Anda di halaman 1dari 20

ICIEBP ke-2

The 2nd International Conference on Islamic Economics, Business, and Philanthropy


(ICIEBP) Tema: “Keberlanjutan dan Pertumbuhan Sosial Ekonomi” Volume 2019

Kertas konferensi

Pencegahan Fraud pada Perbankan Syariah di


Indonesia melalui Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Syariah
Mella Apriliani Astuti, Rozmita Dewi Y Rozali, dan Aneu Cakhyaneu
Departemen Ekonomi dan Keuangan Islam, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229,
Kota Bandung, Indonesia

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena fraud yang masih terjadi di lingkungan perbankan syariah yang notabene

berlandaskan prinsip syariah dalam setiap aktivitasnya. Berdasarkan data ACFE (Association Of Certi fi ed Fraud Examiners) tahun 2016

menunjukkan bahwa bank dan lembaga keuangan merupakan entitas tertinggi dalam kasus fraud. Prinsip syariah yang dijalankan oleh

bank syariah tidak serta merta menjadikan bank syariah terhindar dari kasus penipuan. Kasus penipuan yang banyak menimpa bank

syariah bisa jadi disebabkan lemahnya penerapan tata kelola perusahaan syariah. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Good

Corporate Governance perbankan syariah (BUS-UUS) periode 2012-2016 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan tata kelola perusahaan syariah pada perbankan syariah dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu
Penulis yang sesuai:
sangat baik, baik dan cukup baik namun dari penerapan tata kelola perusahaan syariah masih belum dapat mencegah terjadinya fraud
Mella Apriliani Astuti
pada perbankan syariah. Kajian ini mempunyai implikasi penting yaitu perbankan syariah harus diimbangi dengan kemampuan sumber
mellaapril@student.upi.edu
daya manusia yang baik karena bank syariah merupakan bisnis perbankan yang memadukan prinsip perbankan dan prinsip syariah.

Diterima: 10 Februari 2019 Selain itu, budaya dan tone organisasi di atas juga dapat menjadi kunci untuk mencegah terjadinya fraud, yaitu perbankan syariah
Diterima: 14 Maret 2019 harus diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia yang baik karena bank syariah merupakan bisnis perbankan yang
Diterbitkan: 28 Maret 2019
memadukan prinsip perbankan dan prinsip syariah. Selain itu, budaya dan tone organisasi di atas juga dapat menjadi kunci untuk

mencegah terjadinya fraud, yaitu perbankan syariah harus diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia yang baik karena
Layanan penerbitan disediakan oleh

Pengetahuan E bank syariah merupakan bisnis perbankan yang memadukan prinsip perbankan dan prinsip syariah. Selain itu, budaya dan tone

organisasi di atas juga dapat menjadi kunci untuk mencegah terjadinya fraud,
Mella Apriliani Astuti

dkk. Artikel ini didistribusikan di Kata kunci: Tata Kelola Perusahaan Syariah, Penipuan
bawah persyaratan Lisensi Atribusi

Creative Commons ,

yang mengizinkan penggunaan dan

distribusi ulang yang tidak dibatasi

asalkan penulis asli dan sumbernya

dikreditkan.

Seleksi dan Tinjauan Sejawat di bawah 1. Perkenalan


tanggung jawab Komite Konferensi

ICIEBP.
Terlepas dari perkembangan perbankan syariah, ada hal-hal serius yang harus dihadapi oleh
setiap bank, baik bank konvensional maupun bank syariah. Ini berupa penipuan yang terjadi
di lingkungan perbankan. Yang melakukan fraud bukanlah orang asing melainkan pihak
internal bank itu sendiri. Pelaku kejahatan bank bisa dilakukan oleh semua
mulai dari karyawan hingga manajemen puncak bank (Anugerah, 2014). merupakan pihak

yang rentan terhadap kejahatan bank. Berikut ini adalah pihak-pihak yang rentan terhadap

kejahatan bank:

Rozmita Dewi Y Rozali, dan Aneu Cakhyaneu, (2019), “Pencegahan Fraud pada Perbankan Syariah di
porate Governance ”di Konferensi Internasional ke-2 tentang Ekonomi Islam, Bisnis, dan Halaman 183
Pertumbuhan Sosial Ekonomi ”, KnE Social Sciences, halaman 183–202. DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205
ICIEBP ke-2

Angka 1: Pelaku Penipuan yang Diduga Melakukan Kejahatan Bank (Sumber: (Laporan ProFI l Industri Perbankan
Triwulan IV, 2016)).

Berdasarkan data ACFE (Association of Certi fi ed Fraud Examiners) tahun 2016


menunjukkan bahwa bank dan lembaga keuangan merupakan entitas tertinggi dalam kasus
Fraud. Prinsip syariah yang dijalankan oleh bank syariah tidak serta merta membuat bank
syariah terhindar dari kasus penipuan. Terbukti dengan munculnya kasus penipuan yang
melibatkan entitas bank syariah, seperti kasus korupsi Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)
dimana pelaksana (Pjs) Direktur Utama BJBS berinisial YG menjadi tersangka dugaan korupsi
pemberian kredit sah diberikan kepada debitur atas nama PT. Hastuka Sarana Karya periode
2014 sampai 2016 (Sohuturon, 2017).

Banyaknya fenomena fraud yang terjadi di perbankan syariah jelas bertolak belakang
QS. Al-Anfal: 27 yang menyatakan manusia tidak diperbolehkan melakukan pengkhianatan

‫َﻭَ َ ُ ْ ُْۤﺍ ﺍَ ٰ ٰ ِﻭَﺍَ ْـ ُْ َ ْ َُ ْﻥ‬ َ‫ـٰۤ َﱡ َﺍ ﱠ ِ ْﺍٰ َ ُ ْﺍ َ َ ُ ْ ُﺍ ﺍ ﱣ َﻭََﺍ ﱠ ُ ْﻝ‬


Berarti: Wahai yang beriman, jangan mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)

jangan mengkhianati pesan-pesan yang dipercayakan kepadamu, sementara kamu

tahu ( QS. Al-anfal: 27).

Kasus Fraud yang menimpa banyak bank syariah mungkin disebabkan oleh lemahnya
penerapan tata kelola perusahaan syariah. Hal ini dikarenakan penerapan tata kelola
perusahaan syariah merupakan syarat penting dalam memastikan perkembangan dan
stabilitas industri keuangan syariah (Grassa, 2015). Beberapa penelitian tentang tata kelola
bank syariah telah dilakukan, seperti penelitian Maradita (2014) yang membandingkan
karakteristik tata kelola bank syariah dan bank konvensional, selain penelitian yang
dilakukan oleh Junusi (2012) dimana penelitian tersebut membahas tentang bagaimana
penerapan syariah. tata kelola reputasi dan kepercayaan bank syariah. Hasil penelitian Junusi
(2012) menyatakan bahwa tata kelola perusahaan syariah akan mempengaruhi reputasi dan
kepercayaan pelanggan.

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 184


ICIEBP ke-2

menyatakan bahwa penerapan tata kelola perusahaan syariah berpengaruh positif terhadap
kinerja bank syariah.

Dari permasalahan diatas, penulis merumuskan beberapa rumusan penelitian yaitu sejauhmana fraud

pada perbankan syariah di Indonesia, bagaimana penerapan tata kelola perusahaan syariah di Indonesia, dan

apakah tata kelola perusahaan syariah berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui sejauh mana fraud yang terjadi pada perbankan syariah di Indonesia, untuk

mengetahui sejauh mana penerapan tata kelola perusahaan syariah pada perbankan syariah, dan untuk

mengetahui sejauh mana tata kelola perusahaan syariah dapat mempengaruhi pencegahan kecurangan.

Hipotesis yang penulis berikan untuk penelitian ini adalah bahwa tata kelola perusahaan syariah berpengaruh

terhadap pencegahan kecurangan pada bank syariah.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis merasa perlu untuk

melakukan penelitian mengenai, “Pencegahan Penipuan pada Perbankan Syariah di Indonesia

Melalui Penerapan Tata Kelola Perusahaan Syariah”

2. Studi Sastra

2.1. Tata kelola perusahaan syariah

IFSB (Islamic Financial Services Board) mendefinisikan syariah corporate governance, yaitu
sistem syariah yang harus mengacu pada rangkaian pengaturan kelembagaan dan
organisasi yang telah dilakukan oleh IIFS (Institutions Offering Islamic Financial Services).
IIFS ini memastikan pengawasan independen yang efektif atas kepatuhan syariah dari
masing-masing struktur proses berikut:

1. Penerbitan pernyataan / keputusan syariah;

2. Penyebarluasan informasi resolusi syariah kepada anggota LKI yang memantau


kepatuhan dari setiap tingkat operasi dan transaksi;

3. Review internal / audit syariah compliance untuk mencatat ketidakpatuhan dan jika

memungkinkan akan ditangani dan diperbaiki;

4. Kepatuhan syariah / review audit dalam bentuk laporan tahunan untuk memverifikasi
bahwa review internal / audit syariah telah dilakukan dengan tepat dan temuannya
telah dicatat oleh dewan syariah (Mizushima, 2014).

Untuk menerapkan tata kelola perusahaan syariah diperlukan adanya Dewan Pengawas

Syariah (DPS) yang berfungsi dalam memproses pengawasan, pemantauan, audit, dan pemberian

opini tentang kepatuhan syariah pada lembaga keuangan atau perusahaan yang menawarkan

produk dan jasa syariah (Novela, 2015).

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 185


ICIEBP ke-2

Tata kelola perusahaan syariah berasal dari hukum Islam. Tujuan dari tata kelola perusahaan syariah

tidak hanya bekerja untuk kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan, tetapi juga

bekerja untuk memenuhi kewajibannya sebagai hamba Tuhan (Hassan, 2014).

2.2. Penipuan

Fraud secara umum dapat diartikan sebagai kecerdasan manusia atau seseorang dapat merencanakan untuk

mendapatkan keuntungan melalui gambaran yang salah (Suprajadi, 2009). Fraud merupakan salah satu dari

sekian banyak masalah dalam dunia bisnis saat ini. Apalagi tingginya tingkat fraud di sektor perbankan telah

menjadi fenomena global yang membutuhkan solusi yang mendesak (Ali Danlandi Yusuf, 2016).

Tabel 1: Perbedaan Konsep Tata Kelola Perusahaan yang Baik dan Tata Kelola Perusahaan Syariah.

Tidak Aspek prinsip-prinsip perusahaan yang baik Prinsip Islam


pemerintahan

1 Mengasuransikan dasar Promosi transparan dan • Promosi bisnis dalam kerangka


pasar yang efisien perusahaan yang efektif dengan aturan hukum etika Syariah
pemerintahan dan pembagian tanggung jawab
kerangka

• Percaya pada untung dan rugi

•Keutamaan Keadilan dan kesejahteraan


sosial dengan o sosial dan spiritual
bligations

• Larangan bunga

2 Hak dari • Hak pemegang saham dasar • Properti sebagai kepercayaan dari Tuhan

pemegang saham dan kunci


fungsi kepemilikan

• Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan • Otoritas Tunggal adalah Tuhan a


t rapat umum

• Struktur dan pengaturan • Masyarakat sebagai pemangku kepentingan

markets untuk kontrol perusahaan

• Hak kepemilikan oleh semua • Akuntabilitas tidak hanya untuk


pemegang saham termasuk pemangku kepentingan kelembagaan tetapi juga kepada Tuhan, s • pemegang
kelinci pemilik terakhir

Proses konsultatif antara


pemegang saham dan kelembagaan
s • pemegang kelinci

3 Yang adil Perlindungan terhadap pemegang • Adil dan nilai keadilan


pengobatan saham minoritas dan asing
pemegang saham

• Distribusi kekayaan yang merata kepada


semua pemangku kepentingan dan
merugikan anggota di f • orm Zakat
dan Sadqa

Kesejahteraan sosial dan individu dengan


b baik kewajiban spiritual dan moral

• Sensation of Equality

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 186


ICIEBP ke-2

Tidak Aspek prinsip-prinsip perusahaan yang baik g Prinsip Islam


overnance

4 Peran dari • Dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan • Akuntabilitas Islam terhadap Falah
pemangku kepentingan di keberlanjutan yang sehat secara finansial dan orientasi kesejahteraan sosial
perusahaan tata kelola perusahaan

• Dikotomi Haram / Halal di


t • tebusan

Kesejahteraan sosial & individu dari b


Pertimbangan spiritual dan material

• lainnya untuk keseluruhan

c • komunitas

5 Pengungkapan dan • Hal-hal tentang korporasi Akuntabilitas dengan Syariah


transparansi c • kesempurnaan

• Situasi keuangan Tujuan sosial ekonomi


terkait dengan kontrol dan akuntabilitas

perusahaan terhadap semua miliknya • pemegang

saham

• Kinerja, kepemilikan dan Keadilan, kesetaraan, kejujuran


pemerintahan t • ransparency

6 Tanggung jawab • Bimbingan strategis dewan Akuntabilitas tidak hanya untuk


perusahaan atau dewan atau pemangku
kepentingan tetapi juga kepada Allah otoritas
tertinggi yang mengarah pada kesejahteraan
dan s • berhasil

• Pemantauan manajemen Panduan holistik dan integratif

• Akuntabilitas kepada perusahaan dan • Negosiasi dan kerjasama pemangku


kepentingan

• Konsultasi dan konsensus


mencari setiap keputusan dengan
pemangku kepentingan terkait

Sumber: (Abu-Tapanjeh, 2009)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28 / DPNP yang dimaksud dengan Fraud adalah

perbuatan penyimpangan atau kelalaian yang dengan sengaja dilakukan untuk menipu, atau memanipulasi

bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi pada bank dan / atau menggunakan fasilitas bank sehingga bank,

nasabah, atau pihak lain dirugikan dan / atau pelaku fraud memperoleh keuntungan finansial baik secara

langsung maupun tidak langsung (Surat Edaran Bank Indonesia No.13 / 28 / DPNP,

2011).

2.3. Segitiga penipuan

Konsep segitiga penipuan dikembangkan pada tahun 1950 oleh Donald Cressey, seorang kriminolog.

Dia mengeksplorasi studi tentang alasan di balik orang-orang yang berselingkuh. Ia meneliti 250

penjahat yang melakukan penipuan dalam waktu 5 bulan. Berdasarkan penelitiannya, ia menyimpulkan

bahwa orang menyontek karena dua hal, pertama karena dipercaya untuk memikul tanggung jawab

dan yang kedua karena keadaan yang membuat mereka melanggar keyakinan tersebut. Menurut

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 187


ICIEBP ke-2

Menurut Cressey, ada 3 faktor yang melatarbelakangi seseorang melakukan kecurangan, yaitu (1)

tekanan, (2) peluang, (3) rasionalisasi (Mansor, 2015).

Angka 2: Fraud Triangle (Sumber: (Mansor, 2015)).

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausalitas yaitu

penelitian yang bertujuan untuk menemukan penjelasan berupa hubungan sebab akibat antara

beberapa konsep atau beberapa variabel (Ferdinand, 2014). Jadi ada variabel yang berpengaruh

(independen) dan variabel yang berpengaruh (dependen). Objek penelitian yang akan diteliti

dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel X yaitu syariah corporate governance dan variabel Y

yaitu kecurangan. Tata Kelola Perusahaan Syariah diukur dari 11 indikator yang telah ditentukan

dalam surat edaran Bank Indonesia No.12 / 13 / DPBS tahun 2010, kemudian penulis memberikan

skor 1 jika item tersebut disebutkan dalam laporan GCG dan memberikan skor 0 jika item tersebut

tidak disebutkan dalam laporan GCG.

Tabel 2: Skala dan Peringkat Kesesuaian Indikator.

Peringkat Skala Kepatuhan Dengan Indikator

1 Sangat sesuai jika memenuhi 87,5% hingga 100% dari total indikator Sesuai

2 jika memenuhi 62,5% hingga 87,4% dari total indikator Cukup sesuai jika

3 memenuhi 37,5% hingga 62,4% dari total indikator Tidak sesuai jika memenuhi

4 12,5% hingga 37,4 % dari total indikator Tidak sesuai jika memenuhi 0%

5 sampai dengan 12,4% dari total indikator

Sumber: (Surat Edaran Bank Indonesia No.12 / 13 / DPbs, 2010)

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 188


ICIEBP ke-2

Untuk mengukur kualitas penerapan tata kelola syariah, peringkat tersebut dikalikan
dengan bobot yang ketentuannya adalah:

Tabel 3: Bobot masing-masing faktor.

Tidak Faktor Kualitas (%)

1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 12.50

2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi 17.50

3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 10.00

4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan pengawas 10.00


syariah

5 Penerapan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan 5.00


dan penyaluran dana dan jasa

6 Menangani konflik kepentingan 10.00

7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank Penerapan fungsi 5.00

8 audit internal 5.00

9 Penerapan fungsi audit eksternal 5.00

10 Penyaluran Dana Maksimal 5.00

11 Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan 15.00


pelaksanaan GCG dan pelaporan internal

TOTAL 100.00

Sumber: (Surat Edaran Bank Indonesia No.12 / 13 / DPbs, 2010)

Hasil pemeringkatan multiplier dengan nilai komposit dapat diklasifikasikan sebagai nilai
kualitas penerapan tata kelola syariah dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4: Nilai Predikat Komposit.

Nilai Komposit Predikat Komposit

Nilai Komposit <1.5 Baik sekali

1.5 ≤ Nilai Komposit <2.5 Baik

2.5 ≤ Nilai Komposit <3.5 Dapat diterima

3.5 ≤ Nilai Komposit <4,5 Miskin

4.5 ≤ Nilai Komposit ≤ 5 Sangat miskin

Sumber: (Surat Edaran Bank Indonesia No.12 / 13 / DPbs, 2010)

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh BUS dan UUS di Indonesia periode 2012-2016. Metode

pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu pengambilan sampel dimana

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 189


ICIEBP ke-2

semua anggota populasi dijadikan sampel, hal ini dilakukan karena populasinya relatif kecil

(Agung, 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pengaruh melalui uji
regresi data panel. Analisis uji regresi data panel dilakukan karena dalam penelitian ini
menggabungkan data time series dan cross section menjadi satu observasi. Data panel
merupakan gabungan dari cross section dengan data time series (Rohmana, 2013)

Adapun pengolahan datanya menggunakan software EViews 9. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode

regresi data panel adalah sebagai berikut:

1. Penentuan Model Regresi Data Panel

Dalam menganalisis data panel, perlu dilakukan pengujian spesifikasi model yang tepat
untuk mendeskripsikan data. Uji Chow, uji Hausman, dan uji pengali lagrange (LM)
dilakukan (Rohmana, 2013)

2. Uji Asumsi Klasik

Menurut Basuki & Prawoto (2016) dalam regresi data panel tidak semua uji asumsi klasik

perlu dilakukan. Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu variabel independen,

sehingga tidak perlu dilakukan uji multikolinieritas. Oleh karena itu, uji asumsi klasik yang

dilakukan dalam penelitian ini hanya menguji heteroskedastisitas saja.

3. Pengujian hipotesis

(a) Uji-T

Uji parsial atau uji-t dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual maupun parsial dalam
menjelaskan variasi variabel dependen. Pada uji t, nilai t hitung akan
dibandingkan dengan nilai t tabel, dan Probabilitas akan dibandingkan dengan
tingkat kesalahan yang ditentukan oleh peneliti.

Bandingkan nilai t hitung dengan t kritis (t tabel). Keputusan untuk menolak atau menerima H0

adalah sebagai berikut:

saya. Jika t hitung> t tabel atau probabilitas <tingkat signifikansi (Sig <0,05),
maka Ha diterima dan H0 ditolak, maka variabel bebas mempengaruhi
variabel terikat.

ii. Jika t hitung <t tabel atau probabilitas> tingkat signifikansi (Sig <0,05), maka
Ha ditolak dan H0 diterima.

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 190


ICIEBP ke-2

Tabel 5: Sampel Penelitian.

Tidak Nama Bank Syariah

1 PT. Bank Aceh Syariah

2 PT. Bank Muamalat Indonesia PT.

3 Bank Victoria Syariah PT. Bank

4 BRISyariah

5 PT. Bank Jabar Banten Syariah PT.

6 Bank BNI Syariah

7 PT. Bank Syariah Mandiri

8 PT. Bank Mega Syariah

9 PT. Bank Panin Dubai Syariah PT.

10 Bank Syariah Bukopin PT. BCA

11 Syariah

12 PT. Maybank Syariah Indonesia

13 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah

Tidak Nama Unit Usaha Syariah

14 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk PT.

15 Bank Permata, Tbk

16 PT. Bank Maybank Indonesia, Tbk PT.

17 Bank CIMB Niaga, Tbk

18 PT. Bank OCBC NISP, Tbk PT.

19 Bank Sinarmas

20 PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk PT.

21 BPD DKI

22 PT. BPD Daerah Istimewa Yogyakarta PT.

23 BPD Jawa Tengah

24 PT. BPD Jawa Timur, Tbk PT.

25 BPD Sumatera Utara PT.

26 BPD Jambi

27 PT. BPD Sumatera Barat

28 PT. BPD Riau dan Kepulauan Riau

29 PT. BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung PT.

30 BPD Kalimantan Selatan

31 PT. BPD Kalimantan Barat PD.

32 BPD Kalimantan Timur

33 PT. BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Bara PT.

34 BPD Nusa Tenggara Barat

Sumber: (Statistik Perbankan Syariah, 2017)

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 191


ICIEBP ke-2

Tabel 6: Jumlah Kasus Fraud di BUS dan UUS dari Tertinggi hingga Terendah.

Tidak Nama Bank BUS / UUS Jumlah


Kasus Penipuan

1 Bank Mega Syariah BIS 124

2 Bank Syariah Mandiri BIS 95

3 Bank Muamalat BIS 93

4 BRI syariah BIS 58

5 Bank Victoria Syariah BIS 24

6 Bank Aceh BIS 18

7 BNI syariah BIS 16

8 Bank Panin Syariah BIS 6

9 Bank Jabar Banten Syariah BIS 2

10 BTPN syariah BIS 2

11 BCA syraiah BIS 1

12 Bank Bukopin Syariah BIS 0

13 Bank Maybank Syariah BIS 0

14 BPD Sumatera Utara UUS 36

15 BPD Kalimantan Barat UUS 19

16 BPD Kalimantan Timur UUS 14

17 Bank Tabungan Negara UUS 6

18 BPD DIY UUS 6

19 BPD Jambi UUS 5

20 BPD Sumatera Selatan-Bangka Belitung UUS 5

21 Bank CIMB UUS 4

22 Bank Sinarmas UUS 4

23 BPD Riau-Kepualuan Riau UUS 4

24 BPD Sulawesi Selatan-Sulawesi Barat UUS 4

25 Bank Danamon UUS 3

26 BPD Jaawa Timur UUS 3

27 Bank OCBC UUS 1

28 BPD DKI UUS 1

29 BPD Jawa Tengah UUS 1

30 BPD Sumatera Barat UUS 1

31 BPD Kalimantan Selatan UUS 1

32 BPD NTB UUS 1

33 Bank Permata UUS 0

34 Bank Maybank UUS 0

aku aku aku. Koefisien Determinasi

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 192


ICIEBP ke-2

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan kemampuan model dalam


menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Nilai (R2)
akan selalu antara 0 sampai 1, R2 sebesar 1 atau mendekati 1 artinya ada
pengaruh yang kuat dari variabel independen yang mampu menjelaskan
variabel dependen, begitu pula sebaliknya (Rohmana,
2013)

4. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil analisis yang penulis lakukan, ternyata fraud selalu terjadi setiap tahun di setiap
BUS dan UUS. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat BUS dan UUS
yang memiliki jumlah kasus Fraud tertinggi dan juga yang terendah selama periode tahun
2012-2016. Jika diurutkan maka akan terlihat seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel di atas memberikan informasi bahwa diantara semua BUS jumlah kasus fraud yang
paling banyak terjadi di bank Mega syariah dengan jumlah 124 kasus dan untuk BUS yang
tidak mengalami Fraud seluruhnya ada di bank Syariah Bukopin dan Maybank Syariah.
Padahal di antara seluruh UUS, BPD Sumatera Utara memiliki jumlah kasus fraud tertinggi
dengan 36 kasus. Berbanding terbalik dengan UUS bank Permata dan UUS bank Maybank
yang tidak ada kasus Fraud sama sekali.

Penerapan tata kelola perusahaan syariah pada perbankan syariah akan disajikan pada
tabel berikut.

Tabel 7: Hasil Tata Kelola Perusahaan Syariah.

Tidak Nama BUS-UUS Tahun Nilai Komposit Kategori

1 Bank Aceh 2012 2,9 Dapat diterima

2013 3,0 Dapat diterima

2014 2,9 Dapat diterima

2015 1,6 Baik

2016 2,5 Baik

2 Muamalat 2012 1,8 Baik

2013 1,9 Baik

2014 1,9 Baik

2015 1,9 Baik

2016 1,9 Baik

3 Victoria syariah 2012 2,2 Baik

2013 2,1 Baik

2014 2,1 Baik

2015 2,1 Baik

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 193


ICIEBP ke-2

Tidak Nama BUS-UUS Tahun Nilai Komposit Kategori

2016 2,1 Baik

4 BRI syariah 2012 1,7 Baik

2013 1,7 Baik

2014 1,7 Baik

2015 2,0 Baik

2016 2,0 Baik

5 BJBS 2012 1,8 Baik

2013 1,8 Baik

2014 2,2 Baik

2015 2,2 Baik

2016 2,3 Baik

6 BNI syariah 2012 2,4 Baik

2013 1,2 Baik sekali

2014 1,6 Baik

2015 1,6 Baik

2016 1,7 Baik

7 BSM 2012 1,6 Baik

2013 1,6 Baik

2014 1,9 Baik

2015 1,9 Baik

2016 1,9 Baik

8 Mega Syariah 2012 1,4 Baik sekali

2013 1,3 Baik sekali

2014 1,3 Baik sekali

2015 1,3 Baik sekali

2016 1,3 Baik sekali

9 Panin Syariah 2012 1,7 Baik

2013 1,4 Baik sekali

2014 1,4 Baik sekali

2015 1,4 Baik sekali

2016 1,4 Baik sekali

10 Bukopin syariah 2012 1,8 Baik

2013 1,8 Baik

2014 1,8 Baik

2015 1,9 Baik

2016 2,0 Baik

11 BCA syariah 2012 1,7 Baik

2013 1,8 Baik

2014 1,8 Baik

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 194


ICIEBP ke-2

Tidak Nama BUS-UUS Tahun Nilai Komposit Kategori

2015 1,9 Baik

2016 2,0 Baik

12 Maybank Syariah 2012 2,1 Baik

2013 2,1 Baik

2014 2,1 Baik

2015 1,7 Baik

2016 1,7 Baik

13 BTPNS 2012 1,9 Baik

2013 1,9 Baik

2014 1,9 Baik

2015 1,9 Baik

2016 1,9 Baik

14 Danamon 2012 1,6 Baik

2013 1,6 Baik

2014 1,4 Baik sekali

2015 1,4 Baik sekali

2016 1,4 Baik sekali

15 Permata 2012 2,0 Baik

2013 2,0 Baik

2014 2,0 Baik

2015 2,0 Baik

2016 2,0 Baik

16 Maybank 2012 1,8 Baik

2013 1,4 Baik sekali

2014 1,4 Baik sekali

2015 1,5 Baik

2016 1,7 Baik

17 CIMB 2012 1,9 Baik

2013 1,9 Baik

2014 1,9 Baik

2015 1,9 Baik

2016 1,9 Baik

18 OCBC 2012 1,6 Baik

2013 1,6 Baik

2014 1,8 Baik

2015 1,8 Baik

2016 2,2 Baik

19 Sinarmas 2012 1,9 Baik

2013 1,9 Baik

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 195


ICIEBP ke-2

Tidak Nama BUS-UUS Tahun Nilai Komposit Kategori

2014 1,8 Baik

2015 1,9 Baik

2016 1,9 Baik

20 BTN 2012 1,9 Baik

2013 1,9 Baik

2014 1,7 Baik

2015 1,7 Baik

2016 1,9 Baik

21 BPD DKI 2012 1,6 Baik

2013 1,5 Baik

2014 1,5 Baik

2015 1,9 Baik

2016 1,7 Baik

22 BPD DIY 2012 3,0 Dapat diterima

2013 2,7 Dapat diterima

2014 3,0 Dapat diterima

2015 3,3 Dapat diterima

2016 3,3 Dapat diterima

23 BPD Jawa Tengah 2012 1,6 Baik

2013 2,0 Baik

2014 1,7 Baik

2015 1,6 Baik

2016 1,4 Baik sekali

24 BPD Jawa Timur 2012 2,0 Baik

2013 1,8 Baik

2014 1,7 Baik

2015 1,8 Baik

2016 1,6 Baik

25 BPD Sumatera Utarara 2012 2,5 Dapat diterima

2013 2,5 Dapat diterima

2014 2,4 Baik

2015 2,4 Baik

2016 2,4 Baik

26 BPD Jambi 2012 2,2 Baik

2013 2,3 Baik

2014 2,1 Baik

2015 2,3 Baik

2016 2,3 Baik

27 BPD Sumatera Barat 2012 1,1 Baik sekali

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 196


ICIEBP ke-2

Tidak Nama BUS-UUS Tahun Nilai Komposit Kategori

2013 1,1 Baik sekali

2014 1,1 Baik sekali

2015 1,1 Baik sekali

2016 1,1 Baik sekali

28 BPD Riau-Kepri 2012 1,7 Baik

2013 1,8 Baik

2014 2,0 Baik

2015 2,0 Baik

2016 2,0 Baik

29 BPD Sumsel-Babel 2012 1,8 Baik

2013 1,8 Baik

2014 1,8 Baik

2015 1,8 Baik

2016 2,0 Baik

30 BPD Kalimantan 2012 2,7 Dapat diterima


Selatan

2013 2,2 Baik

2014 2,4 Baik

2015 2,4 Baik

2016 2,5 Dapat diterima

31 BPD Kalimantan Barat 2012 2,1 Baik

2013 2,2 Baik

2014 2,0 Baik

2015 2,0 Baik

2016 2,0 Baik

32 BPD Kalimantan Timur 2012 2,3 Baik

2013 1,2 Baik sekali

2014 1,6 Baik

2015 2,1 Baik

2016 3,0 Dapat diterima

33 BPD SulselBar 2012 1,7 Baik

2013 1,7 Baik

2014 1,7 Baik

2015 1,8 Baik

2016 1,9 Baik

34 BPD NTB 2012 2,1 Baik

2013 2,0 Baik

2014 2,0 Baik

2015 2,0 Baik

2016 2,5 Dapat diterima

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 197


ICIEBP ke-2

Tidak Nama BUS-UUS Tahun Nilai Komposit Kategori

Dari tabel di atas, penerapan tata kelola perusahaan syariah pada BUS dan UUS di
Indonesia dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu sangat baik, dapat diterima, dan baik.

Hasil penelitian selanjutnya dari data yang ada terkait dengan variabel dalam penelitian ini

kemudian diolah dan dianalisis menggunakan model regresi data panel sehingga diperoleh

persamaan sebagai berikut:

Berdasarkan model diatas dapat dijelaskan bahwa setiap kenaikan X1 (SCG) bernilai nol,
maka variabel fraud sebesar 4,656643. Sedangkan jika variabel SGG bertambah 1 unit maka
jumlah fraud akan berkurang sebanyak 21 kasus.

Setelah dilakukan analisis regresi data panel, untuk mengetahui apakah estimasi yang
diperoleh sudah BIRU (Best Linear Unbias Estimator), dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi uji heterosensitivitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel dalam
penelitian ini bebas dari masalah pengujian asumsi klasik.

4.1. Pengujian dan pembahasan hipotesis penelitian

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t. Nilai t tabel pada penelitian
ini diperoleh dari tabel distribusi t dan α serta derajat kebebasan (df), dimana df = nk = 170 -
2 = 168, kemudian dengan df 168 dan α = 5% (0,05) diperoleh t tabel sebesar
1.65397. Selanjutnya nilai t tabel akan dibandingkan dengan nilai t hitung untuk menentukan
keputusan menerima Ho atau menolak Ho. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan
program Eviews dijelaskan pada pembahasan uji-t berikut

Tabel 8: Hasil Pengujian Tata Kelola Perusahaan Syariah Terhadap Pencegahan Fraud.

Variabel Koefisien Std. Kesalahan t-Statistik Masalah. Keputusan Signifikan

SCG - 21.78220 57,82159 - 0,376714 0.7070 H0 diterima Tidak penting

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa nilai t hitung (-0,37) karena pada analisis t hitung ( ±) Jika

dianggap absolut, maka t hitung (0,38) lebih kecil dari t tabel (1,653) yang berarti menerima Ho

dan menolak Ha. Kemudian tingkat probabilitas sebesar 0,7070 lebih besar dari α = (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tata kelola perusahaan syariah tidak berpengaruh signifikan

terhadap pencegahan Fraud.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan tata kelola perusahaan syariah tidak

berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Berdasarkan teori bahwa penerapan tata kelola

perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan bisnis yang efektif dan

efisien. Namun ternyata good governance pun masih memiliki celah untuk bisa dilakukan

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 198


ICIEBP ke-2

Penipuan. Tata kelola perusahaan syariah belum direalisasikan secara optimal dalam mencegah

terjadinya fraud, karena tata kelola perusahaan syariah sangat bergantung pada kompetensi

yang dimiliki oleh organ internal, artinya setiap organ internal bank syariah pasti memiliki

kompetensi ganda yaitu dalam hal perbankan dan bisnis, karena kegiatan Bank syariah

merupakan kegiatan yang menerapkan prinsip perbankan dengan prinsip kesetaraan (Akmal,

2008).

Selain memiliki kompetensi ganda, penerapan budaya organisasi yang dimiliki oleh
masing-masing bank syariah juga harus diperkuat lagi karena hasil budaya yang kuat akan
meningkatkan perilaku konsisten yang dapat menciptakan efektivitas organisasi. Jika budaya
organisasi tidak memberikan hal yang positif bagi organisasi maka hasil yang akan dicapai
atau kinerja organisasi akan buruk, karena budaya perusahaan menginformasikan kepada
karyawan tentang bagaimana seharusnya perilaku karyawan tersebut (Ikhsan, 2016)

Hal lain yang harus diperhatikan dalam mencegah terjadinya fraud adalah tone at the top dimana

tone at the top merupakan suasana yang diciptakan oleh pimpinan organisasi. Artinya setiap sikap yang

ditunjukkan oleh pimpinan organisasi tentunya akan berpengaruh pada karyawannya. Jika tone yang

diciptakan oleh pemimpin menjunjung tinggi etika dan integritas, maka karyawan akan cenderung

menjunjung tinggi nilai-nilai yang sama. Namun sebaliknya, jika investor tidak mementingkan etika,

maka karyawan akan lebih rentan terhadap kecurangan karena merasa perilaku etis bukanlah prioritas

utama dalam organisasi. Singkatnya, nada di atas adalah bahwa karyawan akan melakukan hal yang

persis sama dengan yang dilakukan oleh para pemimpin mereka (https://www.acfe.com).

Penelitian ini didukung oleh In'airat (2015) yang menyatakan bahwa keberadaan dan
penerapan tata kelola perusahaan belum cukup untuk menurunkan tingkat fraud. Sejalan
dengan penelitian Rahmayani & Rahmawaty (2017) bahwa tata kelola perusahaan syariah
dengan proksi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS tidak berpengaruh terhadap
indikasi Fraud.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
tata kelola perusahaan syariah pada bank syariah di Indonesia tahun 20122016 terbagi
menjadi 3 bagian yaitu sangat baik, baik, dan dapat diterima. namun rata-rata penerapan
tata kelola perusahaan syariah sudah baik.

Penerapan tata kelola perusahaan syariah di perbankan syariah belum cukup untuk
mencegah terjadinya kecurangan. Dimana implementasi good governance berada

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 199


ICIEBP ke-2

masih ada celah bagi seseorang untuk melakukan Penipuan. Sebab saat ini DPS hanya bisa
mengawasi perbankan syariah dari segi produknya, sesuai atau tidak dengan prinsip syariah.
Pencegahan dan pengendalian Fraud harus menjadi bagian dari tanggung jawab DPS karena
keberadaannya diharapkan dapat fokus pada pengembangan dan pengawalan agar produk
dan aktivitas lembaga keuangan syariah yang diawasinya selalu berjalan sesuai dengan
syariah namun karena keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan anggota DPS itu luput
dari manajemen (Jabbar, 2010).

Tata kelola perusahaan syariah belum direalisasikan secara optimal dalam mencegah
terjadinya fraud, karena tata kelola perusahaan syariah sangat bergantung pada kompetensi
yang dimiliki oleh organ internal, artinya setiap organ internal bank syariah pasti memiliki
kompetensi ganda yaitu dalam hal perbankan dan bisnis, karena kegiatan Bank syariah
merupakan kegiatan yang menerapkan prinsip perbankan dengan prinsip kesetaraan
(Akmal, 2008).

[1] https://www.acfe.com.
[2] Abu-Tapanjeh, AM (2009). Tata Kelola Perusahaan Dari Perspektif Islam:
Analisis Perbandingan Dengan Prinsip OECD. Perspektif Kritis Akuntansi
20.
[3] ACFE. (2016). Diambil kembali dari http://www.acfe.com. [4] Agung, AA (2012). Metodologi
Penelitian Bisnis. Malang: Universitas Brawijaya
Tekan (UB Press).
[5] Akmal, H. (2008). Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen Risiko di Bank
Syariah. Tesis.

[6] Ali Danlandi Yusuf, UA (2016). Studi Konseptual Pada Perusahaan Islam
Model Tata Kelola Dalam Membatasi Penipuan Bank. Jurnal Internasional Ekonomi,
Ilmu Keuangan dan Manajemen.
[7] Anugerah, R. (2014). Peranan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan
Penipuan. Jurnal Akuntansi.

[8] Asrori. (2014). Implementasi Islamic Corporate Governance dan Implikasinya


Terhadap Kinerja Bank Syariah. Jurnal Dinamika Akuntasi, Vol. 6, No. 1.
[9] Basuki, AT, & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi Dalam Penelitian Ekonomi &
Bisnis. Depok: PT. Rajagra fi ndo Presada.
[10] Ferdinand, A. (2014). Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian Untuk
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 200


ICIEBP ke-2

[11] Grassa, R. (2015). Sistem Pengawasan Syariah Di Seluruh Lembaga Keuangan Islam
Negara Anggota OKI. Jurnal Regulasi dan Kepatuhan Keuangan.
[12] Hassan, AM (2014). Tata Kelola Perusahaan Syariah: The Need for A Special
Kode Tata Kelola. Emerald Group, Vol. 14, No. 1.
[13] Ikhsan, A. (2016). Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Non Dosen Pada Universitas Mercu Buana Jakarta.
Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Volume 2 Nomor 1.
[14] In'airat, M. (2015). Peran Tata Kelola dalam Pengurangan Fraud - A
Studi Persepsi di Lingkungan Bisnis Arab Saudi. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Vol. 15 (2).

[15] Jabbar, SF (2010). Larangan Kejahatan Keuangan dalam Islam dan Pencegahan oleh
Dewan Pengawas Syariah Lembaga Keuangan Islam. Jurnal Kejahatan Keuangan
Vol. 17, No. 3.
[16] Junusi, RE (2012). Implementasi Tata Kelola Syariah Serta Implikasinya Terhadap
Reputasi dan Kepercayaan Bank Syariah. Al-Tahrir, Vol. 12, No. 1.
[17] (2016). Laporan Pro fi l Industri Perbankan Triwulan IV. Otoritas Jasa Keuangan.
[18] Mansor, RA (2015). Teori Segitiga Penipuan dan Teori Berlian Penipuan.
Memahami Konvergen dan Divergen Untuk Penelitian Masa Depan. Internasional
Jurnal Penelitian Akademik Ilmu Akuntansi, Keuangan dan Manajemen Vol. 5, No. 4.

[19] Maradita, A. (2014). Karakter Good Corporate Governance Pada Bank Syariah
dan Bank Konvensional. Jurnal Yuradika.
[20] Mizushima, T. (2014). Tata Kelola Perusahaan dan Tata Kelola Syariah di Islam
Lembaga Keuangan: Menilai Dari Praktek Saat Ini di Malaysia. Jurnal Reitaku
Studi Interdisipliner, Vol. 22 No. 1.
[21] Novela, AR (2015). Tata Kelola Syariah Dan Kualitas Tata Kelola Perbankan
Syariah. Vol. 4 No. 2.
[22] Rahmayani, & Rahmawaty. (2017). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Islam dan
Pengendalian Internal Terhadap Indikasi Terjadinya Penipuan Terhadap Bank Umum Syariah di

Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 2, No. 3.


[23] Rohmana, Y. (2013). Ekonometrika Teori dan Aplikasi Dengan Eviews. Bandung:
Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia. [24]
Sohuturon, M. (2017, November). Diambil kembali dari www.cnnindonesia.com. [25] Statistik
Perbankan Syariah. ( 2017). Diambil kembali dari http://www.ojk.go.id.
[26] Suprajadi, L. (2009). Teori Kecurangan, Kesadaran Penipuan, dan Metedologi Untuk
Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Jurnal Unpar, Volume 13, Nomor 2,

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 201


ICIEBP ke-2

.
[27] Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/28 / DPNP. (2011).
[28] Surat Edaran Bank Indonesia No.12 / 13 / DPbs. (2010).

DOI 10.18502 / kss.v3i13.4205 Halaman 202

Anda mungkin juga menyukai