Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ANATOMI DAN

FISIOLOGI PADA TERNAK


SISTEM OTOT
Dosen Pengampu : Hanum Muarifah, S.Pt., M.Sc

Disusun Oleh :

Linda Purbaningsih (195050100113040)

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS II

2019
I. PENDAHULUAN
A. Pengertian
Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot
jantung dan otot rangka. Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan
tulang, kulit dan rambut setelah mendapat rangsangan. Semua sel-sel otot mempunyai
kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Sebagaian besar otot tubuh ini melekat pada
kerangka yang menyebabkan dapat bergerak secara aktif sehingga dapat
menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu. Otot memiliki
sel-sel yang tipis dan panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah lemak dan glukosa
menjadi gerakan dan energi panas. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada
tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di
bawah permukaan kulit.
Menurut Wangko (2014), Jaringan otot menyusun 40-50% dari berat badan total.
Secara umum fungsi jaringan otot ialah untuk pergerakan, stabilisasi posisi tubuh,
mengatur volum organ dan termogenesis; diperkirakan 85% panas tubuh dihasilkan
oleh kontraksi otot. Sifat jaringan otot ialah eksitabilitas/iritabilitas, dapat
berkontraksi, dapat diregang tanpa merusak jaringannya pada batas tertentu, dan
elastisitas. Berdasarkan ciri-ciri histologik, lokasi serta kontrol sistem saraf dan
endokrin, jaringan otot dikelompokkan atas jaringan otot rangka, otot jantung, dan otot
polos.

B. Struktur
Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang sama dengan sel
jaringan lain. Semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis
jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil. Gambaran histologik umum jaringan
otot rangka memperlihatkan tiga komponen dasar yang menyusun otot rangka, yaitu:
jaringan ikat, jaringan otot, dan sistem membran.Komponen jaringan ikat terdiri atas
(dari luar ke dalam) fasia superfisialis, fasia profunda, epimisium, perimisium, dan
endomisium.
Menurut Wangko (2014), gambaran histologik jaringan otot rangka
memperlihatkan beratus-ratus sampai beribu-ribu serat panjang, berbentuk silindrik,
yang disebut serat otot (fiber). Serat otot terletak sejajar satu dengan lainnya.
Kemudian, menurut Sudjadi dan Laila (2007), menyatakan bahwa Otot rangka
dibangun dari sekumpulan serat serat otot. Beberapa serat otot berkumpul (menyatu)
membentuk berkas-berkas otot yang disebut fasikuli. Setiap berkas otot dibungkus oleh
selaput (fasia) yang disebut fasia propia. Selanjutnya, beberapa berkas otot bergabung
menjadi satu membentuk otot atau suatu struktur yang biasa dikenal sebagai daging.
Setiap otot dibungkus lagi oleh semacam selaput yang disebut fasia superfisialis. Pada
umunya, beberapa otot dapat bergabung menjadi satu hingga membentuk struktur yang
menyerupai kumparan. Bagian tengah yang menggembung disebut ventrikel atau
empal, sedangkan kedua bagian ujungnya yang bersifat liat dan keras disebut tendon.
Ujung tendon yang melekat pada tulang dan dapat bergerak disebut insersi. Ujung
tendon lain yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.
Menurut hasil penelitian Suwiti, dkk (2015), struktur histologi daging sapi bali dan
wagyu pada potongan membujur disusun oleh komponen serabut otot dan substansia
seluler. Serabut otot sekelet tersusun dalam berkas pararel dengan arah kontraksi,
bentuknya panjang, dengan inti satu atau lebih terletak ditepi, berbatasan dengan
sarkoplasma. Susunan serabut otot membentuk muskulus ditunjang oleh jaringan ikat.
Pada penampang membujur tampak sel berdampingan, menunjukkan batas antar sel
tidak jelas menyerupai syncitium dengan inti sel di tepi. Susunan serabut otot tersebut
membentuk muskulus dan ditunjang oleh jaringan ikat.

C. Fungsi Otot
Peranan otot (muscle) yang utama ialah sebagai penggerak alat tubuh lain. Hal ini
disebabkan oleh sifat otot yang mampu berkontraksi, sedangkan kontraksi dapat
berlangsung bila ada rangsangan (stimulus) baik oleh pengaruh saraf atau oleh
pengaruh lain. Kemudian, fungsi otot secara umum, yaitu :
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk
mempertahankan suhu tubuh normal.
4. Kontraksi ritmis pada peristaltik dapat mendorong makanan ke arah belakang.
Kontraksi otot polos yang tidak terkoordinasi dan tersendiri membangkitkan
gejala kejang (Spasmus).
5. Secara embriologik otot polos berkembang dari mesenkhim atau mesoderm,
kecuali pada iris (mata) dan kelenjar keringat berasal dariektoderm.
Perkembangan dimulai dari mioblas yang selanjutnya membelah secara mitosis
yang menghasilkan otot polos.
D. Kelompok Otot Bergaris Melintang
Menurut Wangko (2014), secara mikoskopik dengan pembesaran tinggi pada
sarkoplasma terlihat adanya benang-benang halus yang disebut miofibril, terletak
memanjang dan tersusun sedemikian rupa sehingga memperlihatkan pita gelap terang
bergantian; hal ini yang menyebabkan serat otot tampak bercorak garis melintang.
Kelompok otot bergaris melintang ini di antaranya yaitu otot rangka (lurik) dan otot
jantung. Otot rangka tersusun atas sel-sel panjang tidak bercabang, disebut serabut otot
(muscle fiber). Serabut-serabut ini merupakan sel-sel berinti banyak (multiseluler) yang
terletak pada bagian pinggir (perifer) sel.

1. Otot rangka (otot lurik, volunter, melekat pada rangka)


a. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
b. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
c. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi menggerakkan
bagian-bagian skeleton. Jaringan otot ini tergolong otot bercorak/striated karena
pada pengamatan mikroskopik jaringan ini memperlihatkan adanya garis/pita gelap-
terang bergantian. Jaringan otot rangka bersifat volunter karena berkontraksi dan
berelaksasi di bawah kontrol kesadaran.

2. Otot jantung
a. Disebut juga otot seran lintang involunter
b. Otot ini hanya terdapat pada jantung
c. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai
masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Jaringan otot jantung juga tergolong otot bercorak tetapi kontraksinya tidak di
bawah kontrol kesadaran.
II. MEKANISME KONTRAKSI OTOT

Menurut Gunawan (2001), setelah struktur otot dan komponen-komponen


penyusunnya ditinjau, mekanisme atau interaksi antar komponen-komponen itu akan dapat
menjelaskan proses kontraksi otot, yaitu sebagai berikut :

a. Filamen-filamen tebal dan tipis yang saling bergeser saat proses kontraksi
Model ini mengatakan bahwa gaya kontraksi otot itu dihasilkan oleh suatu proses yang
membuat beberapa set filamen tebal dan tipis dapat bergeser antar sesamanya.
b. Aktin merangsang Aktivitas ATPase Miosin
proses terkait dan terlepasnya aktin yang diatur oleh ATP tersebut menghasilkan gaya
vektorial untuk kontraksi otot.
c. Model untuk interaksi Aktin dan Miosin berdasar strukturnya
d. Kepala-kepala Miosin “berjalan” sepanjang filamen-filamen aktin
Melalui pengamatan dengan sinar X terhadap struktur filamen dan kondisinya saat
proses hidrolisis terjadi, Rayment, Holden, dan Milligan mengeluarkan postulat bahwa
tertutupnya celah aktin akibat rangsangan (berupa ejeksi ADP) itu berperan besar untuk
sebuah perubahan konformasional (yang menghasilkan hentakan daya miosin) dalam
siklus kontraksi otot.

III. PERUBAHAN YANG TERJADI SELAMA PENEGANGAN OTOT RANGKA

Menurut Wangko (2014) Pada saat akan dimulainya kontraksi otot rangka, ion Ca2+
dilepaskan ke dalam sarkoplasma melalui saluran pelepas Ca2+(reeptor rianodin) dan akan
secara efisien ditranspor kembali ke dalam RS oleh kerja SERCA pada membran RS saat
relaksasi otot. RS akan menyimpan Ca2+ yang terikat pada protein calsequestrin. Oleh
karena Ca2+ didaur ulang sedemikian efisien maka pada kontraksi otot rangka (short term)
tidak diperlukan Ca2+ ekstrasel.

RS otot rangka merupakan tempat penyimpanan ion Ca2+ dalam jumlah besar.
Transpor ion ini melalui membran RS diatur oleh dua molekul: reseptor rianodin dan
Ca+2-ATPase. Sinyal pelepasan ion Ca2+ diawali oleh adanya depolarisasi membran
sarkolema yang dihantarkan ke TT. Aksi potensial akan meluas ke RS melalui struktur
kaki pada daerah triad dan memicu pelepasan ion Ca2+ dari RS melalui saluran pelepas
Ca2+ ke sarkoplasma di sekitar miofilamen tebal dan tipis.

Kontraksi otot yang diawali oleh terikatnya Ca2+ ke troponin C. Kepala miosin
berikatan dengan aktin dan terjadi hidrolisis ATP menjadi ADP yang menghasilkan
energi, dan pergerakan kepala miosin Terjadi tumpang tindih miofilamen sehingga
sarkomer memendek yang menghasilkan kontraksi otot. Sumber: Junqueira LC, Carneiro
J, 2005.6

Bila ion Ca2+ terikat pada troponin C, terjadi perubahan konfigurasi filamen tipis
dan tempat aktif pada aktin terbuka sehingga aktin dapat berikatan dengan miosin melalui
jembatan silang (cross bridge). Pada kepala miosin terdapat enzim ATP-ase yang
menghidrolisis ATP menjadi ADP dan P. Reaksi ini memindahkan energi dari ATP ke
kepala miosin sehingga kepala miosin secara spontan berikatan dengan tempat aktif pada
aktin, yang menghasilkan power stroke kontraksi. Filamen tipis meluncur melewati
filamen tebal menuju zone H sehingga terjadi pemendekan sarkomer dan serat otot.

IV.TIPE SERAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS DAGING (Karkas


dengan Kualitas Karkas)

Menurut Akhmad (2015), menyatakan bahwa beberapa tahun yang lalu, para ahli
anatomi dan histologi mengklasifikasikan otot menjadi dua macam, yaitu otot merah dan
otot putih sesuai dengan warna yang mendominasi/terkandung dalam serabut otot.
Berdasarkan pengklasifikasian ini, maka serabut otot merah lebih cocok/sesuai untuk
kegiatan yang berlangsung dalam waktu lama, kontraksi yang lambat, untuk menyanggah
postural. Namun belakangan ini, dengan mempergunakan alat-alat modern di bidang
histokimia, pengujian unsur-unsur (pokok) kimia pada seluler memungkinkan penyediaan
alat-alat yang berhubungan dengan aktivitas fungsional serabut otot menurut bentuknya.
Karena itu, pengelompokan tipe serabut otot menjadi lebih teliti, sehingga hasil pengujian
di laboratorium dapat membantu kita untuk mengerti, mengapa seseorang digolongkan
sebagai tipe atlet daya tahan, sedangkan yang lain digolongkan sebagai atlet yang
mengutamakan kecepatan dan atau kekuatan.

Komponen utama penyusunan daging ialah otot, jaringan ikat serta beberapa
jaringan syaraf. Jaringan otot daging sebagian besar terdiri dari otot rangka atau otot
bergaris melintang dan oto polos dalam jumlah kecil sisanya berupa jaringan lemak tulang,
dan tulang rawan. Jaringan ikat dan otot merupakan penyusun dasar komponen-komponen
daging dan karkas yang menunjang sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif daging (Arberle et
al, 2001;Sutia dan Rosmawati, 2018).

Menurut Suwiti, dkk (2017), kualitas karkas dan daging juga dapat dipengaruhi oleh
faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat
mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak,
jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral). Faktor
setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode
pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan tambahan
termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotika, lemak intramuskular atau
marbling, metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi otot daging.
Beberapa karakteristik kualitas daging yang penting dalam pengujian dan mempengaruhi
daya tarik konsumen yakni pH, daya ikat air, warna dan keempukan (Purbowati et al.,
2006). Daya ikat air adalah kemampuan daging untuk mempertahankan kandungan air
selama mengalami perlakuan dari luar seperti pemotongan, pemanasan, penggilingan, dan
pengolahan. Besar kecilnya daya ikat air berpengaruh terhadap warna, keempukan,
kekenyalan, kesan jus, dan tekstur daging (Suardana dan Swacita, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, I. (2015). Efek Latihan Berbeban Terhadap Fungsi Kerja Otot. Jurnal Pedagogik
Keolahragaan , 1 (2), 80-102.

Gunawan, A. (2001). Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot. Jurnal INTEGRAL , 6 (2),
58-71.

Pearce, E. C. (2016). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Sudjadi, B., & Laila, S. (2007). Biologi Sains dalam Kehidupan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Printing.

Sutia, L., & Rosmawati, H. (2018). Analisis Trend Permintaan Daging Sapi di Kabupaten
Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal JASEP , 4 (1), 41-46.

Suwiti, N. K., Susilawati, N. N., & Swacita, I. B. (2017). Karakteristik Fisik Daging Sapi
Bali dan Wagyu. Jurnal Buletin Veteriner Udayana , 9 (2), 125-131.

Wangko, S. (2014). Jaringan Otot Rangka Sistem Membran dan Struktur Halus Unit
Kontraktil. Jurnal Biomedik , 6 (1), 27-32.

Anda mungkin juga menyukai