang berkontak langsung dengan steam dan harus dilakukan
pembuangan udara, sehingga proses pemindahan panas ke TBS tidak terhambat.Terdapat dua
metode pembuangan udara yaitu metode sweeping dan metode difusi. Metode sweeping dilakukan
pada awal proses perebusan yaitu saat pemasukan steam pertama kali bersamaan dengan
pembukaan katup condensate. Masuknya steam ke dalam perebusan akan mendorong udara untuk
keluar melalui lubang condensate.Metode yang kedua adalah metode difusi yaitu pembuangan
udara selama proses perebusan terutama udara di celah-celah brondolan.
Bertanya
3. Nama : Suci Rohana putri Tambunan
NIM : A1C119050
Dari ketiga faktor yang perlu diperhatikan dalam proses perebusan buah. Manakah yang
paling krusial yang benar2 harus diperhatikan sekali sehingga dapat memberikan hasil yang
maksimal? jelaskan.
Menjawab
Nama : Desma Linda
NIM : A1C119075
menurut saya hal yang perlu diperhatikan dalam proses perebusan buah adalah Waktu
Perebusannya,dimana waktu Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap masuk kebagian tandan

30
yang
paling dalam. Pada suhu 100°C membutuhkan waktu 25-30 menit penetrasi uap hingga bagian
dalam untuk tandan dengan berat 3-6 kg,sedangkan untuk tandan yang beratnya 15 kg
membutuhkan waktu 50 menit. Penetrasi uap akan semakin cepat terjadi jika tekanan uap semakin
tinggi.
Hubungan waktu rebusan dengan effisiensi minyak adalah sebagai berikut:
a. Semakin lama waktu perebusan buah, maka jumlah buah yang memberondol akan semakin
tinggi atau persentasi buah yang tidak memberondol akan semakin kecil.
b. Semakin lama waktu perebusan buah, maka kehilangan minyak dalam condensate akan
semakin tinggi.
c. Semakin lama perebusan buah, maka nut akan semakin masak dan menghasilkan nut yang
lebih mudah pecah dan inti menjadi lekang (perpisah) dari shell.
d. Semakin lama perebusan buah, maka kandungan minyak dalam tandan kosong akan semakin
tinggi, hal ini terjadi karena minyak yang ada pada mesocarp terserap oleh janjangan kosong.
e. Semakin lama perebusan buah, maka mutu minyak CPO akan semakin menurun
Tambahan
Nama : Maria Andriani Sinaga(pert.sri)
NIM :A1C119057
Jawaban:
Sistem tripel peak menggunakan proses bertahap dan dimana waktu yang digunakan juga
lebih lama dari single peak maupun double peak yaitu sekitar 98-134 menit sehingga pembuangan
udara yang terlibat akan sempurna karena Semakin lama waktu dearasi yang digunakan maka
semakin sempurna pembuangan udara. Tidak hanya itu kelebihan SPTP (Sistem perebusan triple
peak ) selain berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat berfungsi sebagai mekanik yaitu adanya
goncangan yang disebabkan adanya perubahan tekanan cepat tidak hanya itu juga keberhasilan
SPTP ini dikarenakan mempunyai kapasitas yang lebih besar, bahan baku dan juga ketersediaan
tekanan uap. berdasarkan kelebihan nya inilah sistem perebusan triple peak lebih banyak
digunakan karena lebih baik daripada single peak, maupun double peak.
Bertanya
4. Nama : Sri maryati
NIM : A1C119099
Pertanyaan
Kenapa triple peak yang banyak di gunakan dan kelebihan apa yang di miliki sehingga
sering digunakan?

31
Jawaban
Nama : Putri Oktaviani
NIM : A1C119082
Pada proses perebusan dimana dikenal tiga sistem, yaitu single peak , double peak ,dan
triple peak. Dimana tujuan dilakukannya perebusan tandan buah segar,yaitu untuk melunakkan
brondolan TBS sehingga mudah lepas dari janjangannya, untuk menghentikan perkembangan asam
lemak bebas (ALB).
Alasan mengapa triple peak sering digunakan yaitu karena sistem tiga puncak (triple peak)
paling sempurna dengan tekanan puncak pertama 1,5 kg/cm², puncak kedua 2kg/cm², dan puncak
ketiga 2,8-3kg/cm². Dan juga triple peak ini berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi
proses mekanik yaitu adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat.
Puncak Ketiga merupakan untuk penetrasi uap masuk kedalam kelompok brondolan terdalam pada
tandannya, sehingga menonaktifkan enzym dan melunakan komposisi mesocarp agar mudah
terlepas dari tandan dan nutnya. Kondensat dibuang terlebih dahulu kemudian diikuti dengan
pembuangan uap. waktu yang dibutuhkan untuk proses perebusan TBS yang ideal Menurut pahan
(2006) yang menyatakan bahwa dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada
temperature sekitar 135 C dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm selama 80-90 menit. Jadi triple peak ini
merupakan perebusan yang sudah sangat ideal melebihi 2,0-2,8kg/cm² yaitu pada triple peak 2,8-
3kg/cm².
Dimana adapaun kelebihan dari sistem tiga puncak (triple peak) ini antara lain:
1. dapat melakukan pembuangan udara yang ada pada tabung sterilizer.
2. Tekanan puncak yang tinggi melebihi puncak ideal yaitu 2,0-2,8 kg/cm²
3. Semakin tinggi tekanan uap (steam) yang tersedia maka waktu yang diperlukan untuk
mencapai tekanan puncak (peak) juga akan semakin cepat

32
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Dkk. 2019.Lowering Oil Losses Level On Crude Palm Oil Productionusing The
Deming Pdca Cycle. Jurnal Conference On Industrial Engineering And Halal Industries
(CIEHIS). ISSN 2715-5382.

Baldani. 2020. Pecancangan Sistem Kontrol Sterilizer Vertical Kelapa Sawit Berbasis
Arduino UNO. Jurnal JTEV . Vol.06 No.02 ISSN: 2302-3309

Hikmawan, Oksya. 2019. Variasi Waktu Dan Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Pada
Air Kondensat Di Unit Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik dan teknologi.
Vol.14, No.28
Pahan,Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta:Penebar Swadaya

Pranata,Ade.2018. Perancangan Sistem Kontrol Sterilizer Lorry Perebusan Kelapa Sawit


Secara Otomatis Berbasis PLC (Programmable Logic Controller). Tugas Akhir jurusan
Teknik Elektro Industri pada Universitas Negeri Padang, Padang.

Rahardja, dkk. 2018. Pengaruh Program Waktu Perebusan Pada Horizontal Sterilizer Pabrik
Kapasitas 30 Ton TBS/Jam TerhadapUnstripped Bunch (USB), Fruit Loss In Empty
Bunch (FEB) Dan Empty Bunch Stalk (EBS).Jurnal Citra Widya EdukasiVol X No. 1.

Sibuea. 2014. Minyak Kelapa Sawit: Teknologi & Manfaatnya untuk Pangan Nutrasetikal.
Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Sitepu, Tekad . 2011. Analisa Kebutuhan Uap Pada Sterilizer Pabrik Kelapa Sawit Dengan
Lama Perebusan 90 Menit. Jurnal Dinamis,Volume.II, No.8.

Suandi, dkk. 2016. Analisa Pengolahan Kelapa Sawit dengan Kapasitas Olah 30 ton/jam Di
PT. BIO Nusantara Teknologi. Jurnal Teknosia Vol. II, No. 17.

Subiyanto. 2013.Pemilihan Teknologi Sterilizer Pada Pabrik Kelapa Sawit Menggunakan


Metode Analytical Hierarchy Process.Jurnal Teknik Industri, Vol. 14, No. 2, Agustus
2013: 159–172.

Zein,dkk. 2019. Analisis Teknik Penerapan Produksi Bersih Pada Proses Pengolahan Crude
Palm Oil (Cpo ) Dan IntiSawit (Kernel) Di Pt. Jy. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas
Vol. 23, No.2.

33

Anda mungkin juga menyukai