Anda di halaman 1dari 5

I.

Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin


1. Pendahuluan
Nabi Muhammad wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang
untuk meneruskan kepemimpinannya. Setelah wafat, fungsi sebagai
Rasulullah, pengemban risalah kenabian tidak dapat disandangkan kepada
manusia manapun didunia ini, sehingga terdapat suatu perselisihan,
bahwasanya ada sekelompok orang yang ingin mangajukan Abu Bakar sebagai
kekhalifahan. Dari kelompok lain juga mengajukan calon yang akan
meneruskan kepemimpinan Rasulullah, yaitu dari Ahlul bait Rasullullah, yaitu
Abdullah bin Abbas atau nama lainya Ali bin abi Thlib. Kelompok lain juga
berpendapat bahwa yang berhak juga untuk meneruskan dakwah Rasulullah
ialah kaum Quraisy, dan juga dalam golongan lain juga mengajukan yang
berhak meneruskan dakwah Rasulullah ialah kaum Anshar.1
Khalifah adalah jabatan tertinggi dalam kepemimpinan Islam pacsa
Rasulullah SAW wafat. Mereka dipilih oleh umat Islam melalui musyawarah.
Seorang khalifah wajib menjalankan kepemimpinan sesuai dengan Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi. Khalifah tidak menjalankan fungsi kenabian, tugas utama
mereka dalam hal keagamaan adalah memimpin shalat jum’at di masjid
Nabawi dan menyampaikan khutbah jum’at.
Dalam perkembangan dan pemerintahan agama Islam dipimpin oleh
empat sahabat terdekat selama 30 tahun. Kepemimpinan tersebut adalah
periode empat Khalifah atau disebut sebagai al-Khulafa al-Rasyidun, yang
terdiri dari empat Khalifah :
1) Abu Bakar As-Shiddiq 11-13 H/632-634 M
2) Umar Bin Khatab 13-23 H/634-644 M
3) Utsman Bin Affan 23-36 H/644-656 M
4) Ali Bin Abi Thalib 36-41 H/656-661 M.
2. Abu Bakar As-Shiddiq
Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin dihadapkan sesuatu problema
yang berat, kerena Nabi sebelum meninggal tidak meninggalkan pesan apa dan
siapa yang akan mengganti sebagai pimpinan umat. Di tengah-tengah
kebingungan kaum muslimin, golongan Anshar mengadakan pertemuan dengan
Saad bin Ubadah mengusulkan kaum Anshar yang pantas menjadi pemimpin
kaum muslimin dengan aargumen bahwa golongan Anshar telah banyak
1
Andre Pradhana S., “PERKEMBANGAN PERADABAN AGAMA ISLAM PADA MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN”, (JEMBER:
Universitas Jember, 2017), 5.
menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran dan penindasan orang-orang
kafir Qusaisy. Pada saat hamper terjadi kesepakatan, golongan sahabat
Muhajirin datang dan menolaknya, dengan alasan dari Abu Bakar adalah Kaum
Muhajirin lebih dulu memeluk Agama Islam. Kaum Muhajirin dengan
perjuangan yang berat selama 13 tahun menyertai Nabi dan membantunya
mempertahankan Islam dari gangguan dan penindasan kaum kafir Quraisy di
Mekkah.2 Dengan usulan Abu Bakar ra. golongan Anshar tidak dapat
membantah usulannya.
Masa kepemimpinan Abu Bakar dalam memimpin kaum muslimin
sangat singkat. Masa yang singkat dalam pemerintahan Abu Bakar ternyata
banyak menghasilkan perkembangan dari sisi kebudayaan Islam dan
menyelamatkan umat dari perpecahan. Abu Bakar juga berhasil menegakkan
Negara Islam secara politik.3
Beberapa langkah politik dan pengembangan kebudayaan Islam pada
pemerintahan Abu Bakar, diantaranya:
1) Meneruskan asas Piagam Madinah dengan menjaga persatuan umat Islam
dari pemberontakan kaum separatis, kaum murtad, dan pemberontakan nabi
palsu, serta dari pembangkang membayar zakat.
2) Berhasil mengumpulkan ayat Al-Qur’an dari pelepah kurma, batu tipis, dan
dari hafalan orang-orang yang hafal Al-Qur’an yang dikerjakan oleh Zaid
bin Tsabit.
3) Sistem pemerintahan keseluruhannya masih ada di tangan khalifah. Belum
dipisahkan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Dalam menjalankan pemerintahan, meletakkan fungsi Baitul Mal sebagai
sarana untuk menyejahterakan rakyat. Penerapan system gaji untuk khalifah juga
diambilkan dari Baitul Mal. Pengelolaan Baitul Mal jug a terbuka. Sistem
kemiliteran mengalami kemajuan pada masa Abu Bakar As-Shiddiq. Sistem
komando atau panglima diberi otoritas dalam memimpin pasukan termasuk
kebijakan yang harus diambilnya. Persoalan internal dan eksternal pada masa
pemerintahan Abu Bakar juga diselesaikan dengan bijak. Persengketaan politik
antara kaum muhajirin dan kaum anshar dapat diselesaikan dengan damai.
Persengketaan eksternal dalam konteks riddah maupun pembangkang terhadpa
kebijakan khalifah diatasi dengan perang. Itulah mengapa pada masa
2
Miftachul Ula, Maria Ulfa, M. Husein Tuanaya, “Sejarah Kebudayaan Islam - Studi dan Pengajaran Islam”, (Jakarta: Direktorat
Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014), 70.
3
Khoiro Ummatin, SEJARAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL : Kearifan Islam atas Tradisi Masyarakat, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018),
61.
pemerintahan Abu Bakar banyak melakukan peperangan sebgai bentuk tanggung
jawab menegakkan eksistensi Negara Islam.4
3. Umar bin Khattab
Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan
Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Abu bakar berfikir untuk menunjuk satu orang
penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab. Pandangannya yang
jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang tepat untuk
menggantikannya. Sebelum menentukan orang yang akan menjadi
penggantinya, Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat besar mengenai
Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin
Hudhair al anshari, said bin Zaid, dan para sahabat lain dari kalangan Muhajirin
dan Anshar. Pada umumnya, para sahabat memuji dan menyanjung Umar.5
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekuasaan Islam sudah
meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syria, Persia dan Mesir. Maka dari itu, Umar
bin Khattab melakukan penataan pemerintahan dengan mengatur sistem
administrasi negara menjadi beberapa wilayah atau provinsi, departemen-
departemen dalam pemerintahan, dan mengenalkan sistem gaji serta pajak
tanah.
Perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam pada masa pemerintahan
Umar bin Khattab, diantaranya6:
1) Ditetapkannya tahun Hijriyah.
2) Umat Islam mulai membentuk mata uang sendiri.
3) Menata pemerintahan dan departemen-departemen.
4) Memisahkan lembaga yudikatif dan eksekutif.
5) Membagi wilayah kekuasaan Islam ke dalam provinsi dan berkepala
pemerintahan Amir.
6) Wilayah Jazirah Arab dapat ditinggali oleh kaum muslim, kaum non muslim
dapat tinggal di Bizantium dan Persia.
7) Mendirikan pengadilan.
8) Mendirikan Baitul maal untuk mengorganisasikan perpajakan.
9) Dilaksanakan sholat tarawih di bulan Ramadan.
4. Usman bin Affan
4
Khoiro Ummatin, SEJARAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL : Kearifan Islam atas Tradisi Masyarakat, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018),
62, 63.
5
Miftachul Ula, Maria Ulfa, M. Husein Tuanaya, “Sejarah Kebudayaan Islam - Studi dan Pengajaran Islam”, (Jakarta: Direktorat
Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014), 75.
6
Khoiro Ummatin, SEJARAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL : Kearifan Islam atas Tradisi Masyarakat, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018),
65.
Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar ditikam
oleh seorang budak dari Persia milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu
Lu’lu’ah Fairuz. Setelah penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa
hari. Umar membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang yang
dikenal dengan sebutan Dewan Syura.7 Enam sahabat tersebut kemudian
bermusyawarah untuk menentukan pengganti Umar dan disepakati Usman bin
Affan.
Usman bin Affan dikenal memiliki hati yang lembut, dermawan dan
pada masa awal pemerintahannya masih stabil. Pada masa pemerintahannya,
Usman menunjuk kerabat dekatnya sebagai pembantu-pembantunya dalam
menjalankan pemerintahan. Hal inilah yang menjadi kelemahan Usman, terlalu
mengutamakan keluarganya dari bani Umayyah. Ia kurang bisa bersikap tegas
terhadap keluarganya. Bahkan di akhir pemerintahannya, roda pemerintahan
banyak dikendalikan oleh kerabatnya. Hal tersebut memunculkan kekecewaan
umat dan terjadi pemberontakan dengan terbunuhnya Usman bin Affan.
Namun terdapat perkembangan agama Islam yang lebih baik di masa
pemerintahan Usman, diantaranya8:
1) Membangun bendungan untuk irigasi air.
2) Membangun sarana dan prasarana bagi umat.
3) Mengizinkan dibangunnya angkatan laut.
4) Menulis kembali al-Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang
pada waktu itu disimpan oleh Khafsoh binti Umar.9
5) Memperluas masjid di Madinah.
5. Ali bin Abi Thalib
Peristiwa pembunuhan Uman mengakibatkan kegentingan di seluruh
dunia islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika
Utara. Zubair Bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah memaksa Ali sehingga
akhirnya Ali menerima baiat mereka. Menjadikan Ali satu-satunya khalifah
yang di baiat secara massal. Karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara
yang berbeda-beda.10

7
Miftachul Ula, Maria Ulfa, M. Husein Tuanaya, “Sejarah Kebudayaan Islam - Studi dan Pengajaran Islam”, (Jakarta: Direktorat
Pendidikan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014), 75.
8
Khoiro Ummatin, SEJARAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL : Kearifan Islam atas Tradisi Masyarakat, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018),
68.
9, 10
Ely Zainudin, “PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN”, Jurnal Intelegensia, Vol. 03 No. 01 Januari, (Juni, 2015),
55.
10
Sejarah mencatat, selama masa pemerintahan Ali, beliau menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang
dapat dikatakan stabil. Persoalan pertama yang dihadapi Ali adalah
pemberontakan yang dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan
mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan pecahlah
perang yang dikenal dengan Perang Jamal. Lalu, Ali bin Abi Thalib dihadapkan
dengan pihak oposisi yang terdiri dari orang-orang yang kehilangan jabatannya
akibat kebijakan Ali, dan pecahlah Perang Siffin yang diakhiri dengan
perundingan (merugikan pihak Ali).
Berawal dari persoalan politik internal umat Islam yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa Ali bin Abi Thalib, persoalan politik umat
Islam bergeser dari sistem kekhalifahan menjadi sistem kerajaan yang absolute
berada di kekuasaan Mu’awityah bin Abi Sofyan. Dengan begitu, kekuasaan
Khulafaurrasyidin berakhir dan kekuasaan Umayyah berdiri.11

DAFTAR PUSTAKA

Pradhana, Andre S. 2017. PERKEMBANGAN PERADABAN AGAMA ISLAM PADA


MASA KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN. Jember: Universitas Jember.

Ula, Miftachul, Maria Ulfa, M. Husein Tuanaya. 2014. Sejarah Kebudayaan Islam -
Studi dan Pengajaran Islam. Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia.

Ummatin, Khoiro. 2018. SEJARAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL : Kearifan Islam
atas Tradisi Masyarakat. Yogyakarta: Kalimedia

Zainudin, Ely. (2015). PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN,


3(1), 51-56.

11
Khoiro Ummatin, SEJARAH ISLAM DAN BUDAYA LOKAL : Kearifan Islam atas Tradisi Masyarakat, (Yogyakarta: Kalimedia, 2018),
72.

Anda mungkin juga menyukai