Anda di halaman 1dari 24

 

  BAB II
LANDASAN TEORI
 
II.1 Kualitas Daya
 

  Kualitas daya merupakan hal yang sering diperbincangkan di bidang


ketenagalistrikan sejak akhir tahun 1980. Perhatian lebih, ditempatkan mengenai
 
kualitas daya baik oleh industri sistem tenaga listrik maupun pengguna akhir daya
 
listrik. Hal tersebut disebabkan peningkatan penggunaan energi listrik dan utilitas
kelistrikan.
 

  Kualitas daya listrik merupakan suatu ide yang menggambarkan baik


buruknya mutu suatu daya listrik yang diukur dengan beberapa jenis gangguan yang
 
terjadi pada sistem kelistrikan. Gangguan daya listrik tersebut berupa
penyimpangan yang terjadi pada besaran tegangan, arus , atau frekuensi yang dapat
menyebabkan kegagalan operasi pada peralatan-peralatan listrik yang dimiliki oleh
konsumen energi listrik. Daya adalah besaran yang menyatakan besar laju
pengiriman dan pendistribusian energi dari sistem ke beban, yang besarnya
merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus.
Untuk mengendalikan pasokan daya listrik, besaran yang dapat dikendalikan
yaitu besaran tegangan yang berasal dari sumber, namun tidak dapat dikendalikan
oleh besaran arus karena arus dihasilkan dari sisi beban yang bersifat individual,
sehingga dapat dikatakan kualitas daya merupakan kualitas tegangan sumber yang
diberikan.
Permasalahan kualitas daya listrik umumnya disebabkan oleh fenomena-
fenomena elektromagnetik yang terjadi pada sistem tenaga listrik. Adapun
feneomena elektromagnetik yang menyebabkan permasalahan kualitas daya
tersebut, yaitu [1] :
1. Gejala Peralihan (Transient), yaitu perubahan yang terjadi pada
parameter tegangan, arus, dan lain-lain yang hilang selama masa transisi
dari satu kondisi operasi tunak (steady state) menjadi keadaan tertentu.
2. Gejala perubahan tegangan durasi pendek (Short Duration Variations),
yaitu perubahan nilai tegangan yang terjadi dalam waktu yang sangat
singkat yaitu kurang dari 1(satu) menit.

II-1
 
  II-2

 
3. Gejala perubahan tegangan durasi panjang (Long Duration Variations),
 
yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu yang relatif lebih lama yaitu
  lebih dari 1 (satu) menit pada besaran tegangan.
  4. Ketidakseimbangan tegangan, yaitu perbedaan nilai tegangan dalam

  sistem tiga fasa serta sudut fasanya.


5. Distorsi gelombang, yaitu perubahan bentuk yang terjadi pada suatu
 
gelombang (tegangan atau arus) dari bentuk idealnya yang berupa
 
gelombang sinusoidal.
  6. Fluktuasi tegangan yaitu perubahan sistemastis pada besaran tegangan.

  7. Gejala perubahan frekuensi daya yaitu penyimpangan frekuensi daya


listrik pada suatu sitem tenaga listrik.
 
Jenis permasalahan kualitas daya listrik yang dibahas dalam tugas akhir ini
adalah gelombang pendistorsi yang disebut harmonisa. Gangguan akibat adanya
harmonisa akan berpengaruh pada peralatan-peralatn seperti kabel, motor dan
generator. Pengaruhnya dapat terlihat pada efisiensi dan umur peralatan yang dapat
berdampak pada ketidaksesuaian kapasitas produksi.

II.2 Beban Listrik Industri

Berdasarkan karakteristiknya beban-beban listrik di industri dibagi menjadi 2


jenis beban yaitu beban linear dan beban nonlinear. Beban linear adalah beban
yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linear, artinya besar impedansi
beban tersebut selalu konstan sehingga arus yang dihasilkan sebanding dengan
perubahan tegangan yang diberikan oleh sumber pada sistem. Pada beban linear
berlaku hukum ohm yang menyatakan bahwa arus yang dihasilkan akibat adanya
impedansi berbanding lurus dengan tegangan masukan sehingga bentuk gelombang
arus yang dihasilkan beban linear akan sama dengan bentuk gelombang tegangan
yang diberikan [2]. Contoh peralatan listrik yang termasuk beban linear adalah
resistor, lampu pijar, pemanas, dan lain-lain. Beban linear berasal dari peralatan
listrik yang tidak mengandung komponen elektronika dalam rangkaiannya sehingga
gelombang arus dan tegangan keluaran yang dihasilkan berbentuk sinusoidal.
Berikut merupakan gambar yang menunjukkan gelombang sinusoidal yang
dihasilkan oleh beban nonlinear.

 
  II-3

 
Gambar II. 1 Bentuk gelombang arus dan tegangan pada beban linear.
Sumber : R. Dugan, 2002
 
Gambar II.1 merupakan bentuk gelombang sinusoidal dari tegangan, maupun
 
arus yang dihasilkan oleh beban linear. Bentuk yang demikian, mengakibatkan
 
penggunaan beban linear tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi peralatan
  yang digunakan.
Beban nonlinear adalah beban yang menghasilkan bentuk gelombang arus
yang tidak sebanding dengan gelombang tegangan dalam setiap setengah siklus
sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak sama dengan
gelombang masukannya (mengalami distorsi) [3]. Pada umumnya beban nonlinear
adalah peralatan elektronik yang terdapat komponen semikondutor dalam
rangkaiannya, dimana proses kerja semikonduktor berlaku proses pensaklaran.
Proses pensaklaran tersebut mengakibatkan besar arus yang dihasilkan beban
nonlinear tidak sebanding dengan besar tegangan yang diberikan. Pada umumnya
beban nonlinear dikelompokkan menjadi tiga jenis sebagaimana ditunjukkan oleh
gambar II.2.

Gambar II. 2 Jenis Beban nonlinear [5]


Sumber : Rusli, 2009

 
  II-4

 
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa beban nonlinear dikelompokkan
 
menjadi; peralatan feromagnetik, busur api listrik, dan konverter elektronik.
  Beberapa contoh beban nonlinear diantaranya, yaitu semua elektronik yang
meliputi
  televisi, scanner, variable speed drive, komputer, printer, lampu
fluorescent
  dengan ballast elektroni, charger, power supplies, dan lain-lain.
Dampak dari penggunaan beban nonlinear salah satunya yaitu timbulnya arus
 
harmonisa sebagaimana dapat dilihat pada gambar II.3.
 

Gambar II. 3 harmonisa arus karena beban nonlinear


Sumber : R. Dugan, 2002

Dari gambar II.3 dapat dilihat bahwa penggunaan beban nonlinear


menghasilkan arus harmonisa. Arus harmonisa tersebut dapat menyebabkan
distorsi pada bentuk gelombang arus fundamental yang dihasilkan oleh beban.

II.3 Harmonisa

II.3.1 Definisi Harmonisa


Sistem tenaga listrik dirancang untuk beroperasi pada frekuensi 50 Hz atau
60 Hz. Pada kenyataannya terdapat beban yang dapat menghasilkan arus dan
tegangan dengan besar frekuensi merupakan kelipatan 50 atau 60 Hz. Beban
tersebut disebut sebagai beban nonlinear. Sedangkan frekuensi 50 atau 60 Hz
disebut sebagai frekuensi fundamental dan kelipatannnya disebut harmonisa.
Harmonisa adalah distorsi yang terjadi pada gelombang sinusoidal dari
tegangan atau arus yang merupakan dampak dari penggunaan beban nonlinear.

 
  II-5

 
Besar frekuensinya merupakan kelipatan bilangan integer diluar bilangan satu
 
terhadap frekuensi fundamental.
  Harmonisa menyebabkan distorsi pada bentuk gelombang fundamental
dengan
  mengikutsertakan gelombangnya pada gelombang fundamental sistem
tenaga
  listrik. Bentuk gelombang yang terdistorsi merupakan hasil interaksi atau
penjumlahan antara gelombang fundamental dengan komponen gelombang
 
harmonisa pada frekuensi kelipatannya [6].
 
Semakin banyak gelombang harmonisa yang terdapat pada gelombang
fundamentalnya,
  maka bentuk gelombang sistem pada frekuensi fundamental akan
semakin
  mendekati gelombang persegi atau gelombang akan berbentuk
nonsinusoidal. Pembentukkan gelombang tersebut diperlihatkan pada gambar II.4.
 

Gambar II. 4 Representasi gelombang terdistorsi oleh komponen harmonisa


Sumber : R. Dugan ,2002

II.3.2 Distorsi Harmonisa

Distorsi harmonisa adalah setiap perubahan atau penyimpangan dalam bentuk


sinyal yang tidak senganja dan secara umum keberadaannya tidak diinginkan terjadi
pada sistem. Fenomena harmonisa timbul akibat pengaruh dari karakteristik beban
nonlinear. Distorsi harmonisa yang diakibatkan oleh beban nonlinear akan
menyebabkan distorsi pada gelombang arus yang dihasilkan beban maupun
tegangan yang diberikan sumber, maka harmonisa terdiri dari harmonisa arus dan
harmonisa tegangan.

 
  II-6

 
Pada kenyataannya harmonisa arus dimodelkan sebagai suatu sumber arus
 
yang menginjeksikan arus harmonisa ke dalam sistem tenaga listrik sehingga terjadi
  distorsi gelombang arus [1].
  Arus yang terdistorsi tersebut akan mengalir melewati impedansi linear pada
sistem
  distribusi yang akan menyebabkan terdistorsinya tegangan sistem. Dari
penjelasan tersebut dapat dilihat perbedaan penyebab dari masing-masing
 
harmonisa baik harmonisa pada arus dan harmonisa pada tegangan, namun secara
 
tidak langsung juga terlihat hubungan antara keduanya yang saling mempengaruhi.
Bentuk
  gelombang fundamental yangmengalami distorsi akibat munculnya
gelombang
  harmonisa dapat dilihat pada gambar II.5.

Gambar II. 5 Penjumlahan gelombang harmonisa [7]


Sumber: Dr. Giri Wiyono, 2010

Dari gambar II.5 dapat dilihat bahwa distorsi pada gelombang, terjadi akibat
penjumlah komponen gelombang fundamental (real), dengan komponen harmonisa
yang umumnya memiliki frekuensi lebih tinggi dibandingkan frekuensi gelombang
fundamentalnya.
Gambar II.6 merupakan ilustrasi dari konsep terjadinya harmonisa akibat
beban nonlinear. Gambar tersebut mengilustrasikan suatu supply sistem berupa
tegangan masukan dengan bentuk gelombangnya sinusoidal digunakan untuk
memasok tegangan pada resistor variable (nonlinear). Terlihat bahwa meskipun
bentuk gelombang tegangan masukan berupa sinusoidal murni, namun arus yang
dihasilkan berupa gelombang yang telah terdistorsi. Gelombang tegangan yang
dihasilkan berbeda yaitu bentuk gelombang terdistorsi yang muncul pada supply
tegangan ke beban.

 
  II-7

 
Besar distorsi tegangan bergantung pada besar impedansi dan besar arus
 
yang dihasilkan, sehingga dapat dikatakan distorsi tegangan disebabkan oleh
  harmonisa arus yang dihasilkan oleh beban.
 

 
Gambar II. 6 Distorsi tegangan di beban akibat aliran arus harmonisa di jaringan
Sumber: R. Dugan,dkk, 2004

Dari gambar II.6 dapat disimpulkan bahwa gelombang tegangan yang


terdistorsi terjadi akibat gelombang arus yang terdistoris. Hanya saja perlu diingat
bahwa beban tidak memiliki kontrol dalam penentuan besar harmonisa tegangan
yang dihasilkannya pada sumber. Hal tersebut dapat dikatakan karena dua beban
yang jenisnya sama dipasang pada sistem kelistrikan yang berbeda akan
menghasilkan distorsi tegangan yang besarnya berbeda [1].

II.3.3 Orde Harmonisa

Orde harmonisa menunjukan komponen frekuensi harmonisa yang terdapat


pada gelombang fundamental yang telah mengalami distorsi. Besar harmonisa
merupakan hasil perbandingan antara frekuensi harmonisa dengan frekuensi
fundamental [1]. Misalnya n = 3 menunjukan orde harmonik ketiga dengan besar
frekuensi yang merupakan kelipatan tiga dari frekuensi fundamental [8]. Orde
harmonisa dapat didefinisikan dalam persamaan berikut:

𝑓𝑛
𝑛= .................................................................................... (2.1)
𝑓

Keterangan:
𝑛 : Orde Harmonisa
𝑓𝑛 : Frekuensi dasar harmonisa ke-n (Hz)
𝑓 : Frekuensi fundamental (Hz)

 
  II-8

 
II.3.4 Spektrum Harmonisa.
 
Spektrum harmonisa adalah distribusi semua amplitude komponen harmonisa
 
pada suatu sistem. Besar harmonisa merupakan fungsi dari orde harmonisanya yang
 
didapat dari perhitungan transformasi deret Fourier [9]. Berikut gambar yang
menunjukkan
  bentuk dari spektrum harmonisa.
 

Gambar II. 7 Bentuk Spektrum Harmonisa


Sumber: Dokumentasi pribadi

Dari Gambar II.7 terlihat bahwa distribusi komponen harmonisa yang


menyebakan distorsi berada pada rentang orde ke-3 hingga orde ke-40. Orde
harmonisa yang berkontribusi secara signifikan dalam menyebabkan distorsi adalah
harmonisa orde ke-5, ke-11 dan ke-13

II.3.5 Jenis Harmonisa

Berdasarkan urutan ordenya, harmonisa dapat bagi menjadi 2 jenis yaitu:


1. Harmonisa ganjil
Harmonisa ganjil yaitu harmonisa yang nilai frekuensinya merupakan
hasil perkalian antara bilangan berkelipatan ganjil yaitu harmonisa
1,3,5,7,9, dan seterusnya dengan frekuensi fundamental.
2. Harmonisa genap
Harmonisa genap yaitu harmonisa yang nilai frekuensinya merupakan
hasil perkalian antara bilangan berkelipatan genap yaitu 2,4,6,8 dan
seterusnya dengan frekuensi fundamentalnya.

 
  II-9

 
Harmonisa pertama tidak disebut dengan harmonisa ganjil, karena merupakan
 
komponen harmonisa fundamental atau dasar dari gelombang sinusoidal.
 
Berdasarkan urutan fasanya komponen harmonisa dibedakan menjadi tiga sesuai
 
dengan gambar II.8 berikut.
 

Gambar II. 8 Polaritas komponen harmonisa


Sumber : anonim, 2008

Dari gambar II.8 dapat dijelaskan bahwa jenis-jenis harmonisa berdasarkan


polaritas atau urutan fasanya adalah sebagai berikut:
1. Urutan fasa negatif (Harmonisa 2,5,8, ...)
Harmonisa urutan negatif mempunyai urutan fasa yang berlawanan
dengan harmonisa dasarnya. Harmonisa urutan negatif menyebabkan
panas di berbagai peralatan tenaga listrik. Pada motor induksi
harmonisa urutan negatif dapat mempengaruhi laju putaran motor hal
tersebut terjadi karena urutan negatifnya berputar melawan arah.
Walau perputaran ini tidak dapat membuat arah putaran motor
berlawanan arah, namun dapat mengurangi laju kecepatan perputaran
motor. Hal tersebut menyebabkan motor akan cepat panas dan
otomatis akan mengurangi efisiensi motor. Berikut persamaan tiga
fasa pada urtan fasa negatif dengan contoh harmonisa orde ke-lima:

 
  II-10

 
𝐼𝑎5 = 𝐼𝑎5 sin 5𝜔𝑡 .................................................................. (2.2)
 
𝐼𝑏5 = 𝐼𝑏5 sin 5(𝜔𝑡 − 120) = 𝐼𝑏5 sin(5𝜔𝑡 − 600)
  𝐼𝑏5 = 𝐼𝑏5 sin(5𝜔𝑡 − 240) .................................................... (2.3)
  𝐼𝑐5 = 𝐼𝑐5 sin 5(𝜔𝑡 − 240) = 𝐼𝑏5 sin(5𝜔𝑡 − 1200)

  𝐼𝑐5 = 𝐼𝑐5 sin(7𝜔𝑡 − 120) ................................................... (2.4)

  2. Urutan fasa positif (Harmonisa ke 4,7,10, ...)

  Harmonisa urutan positif mempunyai urutan fasa yang sama dengan


urutan fasa gelombang fundamentalnya. Harmonisa jenis ini dapat
 
menyebabkan panas pada konduktor, circuit breaker dan peralatan
 
atau komponen sistem tenaga listrik lainnya. Berikut persamaan tiga
  fasa pada urtan fasa negatif dengan contoh harmonisa orde ke-tujuh:
𝐼𝑎7 = 𝐼𝑎7 sin 7𝜔𝑡 (2.5)
𝐼𝑏7 = 𝐼𝑏7 sin 7(𝜔𝑡 − 120) = 𝐼𝑏7 sin(7𝜔𝑡 − 840)
𝐼𝑏7 = 𝐼𝑏7 sin(7𝜔𝑡 − 120) ............................................... (2.6)
𝐼𝑐7 = 𝐼𝑐7 sin 7(𝜔𝑡 − 240) = 𝐼𝑏7 sin(7𝜔𝑡 − 1680)
𝐼𝑐7 = 𝐼𝑐7 sin(7𝜔𝑡 − 240) ................................................ (2.7)

3. Urutan kosong (Harmonisa ke 3,6,9, ...)


Harmonisa urutan kosong tidak memberikan dampak perputaran
medan di kedua arah. Sehingga akan menghasilkan panas yang lebih
dibandingkan harmonisa urutan negatif atau urutan positif. Bahaya
yang dihasilkan dari harmonisa urutan kosong ini akan membuat arus
normal melebihi batasnya. Dan kemudian akan menyebabkan
kebakaran. Pada saat ini belum ada circuit breaker atau fuse yang
dapat mengurangi aliran arus, sehingga harmonisa urutan kosong ini
belum bisa dihilangkan. Berikut persamaan tiga fasa pada urtan fasa
negatif dengan contoh harmonisa orde ke-tiga:
𝐼𝑎3 = 𝐼𝑎3 sin 3𝜔𝑡 ............................................................ (2.8)
𝐼𝑏3 = 𝐼𝑏3 sin 3(𝜔𝑡 − 120) = 𝐼𝑏3 sin(3𝜔𝑡 − 360)
𝐼𝑏3 = 𝐼𝑏3 sin 3𝜔𝑡 ............................................................. (2.9)
𝐼𝑐3 = 𝐼𝑐3 sin 3(𝜔𝑡 − 240) = 𝐼𝑏7 sin(3𝜔𝑡 − 720)
𝐼𝑐3 = 𝐼𝑐3 sin 3𝜔𝑡 ............................................................ (2.10)

 
  II-11

 
II.4 Sumber-Sumber Harmonisa
 

  Terdapat empat sebab utama yang menyebabkan timbulnya harmonisa dalam


bentuk gelombang nonlinear, yaitu [10]:
 
1. Bentuk gelombang tegangan masukan yang nonsinusoidal sementara
 
elemen-elemen rangkaian linear (independent).
  2. Bentuk gelombang tegangan masukan sinusoidal sementara elemen-
  elemen rangkaian nonlinear.
3. Bentuk gelombang tegangan masukan nonsinusoidal dan elemen-
 
elemen rangkaian nonlinear.
 
4. Sumber tegangan masukkan berupa sumber DC, namun mengandung
  elemen-elemen rangkaian yang berubah secara periodik.
Beban nonlinear industri yang merupakan penyebab timbulnya harmonisa
secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu [1]:

II.4.1 Konverter Daya


Pemakaian komponen elektronika daya berupa semikonduktor seperti
diode, IGBT dan thyristor dalam konversi energi listrik menunjukkan
perkembangan yang pesat dalam pemakaiannya. Beberapa contoh umum
pemakaian konverter, seagai beban nonlinear yaitu:
1. Lampu flourescent, dimmer.
2. Peralatan kantor seperti komputer dan mesin fax.
3. Perangkat elektronik untuk rumah tangga seperti TV, microwave
4. Variable speed drive (VSD).
5. Charger baterai.
6. Uninterruptible Power Supply (UPS).
Prinsip kerja semikonduktor adalah mengalirkan dan memutus arus
(switching) sesuai dengan algoritma tertentu. Proses switching tersebut
mengakibatkan timbulnya pulsa-pulsa arus yang frekuensinya beragam dan dikirim
dari beban menuju sumber tenaga akibat perbedaan potensial. Pemakaian konverter
sebagai penyearah arus bolak-balik menimbulkan kerugian pada sistem tenaga
listrik, yaitu merusak bentuk gelombang tegangan sehingga tidak berbentuk
gelombang sinusoidal murni.

 
  II-12

 
II.4.2 Tanur Busur Listrik
 
Tanur busur listrik merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk melebur
  biji besi pada industri logam. Tanur busur listrik memiliki karakteristik beban
nonlinear
  yang dapat menyebabkan timbulnya arus harmonisa yang cukup besar
pada  jaringan tenaga listrik yang terhubung dengan tanur busur listrik.
Busur listrik yang terbentuk selama tanur busur listrik beroperasi hampir
 
selalu tidak dalam keadaan yang stabil. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
 
perubahan elektroda, interaksi gaya elektromagnetik busur dan pengaruh riak
permukaan
  biji yang telah melebur. Bentuk gelombang arus tanur busur listrik pada
setiap
  periode tidak sama sehingga bentuk gelombang arus dari tanur busur tidak
bersifat periodik, sehingga dalam hal ini tidak dapat dibuat persamaan
 
gelombangnya.
Bentuk gelombangnya yang tidak sama pada tiap periode, maka harmonisa
yang dibangkitkan oleh tanur busur listrik tidak dapat diprediksi dan selalu berubah
-ubah tergantung pada kondisi tanur busur listrik yang meliputi posisi elektrode,
scrap baja, busur api antar elektrode, beserta groundingnya. Keunikan karekteristik
dari sistem ini adalah munculnya sub-harmonisa, yaitu harmonisa dengan frekuensi
di bawah frekuensi fundamental (50 Hz). Untuk mengetahui komponen harmonisa
yang dibangkitkan, maka diperlukan pengukuran secara langsung.

II.4.3 Mesin-Mesin Berputar


Generator sinkron dan motor induksi secara umum menghasilkan sejumlah
harmonisa. Pada generator sinkron harmonisa disebabkan karena kejenuhan dan
distribusi fluks yang tidak sinusoidal. Sehingga terbangkit gaya gerak magnetik
tidak sinusoidal yang menghasilkan arus harmonisa bila dibebani.

II.5 Pengaruh Yang Ditimbulkan Harmonisa

Terdapat beberapa akibat yang ditimbulkan oleh adanya harmonisa dalam


sistem tenaga listrik, diantaranya yaitu [6]:

II.5.1 Pengaruh Pada Saluran Transmisi


Dampak negatif akibat adanya harmonisa pada saluran transmisi adalah
meningkatnya rugi- rugi transmisi akibat peningkatan nilai rms gelombang arus.

 
  II-13

 
Rugi-rugi daya pada saluran transmisi 𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 pada sistem yang mengandung
 
komponen harmonisa dapat dihitung dengan rumus:
 
𝑛=2 𝐼𝑛 . 𝑅 ......................................................... (2.11)
2
𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 = ∑∞
 
dengan 𝐼𝑛 adalah arus harmonisa ke-n dan R adalah resistansi sistem.
 
Pada sistem transmisi menggunakan kabel, tegangan harmonisa dapat
  mengakibatkan peningkatan tekanan dielektrik yang sebanding dengan tegangan

  puncak dimana hal tersebut akan memperpendek umur kabel. Selain itu pada kabel
yang dialiri arus yang mengandung komponen harmonisa akan terjadi peningkatan
 
temperatur akibat rugi-rugi yang timbul dari aliran arus harmonisa tertentu dan efek
 
pengulitan akibat frekuensi tinggi yang dimiliki oleh komponen harmonisa.
 
II.5.2 Pengaruh Pada Transformator
Harmonisa yang timbul akan meningkatkan rugi-rugi inti besi yang berupa
rugi histerisis dan arus Eddy serta tekanan isolasi. Rugi-rugi inti disebabkan karena
fluks yang dibangkitkan didalam inti bila transformator dieksitasi [14]. Eddy
current merupakan salah satu rugi inti trafo yang dihasilkan oleh arus beban
nonsinusoidal dan dapat menyebabkan rugi belitan, rugi penghantar dan pemanasan
berlebih.

II.5.3 Pengaruh Pada Kapasitor Bank


Adanya distorsi tegangan yang terjadi mengkibatkan rugi daya pada kapasitor
bank, besar rugi – rugi daya tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut:

𝑛=1 𝑐 (tan 𝛿) 𝜔𝑛 𝑉𝑛 ........................................ (2.12)


2
𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 = ∑∞

𝑅
dengan tan 𝛿 = 1 adalah faktor rugi, 𝜔𝑛 = 2𝜋𝑓𝑛 d dan 𝑉𝑛 adalah frekuensi
⁄𝜔𝐶

dan tegangan harmonisa orde ke-n.


Pada frekuensi yang tinggi kapasitor memiliki nilai impedansi yang rendah
jadi banyak arus yang akan mengalir melewati kapasitor bank, beban akan semakin
reaktif sehingga kapasitor bank harus mencatu lebih banyak daya reaktif pada
sistem.Total daya reaktif termasuk daya reaktif fundamental adalah:
𝑛=1 𝑄𝑛 .................................................................. (2.13)
𝑄 = ∑∞

 
  II-14

 
Selain rugi-rugi daya pada kapasitor bank, dampak negatif yang diakibatkan
 
oleh adanya harmonisa dalam sistem tenaga listrik adalah timbulnya resonansi seri
  dan atau paralel antara kapasitor dengan sistem yang dapat menyebabkan
overvoltage
  sehingga terjadi peningkatan rugi-rugi dan panas berlebih pada
kapasitor
  yang sering mengakibatkan kerusakan pada kapasitor tersebut [9].

  II.5.4 Pengaruh Pada Mesin –Mesin Listrik


  Tegangan atau arus harmonisa dapat menimbulkan penambahan rugi-rugi
pada belitan stator dan rangkaian rotor, dan juga rugi – rugi laminasi pada rotor dan
 
stator. Arus harmonisa yang timbul pada stator mesin AC menghasilkan aksi motor
 
(slip harmonisa positif, Sn). Aksi ini menghasilkan torsi shaft pada arah yang sama
  dengan kecepatan putaran motor.
Apabila semua harmonisa yang timbul merupakan harmonisa urutan positif
sehingga membantu putaran torsi shaft sedangkan jika harmonisa yang dihasilkan
merupakan urutan negatif akan mengurangi kecepatan putaran motor. Efisiensi
berkurang sejalan dengan terjadinya pemanasan berlebih, vibrasi, dan high-pitch
noises yang merupakan indikator adanya distorsi harmonisa tegangan [1].

II.5.5 Pengaruh Pada Relay Pengaman


Harmonisa dapat mempengaruhi kerja relay pengaman yang prinsip kerjanya
tergantung pada nilai puncak tegangan atau arus, atau zero crossing point, selain itu
juga tergantung dari kontruksi relay pengaman tersebut. Relay-relay
elektromagnetik dapat terganggu dan mengalami karakteristik penundaan waktu
(Time Delay Characteristic) akibat adanya komponen-komponen torsi harmonik.
Relay arus tanah (Ground Fault Relay) pada umumnya tidak bisa
membedakan antara arus gangguan tanah dengan komponen harmonisa urutan nol
(kelipatan tiga) sehingga akan mengganggu kerja relay tersebut. Lain halnya
dengan relay digital yang bekerja dengan mikroprosesor dan mempunyai filter yang
tidak dipengaruhi oleh kesalahan pembacaan frekuensi, karena peralatan tersebut
mengambil dan menggunakan gelombang dasar dari gelombang yang terdistorsi.

 
  II-15

 
II.6 Indeks Harmonisa
 

  Pada umumnya terdapat dua indeks yang digunakan sebagai parameter


pengukuran besar distorsi harmonisa pada sistem tenaga listrik yaitu Total
 
Harmonic Distortion (THD) dan Total Demand Distortion (TDD). Kedua indeks
 
tersebut merupakan nilai efektif tegangan dan arus harmonisa [15].
 
II.6.1 Total Harmonic Distortion (THD)
 
THD didefinisikan sebagai persentase total komponen harmonisa terhadap
 
komponen fundamental (komponen dapat berupa tegangan atau arus) [6]. THD
 
dituliskan sebagai:
  2
√∑∞
𝑛=2 𝑉𝑛
𝑇𝐻𝐷𝑉 = ................................................................ (2.14)
𝑉1

√∑∞ 2
𝑛=2 𝐼𝑛
𝑇𝐻𝐷𝐼 = ................................................................. (2.15)
𝐼1

Keterangan:
𝑉𝑛 : komponen harmonisa tegangan (Volt)
𝑛: : Orde harmonisa
𝑉1 : komponen fundamental tegangan (Volt)
𝑘 : komponen harmonisa maksimum yang diamati
𝐼𝑛 : komponen harmonisa arus (Ampere)
𝐼1 : komponen arus fundamental (Ampere)

Perbandingan nilai antara komponen harmonisa dengan komponen


fundamental ditulis dalam persen. THD dapat menggambarkan kerugian energi
termal oleh setiap komponen harmonisa. Indeks ini digunakan untuk mengukur
deviasi gelombang periodik yang mengandung harmonisa dari gelombang
sinusoidal murni.
Tegangan harmonisa selalu dijadikan pedoman sebagai patokan nilai dasar
dari bentuk gelombang sesaat. Hal tersebut karena tegangan mempunyai persentase
perbedaan yang kecil, dimana THD tegangan merupakan pendekatan dari besar
tegangan yang terdistorsi sebenernya. Lain halnya dengan arus listrik, meski nilai
yang terukur kecil dapat menghasilkan THD yang tinggi, sehingga arus tidak dapat
dijadikan pendekatan yang menggambarkan keadaan sistem sebenarnya [1].

 
  II-16

 
II.6.2 Total Demand Distortion (TDD)
 
TDD merupakan perbandingan antara komponen arus harmonisa dengan
 
arus beban demand maksimum [1].
 
√∑∞ 2
𝑛=2 𝐼𝑛
  𝑇𝐷𝐷 = ................................................................. (2.16)
𝐼𝐿
 
Keterangan:
 
𝑛 : Orde harmonisa
𝑘   : komponen harmonisa maksimum yang diamati
𝐼𝑛   : komponen harmonisa arus (Ampere)

  𝐼𝐿 : komponen arus beban puncak pada frekuensi dasar yang diukur pada
titik sambung pelanggan (Ampere)

Aliran arus yang kecil dapat menimbulkan THD yang tinggi tetapi tidak
menjadi ancaman yang merugikan sistem, untuk menghindari kesalahan
perhitungan pada THD untuk menentukan nilai harmonisa maka dihitung THD
pada beban puncak dan bukan melihat arus frekuensi sesaat. Konsep TDD ini
relevan dengan aplikasi dari standar IEEE 519-1992. Hasil perhitungan TDD
sebaiknya tidak melebihi atau sama dengan nilai yang ditetapkan oleh standar yang
berlaku. Bila hasilnya lebih besar maka tingkat harmonisa sistem membahayakan
komponen-komponen yang terpasang pada sistem [11].

II.7 Batasan Nilai Harmonisa

IEEE 519-1992 memberikan rekomendasi batas harmonisa tegangan untuk 3


tingkat tegangan, disamping total distorsi harmonisa, distorsi harmonisa individual
tegangan juga dibatasi pada level tertentu. Ada dua parameter yang dapat
mengevaluasi harmonisa yaitu distorsi harmonisa arus (THDI) dan distorsi
harmonisa tegangan (THDV).
Standar harmonisa yang diperbolehkan berada pada sistem untuk gelombang
arus dan tegangan berdasarkan IEEE 519-1992, dapat dilihat pada tabel II.1:

 
  II-17

  Tabel II. 1 Batas distorsi tegangan sistem distribusi (120 V – 69000V) [12]

 Voltage Level THDV (%) Individual Voltage Distortion (%)

  ≤ 69 KV 5 3
69 KV - 161 KV 3 2
 
> 161 KV 1 1
 
Sumber: IEEE 519-1992
 
Dari tabel II.1 dapat dilihat batas-batas harmonisa tegangan yang
 
diperbolehkan terukur pada sistem tenaga listrik. Besar batasan tersebut bergantung
  pada tegangan kerja sistem distribusi tenaga listrik. Sedangkan untuk batasan besar
harmonisa pada arus distribusi diperlihatkan pada Tabel II.2, Tabel II.3, dan Tabel
II.4.
Tabel II. 2 Batas distorsi arus sistem distribusi (120 V – 69000V)
Isc/IL < 11 11 ≤ h < 17 17 ≤ h < 23 23 ≤ h < 35 35 ≤ h TDD
< 20* 4 2 1.5 0.6 0.3 5
20 – 50 7 3.5 2.5 1 0.5 8
50 - 100 10 4.5 4 1.5 0.7 12
100 - 1000 12 5.5 5 2 1 15
> 1000 15 7 6 2.5 1.4 20
Sumber: IEEE 519-1992

Tabel II. 3 Batas distorsi arus sistem distribusi (60001V – 161000V)


Isc/IL < 11 11 ≤ h < 17 17 ≤ h < 23 23 ≤ h < 35 35 ≤ h TDD
< 20* 2 1 0.75 0.3 0.15 2.5
20 - 50 3.5 1.75 1.25 0.5 0.25 4
50 - 100 5 2.25 2 0.75 0.35 6
100 - 1000 6 2.75 2.5 1 0.5 7.5
> 1000 7.5 3.5 3 1.25 0.7 10
Sumber: IEEE 519-1992

 
  II-18

 
Tabel II. 4 Batas distorsi arus sistem distribusi (> 161000V)
 
Isc/IL < 11 11 ≤ h < 17 17 ≤ h < 23 23 ≤ h < 35 35 ≤ h THD
 
< 50* 2 1 0.75 0.3 0.15 2.5
 
> 50 3 1.5 1.15 0.45 0.22 3.75
 
Sumber: IEEE 519-1992

 
Catatan:
  1. Seluruh peralatan pembangkitan dibatasi pada nilai ini tanpa
  memperhatikan Isc/Ildiperlihatkan pada ga

  2. Harmonisa kelipatan genap dibatasi 25% dari limit kelipatan ganjil


yang dibawahnya
 
3. Distorsi arus offset DC tidak diperkenankan
4. Isc adalah nilai arus hubung singkat pada titik sambung pelanggan atau
PCC (point of common connection)
5. IL adalah arus beban maksimum (frekuensi dasar) pada titik sambung
pelanggan

Dari Tabel II.2, Tabel II.3, dan Tabel II.4 dapat dilihat batas-batas harmonisa
arus distribusi yang diperbolehkan terukur pada sistem tenaga listrik. Besar batasan
tersebut dibagi tergantung pada nilai tegangan kerja sistem distribusi tenaga
listriknya.
Batasan harmonisa arus dibatasi pada nilai harmonisa yang terukur di masing-
masing ordenya. Pada tabel II.2, Tabel II.3, dan Table II.4 THD arus harmonisa
kelipatan genap dibatasi oleh 25 % dari harmonisa yang kelipatan ganjil diatas.
Batasan harmonisa ditentukan oleh perbandingan nilai arus hubung singkat dan arus
beban yang dijelaskan sebagai berikut.
Isc = Maksimal arus short circuit di PCC (Point of Common Coupling)
IL = Maksimal load current (arus beban fundamental) di PCC

Menurut IEEE Standard 519-1992, untuk mengetahui standar batas


maksimum THDI pada utility, maka harus dihitung terlebih dahulu rasio hubung
singkat (short-circuit ratio). SCratio yang dapat dicari dengan menggunakan rumus:

 
  II-19

 
𝐼𝑆𝐶
𝑆𝐶𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = ..................................................................... (2.17)
  𝐼𝐿

  Dimana, Isc (Arus hubung singkat) dapat dicari dengan rumus :

  𝐾𝑉𝐴 ×100
𝐼𝑆𝐶 = ............................................................... (2.18)
√3×𝐾𝑉 ×𝑍 (%)
 
Sedangkan IL (Arus beban maksimum) dapat dicari dengan rumus :
 
𝐾𝑊
  𝐼𝐿 = 𝑃𝐹×√3×𝐾𝑉 ..................................................................... (2.19)

 
Keterangan:
  𝐼𝑆𝐶 = Arus hubung singkat maksimum pada titik sambung pelanggan
  𝐼𝐿 = Arus beban maksimum
KW = Total daya aktif

II.8 Upaya Reduksi Harmonisa dengan Filter

Filter merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk membuang


tegangan output pada frekuensi tertentu, dimana untuk perancangannya dapat
dilakukan dengan komponen filter pasif yaitu R,C,L maupun komponen filter aktif
yaitu Op-amp, dan transistor [14]. Secara umum menurut jenis komponen yang
digunakan filter harmonisa dalam sistem tenaga dibedakan menjadi filter pasif dan
filter aktif. Filter harmonisa digunakan untuk mengurangi amplitudo satu atau lebih
frekuensi tertentu dari sebuah tegangan atau arus. Dalam sistem yang terdapat
konverter, harmonisa arus dicegah memasuki sistem yang lain dengan menyediakan
jalur yang memiliki impedansi rendah pada frekuensi harmonisa.
Dengan penambahan filter harmonisa pada suatu sistem tenaga listrik yang
mengandung sumber harmonisa, maka penyebaran arus harmonisa keseluruh
sistem dapat ditekan sekecil mungkin. Selain itu filter harmonisa pada frekuensi
fundamental dapat mengkompensasi daya reaktif dan dipergunakan untuk
memperbaiki faktor daya sistem.

 
  II-20

 
II.8.1 Filter Aktif
 
Filter aktif adalah rangkaian filter dengan menggunakan komponen-
 
komponen elektronik aktif. Filter aktif terdiri dari sumber tegangan atau arus
 
terkontrol Voltage Source Inverter (VSI) adalah filter daya aktif paralel yang paling
banyak
  digunakan karena merupakan topologi yang terkenal dan memiliki prosedur
  instalasi yang tidak sulit. Berikut gambar rangkaian filter aktif.

Gambar II. 9 Blok diagram filter daya aktif parallel


Sumber : Mas Faturakhman, 2015

Gambar II.9 menunjukkan rangkaian filter aktif yang digunakan untuk


mereduksi harmonisa akibat penggunaan beban nonlinear. Komponen yang
digunakan berupa Op-amp atauoun transistor yang dirangkai dalam suatu konverter
yang disebut VSI (Voltage Source Inverter) yang dipasang secara paralel terhadap
sumber.
Filter aktif bertindak sebagai sumber arus, mengkompensasi arus harmonisa
yang diakibatkan beban tidak linier. Prinsip dasar filter aktif adalah menginjeksi
arus kompensasi yang sama dengan arus terdistorsi atau arus harmonisa, sehingga
arus yang asli terdistorsi dapat dieliminasi. Arus kompensasi dihasilkan sebagai
komponen yang diinjeksikan untuk mengeliminasi arus harmonisa dengan
menggunakan saklar VSI yaitu mengukur arus beban dan mengurangi arus beban
dari referensi sinusoidal.
Filter aktif tidak menghasilkan resonansi yang berbahaya pada sistem
distribusi, oleh karena itu filter aktif terlepas dari sistem distribusi. Keadaan yang
kurang menguntungkan terjadi pada keperluan switching yang cepat dengan arus
yang besar pada filter aktif [16].

 
  II-21

 
II.8.2 Filter Pasif
 
Filter pasif merupakan salah satu metode penyelesaian yang efektif dan
 
ekonomis untuk masalah harmonisa. Filter pasif sebagian besar didesain untuk
 
memberikan bagian khusus untuk mengalihkan arus harmonisa yang tidak
diinginkan
  dalam sistem tenaga. Filter pasif banyak digunakan untuk
  mengkompensasi kerugian daya reaktif akibat adanya harmonisa pada sistem
instalasi. Berikut gambar rangkaian filter pasif.
 

Gambar II. 10 Blok diagram filter daya aktif parallel


Sumber : Mas Faturakhman, 2015

Gambar II.10 merupakan gambar yang memperlihatkan rangkaian filter pasif.


Dari gabar tersebut terlihat bahwa filter pasif dipasang secara paralel dengan
sumber tegangan dan beban nonlinear. Arus yang dihasilkan oleh beban nonlinear
akan terlebih dahulu disaring oleh filter apabila frekuensinya tidak sesuai dengan
frekuensi fundameental dari arus yang dihasilkan. Arus yang telah melalui filter
yaitu arus yang tidak mengandung harmonisa ,sehingga tidak menyebabkan distorsi
pada sumber tegangan.
Filter pasif ini mempunyai beberapa bentuk berdasarkan susunan rangkaian
komponen penyusun Secara umum filter pasif dapat dibedakan dalam dua jenis:

II.8.2.1 Filter dengan penalaan tunggal (Single Tuned Filter).

Filter dengan penalaan tunggal ditala pada salah satu orde harmonisa (pada
orde frekuensi rendah). Filter ini terdiri dari rangkaian seri kapasitor, reaktor dan
resistor. Impedansi dinyatakan dalam persamaan:
1
𝑍(𝑤) = 𝑅 + 𝑗 (𝜔𝐿 − 𝜔𝐶 ) ............................................... (2.20)

 
  II-22

 
Faktor kualitas Q filter didefinisikan sebagi perbandingan antara
 
induktansi atau kapasitansi pada resonansi dengan resistansi
  𝑋0
𝑄= ............................................................................. (2.21)
𝑅
 

  Pada frekuensi resonansi nilai reaktansi induktor atau kapasitor sebagai


berikut:
 

1 𝐿
  𝑋0 = 𝜔𝑛 𝐿 = 𝜔 = √𝐶 .................................................. (2.22)
𝑛 𝐶
 

Gambar II. 11 filter pasif penalaan tunggal


(a) Rangkaian filter (b) Kurva impedansi terhadap frekuensi
Sumber : Mas Faturakhman, 2015

Dari Gambar II.11 dapat dilihat bentuk rangkaian filter pasif penalaan
tunggal dan kurva impedansi yang dihasilkan dengan respon filter terhadap
frekuensinya Filter penalaan tunggal biasa digunakan pada tegangan rendah, karena
memiliki impedansi rendah, filter iini hanya membawa arus harmonisa dan
sebagian arus fundamental yang jauh lebih kecil dari arus rangkaian utama. Filter
ini juga dapat memasok daya reaktif pada frekuensi dasar, dengan efektifitas yang
sama namun dengan harga yang lebih murah dan pembuatan yang lebih mudah.
Maka dari itu pada pelaksanaan Tugas Akhir ini digunakan filter pasif jenis
penalaan tunggal.

Perhitungan Parameter Filter Pasif Penalaan Tunggal


Berikut merupakan perhitungan yang digunakan untuk menentukan
spesifikasi komponen pada filter pasif single tuned yang digunakan untuk
mereduksi harmonisa [14] :

 
  II-23

 
a. Rumus mencari besar daya reaktif pada keadaan awal (Q1)
 
𝑄1 = 𝑆 × 𝑆𝑖𝑛 (𝑎𝑟𝑐 𝐶𝑜𝑠(𝜑1 )) ........................................... (2.23)
 

 b. Rumus mencari besar daya reaktif yang dibutuhkan untuk meningkatkan
faktor daya beban (Q2)
 
𝑄2 = 𝑆 𝑥𝑆 𝑖𝑛(𝑎𝑟𝑐 𝐶𝑜𝑠(𝜑2 )) .............................................. (2.24)
 
c. Rumus mencari besar Daya reaktif total yang dibutuhkan untuk
  meningkatkan nilai faktor daya pada beban (Q’)
  𝑄’ = 𝑄1 − 𝑄2 ................................................................... (2.25)
 
Keterangan:
  Q1 : Daya reaktif awal (VAR)
Q2 : Daya reaktif yang dibutuhkan setelah perbaikan faktor daya (VAR)
Q’ : Daya reaktif total yang akan dipasok filter (VAR)
S : Daya aktif yang terukur (VA)
Cos(φ1) : Faktor daya awal
Cos(φ2) : Faktor daya yang diinginkan

d. Rumus mencari besar perbandingan reaktansi kapasitif dan reaktansi


induktif (Xfilter)
𝑉𝐿−𝐿 ×1000
𝑋𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 = 𝑄′
............................................................... (2.26)

𝑋𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 = 𝑋𝐶𝐴𝑃 − 𝑋𝐿 ...................................................................(2.27)

Keterangan:
(Xfilter) : Besar perbandingan antara reaktansi kapasitif dan reaktansi induktif (Ω)
V : Tegangan sistem (kVolt)
XCAP : Reaktansi kapasitor (Ω)
XL : Reaktansi induktor (Ω)

e. Rumus mencari reaktansi kapasitif (XCap)


𝑋𝑓𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 × ℎ2
𝑋𝐶𝐴𝑃 = ............................................................... (2.28)
ℎ2 −1

f. Rumus mencari reaktansi induktif (XL)


𝑋𝐶𝐴𝑃
𝑋𝐿 = .................................................................(2.29)
ℎ2

 
  II-24

 
Keterangan:
h :  nilai orde harmonisa yang besar frekuensinya akan digunakan dalam penentuan
filter yang berupa bilangan integer
 
g. Rumus mencari nilai kapasitansi kapasitor (C)
 
1
  𝐶=𝑋 ......................................................................... (2.30)
𝐶𝐴𝑃 × 𝜔

  h. Rumus mencari induktansi induktor (L)


  𝑋𝐿
𝐿= ................................................................................. (2.31)
𝜔
 
Keterangan:
 
C : Kapasitansi kapasitor (F)
  ω : frekuensi sudut penalaan filter (Rad)

II.8.2.2 Filter dengan penalaan ganda (Double Tuned Filter)

Filter penalaat ganda adalah sebuah filter yang memiliki impedansi


ekivalen dari dua buah filter penalaan tunggal dengan besar frekuensi resonansi
yang berdekatan. Berikut merupakan gambar rangkaian filter penalaan ganda.

Gambar II. 12 Filter penalaan ganda


(a). Transformasi dari dua buah filter penalaan tunggal (b). Filter penalaan ganda
(c). Impedansi filter penalaan ganda yang ditala pada orde lima dan tujuh
Sumber : Mas Faturakhman, 2015
Gambar II.12 menunjukkan rangkaian filter penalaan ganda yang
merupakan gabungan dari rangkaian filter penalaan tunggal, dimana besar
impedansinya merupakan impedansi ekivalen dari dua buah filter penalaan tunggal.
Gambar II.12 juga menggambarkan grafik yang menunjukkan hubungan antara
besar impedansi dengan frekuensi penalaan yang digunakan filter.

Anda mungkin juga menyukai